Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174974 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Rachma Helianthi
"Osteoartritis (OA) genu adalah penyakit kerusakan pada sendi yang menyebabkan gangguan mobilitas utama pada pasien lanjut usia. Laserpunktur mulai digunakan sebagai alternatif terapi non-bedah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi kombinasi laserpunktur aktif dan medikamentosa. Uji acak tersamar ganda dengan kontrol plasebo dilakukan pada 62 subjek dengan OA genu grade 2 dan 3 yang dialokasikan ke dalam kelompok laserpunktur aktif dan medikamentosa dibandingkan dengan kelompok laserpunktur plasebo dan medikamentosa. Visual Analogue Scale ( VAS ) dan indeks Lequesne digunakan untuk mengukur keluaran penelitian yang dinilai pada saat sebelum perlakuan, sesi ke-5, sesi ke-10 dan 2 minggu pasca perlakuan dihentikan.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna rerata VAS sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan yang diukur pada sesi ke-5 ( p < 0,01 ), sesi ke-10 ( p < 0,01; IK 95% -38,97 sampai -23,93) dan 2 minggu pasca perlakuan ( p < 0,01 ; IK 95% -41,49 sampai -24,77 ) antara kedua kelompok. Terdapat perbedaan bermakna rerata indeks Lequesne sebelum perlakuan dan sesudah perlakuan yang diukur pada sesi ke-5, sesi ke-10 dan 2 minggu pasca perlakuan antara kedua kelompok (p < 0,01). Kesimpulan penelitian ini laserpunktur dan medikamentosa efektif untuk mengurangi nyeri dan meningkatkan kualitas hidup pada pasien geriatri dengan OA genu grade 2 dan 3.

Knee osteoarthritis ( OA ) is a disease that causes damage to the joint cartilage. It is the main musculoskeletal problem lead to mobility disorders in elderly patients . Laser acupuncture began to be used as an alternative of non - surgical therapy. The aim of this double-blinded randomized control trial is to compare the effectiveness of active laser acupuncture with placebo laser acupuncture. Sixty-two patients with knee osteoarthritis were assigned at random into two groups : active laser and medical treatment group or placebo laser and medical treatment group. Patients were assessed using a visual analogue scale ( VAS) and Lequesne index at baseline, the fifth treatment session, the last treatment session and 2 weeks post intervention.
VAS scores showed a significant improvement in the active laser and medical treatment group compared with placebo laser and medical treatment group at the fifth treatment session (median difference ? 22.50, p < 0.01), last treatment session ( mean difference -31.45, CI 95% -38.97 to -23.93, p < 0.01) and 2 weeks post intervention( mean difference -33.13, CI 95% -41.49 to -24.77, p < 0.01 ). Lequesne index showed a significant improvement in the active laser group and medical treatment compared with placebo laser and medical treatment group at the fifth treatment session ( median difference -6.25, p < 0.01), last treatment session ( median difference -8, p < 0.01) and two weeks post intervention (median difference -7.75, p < 0.01 ). The results show that active laser acupuncture and medical treatment is effective in reducing pain and improving quality of life."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hafiz Fizalia
"Nyeri miofasial merupakan penyakit otot yang ditandai dengan nyeri lokal dan nyeri rujukan yang dipicu oleh titik picu miofasial atau trigger point TP . Otot upper trapezius merupakan otot yang paling sering terlibat. Tatalaksana akupunktur manual dapat dilakukan dengan berbagai tekhnik. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan efek dari tindakan akupunktur superfisial dry needling SDN dan sparrow pecking SP terhadap visual analogue scale VAS , range of motion ROM dan creatine kinase CK pada penderita nyeri miofasial upper trapezius. Telah dilakukan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control trial. Sampel sebanyak 36 orang dibagi menjadi dua kelompok masing-masing 18 orang. Kelompok A mendapatkan tindakan SDN, sedangkan Kelompok B mendapatkan tindakan SP. Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur nilai VAS, nilai ROM dan kadar CK sebelum dan 10 jam sesudah perlakuan. Dari hasil penelitian didapatkan peningkatan kadar CK pada kelompok SP lebih besar dibandingkan peningkatan kadar CK pada kelompok SDN P.

