Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 62781 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadya Azalia
"ABSTRAK
Sebagai pengguna tangan kiri, saya menyadari banyaknya proses adaptasi yang saya lakukan dalam mengalami ruang yang dibentuk berkebalikan mengikuti kebutuhan pengguna tangan kanan. Pengguna tangan kiri dianggap berbeda dan berseberangan langsung dengan pengguna tangan kanan dalam arsitektur keseharian. Tubuh pengguna tangan kiri berperan sebagai bagian dari susunan ruang singular dan plural. Susunan ruang tersebut dapat dibaca secara mendalam melalui pendekatan mikroanalisis dan makroanalisis melalui mathematical space yang rigid dan experiential space yang fleksibel. Perbedaan cara meruang yang ditemukan yaitu perubahan sumbu sistem axis, perbedaan pola dan bentuk, dan akumulasi ruang, yang mengubah posisi pengguna tangan kiri sehingga tidak berseberangan secara langsung dengan Pengguna Tangan Kanan. Pengalaman ruang Pengguna Tangan Kiri dalam arsitektur keseharian dapat menjadi dasar pemikiran tentang bagaimana keberadaan arsitektur perlu dilihat secara mendalam baik secara mikroanalisis maupu makroanalisis, yang salah satunya melalui mathematical space dan experiential space.

ABSTRACT
As a left hand user, I realize that I’ve survived a lot of adaptation process by experiencing the space that formed oppositely following right hand user’s needs. In the architecture of everyday, left hand user was always seen as different and opposite side of right hand user. Left Hand User’s Body plays a role as a part of singular and plural spatial arrangement, which can be read using microanalysis and macroanalysis approach through rigid mathematical space and flexible experiential space. The differences between Left Hand User’s Body and Right Hand User’s Body are found in axial system’s transformation, the differences in patterns and shapes, and also space accumulation. Left Hander User’s spatial experience within architecture of everyday could be a basic idea about how architecture needs to be seen both using microanalysis and macroanalysis, which one of ways are mathematical space and experiential space. "
Lengkap +
2016
S63195
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tafia Sabila Khairunnisa
"Dalam keseharian, pengguna berperan aktif dalam mengadaptasikan arsitektur dalam ruang dan waktu, yang mana arsitektur dikatakan baik jika dapat beradaptasi dalam ruang dan waktu.. Makna yang tercermin dari arsitektur keseharian mengindikasikan bahwa pengguna membaca dan memaknai arsitektur dengan cara berbeda. Narasi menawarkan cara membaca yang penting karena dapat membaca dan memproduksi makna dari hasil pembacaannya. Skripsi ini membahas lebih lanjut bagaimana narasi menunjukkan makna di arsitektur keseharian. Pembacaan dilakukan berdasarkan parameter conceived- perceived ruang, temporalitas waktu, dan operasi ruang. Hasil analisis menunjukkan bahwa makna ditunjukkan secara parsial-keseluruhan dari hubungan sebab akibat antara ruang, waktu, dan operasi ruang. Dengan menjadikan narasi sebagai alat membaca, disimpulkan bahwa suatu praktik keseharian tidak bisa dilihat secara terpisah, melainkan harus dilihat keterhubungannya dengan berbagai sistem dalam ruang dan waktu karena ada banyak hal yang terkesan tidak bermakna ternyata sangat penting terhadap keseluruhan proses bagaimana arsitektur beradaptasi dalam ruang dan waktu.

