Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 163587 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gatot Suhariyono
"ABSTRAK
Fasilitas Produksi Radioisotop di PT. INUKI, PUSPIPTEK Serpong, memproduksi dan memproses I-131 yang dapat terdispersi ke pemukiman penduduk dan lingkungan di sekitar Kawasan Nuklir Serpong (KNS). I-131 secara rutin diproduksi untuk keperluan medis di sejumlah rumah sakit dan farmasi, untuk keperluan domestik dan ekspor. Paparan radiasi I-131 pada manusia dapat mengakibatkan kanker thyroid. Permasalahan produksi I-131 selama ini adalah belum adanya penelitian dan kajian yang mendalam tentang dispersi lepasan udara I-131 radioaktif dari cerobong PT. INUKI pada lingkungan yang mendekati kondisi sebenarnya, serta tidak ada kajian dan penelitian yang mendalam penggunaan software GENII V-2 tentang karakterisasi dispersi lepasan udara radioaktif dari cerobong ke lingkungan terhadap kondisi lapangan sebenarnya. Oleh karena itu penelitian ini perlu dilakukan di daerah ini dalam kondisi normal. Dengan demikian metode penelitiannya yaitu dilakukan pengukuran secara bersamaan di dalam rumah (indoor) dan halaman rumah (outdoor) KNS, di cerobong produksi radioisotop I-131, INUKI, Serpong dan di lingkungan (tanah dan rumput) dengan tiga metode penelitian (langsung, tidak langsung dan pemodelan menggunakan software GENII).
Temuan baru dari penelitian ini adalah pengembangan metode baru pengukuran radioaktif udara di cerobong, penemuan metode baru kalibrasi detektor NaI(Tl) in-situ, validasi data hasil pemodelan dengan software GENII dengan data pengukuran langsung, penemuan waktu tinggal peresapan (adsorption life time) I-131 di dalam charcoal, dan penemuan pengaruh matahari, kelembaban dan hujan terhadap konsentrasi I-131 di udara.

ABSTRACT
The Radioisotope Production Facility at PT. INUKI PUSPIPTEK Serpong produces and processes I-131 that can disperse to settlements (community) and the environment around the Serpong Nuclear Area (SNA). I-131 is produced routinely for medical purposes in hospitals and pharmacies, for both domestic and export. The radiation exposure of I-131 to human can cause thyroid cancer. The problems in I-131 production are so far no research and in-depth assessment of the air dispersion of a I-131 radioactivity released from the PT. INUKI stack to the environment which close to actual conditions. Also there are no studies and in-depth research on the use of the GENII software to characterize air dispersion of released radioactive from the stack to the environment at actual field conditions. Thus, it is important to conduct such a study at this area in normal condition. Then, the methods of the study were to carried out simultaneous measurements of I-131 radioactivity in homes (indoor), at the front yards (outdoor) of SNA, on the stack of the I-131 radioisotope production of INUKI Serpong and at the environment (soil and grass) with three research methods (direct, indirect and using the GENII software).
New findings from this research are the development of new methods of radioactive air measurement in the stack, the discovery of a new method of in-situ calibration of the NaI(Tl) detector, data validation of GENII software with that of direct measurements, discovery of I-131 adsorption life time in charcoal, and discovery of the effect of the sun, humidity and rain to the I-131 concentration in the air.
"
2016
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch Romli
"Fasilitas disposal demo yang akan dibangun pada Tapak Kawasan Nuklir Serpong menggunakan desain tipe Near Surface Disposal. Fasilitas disposal tersebut digunakan sebagai disposal limbah radioaktif tingkat rendah sekaligus sebagai sarana pembelajaran dan penelitian di bidang disposal limbah radioaktif. Sebagai fasilitas disposal limbah radioaktif pertama di Indonesia, perlu dilakukan analisis risiko terhadap desain yang ada untuk mengaktualisasi tingkat risiko dari kemungkinan kegagalan yang terjadi terhadap komponen disposal dengan tujuan memberikan keyakinan kepada badan pengawas, masyarakat, dan para pemangku kepentingan bahwa semua potensi bahaya telah diidentifikasi dan risiko yang terkait telah dinilai secara tepat dan dikendalikan secara optimal.
Penelitian ini adalah penelitian deskritif analitik. Penilaian risiko dilakukan terhadap desain engineered barrier, natural barrier, dan kendali akses yang ada dalam fasilitas disposal dengan menggunakan metode HAZOPS. Node yang menjadi objek studi adalah desain cover, bahan backfill, drainase, matriks limbah, vault (termasuk bottom cover), kendali akses, dan karakteristik tapak. Penilaian risiko dilakukan berdasarkan Peraturan Kepala BATAN No. 20 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dari beberapa studi node tersebut, risiko awal tertinggi ada di peringkat C untuk node matriks limbah. Setelah diberikan safeguard dan rekomendasi, risiko di seluruh node dapat diturunkan ke peringkat A yang berarti risiko dapat diterima dan langkah pengendalian dinilai efektif.

