Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154852 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"The title of this paper is "Displacement Effects of TV and The Child's functional Orientation to media". This paper is to discuss the issue in "Wacana" as a scientific journal published by FIKOM UPDM (B), which is meant to broaden perspective in conducting research in mass communication. For that purpose, the writer had made some analysis on the research conducted by IR Brown, Jk Grammond, and RJ Wide entitled "Displacement effects of television and the child's functional orientation to the media", which is related to the use of Mass communication current perspective on gratification research published by Jay. G. Blummer and Elenn Katz"
WAC 4:16 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
M. Habib Bari
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1995
302.2 HAB t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meilina Sari
"ABSTRAK
Kemampuan untuk memahami apa yang disampaikan oleh
orang lain dan kemampuan untuk mengutarakan isi pikiran kepada orang
lain adalah penting. Petty dan Jensen (1980) menyatakan bahwa
kemampuan berbahasa berkorelasi positif dengan keberhasilan belajar anak.
Untuk dapat dipahami oleh orang dewasa, anak-anak yang menguasai
kebanyakan konsep spontan dapat saja menguasai konsep ilmiah dengan
bantuan guru di sekolah atau melalui interaksi dengan orang dewasa yang
lebih ahli di lingkungannya.
Dalam penelitian ini, peneliti tertarik untuk meneliti apakah
ada pengaruh lingkungan belajar terhadap kemampuan bahasa anak usia 8 -
10 tahun yang diukur melalui kompetensi komunikatif. Lingkungan belajar
dalam penelitian ini dibatasi pada lingkungan belajar di rumah dan di
sekolah. Sedangkan aspek-aspek yang terdapat di dalam lingkungan belajar
dibatasi pada aspek : Orang-orang di sekitar anak dan interaksinya,
Aktivitas anak, Fasilitas fisik , dan Komunikasi dan nilai-nilai yang dianut,
seperti yang dikemukakan oleh Bronfenbrenner (dalam Myers, 1992).
Subyek yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah siswa-
siswi sekolah dasar berusia 8 - 10 tahun dengan tingkat inteligensi umum
rata-rata. Subyek-subyek penelitian diambil dari 2 lingkungan belajar yang berbeda, yaitu sebanyak 30 subyek berasal dari lingkungan belajar yang
banyak menyediakan stimulus secara kualitatif dan kuantitatif dalam
merangsang kompetensi komunikatif anak (lingkungan belajar A) dan
sebanyak 30 subyek lainnya berasal dari lingkungan belajar yang kurang
dalam menyediakan stimulus secara kualitatif dan kuantitatif dalam
merangsang kompetensi komunikatif anak (lingkungan belajar B). Untuk
mengukur kompetensi komunikatif subyek, subyek diminta untuk
menjabarkan/menjelaskan 9 kata benda target.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang
berada di lingkungan belajar yang banyak menyediakan stimulus-stimulus
secara kualitatif maupun kuantitatif dalam merangsang kompetensi
komunikatif anak memiliki nilai kompetensi komunikatif yang Iebih tinggi
secara signifikan daripada anak-anak yang berada di lingkungan belajar
yang kurang dalam menyediakan stimulus. Di samping itu, penelitian ini
juga menunjukkan bahwa walaupun semua aspek-aspek lingkungan belajar
memberikan pengaruh dan berkorelasi positif terhadap kemampuan bahasa
anak yang dalam penelitian ini dikaitkan dengan penguasaan konsep yang
diukur melalui kompetensi komunikatif anak, namun aspek 1 yaitu orang-
orang di sekitar anak dan interaksinya memberikan sumbangan yang paling
besar terhadap kompetensi komunikatif anak. Begitu pula halnya dengan
kata-kata benda target yang dapat dengan sangat mudah dijelaskan/
dijabarkan oleh anak adalah kata-kata benda target yang berada di dunianya
terutama dunia bermain. Hasil penelitian ini juga menunjukkan adanya
indikasi bahwa faktor sosial ekonomi juga mempengaruhi seberapa dekat
dan sering anak berinteraksi atau memiliki pengalaman terhadap benda-
benda tersebut sehingga mempengaruhi hasil kompetensi komunikatif.
