Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153388 dokumen yang sesuai dengan query
cover
I Gusti Ayu Tiara Ratna Anisa
"ABSTRAK
Path sebagai media sosial yang menarik bagi orang Indonesia menemukan bahwa platform tersebut disukai karena mendukung sirkulasi informasi aktual antarteman dan memberikan feature untuk representasi diri. Penelitian lain menjelaskan bahwa selain untuk mendapatkan informasi terbaru di lingkungan sosialnya, Path ini menarik bagi para pengguna muda karena dapat berperan dalam pengembangan konsep diri dimana mereka dengan sengaja memposting di Path untuk membentuk citra diri agar dianggap eksis dan lebih berkelas. Akan tetapi, Path sebagai jejaring sosial membuat representasi diri termodifikasi secara visual dan secara kolektif. Akibatnya, para pengguna muda Path cenderung mengeksplorasi hal-hal baru untuk memunculkan social image yang pada akhirnya membuat mereka sendiri menjadi konsumtif. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode wawancara mendalam sebagai data primer. Wawancara mendalam dilakukan dengan para pengguna muda Path berusia 20-25 tahun yang aktif menggunakan jejaring sosial Path. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa estetika yang dimunculkan melalui Path telah dibentuk secara kolektif melalui fitur emoticon sehingga para pengguna muda Path menjadi termotivasi untuk mengekplorasi hal-hal baru untuk mendapatkan kepuasan visual di Path nya.
ABSTRACT
Path as a social media that appeals to Indonesian society, found that the kind of platform is preferably supporting circulation actual information between friends and provides features for self-representation. another study explained that in addition to know the latest information in their social environment, the young Path?s users found that Path is attractive for self-concept development. they could intentionally post something on Path to form a self-image that considered as 'existence' and more classy. However, Path as social network is making modified self representations collectively and visually so that the young Path?s users tend to explore new things to bring social image and ultimately make themselves become consumptive. qualitative approach is used in conducting this study with interviews as the primary data. interviews conducted with 20-25 years old of young Path?s users who are actively using this social networking, Path. Results of the study found that aesthetics are raised through the feature so that the young Path?s users could be motivated to explore new things to get a visual satisfaction on their Path."
2016
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Niken Cahyorinartri
"Anak dengan disabilitas intelektual memiliki keterampilan adaptif yang lebih rendah. Sebelum anak dengan disabilitas intelektual memahami harapan lingkungan, anak diharapkan terlebih dahulu mengenal dirinya sendiri. Representasi diri merupakan penjabaran yang bersifat kontekstual atas diri dan konstruksi kognitif dan sosial. Anak disabilitas intelektual dengan tahap perkembangan praoperasional, biasanya memiliki representasi diri yang merujuk pada ciri-ciri dan perilaku yang dapat diobservasi. Anak dengan disabilitas intelektual juga perlu mengembangkan kemampuannya dalam mengenal dan memahami emosi. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan efektifitas program direct instruction dalam meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan pemahaman emosi pada siswa dengan disabilitas intelektual menengah.Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian kasus tunggal. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa dengan disabilitas intelektual menengah (IQ: 49, skala Stanford Binet) dengan usia mental 4 tahun 5 bulan. Program direct instruction belum berhasil meningkatkan perilaku adaptif melalui representasi diri dan emosi pada subjek sebagai anak dengan disabilitas intelektual menengah. Hal ini dipengaruhi keterbatasan intelektual dari subjek sehingga terdapat kemungkinan subjek belum menguasai kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan dalam menguasai keterampilan yang diajarkan. Hambatan lain adalah perkembangan bahasa subjek yang terbatas. Kosa kata yang terbatas juga mempengaruhi kemampuan subjek memaparkan hasil pikiran dan perasaannya.