Demo Disposal facility which will build on Serpong Nuclear Area use Near Surface Disposal Desain. That Demo Disposal will be used for dispose the low level radioactive waste and as study and research infrastructure in disposal field. As the first radioactive waste disposal in Indonesia, needful to do risk analysis for the design to actualize the risk level from failure probability of disposal component as a mean to make sure the regulatory body, public, and stake-holders that all of potential hazards were identified and the risks were assessed correctly and were controlled optimally.
This research is descriptive analytic. Risk assessment conduct for engineered barrier design, natural barrier, and access control in disposal facility use HAZOPS method. Nodes that to be object for the study are cover design, backfill material, drainage, waste matrix, vault (include bottom cover), access control, and site characteristic. Risk assessment based on Regulation of the Chairman of BATAN No. 20 Year 2012 about Guidance for Occupational Safety and Health Risk Assessment.
From the nodes study, the highest initial risk hang on rank C for waste matrix. After give safeguards and recommendations, risk from all of nodes can be reduce to rank A, that mean the risk was acceptable and the control actions were effective.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Yuniarto
"ABSTRAK
Ketahanan energi nasional merupakan aspek penting di dalam kelangsumgan
pembangunan nasional. Ketergantungan terhadap energi fosil yang
ketersediaannya semakin berkurang telah menyebabkan peningkatan harga bahan
bakar minyak. Nuklir merupakan pilihan alternatif sumber energi listrik yang
dapat dipertimbangkan dalam konteks bauran energi. Studi pemilihan tapak PLTN
di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1990-an di Jepara. Pada tahun 2010, studi
awal tapak PLTN dilakukan di Provinsi Bangka Belitung, tepatnya di Bangka
Barat dan Bangka Selatan. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam
konstruksi PLTN adalah adanya dampak radiologi terhadap masyarakat akibat
potensi lepasan material radioaktif ke atmosfer melalui cerobong. Dalam kajian
radiologi lepasan zat radioaktif ke lingkungan dari suatu instalasi nuklir, pola
sebaran polutan merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan. Penelitian
ini mengkaji pengaruh tinggi lepasan efektif dan jumlah sumber lepasan terhadap
pola sebaran zat radioaktif. Dari hasil perhitungan, dispersi zat radioaktif pada tiap
lokasi tapak (Bangka Barat dan Bangka Selatan) memiliki pola yang berbeda.
Pola sebaran zat radioaktif pada masing-masing tapak dipengaruhi oleh frekuensi
distribusi arah dan kecepatan angin. Distribusi spasial zat radioaktif untuk variasi
ketinggian lepasan (40, 60 dan 80 meter) pada lokasi tapak yang sama memiliki
kecenderungan yang sama, namun tinggi lepasan yang lebih rendah menghasilkan
konsentrasi maksimum zat radioaktif yang lebih tinggi. Konsentrasi zat radioaktif
di udara baik di Bangka Barat maupun Bangka Selatan jauh di bawah baku tingkat
radioaktivitas yang ditetapkan oleh badan pengawas. Semakin banyak jumlah
sumber lepasan menyebabkan dosis individual yang diterima oleh representative
person semakin besar. Selain dipengaruhi oleh besarnya konsentrasi zat radioaktif
di udara, besarnya dosis individual juga dipengaruhi oleh perilaku (habit) dari
representative person. Pada kajian ini, representative person di Bangka Barat dan
Bangka Selatan adalah anak-anak yang tinggal dan bersekolah di dekat tapak serta
memakan produk lokal dengan dosis maksimum 3,40 μSv/tahun dan 6,29
μSv/tahun. Pembatas dosis untuk lepasan atmosferik zat radioaktif ditentukan 0,08
mSv/tahun yang diturunkan dari nilai batas dosis anggota masyarakat dan
pembatas dosis anggota masyarakat yang ditetapkan oleh BAPETEN serta
mempertimbangkan kontribusi kegiatan pada tapak yang berpotensi memberikan
dosis radiologi dan lepasan akuatik zat radioaktif. Berdasarkan pembatas dosis
lepasan atmosferik yang ditetapkan, perhitungan batas lepasan atmosferik
dilakukan untuk pedoman operasional fasilitas PLTN sebagai bentuk optimisasi
proteksi dan keselamatan radiasi.

ABSTRACT
National energy sustainability is an important aspect in the continuity of national
development. Dependency on fossil energy which is getting smaller in its
availability has led to an increasing of fuel prices. Nuclear energy is an alternative
source of electricity that can be considered in the context of energy mix. Study on
site selection of nuclear power plant in Indonesia has been started since 1990 in
Jepara. In 2010, initial studies on nuclear power plant sites conducted in the
province of Bangka Belitung, especially in the West and South Bangka. One of
considered aspect in the construction of nuclear power plants is the radiological
impacts on the community due to the potential discharges of radioactive material
to the atmosphere through the reactor stack. When determination on radiological
impact of radioactive material into the environment, the distribution pattern of the
pollutants is an important factor that should be considered. This study examines
the effect of effective release height and the number of discharge sources on the
radioactive materials distribution. Based on calculation results, dispersion of
radioactive materials at each site (West Bangka and South Bangka) have a
different pattern. The dispersion pattern of radioactive materials in each site is
influenced by the frequency distribution of wind direction and speed. Spatial
distribution of radioactive materials for variable of release height (40, 60 and 80
meters) on the same site has same tendency, but lower release height causes
higher maximum concentration of radioactive materials. Air concentration in the
West Bangka and South Bangka are below radioactivity standard level determined
by the regulatory body. Number of sources contribute to individual doses received
by the representative person. In addition influenced by air concentration of
radioactive materials, individual dose is also influenced by habit of representative
person. In this study, representative person in the West Bangka and South Bangka
are children who live and school near the site and consuming local products with a
maximum dose of 3.40 μSv/year and 6.29 μSv/year. Dose constraint for
atmospheric releases of radioactive materials is specified of 0.08 mSv/year
derived from dose limit and dose constraint for members of the public set by
regulatory body and consider public activities at the site that could potentially
contribute to radiological doses and aquatic releases of radioactive materials.
