Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169226 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rima Khusniati
"ABSTRAK
Depresi merupakan suatu gangguan kejiwaan pada alam perasaan, yang ditandai dengan kesedihan, hilangnya minat atau kebahagiaan, perasaan bersalah, gangguan tidur dan nafsu makan, perasaan lelah dan konsentrasi yang kurang baik. Tiga terapi utama untuk depresi yaitu psikoterapi, farmakoterapi dan electroconvulsive therapy (ECT). Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI) merupakan terapi antidepresan yang paling sering dipakai. Efektifitas farmakologis antidepresan hanya mencapai 60%-70%. Sebagian pasien depresi tidak merespons penuh, mengalami relaps, atau menderita efek samping yang tidak diharapkan sehingga memerlukan pengembangan terapi pilihan lain, seperti laserpunktur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi kombinasi laserpunktur dengan antidepresan dan psikoterapi dibandingkan dengan terapi kombinasi laserpunktur sham dengan antidepresan dan psikoterapi terhadap perubahan skor Hamilton Rating Scale for Depression 17 (HAM-D 17) dan kadar serotonin penderita depresi. Uji klinis acak tersamar tunggal pada 33 penderita depresi dialokasikan kedalam kelompok perlakuan dan kontrol. Terdapat penurunan skor HAM-D 17 yang bermakna (p<0.001) setelah 8 kali terapi laserpunktur dan peningkatan kadar serotonin yang bermakna (p=0,004) setelah terapi.
Penelitian ini menunjukkan terapi kombinasi laserpunktur dengan antidepresan dan psikoterapi efektif mengurangi gejala depresi dan meningkatkan kadar serotonin lebik baik dibandingkan terapi kombinasi laserpunktur sham dengan antidepresan dan psikoterapi saja.

ABSTRACT
Depression is a psychiatric disorder in mood, which is characterized by sadness, loss of interest or happiness, feeling guilty or worthless, sleep or appetite disorders, feeling tired and lack of concentration. There are three main treatment for depression are psychotherapy, pharmacotherapy and electroconvulsive therapy (ECT). The effectiveness of pharmacological antidepressant only reach 60% to 70%. The majority of depressed patients do not respond fully, relapse, or suffer side effects are not expected to require the development of therapies other options, one of which laserpuncture.
This study aims to determine the effectiveness of combination therapy with antidepressants and psychotherapy laserpuncture compared with sham laserpuncture combination therapy with antidepressants and psychotherapy to change in Hamilton Rating Scale for Depression 17 (HAM-D 17) and the serotonin levels of people with depression. Single-blind randomized clinical trial was conducted on 33 patients with depression were allocated into intervention and control groups.
The results showed there is a decrease in HAM-D 17 were significantly (p <0.001). There is a significant increase serotonin levels (p = 0.004). Conclusion of the study is laserpuncture combination therapy with antidepressants and psychotherapy are effective in reducing symptoms of depression and elevating cortisol level compared to sham laserpuncture combination therapy with antidepressants and psychotherapy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asniyati Almi
"[ABSTRAK
Gangguan depresi mayor merupakan suatu gangguan kejiwaan ditandai dengan
kemurungan, ketiadaan gairah hidup, perasaan tidak berguna dan putus asa dan
mengalami minimal empat dari gejala berikut yaitu perubahan berat badan dan
nafsu makan, perubahan tidur dan aktivitas, tidak ada energi, rasa bersalah,
masalah dalam berfikir dan membuat keputusan, berfikir berulang tentang
kematian dan bunuh diri tampa riwayat episode manik, campuran atau hipomanik,
sekurang-kurangnya telah dirasakan selama 2 minggu. Survei kesehatan mental
dunia pada 17 negara menemukan sekitar 1 dari 20 orang dilaporkan menderita
episode depresi setiap tahunnya, paling sering terjadi adalah gangguan depresi
mayor. Pengobatan dengan farmakoterapi golongan antidepresan hanya
menunjukkan efektifitas 60-70% disertai efek samping yang serius sehingga
berbagai modalitas terapi dikembangkan, salah satunya akupunktur. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui efektivitas terapi kombinasi akupunktur dengan
antidepresan dibandingkan kombinasi akupunktur sham dengan antidepresan
terhadap perubahan skor Hamilton Rating Scale for Depression (HAM-D 17)
pada penderita gangguan depresi mayor. Uji klinis acak tersamar tunggal
dilakukan pada 48 pasien gangguan depresi mayor dialokasikan ke dalam
kelompok kombinasi akupunktur dengan antidepresan dan kelompok kombinasi
akupunktur sham dengan antidepresan. Penilaian kemajuan terapi digunakan skor
HAM-D 17. Hasil penelitian menunjukkan rerata skor HAM-D 17 pada kelompok
kasus sebelum terapi 22,2±3,38 dan setelah terapi ke-12 turun menjadi 7,3±2,64.