In everyday, users have active role to adjust architecture in space and time as good architecture is defined by its capability in adapting with space and time. The meaning expressed in everyday architecture indicates that users have their own way of reading and interpreting. Narrative offers an important means of reading that is used both to read and produce meaning. This thesis discuss further how narrative produce meaning in everyday architecture. The reading is based on spatial operation and components of space and time. The result shows that meaning is presented from causality happened through spatial operation in a part whole way. Using narrative as means of reading gives an understanding that everyday practice shouldn rsquo t be seen separately, yet read by its relation to various aspects in space and time because many things that are ignored turns out important to the whole process of how architecture adapt with space and time."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S67214
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Panjaitan, Henny R.
"Tulisan ini membahas mengenai konsep silence dan bagaimana implikasinya terkait ruang dalam arsitektur. Sebagai suatu istilah yang sering dikaitkan dengan konotasi - ketiadaan - dan - kekosongan - baik dalam musik maupun puisi, silence sebenarnya merupakan suatu jeda dengan muatan signifikan. Keberadaan silence yang hadir dari - kekosongan - tersebut justru memberi jeda dan kesempatan bagi interpretasi terhadap estetika, terutama terkait dengan pengalaman terhadap aspek suara. Ketika pengalaman manusia terhadap ruang dalam arsitektur cenderung dipersepsi lebih dominan dari apa yang terlihat, penilaian terhadap estetika ruang seringkali terbatasi hanya pada properti ruang yang menyangkut domain visual, sehingga properti lainnya terabaikan dan aspek-aspek dalam ruang lainnya menjadi tertutupi. Ini menyebabkan pengalaman ruang yang diperoleh menjadi terdegradasi. Dalam meningkatkan pemahaman terhadap estetika ruang ini, suara sebagai bagian dari aspek aural kemudian menjadi suatu properti ruang yang mempunyai potensi memperkaya pengalaman dalam ruang, terlebih ketika arsitektur kemudian dikaitkan dengan musik. Dalam konteks ini, silence dalam arsitektur kemudian hadir sebagai suatu bingkai ruang-waktu di mana pengalaman terhadap seluruh aspek-aspek dalam ruang mungkin untuk dialami. Dalam pengalaman terhadap silence ini kepekaan terhadap ruang - yang dimulai dari kepekaan terhadap pengalaman aural - membuka kemungkinan terhadap dialaminya setiap dimensi dalam ruang lainnya secara seimbang dan menyeluruh, sehingga pengalaman terhadap ruang lebih dari persepsi visual belaka. Sehingga di sini kehadiran silence dapat mengungkapkan estetika ruang yang lain yang dapat dirasakan sebagai pengalaman ruang yang berbeda dari - yang biasa.

This thesis focuses on the study of the concept of 'silence' and its implication in architectural space. Both in music and poetry, silence usually relates to an understanding of 'nothingness' and 'emptiness'. Moreover, silence actually is a gap that contains important capacity. When silence is present with its 'emptiness', it indeed presents a moment of rest for us to open a space for an interpretation of the aesthetics, especially towards the experience of sounds. While experiencing a space, we tend to perceive architecture from what we can see. Thus, appreciation of the aesthetics of an architectural space is often limited on the spatial properties concerning only to visual domain, which makes the properties of other aspects in space do not get our attention sufficiently. The result is that the value of our experience in space comes to a degradation of what its essence truly is. As we deal with this understanding of the aesthetics in space, sounds as the object of aural experience indeed gets the potency to enrich our feeling for space. Aural experience is, then, supposed to be possible to give us another aesthetics in experiencing architecture, especially when we try to relate architecture to music. In this case, silence implies in architecture as a time-space frame, which lets all aspects in space come to our experience. By experiencing silence, our awareness towards space increases'which begins from our awareness for aural properties'and then opens the possibility for every spatial dimension to be experienced thoroughly. So that the presence of silence will reveal the 'other' aesthetics of space that can be perceived as a different spatial experience from 'the usual'."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S52252
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nurseto Nugroho
"

Tesis ini membahas proses pembentukan ruang dalam keseharian dengan menggunakan kacamata narasi dalam arsitektur. Narasi dalam keseharian disebut sebagai spatial trajectories. Hasil penelusuran menyarankan bahwa yang perlu dilihat dalam proses pembentukan ruang adalah bridge yang terbentuk oleh spatial trajectories. Semakin banyak bridge yang hadir berarti spatial trajectories yang terlibat semakin banyak. Sehingga yang perlu diperhatikan adalah persinggungan antar spatial trajectories yang terjadi dalam ruang tersebut karena hal tersebut mengindikasikan berbagai macam narasi yang terlibat.