Based on this dose constraint, calculation of discharge limit is performed as a
operational guidance for nuclear power facility and a form of optimization on
radiation protection and safety."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T41981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhica Shashica Danasa
"Penelitian berlokasi di Pabrik Amonia 1A, Industri Pupuk Urea, PT XYZ. Fasilitas ini telah mengimplementasikan beberapa penilaian kinerja, seperti Jam Kerja Selamat dan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Akan tetapi, penilaian kinerja tersebut belum dapat dijadikan indikator bahwa kedepannya perusahaan tidak akan mengalami Major Accident. Dalam rangka pencegahan dan penanggulangan potensi Major Accident di lingkungan industri, Presiden Republik Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengeluarkan regulasi dengan Nomor 74 Tahun 2019 tentang Program Kedaruratan Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun dan/atau Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan penilaian risiko pelepasan dan dispersi amonia dengan skenario Tank Rupture pada tangki penyimpanan amonia dengan kapasitas terbesar. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai instrumen, meliputi Process Safety Management Checklist, Universal Assessment Instrument, Safety Culture Assessment Checklist, dan Emergency Response Procedure Checklist. Metode yang digunakan adalah metode pembobotan berdasarkan Key Risk Indicator (KRI) dan analisis kepatuhan (prosedur, dokumentasi, dan implementasi), pemodelan konsekuensi (perangkat lunak ALOHA), analisis spasial (perangkat lunak QGIS), dan matriks risiko.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa likelihood yang direpresentasikan oleh Effectiveness of Control (EOC) berada pada tingkat Effective. Sementara, konsekuensi terbesar terjadi pada skenario lubang kebocoran 30 cm di dasar tangki ketika rilis terjadi pada malam hari. Skenario tersebut menghasilkan Zona AEGL-3 (Red Zone) seluas 41,2 km2 serta melingkupi 14 desa. Dalam rangka mengendalikan faktor risiko tersebut, diperlukan pencapaian EOC yang maksimal (High Effective), yaitu dengan upaya mitigasi pada elemen-elemen Process Safety Management (PSM), meliputi Pre-startup Safety Review (PSSR) dan Management of Change (MoC). Tindakan mitigasi tersebut dapat menurunkan tingkat risiko dari Medium to High Risk menjadi Medium Risk, sehingga Residual Risk berada pada Zona ALARP (As Low as Reasonably Practicable).

This research is located at Ammonia Plant 1A, Urea Fertilizer Industry, PT XYZ. The facility implements performance measurement programs include, Safety Man Hours and Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER). Nevertheless, those programs do not guarantee that the facility is free of Major Accident. Considering that the increasing activities of development in various sector particularly industry, the use of hazardous and toxic substances tends to increase the potential of Major Accident. The President of Republic Indonesia decided to stipulate a regulation on hazardous and toxic substances management namely The Ministry of Environment and Forestry Regulation No. 74-2019.
Hence, this study aims to conduct a risk assessment due to ammonia release and dispersion by simulating a worse-case Tank Rupture scenario at the largest capacity storage tank. Data collecting were done by utilizing several instrumentations comprise of Process Safety Management Checklist, Universal Assessment Instrument, Safety Culture Assessment Checklist, and Emergency Response Procedure Checklist. Key Risk Indicator (KRI) and compliance analysis (procedure, documentation, and implementation) are weighted to calculate the likelihood while consequence is simulated by using several tools include, ALOHA and QGIS Software. Risk is determined by using risk matrix.
The study shows that the likelihood which represented as an Effectiveness of Control (EOC) is calculated at a level of Effective. Whilst, the worst consequence is forecasted at a 30 cm leakage diameter scenario located at the bottom of the tank with time release is night. The scenario exposes about 41,2 km2 AEGL-3 Zone (Red Zone) and suffering 14 villages. In order to mitigate risk, EOC should be improved by upgrading the quality of Process Safety Management (PSM) elements covering Pre-startup Safety Review (PSSR) and Management of Change (MoC). It is expected by conducting these actions that the calculated risk (Medium to High Risk) can be reduced to be a Medium Risk which is an As Low as Reasonably Practicable (ALARP) Zone.
