Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 94331 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Reality show merupakan jenis tayangan televisi yang semakin diminati dan bahkan mampu menempati posisi prime time di televisi. Kemiskinan dan kehidupan kaum miskin merupakan salah satu tema yang cukup populer yang diangkat dalam tayangan realita ditelevisi. Tulisan ini membahas fenomena tayang anrealitas di Indonesia, khususnya bagaimana program tayangan realitas mengkontruksi ibadah keagamaan dan distingsi kelas. Empat tayangan realitas yang disiarkan pada momen bulan suci Ramadhan 1432 H yaitu "bukan puasa biasa" (Trans TV). "orang pinggiran" (Trans 7), "jika aku menjadi-Ramadhan" (Trans TV) dan "big brother Indonesia" (Trans TV) menjadi focus kajian dalam tulisan ini. Kajian mendalam terhadap ke empat tayangan realitas tersebut menunjukkan bahwa ada proses tertikasi dan obyektifikasi realitas kemiskinan guna mendefinisikan dan menggarisbawahi ibadah kelas. Tayangan realitas tentang kelas bawah cenderung menampilkan banalitas pesan tentang kemiskinan. Realitas hidup dan ibadah agama kelas bawah hanya menjadi project bagi kelas diatasnya untuk memperbaiki kualitas spiritual keagamaannya dan untuk membangun citra positif tentang sikaya. Persolan kemiskinan, pada akhirnya, hanya dianggap sebagai problem individual yang bisa dilalui atau diatasi dengan religiu sitas dan ketekunan ibadah individual."
361 JPS 1:1(2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ramadhanti Chairunisa
"Program acara reality show pencarian bakat adalah salah satu tayangan televisi yang cukup diminati masyarakat saat ini. Salah satu program reality show pencarian bakat tersebut adalah MasterChef Indonesia yang ditayangkan di RCTI. Dalam ketatnya persaingan program antar stasiun televisi di Indonesia MasterChef Indonesia mampu memiliki rating dan share yang cukup tinggi. Hal tersebut diduga akibat adanya konten yang mengandung unsur drama untuk ditampilkan dan kepada penonton. Dalam tulisan ini dibahas mengenai bagaimana drama dalam tayangan MasterChef Indonesia dibangun dan apa yang menjadi tujuannya.
Tulisan ini menyimpulkan bahwa untuk mendapatkan minat penonton yang tinggi drama dalam tayangan MasterChef Indonesia dibangun berdasarkan realitas konflik yang terjadi selama kompetisi. Pihak yang terlibat dalam membangun drama tersebut tidak hanya tim kreatif namun juga melibatkan peran kontestan dan juri dengan cara mengimprovisasi karakter. Cara yang dilakukan tim kreatif dalam membangun drama dengan memanfaatkan realitas agar meningkatnya rating program berujung pada terbentuknya komodifikasi yang menguntungkan pihak stasiun televisi.

Talent search reality show programme is one of television shows that attract public's interest at this time. One of the talent search reality show programme is MasterChef Indonesia which is aired on RCTI. In the firm competition among television stations in Indonesia MasterChef Indonesia is able to gain high share and rating. This is suspected that it is a result of their contents programme which contain element of drama to be shown to the audience. This article discusses about how the drama in MasterChef Indonesia is built and what is the purpose.
This article concludes that in order to get a high interest of audience drama in MasterChef Indonesia is built upon the reality of conflicts that occur during the competition. The parties who involved in building the drama is not only the creative team but also the role of contestants and the judges by improvising of characters. The way that the creative team used for building the drama by making use of reality in order to gain the rating programme indicates a commodification that prosper the station itself.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Rafi Rizkanda Adrian Rachim
"Tugas Karya Akhir ini berpandangan bahwa produk jurnalistik berupa reality show terkait pemolisian selalu membangun citra yang positif terhadap kepolisian itu sendiri. Program reality show yang diteliti dalam tulisan ini cenderung lebih menonjolkan fungsi jurnalisme sebagai media hiburan saja. Padahal, jurnalisme memiliki fungsi lain seperti informasi, pendidikan, dan kontrol sosial, yang dapat ditunjukkan melalui penjelasan mengenai penyebab dan proses penyelesaian dari sebuah kasus kejahatan. Dengan menggunakan teknik analisis naratif, penulis menganalisis episode terpilih yang diperoleh dari masing-masing akun resmi YouTube program tersebut. Tulisan ini menggunakan konsep Media and The Social Construction of Crime dan mengaitkannya dengan perspektif infotainment criminology dalam mengkaji konstruksi yang dibangun oleh media massa pada program reality show terkait pemolisian. Hasil dari kajian pada tulisan ini menunjukkan bahwa aktor utama pada setiap episodenya selalu dari otoritas penegak hukum, yaitu polisi yang digambarkan sebagai pihak berwenang. Sedangkan masyarakat hanya dijadikan sebagai objek liputan. Selain itu, kajian ini membuktikan bahwa program reality show tersebut cenderung lebih menekankan pada tujuan menghibur daripada memberikan informasi berupa edukasi kepada masyarakat. Dengan begitu, media massa mampu mengkonstruksi bahwa polisi sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Maka, program reality show ini dapat menjadi wadah pencitraan bagi kepolisian untuk menunjukkan produktivitasnya sehingga memperoleh citra positif.