Myofascial pain is a muscle disease characterized by local pain and referral pain triggered by myofascial trigger pain TP. Upper Trapezus muscle is the most common predilectio. Manual acupuncture can be done with several choice of stimulation techniques. The purpose of of this study was to compare the acupuncture technique of superficial dry needling SDN with sparrow pecking SP to visual analogue scale VAS , range of motion ROM , and creatine kinase CK in myofascial pain of upper trapezius. Sample of 36 people, divided into two group, each group consisted of 18 people. The first group was given SDN acupuncture while the second group was given SP acupuncture. Data was collected using VAS, ROM, and CK before and 10 hour after treatment. The increasing of CK level on SP was more significant than the increasing of CK level on SDN P."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setia Wati Astri Arifin
"Latar Belakang: Osteoartritis (OA) lutut seringkali menyebabkan disabilitas akibat nyeri dan penurunan kemampuan fungsional berjalan. Low Level Laser Therapy (LLLT) dan High Intensity Laser Therapy (HILT) telah terbukti mampu menurunkan nyeri dan kemampuan fungsional pada OA lutut, namun hingga saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang membandingkan kedua modalitas tersebut.
Tujuan: Mengetahui perbedaan efek LLLT dan HILT terhadap derajat nyeri dan kemampuan fungsional pasien OA lutut.
Metode: Studi ini merupakan uji klinis acak terkontrol tersamar ganda yang melibatkan 61 subjek yang diacak ke dalam kelompok LLLT (n=31) dan HILT (n=30). Subjek adalah pasien OA lutut di Poliklinik Muskuloskeletal Departemen Rehabilitasi Medik RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan VAS ≥ 4 dan mampu berjalan 15 meter. Terapi laser diberikan 3 kali seminggu selama 2 minggu. Derajat nyeri dinilai dengan VAS dan kemampuan fungsional dinilai dengan uji jalan 15 meter.
Hasil: Setelah 6 kali terapi, didapatkan penurunan VAS kelompok LLLT dan HILT sebesar 3 (2 – 4) dan 3 (2 – 5) serta peningkatan kecepatan berjalan sebesar 0,23
(0,02 – 1,24) meter/detik dan 0,22 (0,08 – 0,7) meter/detik) yang bermakna secara statistik (p<0,001) maupun secara klinis. Pada perbandingan antar kelompok didapatkan kelompok HILT mengalami penurunan VAS yang lebih cepat dan lebih besar dibanding kelompok LLLT (p<0.001), namun tidak didapatkan perbedaan perubahan kecepatan berjalan yang bermakna antara kedua kelompok (p=0,655).
Simpulan: Pemberian HILT pada pasien OA lutut mampu menurunkan derajat nyeri dengan lebih cepat dan lebih besar dibandingkan dengan pemberian LLLT.

Background: Osteoarthritis (OA) of the knee causes disability due to pain and decreased functional ability to walk. The degree of pain will affect the functional ability to walk. Low Level Laser Therapy (LLLT) has been shown to reduce pain in knee OA, while High Intensity Laser Therapy (HILT) is able to reach deeper joint areas.
Aim: To compare the differences of LLLT and HILT on pain and functional capacity knee OA.
Methods: This is a double-blind randomized controlled trial with 61 subjects randomized into LLLT (n=31) and HILT (n=30) groups . Subject was knee OA patient with VAS ≥ 4 in Muskuloskeletal Polyclinic of Medical Rehabilitation RSUPN Cipto Mangunkusumo. Laser therapy was given 3 times per week for 2 weeks. Pain measured with VAS and functional capacity evaluated with 50-feet walk test.