"
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2020
T54594
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pandu Dewanto
"Pembangunan Near Surface Disposal (NSD) Limbah Radioaktif di Indonesia perlu dilakukan dengan semakin meningkatnya limbah radioaktif aktivitas rendah (low level radioactive waste). Akan tetapi analisis dan kajian terhadap dampak radiologis lingkungan pada Demonstration Plant NSD limbah radioaktif yang akan dibangun sampai saat ini belum dilakukan. Persyaratan terkait dampak radiologis yang ditimbulkan mengacu pada Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 7 Tahun 2013 tentang Nilai Batas Radioaktivitas Lingkungan dan Peraturan Kepala BAPETEN Nomor 4 tahun 2013 tentang Proteksi dan Keselamatan Radiasi dalam Pemanfaatan Tenaga Nuklir.
Pada penelitian ini, metode yang diterapkan berupa studi non-eksperimental. Dimana analisis terkait dampak radiologis akibat lepasan radionuklida dalam air dan tanah menggunakan perangkat lunak PRESTO (Prediction of Radiological Effects Due To Shallow Trench Operations) yang merupakan suatu model komputer untuk mengevaluasi paparan radiasi dari lapisan tanah yang terkontaminasi. Penerapan skenario yang dipilih dalam pengkajian keselamatan ini adalah skenario migrasi radionuklida Co-60 dan Cs-137 melalui jalur air tanah mengikuti pola aliran air tanah dangkal di daerah tapak NSD. Selain itu dengan menggunakan perangkat lunak SigmaPlot ditentukan pula suatu persamaan guna menentukan besarnya konsentrasi dalam air sumur maupun air sungai.
Hasil akhir menunjukkan konsentrasi radionuklida dalam sumur dan aliran sungai jauh di bawah ambang baku mutu yaitu konsentrasi aktivitas radionuklida di sumur berkisar antara 10-10 Bq/m3 sampai 100 Bq/m3 dan di sungai berkisar antara 10-15 Bq/m3 sampai 10-1 Bq/ m3. Dampak dari limbah radioaktif akan menurun mendekati radioaktivitas latar pada jarak kurang dari 10 m dan penetrasi radionuklida Co-60 dan Cs-137 ke dalam lapisan jenuh sampai dengan kedalaman 4 m. Selain itu dosis ekivalen yang memenuhi ketentuan 50mSv/tahun untuk masyarakat di sekitar tapak berada pada jarak sumur acuan di atas 15 m (>15m) yaitu 1,87x100 mSv/tahun sampai 2,38x10-14 mSv/tahun. Pada penelitian ini diperoleh suatu persamaan yang dapat memperkirakan pola konsentrasi radionuklida berdasarkan jarak dan kedalaman dari permukaan tanah terhadap waktu beroperasi fasilitas.

Near Surface Disposal (NSD) for Radioactive Waste that should be developed due to the increment of the low level radioactive waste, need to be analyzed and evaluated related to the radiological impact of environment. The provision that should be submissive regarding the radioactive release to the environment are BAPETEN Chairman's Regulation Number 7 Year 2013 on Environmental Radioactivity Limit Values and Number 4 Year 2013 on Radiation Protection and Safety in Nuclear Energy Utilization.
The research method applied is done by modeling the distribution of radionuclide releases process. Analysis related with the releases of radionuclide in water and soil is using PRESTO (Prediction of Radiological Effects Due to Shallow Trench Operations) which is a computer model for evaluating radiation exposure from contaminated soil layers. The application scenarios selected in this safety assessment is the migrations of Co-60 and Cs-137 scenario through the groundwater follow the shallow groundwater flow pattern in the NSD site. The SigmaPlot software is also used to determine the concentration equation in well water and river water.
The final results showed the concentration of radionuclide in wells and streams below the provision. Radionuclide activity concentrations in well ranged from 10-10 Bq/m3 to 100 Bq/m3 and in the river ranged from 10-15 Bq / m3 to 10-1 Bq / m3. The impact of radioactive waste of radionuclide Co-60 and Cs-137 will decrease to the background radiation level at a distance less than 10 m and penetrate into the saturated layer up to 4 m. Meanwhile, the equivalent dose around the site is 1,87x100 mSv/year until 2,38x10-14 mSv/year for a reference well distance above 15 m (> 15m). In this study have been obtained an equation that can predict radionuclide concentration patterns based on the distance and the depth of the ground surface against to the facility operation time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
T43071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Tutut Subadyo
"ABSTRAK
Pembangunan gedung berdinding kaca refleksi di Jakarta akhir-akhir ini semakin popular. Pertimbangan yang sering diketengahkan dalam penggunaan kaca refleksi untuk dinding luar gedung tersebut adalah beban stnrkturalnya lebih ringan, waktu pelaksanaan yang cepat, biaya yang relatit lebih murah den unsur-unsur arsitektural lainnya. Hal lain yang banyak dijadikan dasar oleh pengembang adalah makna respansif yang dimunculkan oleh daya tarik dinding kaca yang menampilkan kesan mewah sehingga menjadi penarik mined konsumen.
Keadaan ini merupakan fenomena yang menarik, karena semakin banyaknya gedung berdinding kaca tersebut mengundang beberapa permasalahan yang sating dipertanyakan yaitu dampaknya terhadap lingkungan sekitar gedung.
Penggunaan kaca reFleksi pada satu sisi dapat meminimisasikan beban panas dan silau ke dalam ruangan, namun di sisi lain pantulan radiasi matahari dari dinding kaca tersebut akan mempengaruhi tingkat kesilauan dan perilaku termal di sekitar gedung.