Children with intellectual disability have adaptive skill lower than others. Before children with intellectual disability realize about social expectation, children wished to understand themselves first. Self-representation is contextual description about themselves and cognitive and social construction. Children with intellectual disability with preoperational developmental stage, usually have self-representation that refer to observable things. They also have to developing emotional understanding. The study aimed to determine effectiveness of direct instruction program to enhance adaptive skill through self-representation and emotional understanding in student with moderate intellectual disability. The design use in this study is a single case experiment. The subject of this study is a student with intellectual disability (IQ: 49, Stanford Binet Scale) with mental age 4 years 5 months. Based on analysis showed that direct instruction program haven?t succeed enhanced self-representation and emotion understanding in student with moderate intellectual disability. It can be influenced by subject?s intellectual limitedness. Another limitedness is subject?s language development and vocabulary limited also influenced subject?s ability to tell her mind, thought and feeling.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
T41387
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widi Lestari Putri
"Seiring dengan perkembangan teknologi kini tubuh bisa dihadirkan dalam wujud digital. Instagram sebagai salah satu media sosial menjadi ruang bagi penggunanya untuk merepresentasikan dirinya. Foto yang menjadi representasi diri di Instagram sudah melalui serangkaian proses yang dipengaruhi oleh berbagai faktor.
Dalam perjalanan mewujudkan representasi diri di Instagram, perempuan muda penggguna Instagram mengalami kompleksitas dalam dirinya karena terbelenggu
dalam konstruksi mitos kecantikan dan femininitas yang sudah terinternalisasi dalam diri individu. Konstruksi tersebut membuat perempuan melakukan praktik
pendisiplinan tubuh yang mengalienasi dirinya demi mewujudkan representasi diri yang ideal di Instagram. Peralihan fungsi penggunaan Instagram juga mempengaruhi
perwujudan representasi dirinya. Penelitian ini membahas pengalaman perempuan pengguna Instagram dalam mewujudkan representasi dirinya di Instagram. Penelitian ini menggunakan studi kasus sebagai jenis penelitian dengan perspektif feminis. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara mendalam dan analisis teks melalui foto di Instagram. Teori narsisme feminin dan teori pendisiplinan gender oleh Sandra Lee Bartky untuk menganalisis hasil temuan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa proses pendisiplinan tubuh yang dilakukan perempuan dalam merepresentasi dirinya sebagai perwujudan narsisme merupakan sebuah proses menuju subjektivitas diri perempuan pengguna Instagram.
Subjektivitas yang dimiliki perempuan pengguna Instagram membuat mereka memiliki kontrol terhadap narasi yang ditampilkan oleh representasi diri. Penelitian ini juga menemukan bahwa representasi diri perempuan dapat diwujudkan melalui bentuk lain selain ketubuhan Pembentukan subjektivitas perempuan pengguna Instagram juga menunjukan perlawanan terhadap pendisiplinan tubuh dan memperlihatkan bahwa praktik pendisiplinan tubuh bukan merupakan sebuah penundukan terhadap tubuh yang feminin melainkan pembebasan diri dan
pembuktian otentisitas diri.

The advancement of technology has made it possible for us to present our body digitally. Instagram as a media social platform provided a space for its users to
represent themselves, especially through photos. These photos, which represents who people are in the Instagram world, have gone through several processes before
showing up at one’s Instagram profile due to several factors. In its journey to represent themselves in Instagram, many young women faced complicated issues
stemming from the beauty myth and femininity internalised within their minds. This construct has influenced them to go through gender-related disciplinary practices, alienating themselves along the way just so they can achieve that ideal in Instagram.