Result: After 6 therapy sessions, both LLLT and HILT group showed reduced VAS score [LLLT = 3 (2 – 4), HILT = 3 (2 – 5)] and increased walking speed (LLLT =
0.23 (0.02 – 1.24) m/s, HILT = 0.22 (0.08 – 0.7) m/s) which was statistically (p<0.001) and clinically significant. HILT group had faster and greater VAS reduction compared to LLLT group (p<0.001), but there was no significant difference in walking speed between the two groups (p=0.655).
Conclusion: HILT and LLLT combined with exercise were effective in reducing pain and increasing functional capacity in knee OA patient after 6 sessions of treatment. Pain improvement was faster and greater in HILT group than LLLT group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58569
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andy Ishak
"Luka bakar didefinisikan sebagai kerusakan jaringan yang terjadi akibat aksi panas baik secara langsung maupun tidak langsung. Meskipun telah banyak kemajuan yang dibuat dalam terapi luka bakar, namun penyembuhan luka yang lambat masih menjadi tantangan dalam perawatan luka bakar. Akupunktur manual dapat mempercepat penyembuhan luka bakar melalui efek anti-inflamasi, meningkatkan re-epitelisasi dan angiogenesis. Sedangkan laser akupunktur merupakan terapi yang menggunakan laser enersi rendah untuk merangsang titik akupunktur. Penelitian ini menilai pengaruh akupunktur manual dan laser akupunktur terhadap kecepatan penyembuhan luka bakar yang diamati secara makroskopik dan mikroskopik. Tiga puluh enam tikus Wistar jantan dibagi secara acak kedalam kelompok kontrol (n=12), kelompok akupunktur manual (n=12), dan kelompok laser akupunktur (n=12). Setelah dilakukan induksi luka bakar, pengukuran luka dan perlakuan diberikan setiap dua hari sekali selama 14 hari. Separuh jumlah dari setiap kelompok diterminasi pada hari ke-7 dan separuh sisanya diterminasi pada hari ke-14 untuk dilakukan pengamatan mikroskopik. Pada pengukuran penutupan luas luka hari ke-14, didapatkan perbedaan bermakna (p=0,009) antara kelompok akupunktur manual (66,96 ± 9,17) dibandingkan kelompok kontrol (49,93 ± 9,15), dan perbedaan yang bermakna (p=0,009) antara kelompok laser akupunktur (72,48 ± 14,62) dibandingkan kelompok kontrol. Namun tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,451) antara kelompok akupunktur manual dan laser akupunktur. Pada penilaian skoring mikroskopik hari ke-14 didapatkan perbedaan yang bermakna (p<0,001) antara kelompok akupunktur manual (16,17 ± 1,17) dibandingkan kelompok kontrol (10,33 ± 1,21), dan perbedaan yang bermakna (p=0,004) antara kelompok laser akupunktur (17,83 ± 1,47) dibandingkan kelompok kontrol. Namun tidak didapatkan perbedaan bermakna (p=0,058) antara kelompok akupunktur manual dan laser akupunktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik terapi akupunktur manual ataupun laser akupunktur dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk mempercepat penyembuhan luka bakar.