Tesis ini juga menelusuri berbagai macam bentuk narasi dan bagaimana cara membongkar narasi tersebut, seperti narasi tertulis dan narasi film. Teknik-teknik seperti diagram, collage, kamera, dan separatrix banyak dibahas sebagai intrumen penelusuran dalam tesis ini.

Tesis ini mendemonstrasikan strategi perancangan berbasis spatial trajectories. Untuk dapat merepresentasikan spatial trajectories diperlukan sebuah teknik representasi yang dapat mewakili ketepatan data empiris sebuah narasi yang dalam hal ini bisa dengan menggunakan teknik proyeksi, namun tetap dapat memunculkan imajinasi keseharian yang lebih abstrak dengan menggunakan teknik scenography yang dapat merepresentasikan sebuah performance.

Melalui penggunaan spatial trajectories sebagai pendekatan dalam perancangan, arsitektur yang hadir merupakan arsitektur yang ingin menyampaikan cerita mengenai ruang-ruang keseharian dalam sebuah konteks. Tesis ini berusaha untuk membuka peluang-peluang spasial dengan memanfaatkan teknik-teknik representasi untuk dapat memunculkan makna-makna dalam ruang-ruang keseharian kita.


This thesis discusses the production of space inside everyday using the narrative lens in architecture. The narrative in everyday is referred to as spatial trajectories. The inquiry results suggest that what is important in the production of space process is the bridge formed by the spatial trajectories. The more bridges that are present means, the more spatial trajectories are involved. It becomes important to consider the overlapping between spatial trajectories that occur in that space because it indicates various kinds of narratives involved.

This thesis also explores various forms of narrative and how to dismantle these narratives. Techniques such as a diagram, collage, camera, and separatrix are widely discussed as instruments of inquiry in this thesis.

This thesis demonstrates a spatial trajectories-based design strategy. To be able to represent spatial trajectories, a representation technique should represent the accuracy of empirical data in a narrative in the way of projection technique, but the representation should also bring up more abstract of everyday imagination in a way scenography technique to represent the performance

Through the use of spatial trajectories as an approach in design, the architecture that is present is an architecture that wants to convey stories about everyday spaces in a context. This thesis seeks to open up spatial opportunities by utilizing representational techniques to be able to give meaning in our everyday spaces.

"
Lengkap +
2019
T53972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Orisa Mahardhini
"Makalah proyek akhir ini membahas mengenai pengalaman pengguna (User Experience) dalam menggunakan website library.umn.ac.id berdasarkan konsep ekologi informasi Rosenfield seperti context, content dan user yang bertujuan untuk membantu perpustakaan dalam memvisualisasikan dan memahami lingkungan informasinya. Pengalaman pengguna (User Experience) dalam mengakses informasi menjadi penting untuk diperhatikan terutama dalam kaitannya dengan kegunaan (usability) dan kemudahan (ease to use) web untuk mendapatkan sumber informasi yang dibutuhkan. Arsitektur informasi suatu website akan mempengaruhi pengalaman pengguna (User Experience) dalam menggunakan situs website perpustakaan dan kemudahan mendapatkan informasi. Website perpustakaan seharusnya dapat menjadi rujukan bagi pengguna perpustakaan dalam mengakses referensi dan informasi, namun berdasarkan visitor count tingkat kunjungan website library.umn.ac.id tahun 2021 justru menurun. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran mendalam pada saat pemustaka menggunakan website library.umn.ac.id. Adapun penentuan informan didasarkan pada seseorang yang memiliki kapabilitas dalam fokus penelitian sehingga dapat mengartikulasikan pengalaman hidupnya. Berdasarkan temuan penelitian, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tujuan pembuatan website library.umn.ac.id masih belum terlihat jelas (context), menu website library.ac.id masih sulit ditemukan dan membingungkan (content) Kedua komponen tersebut pada akhirnya mempengaruhi pengguna (user) dalam menggunakan website library.umn.ac.id. Berdasarkan penilaian terhadap komponen kualitas instrumental dari CUE-Model diperoleh hasil website library.umn.ac.id dinilai masih kurang dilihat dari kegunaan (usability) dan kemudahan (ease to use) dinilai cukup mudah namun tetap harus memberhatikan kebutuhan pengguna. Komponen kualitas non-instumental menunjukan user interace web library.ac.id tidak menarik pengguna untuk menggunakan. Ketiga, reaksi emosi yang ditunjukan saat menggunakan website meliputi emosi gembira, seding, bingung marah dan terkejut. Kesimpulan penelitian ini adalah Pengalaman pengguna (user experience) yang mengacu pada CUE-Model dapat memberikan pemahaman yang lebih baik tentang interaksi manusia dengan teknologi dibandingkan studi kegunaan lainnya. Pengalaman pengguna (user experience) terhadap website library.umn.ac.id dipengaruhi oleh beberapa hal seperti desain arsitektur informasi (context, content dan user) website library.umn.ac.id yang masih jauh dari ideal.

