Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 201182 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pipit Lestari
"ABSTRAK
Melek kesehatan merupakan determinan status kesehatan utama yang berhubungan dengan kemampuan seseorang mengakses informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan untuk mencapai status kesehatan yang baik. Melek kesehatan dipengaruhi oleh usia, pendidikan, dan kemampuan mengakses teknologi. Mahasiswa merupakan kelompok yang memiliki faktor-faktor tersebut untuk mencapai melek kesehatan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan melek kesehatan antara mahasiswa kesehatan dan non kesehatan dan karakteristik pembanding lainnya. Metode dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan analisis perbandingan. Sampel yang terkumpul adalah 436 mahasiswa Universitas Indonesia. Melek kesehatan diukur menggunakan Health Literacy Questionnaire (HLQ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa kesehatan memiliki tingkat melek kesehatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa non kesehatan (p<0,001). Karakteristik pembanding lain yang signifikan secara statistik adalah pendapatan keluarga pada mahasiswa non kesehatan (p=0,04). Frekuensi akses informasi kesehatan online memiliki hubungan yang signifikan terhadap tingkat melek kesehatan. Sumber informasi kesehatan juga tampak memiliki peranan dalam melek kesehatan. Peningkatan kemampuan melek informasi kesehatan online pada mahasiswa penting untuk dilakukan oleh Universitas Indonesia. Selain itu, sumber informasi kesehatan online harus ditingkatkan kualitasnya.

ABSTRACT
Health literacy is a major determinant of health status associated with a person's ability to access health information and health services to achieve good health status. Health literacy is influenced by age, education, and technology access ability. Students have these factors to achieve high health literacy level. This study aimed to compare the health literacy among health stuent and non-health student and identify other comparative characteristics. This study used cross sectional design and used comparative analysis. Samples collected are 436 students at the Unversitas Indonesia. Health literacy was measured using the Health Literacy Questionnaire (HLQ). The results showed that health students higher health literacy level compared to non-health students (p <0.001). Other comparative characteristic that statistically significant influencing health literacy level is the family income of non-health students (p = 0.04). Frequency of access to online health information has a significant relationship with the level of health literacy. Sources of health information also appears to have a role in health literacy. Universitas Indonesia should increase the online health information literacy skills in students. In addition, the quality of online health information sources must be improved.
"
2016
S63102
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amma Rahmala Sari
"ABSTRAK
Literasi kesehatan menjadi prediktor status kesehatan individu. Literasi kesehatan dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan kognitif dan sosial individu untuk menerima, memproses, memahami dan menggunakan informasi untuk membuat keputusan bagi kesehatannya. Literasi kesehatan ini dapat mempengaruhi perilaku kesehatan seseorang, termasuk kebiasaan makan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan literasi kesehatan dengan kebiasaan makan pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa kesehatan dan non kesehatan. Metode dalam penelitian ini menggunaan metode cross sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 350 mahasiswa. Literasi kesehatan diukur menggunakan kuesioner Health Literacy Questionnaire, sedangkan kebiasaan makan diukur menggunakan Food Frequency Quesionnaire modifikasi. Penelitian ini diikuti oleh 212 mahasiswa perempuan, 174 memiliki suku Jawa, 264 mahasiswa non kesehatan, dan 189 mahasiswa tinggal bersama orang tua. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara tingkat literasi kesehatan dengan kebiasaan makan yang diuji menggunakan chi square p=0,024;OR=8,438 . Peningkatan kemampuan literasi kesehatan pada mahasiswa diperlukan untuk membantu pembentukan perilaku kebiasaan makan yang baik. Untuk itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan literasi kesehatan dengan menyediakan website informasi kesehatan yang terpercaya dan pembuatan aturan tentang kebiasaan makan di lingkungan organisasi.

ABSTRACT
Health literacy is a predictor of an individual 39 s health status. Health literacy can be interpreted as knowledge, cognitive and social skills to receive, process, understand and use information to make health decisions. Health literacy will affect on one 39s health behavior including eating habits. The aim of study was to identify relationships of health literacy with eating habits on health and non health students rsquo executive council SEC . This study used cross sectional method with accidental sampling. Samples in this study are 350 students. Health literacy used the Health Literacy Questionnaire, whereas eating habits used a Food Frequency Quesionnaire which has been modified. This study consist of 212 females, 174 Javanese, 264 non health students, and 189 students live with parents.The results showed a significant relationship between health literacy level and eating habits with chi square statistical test p 0,024 OR 8,438. Improving students 39 health literacy skills is needed to establish good behavior of eating habits. Therefor, we need an effort to improve health by providing a trusted and integrated health information website and create regulation about eating habits in organization circle. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Aditia Puspaningrum
"Kepuasan pasien dapat di ukur menggunakan lima dimensi kepuasan (keandalan, ketanggapan, jaminan, empati, produk-produk fisik). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan Pusat Kesehatan Mahasiswa Universitas Indonesia (PKM UI) setelah dilakukan upaya perbaikan pelayanan. Desain penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Teknik pengambilan sampel (n=106) menggunakan consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang puas terhadap pelayanan PKM UI hanya sebesar 45%. Sebesar 57% puas pada dimensi ketanggapan, 52,38% puas pada dimensi jaminan, 42,80% puas pada dimensi kehandalan, 42,40% puas pada dimensi empati, dan 45,30% puas pada dimensi produk-produk fisik.