The change in Instagram’s use has also impacted the embodiment of self representation. This research makes use of the aforementioned case study to delve
into the topic from a feminine perspective. The data presented in this research was gathered via in-depth interview and text analysis of the photos in Instagram. The basis on which this research examines the data presented is concentrated on feminine narcissism theory and gender-related disciplinary practices proposed by Sandra Lee Bartky. The result of this research shows that the gender-related disciplinary practices
young women went through in order to represent themselves as the result of narcissism is a pathway to self subjectivity in Instagram, especially for young female users. This subjectivity thought adopted by female users of Instagram has created a notion of having control over the narrative rendered by self representation. This research also found that the concept of self representation in women may be
actualised in forms other than that of bodily nature. The conception of Instagram female users’s subjectivity is also an epitome of contest against interpreting genderrelated disciplinary practice as merely bodily-related practices, instead it can also be interpreted through the perspective of self liberation and self authenticity.
"
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Rizky Ambarwati
"Studi ini berangkat dari fenomena sharenting, yaitu perilaku orang tua berbagi informasi mendetil mengenai anak melalui media sosial. Penelitian ini bertujuan mengetahui bagaimana interaksi yang terjadi melalui post mengenai anak di media sosial dapat membangun self; serta bagaimana negosiasi self yang terjadi secara offline juga terefleksikan dalam online self. Peran interaksi sosial dalam membentuk self tidak hanya terjadi di dunia nyata, tetapi juga di dunia virtual. Analisis dalam penelitian menggunakan teori Interaksionisme Simbolik yang digagas Herbert Mead. Melalui wawancara dan observasi, diketahui bahwa individu menampilkan self melalui sharenting karena menganggap anak sebagai medium untuk menampilkan dirinya sendiri. Self yang ditampilkan melalui anak merupakan hasil akumulasi atas apa yang dialami di masa lalu dan hasil interaksi aktual yang terjadi di masa kini. Virtual society dapat pula memberikan tanggapan positif atas self, berupa penerimaan atau afirmasi. yang tidak didapatkan individu dari offline society. Implikasinya, melalui media sosial, self dalam berbagai keadaannya di dunia nyata dapat diproyeksi dari tema sharenting seseorang.

This research started out from the phenomenon of sharenting, the practice of a parent who shares a lot of detailed information about their child in social media. It aims to determine how interactions through posts about children on social media can build self; and how self negotiations that occur offline are also reflected in the online self. The role of social interaction in forming the self does not only take place in reality, but also happens virtually. This study used Symbolic Interactionism theory by Herbert Mead. Through interviews and observations, it is identified that individuals present self through sharenting because children are considered as the medium, resulting from events experienced in the past and interactions in the present. Virtual society could also provide positive feedback to the self, in the form of acceptance or affirmation, which was not found in offline society. The implication is, through social media, self in various situations in the real world could be reflected on someone?s theme of sharenting."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T46319
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Rubyanti
"Perkembangan teknologi pada permainan di ponsel pintar tidak hanya sekedar sebagai hiburan, namun juga membuat pengguna memiliki berbagai kebebasan untuk mengontrol jalan cerita dan terhubung dengan pengguna lain dalam dunia virtual tiga dimensi. Hal ini memudahkan pengguna untuk terhubung dengan individu lain tanpa batas dan waktu. Fasilitas ini membuat beberapa pengguna menjalin hubungan romantis virtual dengan lawan jenis, termasuk yang dilakukan oleh wanita. Penelitian ini menggunakan metode wawancara yang melaporkan bahwa wanita di Indonesia melakukan presentasi diri dengan dua cara. Pertama, eksplorasi melalui Avatar yang menjadi salah satu bentuk negosiasi dari kehidupan nyata dan bentuk ideal yang diinginkan. Kedua, ketika hubungan romantis dijalankan, wanita lebih berhati-hati dalam melakukan pengungkapan diri dan cenderung memberikan detail yang salah karena adanya pandangan bahwa mereka tidak sepenuhnya berbicara dengan diri lawan jenis yang sebenarnya. Sehingga mereka cenderung menjalin hubungan romantis yang bersifat fantasi yang mana adanya perbedaan karakter hubungan romantis ketika di dunia nyata dan dunia virtual.