Berdasarkan hal tersebut di atas, penelitian ini dimaksudkan untuk
1. Mengetahui besaran pantulan energi radlasi matahari dart gedung berdinding kaca refleksi di Jakarta.
2. Mengetahui apakah pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi mengakibatkan kesilauan dan perubahan keadaan termal (suhu) lingkungan sekitarnya.
3. Mengetahui bagaimana tanggapan/persepsi masyarakat di sekitar gedung terhadap dampak yang terjadi karena perubahan termal dan visual lingkungan sekitarnya.
Dari permasalahan tersebut, hipotesis yang diajukan adalah:
1. Pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi, dengan gelombang panjang akan memanaskan dan menyebabkan kenaikan suhu udara daerah di sekitar gedung.
2. Pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi, dengan gelombang pendek (cahaya dampak) akan mengakibatkan kesilauan.
3. Masyarakat di sekitar gedung kaca telah merasakan adanya dampak yang terjadi karena pantulan radiasi matahari dan gedung berdinding kaca refleksi
Obyek penelitian terdiri dari gedung berdinding kaca refleksi dan masyarakat sekitar gedung tersebut Lokasi penelitian di Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Jenis peneitian ini adalah deskriptif eksploratif, dengan sampel yang ditentukan secara sengaja (purposif).
Gedung yang diteliti adalah Bank Bumi Daya Plaza Jalan Imam Bonjol No. 61, Kuningan Plaza Jalan H R. Rasuna Said Kav. C 11-14, Lippo Life Jalan H R. Rasuna Said Kav. B-10, Wisma BRI II Jalan Jenderal Sudrman Kav. 44-46, dan Wisma GKBI Jalan Jenderal Sudirman.
Sedangkan masyarakat yang djadkan responder adalah mereka yang berada dalam radius daerah pantul gedung kaca dan pada saat terjadnya peristiwa pantulan berada di lokasi.
Peneltian diaksanakan sejak bulan Juni 1996, sedangkan pengukuran fisik (suhu dan silau di lapangan dakukan pada tanggal 14 September 1996 sampai dengan 28 September 1996.
Penyebaran kuesioner, wawancara dan observasi diaksanakan pada bulan September dan Oktober 1996.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) data intensitas radiasi matahari global horisontal kota Jakarta selama 31 tahun, (2) suhu udara di sekitar gedung, (3) silau I luminasi gedung kaca, dan (4) respon I persepsi masyarakat sekitar gedung terhadap perubahan aspek termal dan visual akibat pantulan radiasi matahari dari gedung kaca.
Jumlah data intensitas radasi matahari global horisontal kota Jakarta yang diolah adalah 4. 176, suhu udara sekitar gedung yang diukur sebanyak 1.656, silau dari gedung kaca yang diukur sejumlah 960, dan masyarakat sekitar gedung sebanyak 60 responden. Analisis data dilakukan secara analitik matematik, deskriptif, uji statistik chi-square, anova dan grafik garis.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut
1. Intensitas pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi secara akumulatif sangat potensial dalam mempengaruhi energi panas karena konveksi dari Binding kaca dan kalor (bahang) yang diserap kaca untuk menaikkan suhu udara daerah yang terkena pantulannya. Besaran IR tersebut ditunjukkan oleh nilai maksimum dari Wisma GKBI (91.40 watt/m2), Wrsma BRI II (95.75 watt/m2), BBD Plaza (99.64 watt/m2), Kuningan Plaza (134.97 watt/m2), dan Lippo Life (140.47 watt/m2).
2. Pantulan radlasi atahari dari gedung berdinding kaca refleksi dengan gelombang panjang (infra marsh) memanaskan daerah sekitar gedung dan menyebabkan kenaikkan suhu udara. Pada daerah terkena pantulan terjadi kenaikan suhu yang ditunjukkan oleh selisih meratanya dengan daerah tidak terkena pantulan sebesar 1.4° C (c t 2.0° C). Hasil pengukuran juga memperahatkan adanya gradien horisontal dan vertikal. Pada jarak 15 m dari dinding gedung pengaruh pantulan terhadap suhu udara sangat nyata, sedangkan pada jarak 25 meter suhu udara sudah tidak memperfhatkan adanya pengaruh pantulan.
3. Pantulan radlasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi dengan gelombang pendek (cahaya tampak) menimbulkan kesilauan. Nilai luminasi kaca reratanya mencapai 15.67 x 106 c d/m2 (23.16 % dari luminasi langit) minimumnya 4.37 x 10s cd/m2 (6.2 % dari luminasi langit) terjadi di gedung Bank Bumi Daya Plaza pada kaca miring saat periode pengukuran jam 09.30 - 12.00 dan maksimum 28.46 x 106 c d(m2 (40.21 % dari luminasi langit) terjadi di gedung Kuningan Plaza. Semua nilai luminasi ada diatas ambang nilai `borderline comfort and discomfort glare'. Pada saat kondesi matahari kelihatan (langit cerah -awan putih) daerah yang terkena pantulan merupakan daerah silau.