Patient satisfaction can be measured using five dimensions of satisfaction (reliability, responsiveness, assurance, empathy, tangibles). This research aims to know student satisfaction about service of health care student center of Universitas Indonesia (PKM UI) after service improvement done by PKM UI. Design for this research was simple descriptive. The technique of sampling (n = 106) used consecutive sampling. The research showed that students who were satisfied to PKM UI’s services only 45%. 57% satisfied in dimension responsiveness, 52,38% satisfied in dimension assurance, 42,80% satisfied in dimension reliability, 42,40% satisfied in dimension empathy, and 45,30% satisfied in dimension tangibles."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46740
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jusephina
"Literasi gizi adalah tingkatan dimana seseorang memiliki kapasitas untuk menperoleh, memproses, dan memahami informasi dasar seputar gizi. Literasi gizi dapat memengaruhi pembentukan pola makan pada usia remaja dan dewasa muda. Skripsi ini meneliti tingkat literasi gizi pada mahasiswa untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengannya, antara lain jenis kelamin, rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan, dan tingkat uang saku.
Desain studi yang digunakan adalah cross sectional kepada 373 mahasiswa sarjana Universitas Indonesia angkatan 2017 dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari tiga domain literasi fungsional, interaktif, dan kritikal. Data dianalisis dengan uji Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan 47.2 responden memiliki literasi gizi tidak adekuat. Hasil analisis bivariat menunjukkan adanya hubungan bermakna antara rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan dengan tingkat literasi gizi total p = 0.000, OR = 4.6 . Rumpun ilmu kesehatan dan non kesehatan juga berhubungan bermakna dengan literasi gizi fungsional p = 0.000, OR = 2.9, dengan literasi gizi interaktif p = 0.002, OR = 2.5, dan dengan literasi gizi kritikal p = 0.001, OR = 2.7.