This final project discusses the user experience using the library.umn.ac.id website based on Rosenfield's information ecology concepts such as context, content and users, which aims to assist libraries in visualizing and understanding their information environment. User experience in accessing information is important to note, especially in the usability and ease of use of the web to obtain the required information sources. The information architecture of a website will affect the user experience in using the library website and the ease of getting information. The library website must be a reference for library users in accessing references and information, but based on the number of visitors visiting the library.umn.ac.id website in 2021, it has decreased. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach which aims to get an in-depth picture of when users use the library.umn.ac.id website. As for what is determined based on someone who has the capability in the research focus so that he can articulate his life experiences. Research findings The results of this study indicate that the purpose of making the library.umn.ac.id website is still unclear (context), and the library.ac.id website menu is still difficult to find and surprising. using the library.umn.ac.id website. Based on the instrumental quality components of the CUE-Model, the website library results.umn.ac.id is considered to be still lacking in terms of usability and ease of use which is considered quite easy but still has to pay attention to the user. needs. The non-instrumental quality component indicates that the library.ac.id web user interface does not attract users. Third, the emotional reactions shown when using the website include happy, sad, confused and surprising emotions. This study concludes that user experience that refers to the CUE-Model can better understand human interaction with technology compared to other usability studies. The user experience of the website.umn.ac.id library is influenced by several things, such as the information architecture design (context, content and users) of the library.umn.ac.id website, which is still far from ideal."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Anisa
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas museum yang berfokus pada pembentukan pengalaman dan
pengaruh elemen ruang arsitektur terhadap pembentukan makna di dalam museum.
Dengan menggeser fokus dari objek museum ke elemen ruang di museum,
rangsangan dan respon yang diproses oleh tubuh juga berubah. Untuk menyelidiki
pengaruh hubungan elemen ruang terhadap pengalaman di museum, skripsi ini akan
mengamati peranan objek di museum, peran atmosfer ruang, dan pengaruh sensori
terhadap pengalaman di museum. Hasil dari penulisan skripsi ini diharapkan dapat
memberi gambaran akan pengaruh yang dihasilkan dari kombinasi berbagai elemen
ruang yang dirasakan dan diproses oleh tubuh melalui panca indera. Penulisan ini
skripsi juga diharapkan dapat mengangkat pentingnya memahami kaitan antara
pengalaman sensori, karakter elemen ruang, dan proses pembentukan makna di
dalam museum.

ABSTRACT
The focus of this study is regarding experience-based museum and the role of
spatial elements in the proces of meaning-making in museum. By shifting the focus
from object to experience, stimuli and sensory respons which took place in museum
also change accordingly. To dissect the role and effect of spatial elemets on spatial
experience, we will need to observe the role of museum objects, museum
atmpsphere, and also sensory response in museum. The result of this study
hopefully will give a description and analysis on the effect of many spatial elements
combination and highlight the importance of understanding the connection between
sensory experience, the presence of spatial elements, and the resulting meaningmaking
in museum.;"
Lengkap +
2016
S64624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sengke, Maria Myron Charlotta
"