Games technology developments in smartphones are not only for entertainment, but also give users the freedom to control the storyline and connect with other users in a three-dimensional virtual world. This makes users are easier to connect with other individuals without boundaries. They allows some users to establish virtual relationships with the opposite sex, which some women are doing it. This study use an interview method which reports that women in Indonesia doing self presentation in two ways. First, identity exploration Avatar which is a form of negotiation between real life and the desired ideal form. Second, when a romantic relationship is conducted, women are more careful in revealing themselves and tend to give the false information because the perception within that they are not fully talking to the real self. So they establish a romantic relationship that categorized as fantasy which there are some distinction between conducting romantic relationship the real world and the virtual world."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paula Anggita Isabel
"Proses komodifikasi yaitu eksploitasi terhadap perempuan dengan menurunkan nilainya sebagai manusia menjadi komoditas mengambil bentuk baru pada dunia digital saat ini. Utamanya melalui cara media merepresentasikan perempuan menggunakan tanda-tanda dalam informasi yang disampaikan kepada masyarakat untuk tujuan tertentu yaitu keuntungan kapital dan pelanggengan ideologi patriarkis. Hal ini dikarenakan, media arus utama pada dasarnya juga merupakan agen aktif yang memiliki kekuatan untuk mengkonstruksi realitas. Berangkat dari kondisi tersebut, penulis melakukan analisis terhadap tiga pemberitaan dari media arus utama dalam tiga portal berita daring yaitu Hot.Detik.com, Kompas.Tv, dan Cnnindonesia.com menggunakan metode analisis Semiotika Ferdinand de Saussure dengan mengambil kasus Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin yang terjerat skandal video pesta pribadi periode bulan Agustus 2022 untuk melihat bagaimana komodifikasi perempuan terjadi melalui tanda seperti diksi, gaya bahasa, dan tutur. Tanda yang terkumpul kemudian diidentifikasi menggunakan konsep lima jenis citra perempuan dalam media. Hasil analisis menunjukkan bahwa ketiga teks berita dalam tiga portal daring melakukan komodifikasi atas Sanna Marin sebagai perempuan beserta tubuh dan atributnya walaupun narasi isi berita mengambil sudut pandang yang berbeda.

The process of commodification, which is the exploitation of women by reducing their value as human beings into commodities, takes a new form in today's digital world. Mainly through the way media represents women using signs in the information conveyed to the public for certain purposes, such as capital gains and the perpetuation of patriarchal ideology. This is because, in essence, mainstream media is also an active agent that has the power to construct reality. Based on these conditions, the author analyzes three reports from the mainstream media in three online news portals, namely Hot.Detik.com, Kompas.Tv, and Cnnindonesia.com using Ferdinand de Saussure's Semiotics analysis method by taking the case of Finland Prime Minister Sanna Marin who was caught in a private party video scandal in August 2022 to see how the commodification of women occurs through signs such as diction, language style, and speech. The collected signs are then identified using the concept of five types of images of women in the media. The results of the analysis show that the three news texts in three online portals commodify Sanna Marin as a woman including her body and attributes even though the narrative of the news content takes a different point of view."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
Mk-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Benedictus Gemilang Adinda
"ABSTRAK
Perkembangan teknologi dan informasi terkini memicu tumbuhnya industri dan profesi baru yang belum pernah ada sebelumnya, yakni industri dan pekerja kreatif berbasis digital. Akan tetapi, perkembangan industri kreatif berbasis digital ini tidak disertai dengan perancangan rencana kerja yang layak bagi para pekerjanya. Tesis ini berusaha mengekspos terjadinya eksploitasi kepada tenaga kerja di dalam industri kreatif, khususnya pekerja social media specialist di agensi digital. Eksploitasi tersebut dilakukan bersamaan dengan proses naturalisasi sehingga para pekerja tersebut tidak menyadari eksploitasi yang menimpa mereka. Tesis ini berangkat dari analisis ekonomi politik serta komodifikasi ketenagakerjaan Vincent Mosco. Tesis ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode analisis studi kasus tunggal terhadap pekerja social media specialist di agensi digital XYZ (bukan nama sebenarnya). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara mendalam sebagai data primer dan studi dokumen sebagai data sekunder. Penelitian ini mewawancara para pekerja social media specialist dengan tingkat jabatan yang berbeda, mulai dari tingkatan officer hingga manajerial. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan mewawancarai perwakilan dari serikat pekerja kreatif untuk memberikan gambaran yang lebih besar mengenai industri kreatif saat ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pekerja social media specialist di agensi digital XYZ mengalami komodifikasi ketenagakerjaan dalam bentuk eksploitasi tenaga, eksploitasi waktu, serta sejumlah pelanggaran regulasi. Selanjutnya, proses komodifikasi ini terkaburkan dengan adanya tahapan alienasi, reifikasi, mistifikasi, hingga naturalisasi sehingga praktik komodifikasi kepada pekerja kreatif di industri kreatif, khususnya pekerja social media specialist di agensi digital seringkali dianggap sebagai bentuk kewajaran.