Sementara itu juga didapatkan hasil bahwa pada anak usai 8 -10 tahun, usia
tidak mempengaruhi kompetensi komunikatif anak secara signifikan.
Sedangkan untuk jenis kelamin didapatkan hasil yang berbeda antara
lingkungan belajar A, di mana jenis kelamin mempengaruhi kompetensi
komunikatif anak secara signifikan, dengan lingkungan belajar B, di mana
jenis kelamin tidak mempengaruhi kompetensi komunikatif anak.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melihat juga
peranan orang-orang di sekitar anak selain orang tua dan guru. Kemudian
dapat juga dilihat hubungan kompetensi komunikatif dengan prestasi siswa,
mengingat kemampuan berbahasa anak berkorelasi positif dengan
keberhasilan belajar anak."
1998
S2731
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Morissan, M.A.
Tangerang: Raminda Prakarsa, 2005
384.552 1 MOR m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Silva Audya Perdana
"Perkembangan bahasa anak dipengaruhi oleh banyak faktor. Sekitar 5-8 anak usia prasekolah di Indonesia mengalami keterlambatan bicara. Anak pada usia yang sangat muda butuh stimulasi yang cukup agar dapat berkembang dengan optimal. Oleh sebab itu, jika anak dibiarkan lama menonton TV, kesempatan untuk mendapatkan stimulasi yang baik menjadi terhambat. Kurangnya stimulasi yang disebabkan oleh anak yang terlalu lama menonton TV, dapat berpengaruh terhadap perkembangan bahasa anak.
Tujuan: Untuk mengetahui hubungan lama menonton TV dan perkembangan bahasa anak pada anak usia 18 bulan sampai 3 tahun.
Metode: Studi potong lintang digunakan pada studi ini dengan menggunakan data primer yang didapat melalui kuesoner. Adanya gangguan perkembangan bahasa anak ditentukan dengan menggunakan KPSP dan ELM Scale 2 Test.
Hasil: Durasi lama menonton TV pada anak dengan perkembangan bahasa normal dan keterlambatan perkembangan bahasa dibandingkan dan didapat p value senilai 0,002 dan OR = 4,4 95 CI . Bahasa yang digunakan pada tayangan TV Indonesia atau Indonesia dan Inggris berpengaruh secara signifikan p = 0,004 . Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada umur pertama anak menonton TV, pemakaian gadget, dan kepemilikan TV di dalam kamar.
Kesimpulan: Studi ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara lama menonton TV dan perkembangan bahasa. Anak yang menonton TV lebih dari 4 jam sehari memiliki risiko 4 kali lebih tinggi mengalami keterlambatan bicara.

Background: There are many factors that contribute to child language development. About 5 8 children in Indonesia experience delayed language. Children at young age are still learning to develop and need stimulation so that they can process it and learn from it. When children watch TV for a long time they get less stimulation. Less stimulation in this case may contribute to child language development.
Aim: To know if there is an association of intensity of watching TV and child language development.
Methods: This was a cross sectional study using primary data collected from questionnaires. The child language development was tested using KPSP and ELM Scale 2 Test.
Results: Duration of watching TV from both children with normal and delayed language development was measured. Result showed in p value of 0.002 and OR 4.4 95 CI . The language used in TV program Indonesian or both Indonesian and English also showed a significant data p 0.004 . Other variables such as gender, first age exposed to TV, the use of gadget and TV in bedroom had no significant association with child language development.
Conclusion: This study demonstrates that there is an association between intensity of watching TV and child language development. Children who watch TV exceeding 4 hours a day had four times higher risk to develop language delay.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tarigan, Rose Emmaria
"Konteks sosial suatu masyarakat berpengaruh terhadap dinamika aktivitas masyarakatnya. Khusus dalam penelitian ini, konteks sosial masyarakat pada bulan Mei-Juni 1998, menunjukkan satu konteks masyarakat yang berbeda dibanding dengan sebelum dan sesudahnya.