Sedangkan pada kelompok kontrol rerata skor HAM-D 17 sebelum terapi
21,4±3,10 dan setelah terapi ke-12 turun menjadi 9,3±3,33. Terdapat perbedaan
bermakna antara selisih rerata penurunan skor HAM-D 17 sebelum dan setelah 12
kali terapi pada kelompok kasus 14,9±2,45 dibandingan dengan kelompok kontrol
12,2±4,30 (p<0,005). Terapi kombinasi akupunktur dengan antidepresan lebih
efektif mengurangi gejala gangguan depresi mayor dibandingkan kombinasi
akupunktur sham dengan antidepresan.

ABSTRACT
Major depressive disorder is a psychiatric disorder that is characterized at least
four of the following symptoms, loss of weight and appetite, sleep disturbance and
loss of interest of activity, low energy level, guilt, difficulty concentrating and
making decisions, recurrent death or suicide, without a history of manic
episodes, mixed or hypomanic. These sings and symptoms have been felt at least
for 2 weeks. The mental health survey conducted in 17 countries found that about
1 in 20 people are reported to suffer from a depressive episode each year and
most are major depressive disorder. The effectiveness of antidepressant
medication only 60-70% with serious side effects, so that various therapeutic
modalities developed, one of which is acupuncture. This study aims to determine
the effectiveness of combination therapy of acupuncture with antidepressants
compared to combination of sham acupuncture with antidepressants in patients
with major depressive disorder and the outcome was the score Hamilton Rating
Scale for Depression (HAM-D 17). Single-blind randomized clinical trial
conducted in 48 patients with major depressive disorder and the patients were
allocated into two groups, intervention (acupuncture with antidepressants) and
control (sham acupuncture with antidepressant). The mean of HAM-D 17 score in
the intervention group before treatment was 22,2±3,38 and after treatment was
7,3±2,64. The mean of HAM-D 17 score in control group before treatment was
21,4±3,10 and after treatment was 9,3±3,33. There was significant differences
between intervention and control group before and after 12 times of therapy in the
mean decrease of score on HAM-D 1714.9±2.45 to12.2±4.30 (p<0.005). A
combination of acupuncture therapy with antidepressants is more effective in
reducing the symptoms of major depressive disorder compared to sham
acupuncture combination with antidepressants, Major depressive disorder is a psychiatric disorder that is characterized at least
four of the following symptoms, loss of weight and appetite, sleep disturbance and
loss of interest of activity, low energy level, guilt, difficulty concentrating and
making decisions, recurrent death or suicide, without a history of manic
episodes, mixed or hypomanic. These sings and symptoms have been felt at least
for 2 weeks. The mental health survey conducted in 17 countries found that about
1 in 20 people are reported to suffer from a depressive episode each year and
most are major depressive disorder. The effectiveness of antidepressant
medication only 60-70% with serious side effects, so that various therapeutic
modalities developed, one of which is acupuncture. This study aims to determine
the effectiveness of combination therapy of acupuncture with antidepressants
compared to combination of sham acupuncture with antidepressants in patients
with major depressive disorder and the outcome was the score Hamilton Rating
Scale for Depression (HAM-D 17). Single-blind randomized clinical trial
conducted in 48 patients with major depressive disorder and the patients were
allocated into two groups, intervention (acupuncture with antidepressants) and
control (sham acupuncture with antidepressant). The mean of HAM-D 17 score in
the intervention group before treatment was 22,2±3,38 and after treatment was
7,3±2,64. The mean of HAM-D 17 score in control group before treatment was
21,4±3,10 and after treatment was 9,3±3,33. There was significant differences
between intervention and control group before and after 12 times of therapy in the
mean decrease of score on HAM-D 1714.9±2.45 to12.2±4.30 (p<0.005). A
combination of acupuncture therapy with antidepressants is more effective in
reducing the symptoms of major depressive disorder compared to sham
acupuncture combination with antidepressants]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Agung Budianto
"ABSTRAK
Laserpunktur merupakan salah satu tindakan akupunktur untuk penanganan kasus nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh laserpunktur pada titik LI4 Hegu terhadap kadar β-endorfin plasma darah subjek sehat. Uji acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo dilakukan pada 29 subjek sehat yang dialokasikan ke dalam kelompok laserpunktur (n=15) dan kelompok laserpunktur plasebo (n=14). Kadar β-endorfin plasma darah digunakan untuk mengukur keluaran penelitian yang dinilai sebelum perlakuan, dan pasca perlakuan. Terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata kadar β-endorfin plasma darah sebelum dan sesudah perlakuan dalam kelompok laserpunktur, perubahan nilai rerata dari 0,22±0,06 ng/ml menjadi 0,29±0,07 ng/ml dengan nilai p=0,005 (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada rerata kadar β- endorfin plasma darah sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok laserpunktur plasebo, perubahan nilai rerata dari 0,22±0,06 ng/ml menjadi 0,26±0,09 ng/ml dengan nilai p=0,195 (p>0,05). Pada rerata selisih kadar β- endorfin plasma darah antara kelompok laserpunktur dengan kelompok laserpunktur plasebo juga tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p=0,183, p>0,05). Kesimpulan penelitian ini laserpunktur dapat mempengaruhi kadar β-endorfin plasma darah subjek sehat, namun tidak berbeda bermakna secara statistik pada rerata selisih kadar β-endorfin plasma darah antar kelompok perlakuan.