Burns are defined as tissue damage that occurs as a result of the direct or indirect action of heat. Although many advanced treatments have been made in burn therapy, slow wound healing remains a challenge in burn treatment. Acupuncture can accelerate burn healing through its anti-inflammatory effect, increasing re-epithelialization and angiogenesis. While laser acupuncture is a therapy that uses low energy lasers to stimulate acupuncture points. This study assessed the effect of manual acupuncture and laser acupuncture on the speed of wound healing which were observed macroscopically and microscopically. Thirty-six male Wistar rats were randomly divided into control group (n=12), acupuncture group (n=12), and laser acupuncture group (n=12). After burn induction, wound measurements and treatments were given every two days for 14 days. Half of the numbers from each group were terminated on the 7th day and the remaining half were terminated on the 14th day for microscopic observation. On the 14th day of measurement of wound closure, there was a significant difference (p=0.009) between the acupuncture group (66.96 ± 9.17) compared to the control group (49.93 ± 9.15), and a significant difference (p =0.009) between laser acupuncture group (72.48 ± 14.62) compared to control group. However, there was no significant difference (p=0.451) between acupuncture and laser acupuncture groups. On the 14th day of microscopic scoring, there was a significant difference (p<0.001) between the acupuncture group (16.17 ± 1.17) compared to the control group (10.33 ± 1.21), and a significant difference (p = 0.004) between the laser acupuncture group (17.83 ± 1.47) versus the control group. However, there was no significant difference (p=0.058) between acupuncture and laser acupuncture groups. The results showed that either acupuncture therapy or laser acupuncture could be used as an adjunct therapy to accelerate burn healing."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Robin Martilo Djajadi
"Pendahuluan: Peningkatan kadar kolesterol didalam plasma darah atau hiperlipidemia merupakan faktor predisposisi terjadinya aterosklerosis. Faktor risiko diet tinggi lemak amat mempengaruhi tingginya kadar kolesterol darah. Permasalahan kepatuhan dalam perubahan diet dan efek samping obat penurun kolesterol menjadi alasan perlunya terapi pilihan lain yang aman dan efektif. Penelitian menunjukkan bahwa elektroakupunktur pada titik ST40 Fenglong dapat digunakan sebagai terapi untuk memperbaiki kadar kolesterol darah. Salah satu modalitas akupunktur yang sedang berkembang adalah laser akupunktur. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana efektivitas laser akupunktur dibandingkan dengan elektroakupunktur pada titik ST40 Fenglong dalam memperbaiki kadar kolesterol otal, indeks aterogenik, dan berat lemak dinding abdomen pada tikus model diet tinggi lemak.
Metode: Desain studi ini adalah studi eksperimental dengan randomised control group posttest only. Dua puluh empat tikus Wistar jantan, usia 10 minggu dengan berat badan 200–250 gram dibagi menjadi 4 kelompok yaitu: kelompok diet normal, kelompok diet tinggi lemak tanpa perlakuan akupunktur, kelompok diet tinggi lemak dengan elektroakupunktur dan kelompok diet tinggi lemak dengan laser akupunktur. Elektroakupunktur dan laser akupunktur dilakukan 3 kali seminggu dengan total 12 sesi. Dilakukan pengukuran kadar kolesterol total, indeks aterogenik, dan berat lemak dinding abdomen setelah 12 sesi.
Hasil: Rerata kadar kolesterol total, indeks aterogenik, dan berat lemak dinding abdomen pada kelompok tikus model diet tinggi lemak yang mendapat laser akupunktur lebih rendah dibandingkan pada kelompok tikus model diet tinggi lemak yang mendapat elektroakupunktur, namun tidak berbeda bermakna secara statistik (p > 0,05).
Kesimpulan: Laser akupunktur memiliki kecenderungan lebih baik dalam mencegah peningkatan kolesterol total, indeks aterogenik, dan peningkatan berat lemak dinding abdomen akibat konsumsi diet tinggi lemak dibandingkan dengan elektroakupunktur
Introduction: Hyperlipidemia is an increased concentration of fat in blood plasma and is a predisposing factor for atherosclerosis. Risk factor such as high-fat diet greatly affect blood cholesterol levels. The problem of adherence to diet changes and cholesterol medication side effects are reasons to look for other alternative therapies that are safe and effective. Research shows that electroacupuncture at the ST40 Fenglong point can be used as a therapy to improve blood cholesterol levels. One of the acupuncture modalities is laser acupuncture. The purpose of this study was to determine the effectiveness of laser acupuncture compared to electroacupuncture at the ST40 Fenglong point for improving total cholesterol levels, atherogenic index, and abdominal wall fat weight in high fat diet model rats.
Methods: This study was an experimental study with posttest only randomized control group. Twenty-four male Wistar rats, aged 10 weeks with a body weight of 200–250 grams were divided into 4 groups: the normal diet group, the high-fat diet without acupuncture treatment group, the high-fat diet with electroacupuncture group and the high-fat diet with laser acupuncture group. Electroacupuncture and laser acupuncture treatments were performed 3 times a week for a total of 12 sessions. Total cholesterol levels, atherogenic index, and abdominal wall fat weight were measured after 12 sessions.