4. Masyarakat di sekitar gedung telah merasakan adanya dampak pantulan radiasi matahari dari gedung berdinding kaca refleksi. Hal ini dtunjukkan oleh tanggapannya terhadap semua aspek dampak yang dirasakan mengganggu dan mengurangi kenyamanan, ditinjau dari latar belakang pendidikan, lama tinggal, jenis kelamin dan umur. Prosentasi tanggapan terkecil adalah 28.6 % (lama tinggal < 1 tahun vs silau) dan terbesar 93.4 % (pendidikan S1 vs kenyamanan). Pernyataan tersebut diperkuat oleh hasil uji hubungan antara variabel bebas (tingkat pendidkan, lama tinggal, jenes kelamin dan umur) dengan variabei terikat (pantulan panas, gangguan silau, dan berkurangnya kenyamanan) dimana dari 12 hubungan, 9 hubungan menunjukkan signifikansi dan hanya 3 hubungan (pendidikn vs silau, lama tinggal vs pantulan panas dan umur vs pantulan panas) yang memperilihatkan tidak adanya hubungan. Hal tersebut sesuai dengan hasil pengukuran fisik (termal dan visual) yang dperoleh.

ABSTRACT
Construction of reflected curtain wall buildings in Jakarta recently is becoming popular. Consideration to use reflected curtain wall is primarly on its light structural load, quick implementation, cost eficiency, and other architectural elements. Curtain walls are non structured glass walls that are used mostly for facing tall buildings. Another important consideration in using the reflected curtain wall is related to its luxurious image which attract consumers.
This is very interesting phenomenon because the use of that material has produced impact to the surrounding environment On one aspect, the use of reflective glass (curtain wail) reduces the weight heat and minimizes sun glare in the budding. However, solar radiation reflection from curtain wall to surrounding area could change thermal and visual characteristics as well as pleasant environment based on the problems above, this research intend :
1. to determine the magnitude of energy of reflected solar radiation from curtain wall building in Jakarta.
2. to figure out whether reflected solar radiation from the curtain wall building could cause thermal change (air temperature) and sun glare to surrounding environment
3. to determine community perception surrounding the building about the impact of reflected solar radiation in relation to the changing in thermal, visual, and the pleasant of the environment
Hyphotesis used in this research included :
1. Reflection of long wave solar radiation (infra red) from curtain wall building increases surrounding air temperatur.
2. Reflection of short wave solar radiation (visible fight) from curtain wall building cause high glare.
3. Community surrounding the curtain wall building has felt the impacts of reflected solar radiation from the building.
The object of this research is curtain wall buildings and the community surround. The research is located in Jakarta Pusat and Jakarta Selatan. The type of research is descriptive explorative with purposive sampling.
The budding object to the research is Bank Bumi Daya Plaza, Jalan Imam Bonjol No. 61; Kuningan Plaza, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. C 11-14; Lippo Life Building, Jalan H.R. Rasuna Said Kav. B-10; Wisma BRI II, Jahn Jenderal Sudirman Kav. 44-46 ; and Wisma GKBI, Jalan Jenderal Sudirman.
The research was carried out in June 1996, while the physics measurement (air temperature and luminance) was underway on 14 - 28 September 1996. The questionaire distribution, interview,and observation was taken in September and October 1996.
The data being collected included (1) 31 years serial data of intensity of global horizontal solar radiation of Jakarta; (2) air temperature surrounding the building; (3) lumination of curtain wall bung; and (4) response or community perception surrounding the budding towards change in thermal, visual, and pleasant aspect due to reflection of solar radiation.
The available number of data on global horizontal solar radiation intensities of Jakarta were used for the calculation is 4176, while the number of data on air temperature and lumination of budding is 1656 and 960 respectively. The number of respondent of community surrounding the building is 60. Data was analyzed using mathematical approach, descriptive analysis, chi-square test, anova and One graphics analysis.
The study reveals the following :
1. Intencity of reflected solar radiation from curtain wall the building accumulatively Is very potential In influencing convection heat energy from the curtain wall and calor absorbed by the glass Increased temperature of the area subject to reflection. The intencity of reflected solar radiation (IR) magnitude is shown by maximum value from Wisma GKBI (91.40 watt/rn2), Wisma BRI II (95.75 wattlm2), BBD Plaza (99.64 wattlm2), Kuningan Plaza (134.97 watt/m2), and L.ippo Life (140.47 watt/m2).
2. Reflection solar radiation from the curtain wall building with long wave improved temperature surrounding hence increases air temperatur. Increased in temperature has occured in area subject to reflection which is seen by the 1.4° C (°o ± 2.0° C) different from the area of non subject of reflection. The measurement also revealed horizontal and vertical gradient On 15 meter distance of the wall, the influence of reflection on air temperature is significant, but not from 25 meter distance.
3. Reflection solar radiation from the curtain wall building with short wave cause serious glare. The average value of glass Iuminatioon reached 15.67 x 106 cdlm2 (23.16 % from sky lumination) with minimum of 4.37 x 106 cdlm2 (6.2 % from sky lumination) occured in Bank Bumi Daya Plaza on slope glass during lime of measurement of 09.00 - 12.00 AM. The maximum 28.46 x 106 cdlrn2 (40.21 % from sky iuminatlon) occured in gedung Kuningan Plaza. Ai lumination values are above the standard of borderine comfort and discomfort glare. During clear sky, area being laminated is glare area. The size of glare area is depending upon the building tallness and orientation direction of building.