Sebelumnya, masyarakat tidak begitu tertarik dengan acara talkshow. Khususnya yang mengulas masalah-masalah politik, ekonomi, dan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat cenderung mengakses informasi dari media cetak. Disusul kemudian media elektronik, seperti televisi. Namun, pada saat Indonesia mengalami goncangan reformasi, maka masyarakat dari kondisi kurang informasi (lack of information) menjadi masyarakat yang tidak memiliki ketidakpastian informasi (uncertainty). Kondisi ini kemudian mendorong masyarakat untuk memenuhi gratifikasinya akan informasi, yakni untuk mengurangi ketidakpastian situasi yang dihadapinya saat itu.
Upaya yang dilakukan masyarakat (khalayak) antara lain, mengakses sejumlah media elektronik dan juga cetak. Hal ini kemudian membuktikan bahwa khalayak tidak pasif tetapi aktif untuk memenuhi kebutuhannya akan informasi, Pendekatan Uses & Gratifications adalah pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Asumsi menunjukkan bahwa, semakin tinggi ekspektasi individu terhadap satu media dan isi media, maka akan semakin tinggi tingkat ketergantungannya terhadap media dan isi media tersebut. Hal ini didukung oleh kondisi sosial masyarakat pada waktu itu. Khususnya mahasiswa yang memang sangat membutuhkan informasi baik politik, ekonomi dan sosial untuk menunjang peranannya sebagai moral force yang harus didukung oleh pengetahuan yang luas khususnya tentang informasi tersebut.
Selanjutnya, penelitian ini membuktikan bahwa terdapat korelasi tetapi tidak signifikan antara derajat ekspektasi dengan ketergantungan. Karena itu, penting menganalisa kembali tipe khalayak dan kondisi khalayak secara spesifik. Khususnya, pada pre, during dan post exposure, Dengan demikian, maka akan diketahui lebih jelas faktor apa sebenarnya yang paling kuat sebagai penyebab ketergantungan khalayak terhadap media televisi dengan program acara talkshow di bulan Mei-Juni 1998 tersebut."
Depok: Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
A. Mukti Ali
"ABSTRAK
Tesis ini membahas pemanfaatan media televisi dalam upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika di BNN. Meningkatnya pengguna baru narkotika mengindikasikan lemahnya upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika, termasuk di dalamnya upaya pencegahan yang dilakukan melalui media televisi. Pencegahan anti narkotika melalui televisi dinilai belum optimal karena dilakukan hanya beberapa saat dan tidak intensif sehingga tidak banyak mempengaruhi masyarakat untuk menjauhi narkotika. Ketidakoptimal- an ini terkait dengan sarana dan prasarana dan sumber daya manusia yang terlibat dalam program pencegaahan melalui media televisi, serta biaya pembuatan dan penayangan program anti narkotika di televisi yang cukup besar. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya strategis untuk program pencegahan penyalahgunaan narkotika melalui media televisi. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan metode pengumpulan data, observasi dan wawancara mendalam terhadap satu orang staf pelaksana teknis Sub Direktorat Media Elektronik Deputi Pencegahan BNN, satu orang produser acara pendidikan TVRI dan dua orang residen Program Rehabilitasi Narkotika BNN. Penulis menilai program pencegahan penyalahgunaan narkotika melalui media televisi ini masih belum optimal untuk dapat mendukung program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).

ABSTRACT
This thesis discusses the use of television media in the prevention of drug abuse at BNN. Increased new drug users indicate poor drug abuse prevention efforts, including prevention efforts conducted through the medium of television. Prevention of anti-narcotics through television not considered optimal because it is done only a few times and not intensive so it does not much affect the public to stay away from narcotics. Nonoptimalization is associated with the infrastructure and human resources involved in the program prevention through television media, the cost production and the anti-narcotics program aired on television is quite large. Therefore it is necessary for strategic effort for drug abuse prevention programs through the medium of television. The approach taken in this research is descriptive qualitative data collection methods, observation and depth interview with one staff person technical implementation of Electronic Media Sub Directorate Deputy Prevention BNN, one educational event producer TVRI and two resident BNN Narcotics Rehabilitation Program. The authors assess the drug abuse prevention program through the medium of television is still not optimal in order to support the Prevention and Combating Drug Abuse and Illicit Narcotics (P4GN).
"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gaines, William C
Jakarta: Institute Studi Arus Informasi, 2007
384.55 GAI it
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: InsistPress, 2015
302.23 ORD
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>