This thesis discuses that journalistic products in the form of policing-themed reality show program always build a positive image of the police themselves. The reality show program studied in this paper tends to emphasize the function of journalism as an entertainment medium only. In fact, journalism has other functions such as information, education, and social control, which can be demonstrated through an explanation of the causes and the process of solving a crime case. By using narrative analysis technique, the writer analyses selected episodes obtained from each of the program's official YouTube accounts. This paper uses the concept of Media and The Social Construction of Crime and relates it to the perspective of infotainment criminology in examining the constructions built by the mass media on policing-themed reality show program. The results of the study in this paper show that the main actor in each episode is always from the law enforcement authorities, namely the police who are described as the authorities. While the citizen is only used as the object of coverage. In addition, this study proves that the reality show program tends to emphasize more on entertaining purposes than providing information in the form of education to the public. In this way, the mass media are able to construct that the police have carried out their duties properly. So, this reality show program can be an public relations platform for the police to show their productivity so as to obtain a positive image."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Alifa Putri Andari
"Penelitian ini membahas mengenai preferensi khalayak terhadap program reality show kompetisi dangdut. Program reality show kompetisi dangdut pada penelitian ini merujuk pada program Liga Dangdut Indonesia di Indosiar. Dalam penelitian ini, penjelasan mengenai preferensi khalayak terhadap program Liga Dangdut Indonesia akan dipaparkan dengan berbagai konsep seperti konsep pengisi acara, strategi dan elemen kreatif program, serta integrasi media sosial. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif, dengan paradigma konstruktivisme.
Hasil penelitian menemukan bahwa penonton memiliki preferensi terhadap program Liga Dangdut Indonesia. Preferensi yang terbentuk adalah preferensi yang positif dimana khalayak menyukai atau memiliki ketertarikan terhadap Liga Dangdut Indonesia. Preferensi terhadap Liga Dangdut Indonesia terbentuk berdasarkan dua hal, yaitu latar belakang khalayak sebagai penggemar dangdut, serta pengisi acara Liga Dangdut Indonesia yang merupakan arti-artis dangdut terkenal yang menghibur.

This study discusses audience preferences towards dangdut reality competition show. Dangdut reality competition show in this study refers to Liga Dangdut Indonesia on Indosiar. Through this study, an explanation of audience preferences towards Liga Dangdut Indonesia will be presented using various concepts such as the concept of performers, strategies and creative elements of television program, and social media integration. This study was conducted using qualitative approach with constructivist paradigm.
The results of this study found that the audience have preference towards Liga Dangdut Indonesia. The preferences that are formed in this study is positive preferences, which audience likes or has interest towards Liga Dangdut Indonesia. Their preferences towards Liga Dangdut Indonesia are based on two things. First, the background of the audience as dangdut fans. Second, the performers of Liga Dangdut Indonesia are well-known dangdut singers who can entertain the audience.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Togi Prakoso
"ABSTRAK
Program televisi yang saat ini populer di masyarakat diantaranya adalah program pencarian bakat, yang
umumnya adalah pencarian bakat seni. Program-program tersebut seringkali memiliki rating yang sangat tinggi
dan juga mempengaruhi perilaku khalayak penikmat dan penonton televisi. Jurnal ini kemudian akan membahas
mengenai program-program pencarian bakat tersebut dan hubungannya dengan kepuasan yang dicapai para
pesertanya. Seringkali kepuasan yang diusahakan dan dicapai oleh para pesertanya bersifat semu. Hal tersebut
juga terjadi pada para penonton program tersebut. Mereka kemudian memiliki pandangan mainstream mengenai
aliran seni tertentu yang dianggap populer dan bisa menguntungkan secara ekonomis.Teori dan konsep yang
digunakan diantaranya adalah jouissance, komodifikasi, dan mainstreaming. Jurnal ini diharapkan dapat
memperkaya wawasan dan mampu membuka kesadaran pembaca mengenai program pencarian bakat di televisi.
Program-program tersebut cukuplah dijadikan sebagai ajang hiburan dan tanpa mempengaruhi esensi seni itu
sendiri sebagai sarana ekspresi diri dan bukan merupakan sebuah komoditas. Dengan begitu maka masyarakat
akan lebih dapat mengapresiasi berbagai jenis seni dan menghargai proses penciptaan karya seni tanpa
jouissance.