Results: The mean total cholesterol levels, atherogenic index, and weight of abdominal wall fat in the high-fat diet model group which received laser acupuncture treatment was lower than that in the high-fat diet group which received electroacupuncture group, but did not significantly differ (p> 0.05).
Conclusion: Compared to electroacupuncture, laser acupuncture has a better tendency at preventing increases in total cholesterol level, atherogenic index, and abdominal wall fat weight due to high-fat diet consumption."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ikram Picaso
"Obesitas merupakan suatu trend yang semakin banyak di dunia. Hal ini terjadi karena banyak faktor seperti junk food, globalisasi, dan penurunan aktivitas fisik. Obesitas sendiri merupakan faktor terbesar terjadinya Osteoartritis (OA) lutut. Otot quadriceps adalah salah satu otot yang melindungi sendi lutut. Pasien OA lutut ditemukan memiliki kelemahan otot quadriceps. Hubungan antara obesitas dan OA lutut serta hubungan antara OA lutut dengan kekuatan otot quadriceps sudah banyak diteliti, namun hubungan antara IMT dan kekuatan otot quadriceps masih belum jelas. Penelitian ini diadakan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kekuatan otot quadriceps pada pasien obesitas dengan OA lutut. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional secara analitik. Populasi subjek penelitian merupakan pasien obesitas dengan OA lutut di poli Rehabilitasi Medik RSCM. Data subjek penelitian diambil dari rekam medis elektronik lalu diskrining menggunakan kriteria eligibilitas sehingga didapatkan 18 subjek penelitian berdasarkan jumlah minimum sampel. Analisis data digunakan korelasi spearman di software SPSS. Hubungan dinyatakan bermakna secara statistik apabila p<0.05. Proses analisis data dengan korelasi spearman pada variabel Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kekuatan otot quadriceps menghasilkan nilai p<0.05 dengan nilai rho -0,498. Hasil dari analisis data menunjukkan bahwa terdapat inverse correlation antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan kekuatan otot quadriceps yang bermakna secara statistic, maka semakin besar IMT seseorang, semakin lemah kekuatan otot quadriceps subjek pada populasi pasien obesitas dengan OA lutut.

Obesity is an increasing trend in today’s world. This happens because various factors such as increase in availability of junk food, globalization, and decrease in physical activity. Obesity is one of the biggest risk factor for knee OA. Quadriceps muscle is one of the muscle that protects the knee joint. There is a lot of findings of weakening in quadriceps muscle strength in knee OA patients. There is a lot of evidence for the correlation of obesity and knee OA, there is also a lot of evidence for the correlation of knee OA and quadriceps muscle strength, but there is very little evidence for the correlation between BMI and quadriceps muscle strength. This study is made to find the correlation between BMI and quadriceps muscle strength in obese patients with knee OA. This study has an analytic cross-sectional design. The population of this study’s subject is obese patients with knee OA in the Department of Medical Rehabilitation of dr. Cipto Mangunkusumo Hospital. Subject’s data is acquired through electronic medical records and then screened using a particular eligibility criteria. This study acquired 18 subjects according to the minimum study sample. Data was analysed using spearman correlation in SPSS software. The correlation is stated statistically significant if p<0,05. Data analysis using spearman correlation to search for the correlation between BMI variable and quadriceps muscle strength variable shows a result with p<0.05 and a rho of -0,498. Based on the results of data analysis, it can be concluded that there is an inverse correlation between BMI and quadriceps muscle strength that’s statistically significant. Therefore, in obese patients with knee OA, the higher the BMI means the lower the strength of quadriceps muscle is."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lusy Erawati
"Osteoartritis (OA) merupakan penyakit sendi yang sering dijumpai dan salah satu penyebab disabititas serta nyeri. Osteoartritis banyak menyerang sendi penumpu berat badan seperti lutut, panggul dan tulang belakang. Prevalensi penyakit ini meningkat tajam pada usia lebih dan 55 tahun. Dan beberapa sendi penumpu berat badan, OA lutut paling sering dikeluhkan terutama pada wanita dan penderita obesitas. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Mannoni dkk, prevalensi OA lutut di Italia diperkirakan 29,8%.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Cushnaghan dan Dieppe, dan seluruh gejala OA yang sirntomatik, 41,2% melibatkan sendi Iutut. Berdasarkan penelitian di Malang, diperkirakan masalah OA di Indonesia lebih besar jika dibandingkan negara barat. Lebih dari 85% penderita OA di Indonesia terganggu aktivitasnya terutama kesulit-in dalam jongkok, naik turun tangga dan berjalan. Pada suatu studi yang dilakukan oleh Bristol, menyatakan bahwa 15% subyek pada populasi yang berusia diatas 55 tahun terdapat keterbatasan aktivitas karena nyeri lutut yang terjadi hampir setiap hari dalam satu bulan selama satu tahun terakhir.