Nutrition literacy is defined as the degree to which individual has the capacity to obtain, process, and understand about basic nutrition information. Nutrition literacy can affect the formation of different diet in adolescents and young adults. This thesis examines the level of nutrition literacy among first year undergraduate students to know about the factors associated with it, including gender, clusters of health and non health science, and allowance.
This study used cross sectional design to 373 first year undergraduate students in University of Indonesia by using the questionnaire instrument consisting of three domains functional, interactive, and critical. Data were analyzed by chi square test.
The result showed that 47,2 of respondents had inadequate nutrition literacy. The result of bivariate analysis showed that there is a significant correlation between health science and non health science cluster with the total nutrition literacy rate p 0.000, OR 4.6 . Health science and non health science cluster were also significantly associated with the functional nutrition literacy p 0.000, OR 2.9, interactive nutrition literacy p 0.002, OR 2.5, and critical nutrition literacy p 0.001, OR 2.7.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Fairuz Febriyanty
"Latar belakang: Saat ini Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) masih merasakan stigma dan diskriminasi dari keluarga, masyarakat, dan tenaga kesehatan walaupun perkembangan virus HIV dapat dikendalikan berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan. Stigma pada pelayanan kesehatan dapat menghambat ODHA untuk mengakses perawatan sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup. Peningkatan
pengetahuan dan paparan klinis pada mahasiswa kedokteran dapat meningkatkan sikap positif pada ODHA. Belum pernah ada penelitian besar di Indonesia terkait stigma mengenai ODHA pada tiga mahasiswa fakultas kesehatan. Metode: Penelitian ini menggunakan deskriptif potong lintang pada 1400 mahasiswa menggunakan kuesioner tentang stigma terhadap ODHA yang pernah dipakai sebelumnya. Kuesioner ini telah diadaptasi lintas budaya ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil: Secara keseluruhan, mahasiswa mendapatkan skor yang tinggi pada skor keyakinan pribadi/budaya tentang HIV (68,1%), skor pengetahuan mengenai HIV (60,7%) dan skor interaksi klinis dengan pasien HIV-positif (80,9%). Terdapat perbedaan bermakna antara usia, angkatan dan fakultas dengan masing-masing subskor. Terdapat hubungan yang signifikan antara total subskor dengan keyakinan pribadi/budaya tentang HIV, pengetahuan megenai HIV dan interaksi klinis dengan pasien HIV-positif. Kesimpulan: Stigma mengenai ODHA pada mayoritas mahasiswa kesehatan di RIK UI adalah rendah, namun masih ada sejumlah mahasiswa dengan stigma. Stigma mengenai ODHA pada mahasiswa dalam penelitian ini dibedakan oleh usia, asal fakultas, dan tahun masuk.
Background: Currently people living with HIV/AIDS (PLWHA) still feel stigma and discrimination from their families, communities, and health workers even though the development of the HIV virus can be controlled thanks to technological advances in the health sector. Stigma in health services can prevent people living with HIV from accessing care so that it can affect their quality of life. Enhancement
knowledge and clinical exposure to medical students can increase positive attitudes towards PLWHA. There has never been a major study in Indonesia related to the stigma regarding PLWHA in three health faculty students. Methods: This study used a cross-sectional descriptive study on 1400 students using a questionnaire about stigma against PLWHA that had been used before. This questionnaire has been adapted cross-culturally into Indonesian. Results: Overall, students scored highly on personal/cultural beliefs about HIV (68.1%), knowledge about HIV (60.7%) and clinical interaction scores with HIV-positive patients (80.9%) . There is a significant difference between age, class and faculty with each subscore. There is a significant relationship between the total subscore and personal/cultural beliefs about HIV, knowledge about HIV and clinical interactions with HIV-positive patients. Conclusion: Stigma regarding PLWHA in the majority of health students at RIK UI is low, but there are still a number of students with stigma. Stigma regarding PLWHA in students in this study was distinguished by age, faculty origin, and year of admission."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dini Nurul Hidayati
"Penelitian ini membahas tentang perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan di Universitas Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perilaku pencegahan COVID-19 pada mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan ditinjau dari teori health belief model. Variabel yang diteliti adalah perilaku pencegahan COVID-19, faktor pemodifikasi (usia, jenis kelamin, pengetahuan) dan persepsi individu (persepsi kerentanan, keparahan, manfaat, hambatan dan self efficacy). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan metode penelitian cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 110 orang mahasiswa kesehatan dan non-kesehatan dengan menggunakan metode pengambilan sampel purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68% mahasiswa kesehatan memiliki perilaku pencegahan COVID-19 yang baik dan 31.6% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Sedangkan mahasiswa non-kesehatan yang memiliki perilaku pencegahan yang baik adalah 59.7% dan 40.3% memiliki perilaku pencegahan yang kurang baik. Terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan perilaku pencegahan COVID-19 (p=0.020).

This study discusses about the preventive health behaviours of COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences Universitas Indonesia. The objective of this study was to look preventive health behaviour COVID-19 among students majoring in health and non-health sciences based of health belief model. Variabels in this study including preventive behaviour, modifying factors (Age, sex, and knowledge), individual perceived (perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, dan perceived barriers and self efficacy). This study using quantitative approaches and cross sectional study methods.The total samples of this study is 110 people of students majoring in health and non-health sciences with purposive sampling method. The result showed that 68% students majoring health sciences are having good preventive behaviour and 31.6% have enough preventive behaviour, while 59.7% the student majoring non-health science have good preventive behaviour and 40.3% have enough preventive behaviour. There was significant associations between sex with preventive health behaviour of COVID-19 (p=0.020)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faradita Haryuningtyas
"ABSTRAK
Gaya hidup sehat merupakan salah satu upaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas hidup. Gaya hidup sehat dapat meningkat apabila kemampuan memperoleh, dan mengolah informasi baik. Kemampuan tersebut dapat diketahui melalui tingkat literasi kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara literasi kesehatan dan gaya hidup sehat. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel 235 mahasiswa keperawatan, dengan teknik pengambilan sampel stratified random sampling. Gaya hidup sehat diukur menggunakan modifikasi instrumen Health Promoting Lifestyle Profile HPLP-II dan buku panduan GERMAS tahun 2015. Literasi kesehatan diukur menggunakan instrumen Health Literacy Questioner HLQ . Hasil penelitian menunjukkan 48,1 mahasiswa memiliki gaya hidup sehat sedangkan 51,9 memiliki gaya hidup tidak sehat. Rata-rata skor tingkat literasi kesehatan mahasiswa keperawatan 150,07 dari 197. Peneletian ini juga menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara literasi kesehatan dengan gaya hidup sehat X2=35,696.