4. Community at surrounding the building has felt the impacts of reflection solar radiation on the local environment. This could be seen from the response in which most community felt that the reflection has heat reflection, glare and reduced their comfort (minimum procentage 28.6 %, length of stay < 1 year vs glare and maximum 93.4%, 51 education vs comfort). The analysis examines the relationship between Independent variables (education, length of stay, sex, and age) and dependent variables (heat reflection, glare, and a reduction of comfort). The result shows that from 12 relationship, 9 relationship showed significant relation, and only 3 relationship (education vs glare, length of stay vs heat reflection, and age vs heat) showed otherwise. That measurements supported by physics measurement (thermal dan visual).
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nastiti Mugi Lestari
"Perkembangan sektor industri, seperti di DKI Jakarta sangat pesat. Industri selain sebagai indikator adanya kegiatan ekonomi yang potensial dan pemerataan lapangan kerja, menyumbang dampak pada lingkungan. Sentra industri PIK PRIMKOPTI Swakerta Semanan belum melakukan pengelolaan limbah hasil produksi tahu. Proses produksi tahu menghasilkan limbah yang menyebabkan bau. Bau tersebut dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan, terutama pada pekerja. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi kadar gas H2S dan NH3 pada limbah, menganalisis tingkat risiko limbah gas, dan menganalisis keluhan kesehatan pekerja industri tahu di PIK KOPTI Semanan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko kesehatan dan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Kadar NH3 dan H2S pada lokasi penelitian berturut-turut mempunyai rata-rata sebesar 0,1897 ppm dan 0,0546 ppm. Tingkat risiko NH3 rata-rata 0,367383 (RQ<1) dan Tingkat risiko pajanan H2S 11,99166 (RQ>1). Tingkat risiko pajanan NH3 dan H2S rata-rata 12,359042. Terdapat hubungan antara kadar NH3 dan H2S dengan tingkat risiko kesehatan (p=0,000). Terdapat hubungan antara usia (p=0,003) dan IMT (p=0,000) dengan keluhan kesehatan pekerja. Terdapat hubungan antara kadar H2S dengan keluhan pusing (p=0,033), mata perih (p=0,000), dan tenggorokan kering (p=0,018).

The development of the industrial sector, such as in Jakarta is growing very rapidly. In addition, the industry as an indicator of the presence of potential economic activities and equitable employment, accounted for the impact on the environment. Industrial centers PIK PRIMKOPTI Swakerta Semanan waste management have not made the results of the production of tofu. Production process produces waste that cause odor. The odor can potentially cause health problems, especially on workers. The purpose of this research is to identify the levels of gaseous NH3 and H2S on sewage, to analyze the level of risk of waste gas, and analyze health complaints in tofu industry workers PIK PRIMKOPTI Semanan.
This research using the method of analysis of the health risks and use quantitative and qualitative approaches. Concentration of NH3 and H2S on consecutive research site has an average of 0.1897 ppm and the average of 0.0546 ppm. The level of risk of NH3 and H2S in a row an average of 0,367383 (RQ<1) and 11,99166 (RQ > 1). The level of risk of NH3 and H2S has anaverage of 12,359042. There are relation between NH3 and H2S concentration with level of risk (p=0,000). There are relation between age (p=0,003) and BMI (p=0,000) with health complaints. There are relation between H2S concentration with dizzines (p=0,033), sore eyes (p=0,000), and dry throat (p=0,018).
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Egnes Ekaranti
"

ABSTRAK

Nama : Egnes Ekaranti
Program Studi : Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul : Analisis Risiko Kesehatan yang Terkait dengan Pajanan Radiasi
di PTKMR BATAN
Pembimbing : Prof. Dr. dr. L. Meily Kurniawidjaja, M.Sc.,Sp.Ok
Bekerja dengan radiasi dapat menimbulkan dampak kesehatan karena pekerja radiasi
menerima pajanan radiasi yang terus menerus dan bersifat kumulatif selama bekerja.
Dampak kesehatan yang diduga terkait dengan pajanan radiasi dapat berupa kanker,
katarak, penyakit kardiovaskular, hiperkolesterol, hipertensi dan tumor jinak. Faktor –
faktor yang diteliti di penelitian ini yaitu faktor di tempat kerja seperti dosis kumulatif
TLD, lama bekerja dengan radiasi dan sistem proteksi radiasi. Faktor di luar tempat
kerja yaitu riwayat diagnosis atau terapi medis radiologis. Faktor individu yaitu
sosiodemografi, lifestyle dan riwayat penyakit keturunan. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara pajanan radiasi dan dampak
kesehatan; adanya hubungan faktor-faktor risiko dan dampak kesehatan; serta
penerapan proteksi radiasi di PTKMR BATAN. Desain penelitian ini adalah cross
sectional. Data primer diperoleh dari kuesioner, observasi lapangan dan wawancara
serta data sekunder lain yang dibutuhkan. Hasil penelitian ini didapat bahwa tidak ada
hubungan antara pajanan radiasi dengan dampak kesehatan pada pekerja di PTKMR
BATAN. Ada hubungan yang signifikan antara faktor individu yaitu usia dengan CVD,
hiperkolesterol dan hipertensi; jenis kelamin dengan hiperkolesterol; dan riwayat
penyakit keturunan dengan CVD, hiperkolesterol dan hipertensi. Penerapan sistem
protesi radiasi di PTKMR secara umum telah berjalan dengan baik. Disarankan agar
PTKMR BATAN mengadakan pemeriksaan dengan WBC secara berkala; pemeriksaan
khusus terkait dampak kesehatan yang diduga terkait dengan pajanan radiasi;
peningkatan sistem proteksi radiasi; dan mengadakan program promosi kesehatan
terkait penyakit degeneratif.