Penelitian ini fokus kepada terjadinya mekanisme melihat, melalui keterbatasan ruang pandang dalam membentuk pengalaman ruang secara visual. Metode kuantitatif simulasi digunakan dalam menangkap, mengukur dan membongkar gambar pandangan. Gambar pandangan digunakan untuk mengeksplor pengalaman pasien di ruang pasien pada salah satu rumah sakit swasta di Depok. Hasil penelitian menjelaskan bahwa kualitas pertemuan (interface) antara mekanisme melihat dan peluang lingkungan, mengungkap keterbatasan ruang pandang (visual rangeness) yang hanya dialami oleh pasien (egocentric perception) melalui konsep incomplete parts. Incomplete parts merupakan struktur unit dari yang terkecil sampai terbesar, mencakup ruang dan elemen ruang yang tertangkap secara sebagian dalam ruang pandang. Penemuan ini menambahkan inti yang membangun persepsi ruang, melalui bagian-bagian menjadi keseluruhan ruang di dalam ruang pandang. Persepsi ruang didiskusikan dalam sebuah diskusi Gestalt dan Ekologikal Optik, dengan melibatkan pertemuan mekanisme melihat dan peluang lingkungan.


This research focuses on the mechanism of seeing, through the limitations of the field of view in shaping the visual experience of space. The quantitative simulation method is used in capturing, measuring, and unpacking the view image. The view image is used to explore patient experiences in the patient room at one of the private hospitals in Depok. The results of the study explain the quality of the interface between the mechanism of seeing and environmental opportunities, the results of the study revealed that the limitations of visual rangeness in experiencing space experienced only by patients (egocentric perception) through the concept of incomplete parts. Incomplete parts are the unit structure from the smallest to the largest, including space and space elements that are captured partially in the field of view. These findings add to the core that builds space perception through parts into the whole space in the field of view. The perception of space is discussed in a discussion of Gestalt and Ecological Optics, involving the meeting of mechanisms of seeing and environmental opportunities.

"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mikhael Johanes
"Tesis ini menelusuri peran representasi dalam perancangan arsitektur. Dengan memahami mekanisme pada penggunaan media representasi, arsitektur dapat dipahami sebagai proses translasi antara ide dan material. Penggunaan media representasi secara tidak langsung mempengaruhi bagaimana proses translasi antara ide dan material tersebut terjadi. Transformasi yang terjadi pada representasi ini dipandang sebagai potensi yang patut ditelusuri.
Penelusuran dilakukan secara teoritikal dengan memanfaatkan fotografi sebagai media representasi yang telah populer saat ini. Penelusuran berakhir pada penggunaan 'spatial cloud' sebagai alternatif dalam melihat ruang pada arsitektur secara lebih subjektif dan kontingen dengan memanfaatkan fragmentasi yang terjadi pada representasi. Pada akhirnya, proses penelusuran ini merupakan suatu cara lain untuk memahami arsitektur dan dapat dimanfaatkan untuk membuka peluang-peluang spasial baru dalam perancangan arsitektur.

This thesis invetigates the role of representation in architecture. By understanding the mechanism within representation, architecture is understood as a translation between ideas and materiality. This translation is indirectly affected by the representation which is seen as a kind of possibility of transformation. Thereby, this transformation inevitably becomes a kind of possibility of architecture.
The investigation is conducted theoritically using the representation of photograph which is already a popular medium in our everyday life. By identifying the fragmentation in the process of representing, the investigation results in 'spatial cloud' as alternative in seeing the space in architecture in a more subjective and contingent way. Finally, this investigation of representation becomes an alternative way to understand architecture which can be used to open spatial possibilities in architectural design.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T34984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kirana Muthmainnah
"This study investigates how the programming of retail spaces can produce a uniquely distinctive spatial layout and experience. The study is based on the theoretical framework of programming and conceptual framework in shaping the program. Wherein programming, as a design concept in architecture, is a critical and multifaceted phase that involves defining design parameters and objectives. It emphasizes thorough preparation, analysis, and conceptual clarity, all of which are essential for the successful realization of a building project. On the other hand, a program in a sense, can be approached in many ways, and should be viewed as a conceptual framework. Thus, the study methods include a review of relevant literature and an in-depth case study of Gentle Monster’s Haus Dosan Pop-up Store, where the analysis and findings explores how every architectural element—big or small, structural or decorative, as theorized by Ching and Noorwatha, contributes to realizing Gentle Monster’s vision of immersive retail environments. By analyzing the interplay between design elements, the study seeks to understand the ways of the transformative impact of spatial design to both physical spaces and user experience. Ultimately, the study concludes that a program as a concept could be constructed in various ways to achieve the intended idealization of the creator.