ABSTRACT
Healthy lifestyle is one attempted to improve and enhance the quality of life. Healthy lifestyles can increased if the ability to obtain, and processed the information was good. This ability can be known through the health literacy level. This study aimed to identify the relationship between health literacy and healthy lifestyle. This study used cross sectional design with 235 samples of nursing students, with stratified random sampling as a sampling technique. Healthy lifestyle was measured by using modification Health Promoting Lifestyle Profile HPLP II instrument and GERMAS guided book 2015. Health literacy was measured by using the Health Literacy Questioner HLQ instrument. The results shows that 48.1 of students had a healthy lifestyle, while 51.9 had an unhealthy lifestyle. The average health literacy score of nursing students was 150.07 from 197. This study also shows that there is a significant relationship between health literacy and healthy lifestyle X2 35,696."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kustia Anggereni
"Kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia masih kurang. 18.5 bangunan Puskesmas rusak sedang hingga berat dan 26.3 puskesmas memiliki kelengkapan alat kurang dari 40. 40.9 tidak memiliki ruang tunggu, dan 22.3 tidak memiliki air bersih. Penelitian di PKM UI Tahun 2013 menunjukkan hasil 45 puas akan pelayanan kesehatan di PKM UI, yaitu 57 puas pada tangible, 52 pada assurance, 43 pada reliability, 42 pada empathy, dan 45 pada tangible. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap pelayanan kesehatan yang ada di layanan dokter umum Klinik Satelit UI Tahun 2018. Design penelitian ini adalah kuantitatif dengan responden 160 mahasiswa UI yang baru saja menggunakan pelayanan kesehatan di layanan dokter umum Klinik Satelit UI. Diteruskan dengan penelitian kualitatif dengan metode wawancara mendalam kepada provider. Hasil penelitian menunjukkan 96 mahasiswa memiliki persepsi baik terhadap kualitas pelayanan kesehatan di layanan dokter umum Klinik Satelit UI, yaitu 86.9 pada tangible, 73.8 pada reliability, 77.5 pada responsiveness, 80.7 pada assurance, dan empathy 73.3. Harapan mahasiswa tertinggi pada reliability, yaitu98.6. Beberapa hal yang belum memenuhi harapan mahasiswa dan memiliki prioritas tinggi adalah prosedur pelayanan, kegiatan administrasi, sikap petugas, dan kecakapan perawat dalam menjalankan tugas. Disarankan untuk mempertegas prosedur pendaftaran terutama bagi mahasiswa yang tidak membawa lengkap syarat pendaftaran awal, membuat sistem registrasi online atau menerima siswa magang, menerapkan budaya pelayanan 5S, dan terus mengusahakan pembuatan sistem antrian monitor atau menerapkan proses pemanggilan pasien seperti sistem monitor antrian.

The quality of health services in Indonesia is lacking. 18.5 of Public Health Center buildings are moderately to severe and 26.3 of public health center has equipment completeness less than 40. 40.9 has no waiting room, and 22.3 has no clean water. Research at PKM UI Student health center about health service in 2013 shows 45 satisfied, which is 57 satisfied on tangible, 52 on assurance, 43 on reliability, 42 on empathy, and 45 on tangible. This study aims to determine students 39 perceptions of health services in the General doktor service at Satelit Clinic UI in 2018. This research design is quantitative with 160 respondents, viz. students of University of Indonesia who has used health services in the general doctor service at Satelit Clinic, University of Indonesia. Then for warded with qualitative research within depth interview method to provider. The result of this research shows that 96 of students have good perception on the quality of health service in general doctor service at Satelit Clinic, which is 86.9 on tangible, 73.8 on reliability, 77.5 on responsiveness, 80.7 on assurance, and empathy 73.3. The highest students expectation is on reliability, 98.6. Some things that has not met the expectations of students and has a high priority are the procedure of service, administrative activities, attitudes officers, and nurses in performing the duties. Therefore, it is advisable to emphasize the registration procedure especially for students who do not carry complete initial registration requirements, create an online registration system or accept internship student to be placed at registration desk, apply 5S service culture, and keep on proposing the queue monitoring system making or implementing patient calling processes such as queue monitoring system."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reyhan Taris
"Diabetes menjadi penyakit kronis dengan angka kematian yang tinggi. Tingginya angka kematian disebabkan oleh rendahnya kemampuan manajemen diri. Kemampuan manajemen diri yang rendah akibat dari kurangnya kemampuan pasien dalam mengolah informasi kesehatan yang diterima. Kemampuan mengolah informasi dapat diketahui dari tingkat melek kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara melek kesehatan dan manajemen diri diabetes melitus. Metode dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan analisis korelasi. Sampel sebanyak 52 pasien diabetes yang merupakan anggota aktif PERSADIA cabang kota Depok. Manajemen diri diabetes melitus diukur menggunakan Summay of Diabetes Self Care Activities-Revised SDSCA dan melek kesehatan diukur menggunakan Health Literacy Questioner HLQ . Hasil penelitian menunjukan bahwa mayoritas responden memiliki tingkat melek kesehatan dan kemampuan manajemen yang kurang baik. Tingkat melek kesehatan berhubungan dengan manajemen diri diabetes p=0,001; ? = 0,005 . Peningkatan tingkat melek kesehatan pada pasien diabetes melitus dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan pasien tersebut dalam melakukan manajemen diri diabetes melitus. Untuk itu perlu adanya upaya dalam meningkatkan tingkat melek kesehatan salah satunya dengan pemberian edukasi.