Kata kunci: Radiasi; pekerja; faktor risiko; dampak kesehatan


ABSTRACT

Name : Egnes Ekaranti
Study Program : Master Program of Occupational Health and Safety
Title : Health Risk Analysis Related To Radiation Exposure on Workers
at PTKMR BATAN
Counsellor : Prof. Dr. dr. L. Meily Kurniawidjaja, M.Sc., Sp.Ok
Working with radiation can have adverse health effects because radiation workers
received occupational radiation exposure continuously and cumulatively. Adverse
health effects related to radiation exposure include cancer, cataracts, cardiovascular
disease, hypercholesterolemia, hypertension and benign tumors. This study investigated
the workplace risk factors such as the cumulative dose of TLD, length of work with
radiation and radiation protection system; and the outside workplace risk factors such
as diagnosis or radiological medical therapy. Individual factors are sociodemography,
lifestyle and history of hereditary disease. This study aimed to determine the
relationship between radiation exposure and health effects; the relationship between
risk factors and health effects; and the implementation of radiation protection at
PTKMR BATAN. study design was cross sectional. Primary data obtained by
questionnaires, field observations and interviews as well as secondary data needed.
This study found that there is no significant relationship between radiation exposure
and health effect; there is significant relationship between individual risk factors that is
age and CVD, hypercholesterol and hypertension; gender and hypercholesterol; and
genetics with CVD, hypercholesterol and hypertension. Radiation protection has been
well implemented at PTKMR BATAN. Some recommendation for PTKMR BATAN is to
conduct examination using WBC regularly; specific health examination related to
health effect due to radiation exposure; Increased radiation protection system; and
health promotion programs related to degenerative diseases for workers.
Keywords: Radiation; workers; risk factors; health effect

"
2019
T52994
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adistikah Aqmarina
"Data Badan Pusat Statistik (2013) menunjukkan bahwa selama tahun 2010 hingga 2013 laju pertumbuhan angkatan kerja di Indonesia mengalami peningkatan. Hal tersebut mendorong terbukanya keberagaman lapangan pekerjaan, salah satunya industri otomotif. Sektor industi otomotif berperan cukup besar dalam memberikan polusi udara dikarenakan banyaknya exposure yang terdapat di wilayah kerja. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pekerja bengkel memiliki risiko untuk terkena berbagai jenis gangguan kesehatan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko gangguan kesehatan pada pekerja ditinjau dari kondisi fisik lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan di Pusat Bengkel dan Onderdil Margonda Depok. Disain penelitian yang digunakan adalah Cross sectional dengan metode Sampling Aksidental. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengukuran PM10, suhu, dan kelembaban di 7 titik, observasi kondisi kios serta wawancara dengan kuesioner untuk karakteristik pekerjaan dan jenis gangguan kesehatan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 55,0% pekerja di Pusat Bengkel dan Onderdil Margonda Depok berisiko terhadap gangguan kesehatan dengan jenis gangguan kesehatan yang paling banyak dialami oleh pekerja adalah gangguan pernafasan (74,2%). Faktor risiko tertinggi yang berhubungan signifikan dengan gangguan kesehatan pekerja yakni konsentrasi PM10 di wilayah kerja (OR = 4,24) dan kondisi kios (OR = 3,77). Perlunya dibuat kebijakan untuk melindungi kesehatan pekerja di Pusat Bengkel dan Onderdil Margonda Depok.

Central Bureau of Statistics (2013) show that during the year 2010 to 2013 the rate of growth of the labor force in Indonesia increased. It encourages diversity job opening, one of the automotive industry. Sectors of the automotive industry, a large enough role in providing air pollution exposure due to the amount contained in the working area. Several studies have shown that the workshop workers are at risk for various types of health problems.
This study aimed to determine the risk factors for health problems in workers seen from Physical Work Environment and Characteristics of Work at Central Workshop and Parts Margonda Depok 2014. The design of the study is Cross-sectional with Accidental Sampling method. The data collection was done by measurement of PM10, temperature, and humidity at 7 points, observation and interviews with stall condition questionnaire for job characteristics and types of health problems.
The analysis showed that 55,0% of workers in Central Workshop and Parts Margonda Depok had risk for health problems with most types of health problems experienced by workers are respiratory problems (74,2%). The highest risk factor significantly associated with the health problems of workers in the region of PM10 concentrations (OR = 4,24) and a stall condition (OR = 3,77). It needs to make a policies to protect the health of workers in Central Workshop and Parts Margonda Depok.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54756
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>