ABSTRACT
Popular television program nowadays are talent search programs. Those programs are sometimes the highest
rated program among others in the television station. This journal will examines about the programs and the
connection with the satisfactory achieved by the contestant. Mostly, the satisfaction achieved are pseudo and
apparent. This is also reflected in the audience of the program. They then have the mainstream view of the
particular art form that is considered popular and can be advantageous economically. Theories and concepts
used include jouissance, commodification, and mainstreaming. This journal is expected to enrich the knowledge
and being able to open the reader's awareness of the talent search program on television. Such programs serve
as entertainment only and without affecting the essence of art itself as a means of self-expression and not a
commodity. By doing so, the community will be able to appreciate different kinds of art and appreciate the
process of creating a work of art without jouissance."
[, ], 2014
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Agung Ayu Tehilla Putri Cahyadi
"Korea Selatan merupakan salah satu negara yang telah berhasil menerapkan gastrodiplomasi melalui kampanye terhadap peningkatan keuntungan ekonomis dan pembentukan citra nasional Korea di mata internasional. Selain itu, promosi oleh masyarakat publik, diaspora Korea, bahkan media massa berperan dalam gastrodiplomasi Korea. Salah satunya adalah acara realitas memasak. Acara realitas memasak tidak hanya menghibur, namun menjadi instrumen gastrodiplomasi Korea. Gastrodiplomasi Korea juga berpengaruh pada peningkatan interaksi silang budaya antar negara. Acara realita memasak memiliki penonton global yang signifikan sehingga meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap makanan Korea. Salah satunya adalah acara realitas memasak berjudul “The Genius Paik”. “The Genius Paik” merupakan acara realitas memasak yang menampilkan Baek Jong Won (chef terkenal di Korea) dan para selebritas lain yang berusaha membuka restoran makanan Korea di negara asing dengan berbagai tantangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi gastrodiplomasi yang ditampilkan dan dampak yang dihasilkan melalui acara realitas memasak “The Genius Paik”. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan studi literatur berupa jurnal, berita, dan korpus utama yaitu acara realitas memasak “The Genius Paik”. Hasil dari penelitian ini adalah acara ini meningkatkan pemahaman lintas budaya antara Korea dengan Napoli dan Maroko melalui 15 strategi dan komunikasi lintas budaya dalam proses gastrodiplomasi.