Diabetes becomes a chronic disease with a high mortality rate. High mortality due to low self management capabilities. Low self management ability comes from lack of patient ability to process health information received. The ability to process information can be known from the health literacy level. For that reason, health literacy level is important in helping to improve the self management of diabetes mellitus. This study aims to determine the relationship between health literacy and self management diabetes melitus. The method in this research is cross sectional with shortcut of correlation analysis. Samples are 52 diabetic patients who are active members of PERSADIA branch of Depok city. Self management diabetes mellitus is measured using the Summary of Diabetes Self Care Activities Revised SDSCA and health literacy is measured using the Health Literacy Questioner HLQ . There was a relationship between diabetes mellitus self management and health literacy p 0.001 0.005 . The increased level of health literacy in patients with diabetes mellitus can help in improving the ability of these patients in self management diabetes melitus. For that, it needs an effort in improving the level of health literacy one of them with the provision of education. Based on these results the measurement of health literacy rate in patients with diabetes mellitus can help in improving the ability of these patients in self management diabetes melitus.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69517
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tassya Lay
"Latar Belakang: Kesehatan mulut mengacu pada kesehatan gigi, gingiva, dan seluruh sistem mulut-wajah yang memungkinkan kita untuk tersenyum, berbicara, dan mengunyah. Kesehatan mulut yang buruk dapat memperburuk kondisi kesehatan umum, juga sebaliknya. Kolaborasi yang baik antara tenaga kesehatan merupakan hal yang penting dalam memberikan perawatan mulut. Untuk membangun kolaborasi yang baik, edukasi perawatan kesehatan mulut diperlukan.
Tujuan: Untuk mengetahui tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi tentang kesehatan gigi dan mulut yang dimiliki mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran, dan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia Angkatan 2021.
Metode: Penelitian deskriptif analitik potong lintang pada 442 mahasiswa Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan realibilitasnya.
Hasil Penelitian: Dari 442 mahasiswa, sebanyak 223 mahasiswa (50,5%) memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang tinggi. Namun, tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang dimiliki mahasiswa FIK lebih rendah dibandingkan mahasiswa FK dan FKG, dengan 65,8% mahasiswa FIK memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang rendah, sedangkan mayoritas mahasiswa FK (51,9%) dan FKG (63,2%) memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang tinggi.
Kesimpulan: Sebagian besar mahasiswa (50,5%) memiliki tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi yang tinggi. Tingkat kesadaran, sikap, dan persepsi responden dipengaruhi asal fakultas.

Background: Oral health refers to the health of teeth, gums, and the entire mouth-face system that enables us to smile, talk, and chew. Poor oral health can worsen general health conditions. Good collaboration between health workers is important to providing oral health care. In order to promote collaborative oral health care, oral health care education is needed.
Objectives: To determine the level of awareness, attitudes, and perceptions of oral health care among students of Health Sciences Cluster, Universitas Indonesia, batch 2021.
Methods: Cross-sectional analytic descriptive study method involving 442 students of Health Science Cluster, Universitas Indonesia using valid and reliable questionnaire.
Results: 223 out of 442 students (50,5%) had high level of awareness, attitudes, and perceptions of oral health care. However, the level of awareness, attitudes, and perceptions of nursing students were lower than medical students and dental students, 65.8% of nursing students had low levels of awareness, attitudes, and perceptions, while the majority of medical students (51.9%) and dental students (63.2%) had high level of awareness, attitudes, and perceptions.
Conclusion: Most students (50,5%) had high level of awareness, attitudes, and perceptions. The level of awareness, attitudes, and perceptions were influenced by faculty.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>