ABSTRACT
Laserpuncture is one of acupuncture method for pain management. This study
aims to determine the effect laserpuncture at LI4 Hegu point on plasma levels of β-endorphin in healthy subjects. A randomized double-blind controlled trials with placebo controls carried out on 29 healthy subjects, they were allocated into laserpuncture group (n=15) and laserpuncture placebo group (n=14). Plasma levels of β-endorphin is used to measure the output of the study assessed both before treatment and post-treatment. There are statistically significant in the mean plasma levels of β-endorphin before and after treatment in the laserpuncture group, changes in mean value from 0.22±0,06 ng/ml to 0.29±0,07 ng/ml with a p value=0,005 (p<0,05). There are no statistically significant in the mean plasma levels of β-endorphin before and after treatment in the laserpuncture placebo group, changes in mean value from 0,22±0,06 ng/ml to 0,26±0,09 ng/ml with p values=0,195 (p>0,05). Between groups, there were no statistically significant in the mean difference of plasma levels of β-endorphin (p=0,183, p>0,05). The conclusion of this study laserpuncture can affect the plasma levels of β-endorphin in healthy subjects, but no statistically significant in the mean difference of plasma levels of β-endorphin between groups"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghozali
"Penelitian ini bertujuan mengetahui efktifitas psikoterapi sufistik dalam mengatasi kecemasan dan depresi yang dialami oleh ODHA, sebuah gangguan psikologis yang khas dan umumnya hanya dialami oleh para pasien yang divonis dengan "terminal ill" dalam hal ini ODHA (orang dengan HIV/AIDS) seperti pada gangguan kecemasan menghadapi kematian, mudah tersinggung, marah-marah, perasaan bersalah, keinginan untuk bunuh diri serta pikiran-pikiran negatif terhadap diri Iainnya seprti merasa diri hina, kotor, tidak berguna dan sebagainya. Psikoterapi sufistik bersumber pada hasil interpretasi olah pikir dan olah rasa para sufi dalam pengembaraan spiritualnya menuju kedekatan dengan Sang Khalik, dengan mengembangkan potensi-potensi keTuhanan (Asma-asmaNya) didalam diri mereka.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa tujuan utamanya adalah penyucian jiwa untuk mengenal diri sebagai syarat untuk mengetahui Sang Khalilk, dengan pengenalan dan pemahaman tentang diri inilah, subyek (ODHA) dituntut untuk mengetahui jati diri serta menggali potensi-potensi ruhaniyah yang sempat terabaikan sebagai upaya untuk menggapai kehidupan yang bermakna. Sehingga berbagai macam keluhan yang diakibatkan oleh kecemasan dan depresi yang berhubungan dengan perasaan hampa, perasaan bersalah, kesedihan maupun kecemasan menghadapi kematian dapat diatasi, alih-alih dapat memulihkan kembali sistem imunitas dengan menyeimbangkan sistem hormonal dalam tubuh dengan potensi-potensi positif (keTuhanan) dalam diri ODHA, berupa energi laten sebagai antibodi "cadangan"yang dapat membantu mereka untuk menyembuhkan diri (healing self).