South Korea is one of the countries that has successfully used gastrodiplomacy to increase economic benefits and shape Korea's national image in the eyes of the international community. Furthermore, public, Korean diaspora, and even mass media promotion plays a role in Korea's gastrodiplomacy. Cooking reality shows are one of them. Cooking reality shows are not only entertaining, but they are also used as a tool in Korean gastrodiplomacy. Cooking reality shows have a large global audience, which greatly improves people's understanding of Korean food. A cooking reality show called "The Genius Paik" is one of them. "The Genius Paik" is a cooking reality show starring Baek Jong Won (a well-known Korean chef) and other celebrities as they attempt to open Korean food restaurants in foreign countries while facing various challenges. The purpose of this study is to examine the gastrodiplomacy strategy displayed and the impact generated by the cooking reality show "The Genius Paik." The descriptive qualitative research method was used, with literature studies in the form of journals, news, and the main corpus, namely the cooking reality show "The Genius Paik." According to the findings of this study, this show can help to increase cross-cultural understanding between Korea, Naples, and Morocco by utilizing 15 strategies and cross-cultural communication in the gastrodiplomacy process.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Johanes Bosco Widhi Wicaksono
"ABSTRAK
Saat ini televisi Indonesia sangat minim menayangkan program anak. Jumlah program anak yang ada tidak bisa memenuhi kebutuhan waktu harian anak menonton, sehingga besar kemungkinan anak menonton tayangan dengan klasifikasi remaja atau dewasa. Selain itu saat ini program anak yang ada didominasi oleh tayangan serial animasi atau kartun yang ternyata belum sepenuhnya aman bagi anak Untuk itu program Jagoan Cilik hadir sebagai altenatif program anak di industri televisi nasional melalui format edutainment yang merupakan program televisi hiburan berbasis edukasi. Program ini memiliki tujuan sosial untuk menambah jumlah tayangan yang aman bagi anak. Untuk pembuatan prototype dilakukan riset khalayak terhadap 30 anak usia 5-8 tahun sebagai target khalayak program. Jagoan Cilik mengajak anak-anak untuk melakukan aksi menyelesaikan misi seputar keahlian unik serta memberi kesempatan penonton untuk terlibat langsung dalam program, yakni dengan mengirimkan karya atau video keahlian tertentu dan yang terpilih berhak menjadi Kapten Cilik (bintang tamu).

ABSTRACT
The number of existing children's programs is very few and can not meet the needs of children's daily TV watching, so it is probable that a child watches teen or adult's programs. Besides, existing children's programs are dominated by animated series or cartoons which apparently are not entirely safe for children. Therefore Jagoan Cilik comes as an alternative to children?s programs through edutainment format which is educating yet entertaining at the same time. Social purpose of this program is to increase the number of programs that are safe for children. To create the prototype audience research is conducted to 30 children aged 5-8 as the program's target audience. Jagoan Cilik encourages children to take action completing the mission about unique skills and give the audience an opportunity to be directly involved in the program by submitting a video work or other specific skill works, and the elected one is entitled Kapten Cilik.
"
2016
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dwininta Widyastuti
"ABSTRAK
Saat ini popularitas program acara televisi sedang meningkat. Program hiburan ini menarik perhatian pemirsa karena didominasi oleh permainan dan biasanya
melibatkan aktivitas fisik peserta kompetisi game show. Lokasi acara syuting juga bervariasi, termasuk destinasi wisata bertema petualangan yang melibatkan keindahan alam. Penelitian ini menggunakan studi eksperimen untuk mengukur intensi perilaku pemirsa game show terhadap wisata petualangan yang tayang dalam program tersebut. Penelitian ini membuktikan jika hubungan keterlibatan pemirsa dan intensi perilaku untuk melakukan perjalanan ke destinasi wisata dimediasi oleh citra kogntif dan citra afektif. Secara khusus, citra kogntif dapat secara signifikan berkorelasi dengan citra
afektif, dan keduanya menyebabkan dengan intensi perilaku. Media televisi berkaitan dengan keberjalanan proses psikologis, sehingga ditemukan bahwa keterlibatan penonton menyebabkan intensi perilaku pemirsa. Sementara itu, gambar destinasi wisata memediasi hubungan ini, yaitu gambar yang memberikan persepsi citra kogntif dan citra afektif, sehingga kedua variabel ini ditemukan menjadi mediator penting. Oleh karenanya, pengelolaan program televisi sebagai media penyampai pesan perlu fokus pada penciptaan lebih banyak lagi gambaran peristiwa yang positif, yang nantinya menyebabkan pada pembentukan citra afektif yang positif pula terhadap lokasi destinasi wisata. Semakin tinggi citra destinasi wisata untuk pemirsa maka akan menyebabkan
intensi perjalanan yang lebih tinggi pula di masa mendatang.