Studi ini menyelidiki bagaimana pemrograman ruang ritel dapat menghasilkan tata letak spasial dan pengalaman yang unik dan khas. Studi ini didasarkan pada kerangka teori pemrograman dan kerangka konseptual dalam membentuk program. Di mana pemrograman, sebagai konsep desain dalam arsitektur, merupakan fase kritis dan kompleks yang melibatkan pengaturan parameter dan tujuan desain. Ini menekankan persiapan yang teliti, analisis, dan kejelasan konseptual, yang semuanya penting untuk kesuksesan realisasi proyek bangunan. Metode studi mencakup tinjauan literatur yang relevan dan studi kasus mendalam dari Gentle Monster’s Haus Dosan Pop-up Store, di mana analisis dan temuan mengeksplorasi bagaimana setiap elemen arsitektur—baik besar maupun kecil, struktural maupun dekoratif, seperti yang diteorikan oleh Ching dan Noorwatha—berkontribusi dalam mewujudkan visi Gentle Monster tentang lingkungan ritel yang imersif. Dengan menganalisis interaksi antara elemen desain, makalah ini berusaha memahami cara-cara dampak transformatif desain spasial terhadap ruang fisik dan pengalaman pengguna. Pada akhirnya, penulisan ini menyimpulkan bahwa sebuah program, sebagai sebuah konsep, dapat dibangun dengan berbagai cara untuk mencapai ide yang diinginkan oleh penciptanya."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putera Anarta Mardanadi
"Di dalam keseharian kehidupan, seiring manusia yang keluar dari ruang privatnya, manusia dihadapkan dengan keberadaan ruang kota yang merupakan ruang publik, yang juga dialami manusia yang lain. Manusia yang mengisi ruang keseharian tersebut adalah manusia yang belum tentu mengenal satu sama lain, sehingga ketika sedang berada di ruang kota tersebut, seorang individu berada di antara orang-orang asing. Interaksi yang terjadi membuat seorang individu harus menyeimbangkan hak kebebasannya di ruang publik dengan keberadaan individu yang lain di ruang tersebut, dengan memperhatikan order-order yang telah ada dan disepakati.
Namun, dalam keseharian di ruang kota yang dipenuhi keragaman, banyak individu yang menempatkan ruang privat di ruang publik, sehingga menciptakan suatu ruang yang disorder. Ruang yang disorder tersebut menjadi keseharian manusia di suatu ruang karena telah menyatu dalam ritme rutinitas keseharian manusia. Disorder tersebut hadir dalam berbagai perwujudan dan banyak hal yang merupakan bagian dari ruang kota, yang merupakan ruang keseharian, baik yang nyata maupun yang abstrak, yang melatarbelakangi keberadaan disorder di ruang tersebut.

In daily life, when a man is in the outside of his own private space, he faces and experiences the existence of urban space, which is also experienced by other humans. They, whom are inside the everyday space, do not know about each other. So when a man is in the everyday urban space, it means that he is in the middle of the existence of strangers. The interaction that occurred inside that kind of space, rules a man to be capable in balancing his right of freedom in public space with the existence of others, by acting and having behavior properly with the order that already exist in urban space.
But, in everyday urban space whose primary element is the differences, there are many people who place their private space in public space, and then make that space as disorderly space. That space becomes everyday space because it stands together with the rythm of daily routines. Disorder exists in everyday urban space in variety ways.and there are a few things, real and abstract, that cause the existence of disorder.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48429
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>