Dari hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa psikoterapi sufistik sangal efektif dalam mengatasi tingkat kecemasan dan depresi pada dua orang ODHA yang menjadi sampel, bahkan terbukti meningkatkan sistem kekebalan tubuh mereka (CD-4)"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20659
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Whitaker, Carl A.
New York: Blakiston, 1953
615.851 WHI r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Totok S. Wiryasaputra
Pustaka Referensi , 2019
616.891 47 TOT g
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Wirawan Wicaksono
"Gangguan depresi merupakan salah satu gangguan jiwa terbanyak yang meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas penderitanya. Gangguan ini sebenarnya bisa diberikan tatalaksana berupa farmakologis dan non farmakologis, salah satunya adalah psikoterapi. Sayangnya, banyak pasien yang menderita gangguan ini tidak mendapatkan layanan ini secara adekuat. Pasien-pasien yang sudah mendapatkan psikoterapi pun ternyata banyak yang tidak patuh terhadap psikoterapi. Hal ini tentunya memengaruhi luaran dari psikoterapi tersebut. Fenomena ini tentunya dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Namun, masih sangat sedikit penelitian mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan psikoterapi ini, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi kepatuhan psikoterapi pada pasien dengan gangguan depresi, khususnya di Poli Jiwa Dewasa (PJD) RSCM.
Penelitian dilakukan dengan desain potong lintang dari Desember 2022 hingga Desember 2023. Sampel penelitian adalah pasien dewasa dengan gangguan depresi yang mendapatkan psikoterapi di PJD RSCM. Sebanyak 82 subjek penelitian terpilih berdasarkan metode purposive sampling. Data diambil dengan menggunakan beberapa kuesioner serta data rekam medis pasien. Analisis data digunakan dengan SPSS untuk melihat karakteristik dasar subjek yang diteliti, analisis bivariat hingga multivariat dari berbagai faktor yang diteliti dengan kepatuhan psikoterapi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kepatuhan psikoterapi sebesar 0,73 (CI95% = 0,62 – 0,82). Dari 82 orang subjek yang diteliti, mayoritas adalah perempuan (84,1%) dengan pendidikan tinggi (63,4%) dan status ekonomi menengah (72,0%). Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang signifikan secara statistik antara stigma dan konsistensi terapis (p<0,05). Lebih lanjut lagi, stigma yang rendah dan terapis yang tetap memiliki subjek yang patuh pada psikoterapi lebih banyak dibandingkan dengan stigma yang tinggi dan terapis yang tidak tetap. Dari analisis multivariat, didapatkan faktor yang paling memengaruhi kepatuhan psikoterapi adalah konsistensi terapis (p=0,045).

Depressive disorders are one of the most common mental disorders that increase the morbidity and mortality rates of its sufferers. This disorder can actually be treated by pharmacological and non-pharmacological approach, one of which is psychotherapy. Unfortunately, many patients who suffer from this disorder do not receive adequate services. It turns out that many patients who have received psychotherapy are not compliant with psychotherapy. This condition will affect the outcome of psychotherapy. This phenomenon is influenced by various factors. However, research regarding the factors that influence psychotherapy adherence is currently scarce, especially in Indonesia. Therefore, this research was conducted to determine the factors that influence psychotherapy compliance in patients with depressive disorders, especially at the Adult Psychiatric Polyclinic RSCM.
The research was conducted with a cross-sectional design from December 2022 to December 2023. The research sample was adult patients with depressive disorders who received psychotherapy at Adult Psychiatric Polyclinic RSCM. A total of 82 research subjects were selected based on the purposive sampling method. Data was taken using several questionnaires and patient medical record. Data analysis was used with SPSS to look at the basic characteristics of the subjects studied, bivariate to multivariate analysis of various factors studied and psychotherapy compliance.
The results showed that the proportion of psychotherapy compliance was 0.73 (CI95% = 0.62 – 0.82). Of the 82 subjects studied, the majority were women (84.1%) with higher education (63.4%) and middle economic status (72.0%). The results of bivariate analysis showed a statistically significant relationship between stigma and therapist consistency (p<0.05). Furthermore, low stigma and permanent therapists had more subjects who adhered to psychotherapy compared to high stigma and non-permanent therapists. From multivariate analysis, it was found that the factor that most influenced psychotherapy compliance was therapist consistency (p=0.045).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
London: Sage, 2001
616.19 CRI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bateman, Anthony
New York: Brunner-Routledge, 2003
616.89 BAT I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
London: Sage Publications, 2002
616.891 4 WHA
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>