ABSTRACT
Currently the popularity of the show television programs is on the rise. This
entertainment program attracts viewers' attention because it is dominated by games and usually involves the physical activity of the participants of the game show competition. The location of the shooting event also varied, including adventure-themed tourism destinations involving natural beauty. This study uses an experimental study to measure the behavior intentions of game show viewers of adventure tours that aired in the program. This study proves that the relationship of audience involvement and behavioral intentions to travel to tourist destinations is mediated by cognitive and affective imagery. In particular, cognitive imagery can be significantly effects affective imagery, and both cause with behavioral intentions. Television media deals with psychological process travel, so it is found that audience involvement leads to audience behavior intentions. Meanwhile, the image of a tourist destination mediates this relationship, the image that gives the perception of the cognitive image and the affective image, so that these two variables are found to be important mediators. Therefore, the management of television programs as media messengers need to focus on creating more positive picture of adventure-themed tourism destinations, which will lead to the formation of positive affective image also to the location. The higher the image of the
tourist destination for the viewers will lead to higher travel intentions in the future."
2018
T51275
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Esra Leonora
"Korean Reality show "Let 美人" adalah sebuah program reality TV yang memanfaatkan para peserta perempuan yang memiliki ketidakpuasan dan penolakan terhadap penampilan mereka, untuk mempromosikan operasi plastik. Fokus utama dari makalah ini adalah bagaimana kecantikan yang ideal direpresentasikan dan bagaimana perempuan diposisikan dalam season kedua Korean reality show "Let 美人". Secara khusus, tiga episode, yaitu episode keenam, ketujuh, dan kesembilan dalam season ini, dianalisis untuk melihat bagaimana acara reality show ini menghadirkan peserta sebelum dan setelah mereka menjalani operasi plastik. Dengan menggunakan analisis semiotik John Fiske, penulis menemukan bahwa kecantikan yang ideal dikonstruksikan di acara reality show ini, yaitu kecantikan yang mengarah kepada kecantikan ideal Barat. Bersamaan dengan itu, bagaimanapun, perempuan diobjektifikasikan sebagai objek seksual, objek kecantikan dan objek konsumsi. Makalah ini menyimpulkan bahwa meskipun "Let 美人" membantu peserta untuk menjadi perempuan yang cantik, mereka juga diperdaya pada waktu yang sama.

Korean reality show "Let 美人" is a reality TV program that exploits female participants with dissatisfactions and resistances on their appearance, to promote plastic surgery. The main focus of this paper is how the ideal beauty is represented and women are positioned in the second season of Korean reality show "Let 美人". Specifically, the three episodes, which are the sixth, the seventh, and the ninth episode in this season, are analyzed to examine the way this reality show presents participants before and after they undergo plastic surgery. By using John Fiske's semiotic analysis, I found out that the ideal beauty constructed in this reality show pointed to Western ideal beauty. Along with it, however, women are objectified as sexual objects, beauty objects and objects of consumption. This paper concludes that even though "Let 美人" assists participants to be beautiful women, they are also victimized at the same time.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Novitasari
"Skripsi ini membahas mengenai tindak tutur memuji secara eksplisit dan implisit dalam bahasa Jepang. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan tindak tutur memuji secara eksplisit dan implisit. Penjelasan mengenai tindak tutur secara eksplisit akan dipaparkan leksikon-leksikon yang secara lugas menyatakan pujian. Sedangkan, penjelasan mengenai tindak tutur implisit melalui ujaran-ujaran taklangsung yang mengimplikasikan pujian. Analisis masalah penelitian ini menggunakan teori tindak tutur yang dikemukakan oleh J.L. Austin dan John R. Searle, serta teori mengenai eksplikatur dan implikatur yang digagas oleh Paul Grice. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan desain deskriptif analisis yang berfokus pada variety show X Factor Japan. Hasil penelitian ini ditemukan tindak tutur memuji secara eksplisit, tindak tutur memuji secara implisit serta kombinasi antara tindak tutur memuji secara eksplisit dan implisit.

The focus of this study is the speech acts of compliment explicitly and implicitly in Japanese. This study aims to explain the speech acts of compliment explicitly and implicitly. Explanation of speech acts will be explicitly exposed by lexicon that plainly compliment. Meanwhile, the explanation of implicit speech acts through indirect utterances implies compliment. Analysis of this research problem using the theory of speech acts proposed by J.L. Austin and John R. Searle, as well as the theory of explicatures and implicatures who initiated by Paul Grice. This research is qualitative with descriptive analytical design that focuses on variety show X Factor Japan. The results of this study found speech acts of compliment explicitly, speech acts of compliment implicitly and a combination of speech acts of compliment explicitly and implicitly.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>