ABSTRACT
The latest developments in technology and information have sparked an unprecedented growth of new industries and professions, that is digital-based industry and creative workers. Then, it makes this new industry and profession as the new big thing in the job market. However, the development of this digital-based creative industry is not accompanied by the design of a decent work plan for its workers. This thesis attempts to expose the exploitation of labor in the creative industries, especially social media specialist workers in digital agencies. The exploitation is carried out simultaneously with the naturalization process so that the workers are not aware of the exploitation that befell them. This thesis departs from the analysis of political economy as well as the commodification of labor by Vincent Mosco. This thesis uses a qualitative approach with single case study analysis method to social media specialist workers in the XYZ digital agency (not the actual name/name withheld). Data collection techniques in this study are in-depth interviews as primary data and document studies as secondary data. This study interviewed social media workers with different job titles ranging from officer/staff to managerial level. In addition, data collection is also conducted by interviewing a representative of a creative union to provide a larger picture of the creative industry today. Field research findings indicate that social media specialist
workers in the XYZ digital agency experience labor commodification in the form of labor exploitation, exploitation of time, and a number of regulatory violations. Furthermore, this commodification process is obscured by the stage of alienation, reification, mystification, to naturalization so that the practice of commodification in the creative industry, especially in a digital agency is often regarded as a taken for granted."
2018
T50073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anissa Rizki Astanti
"ABSTRAK
Kaum muda Jakarta kini memiliki berbagai pilihan dalam menghabiskan waktu luang mereka, salah satunya adalah dengan kegiatan makan-makan cantik dan ngopi-ngopi lucu. Kegiatan makan-makan cantik dan ngopi-ngopi lucu merupakan salah satu cara bagi kaum muda Jakarta, yang dalam skripsi ini direfleksikan pada komunitas foodies Instagram #EatEveryDay, dalam membangun identitas mereka. Jejaring sosial Instagram dan Path menjadi panggung dalam mempertontonkan identitas bagi kaum muda Jakarta. Skripsi ini akan menjelaskan fenomena makanmakan cantik dan ngopi-ngopi lucu sebagai sebuah sarana dalam membentuk identitas melalui jejaring sosial.
ABSTRACT
Jakarta's youth society have the options to spend their free time, including Makan-Makan Cantik and Ngopi-Ngopi Lucu. Makan-Makan Cantik and Ngopi-Ngopi Lucu are one of traditions, that in thesis is reflected by foodies Instagram community #EatEveryDay, in constructing their identity. Social network like Instagram and Path become a stage in order to exposing the identity for Jakarta's youth society. This thesis will explain phenomenon makan-makan cantik dan ngopi-ngopi lucu as a means of identity formation by social network."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
S62075
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Taufiq Yogaprasetyo
"Penelitian ini membahas mengenai dinamika dramaturgi dalam penggunaan media sosial Path pada mahasiswa Universitas Indonesia. Media sosial merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-sehari pada masa ini. Salah satu perkembangan media sosial adalah munculnya media sosial Path. Saat ini, Path merupakan media sosial yang populer dan digunakan oleh berbagai kalangan, terutama kaum muda atau mahasiswa. Telah terjadi perubahan interaksi pada masyarakat di era media sosial. Perubahan interaksi langsung menjadi interaksi virtual yang dilakukan melalui media sosial turut menjadikan perubahan proses dramaturgi di era media sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui wawancara mendalam informan, observasi di dunia nyata, observasi di media sosial Path, dan survei ringkas. Berdasarkan hasil survei, mahasiswa Universitas Indonesia secara umum merupakan tipe pengguna media sosial Path ?Socializers?. Penelitian ini juga menemukan bahwa terjadi proses dramatugi yaitu berubahnya batasan antara front stage dan backstage, yang secara spesifik disebut sebagai the forefront of the backstage, melalui interaksi virtual di media sosial Path.

This research discusses the dynamics of dramaturgy in the usage of Path, a platform of social media, among students of Universitas Indonesia. Social media is a product of the technological advancement that nowadays cannot be separated from everyday life. The emergence of Path marks a phase of evolution of social media. Now, Path is one of the more popular social media, and it reaches all kinds of social groups, especially to those who are in young age or are in college. There has been a change in interaction among people in this era of social medias. The change from direct interactions through social media has also brought a change in the process of dramaturgy. This research used qualitative methods with in-depth interviews; observations on real world and virtual world of social media Path; and quick survey. According to the survey, the students of Universitas Indonesia in general are ?Socializers? type of Path user. This research also found that there is a process of dramaturgy, that is a shift of borders between the front stage and the backstage, specifically called as the forefront of the backstage, following the virtual interaction on Path."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S62177
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yessi Nurita Labas
"Penelitian berusaha mengungkap proses komodifikasi yang terjadi di era masyarakat jejaring dengan berfokus kepada kasus kreator YouTube Indonesia. Penelitian dilakukan menggunakan pendekatan kualitatif untuk menjelaskan kasus komodifikasi ide di YouTube Indonesia menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam. Perkembangan fungsi YouTube yang tidak hanya sebagai wadah ekspresi diri namun juga menjadi media pemasaran korporasi mempertegas bahwa telah terjadi proses komodifikasi pada proses kreatif kreator yang memanfaatkan kreatifitas, ruang ekspresi diri, dan interaksi antara penonton dan kreator. Penelitian menunjukkan bahwa keterbukaan di era masyarakat jejaring memberikan ruang yang lebih leluasa bagi masyarakat untuk ikut memonopoli sumber daya dalam konteks hiburan online . Sehingga, tidak hanya berpotensi untuk menghindarkan kreator dari alienasi sebagai dampak negatif dari proses komodifikasi, keterbukaan di era masyarakat jejaring juga menegaskan semakin cairnya posisi dan bentuk eksploitasi pada setiap aktor yang terlibat.

The purpose of this research is to explain the commodification process in network society by studying Indonesian YouTube creators that associated with MCN X and Y. This research was conducted using qualitative approach to explain the process of commodifying ideas on Indonesian YouTube through observing and doing in depth interview as methods of data gathering. The developing function of YouTube, which no longer serves only as a medium of self expression but also a corporate marketing strategy, shows that the YouTube creators rsquo creative process has been commodified by taking advantage of creators rsquo creativity, self expression, and the interaction between creators and viewers. The research shows that the openness in network society gives a fresh air for people to share the resources in online entertainment with each other and also big companies. Hence, the openness that comes within the network society isn rsquo t only promising to protect creators from being alienated as an inevitable effect of commodification, but also strengthen the notion that the openness also makes the position and form of exploitation become more and more fluid."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S68071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>