Konsep inflamasi sebagai salah satu patogenesis OA akhir-akhir ini banyak dibicarakan. Salah satu bukti yang mendukung konsep tersebut adalah ditemukannya peningkatan protein fase akut seperti C-Reactive Protein (CRP) serum penderita OA pada penelitian Spector dkk. Pada penelitian Kertia dkk ditemukan peningkatan jumiah lekosit, peningkatan ringan kadar protein, viskositas yang turun serta peningkatan berbagai mediator proinflamasi pada penderita OA. Ditemukannya ekspresi sitokin pada membran sinovial pasien OA lutut membuktikan peranan inflamasi pada patogenesis OA."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21421
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Notario Haryanto Putro
"ABSTRAK
Osteoarthritis (OA) adalah kelainan sendi lutut degeneratif tersering. Artroplasti distraksi adalah sebuah alternatif tata laksana OA. Penelitian dilakukan pada 32 lutut kambing diinduksi secara mekanis menjadi OA dengan menisektomi lateral. Dalam penelitian 6 kambing mati. Arthroplasti distraksi dilaksanakan pada 10 lutut selama 4 minggu, dan 10 lutut kontralateral dibiarkan, kemudian diperiksa anatomi dan histopatologinya. Terdapat perburukan anatomis dan histopatologis pada lutut yang diberikan perlakuan. Perbandingan anatomis menggunakan staging ICRS berbeda bermakna (p <0,002) dan histopatologis menggunakan scoring OARSI berbeda bermakna (p<0,002). Arthroplasti distraksi masih memerlukan penelitian lebih lanjut pada hewan coba sebelum dapat diterapkan ke uji klinis kepada manusia.

ABSTRACT
Osteoarthritis (OA) is the most common knee degenerative disease. Distraction arthroplasty is a an alternatif for OA management. On this study 32 goat stiffle joints were mechanically induced to OA by lateral meniscectomy. During research 6 goats were deceased. Distraction arthroplasty was performed on 10 joints for 4 weeks, contralateral knees left untreated. Cartilage were anatomically and histopathologically examined. There was worsening on treated joints. The anatomical difference assessed using ICRS stage was significant (p<0,002) and the histopathological difference assessed using OARSI scoring was significant (p<0,002). Therefore distraction arthroplasty requires more animal research before human studies."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Arum Sari
"Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang ditandai dengan inflamasi kronik pada daerah persendian. Berdasarkan penelitian sebelumnya, rumput mutiara memiliki efek sebagai antiinflamasi dalam praktik pengobatan herbal, tetapi belum banyak data yang mendukung. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efek preventif dan kuratif ekstrak etanol 70% rumput mutiara terhadap sistem imun yang ditandai dengan penurunan jumlah sel darah putih, yaitu leukosit, limfosit, dan granulosit. Penelitian ini terbagi menjadi dua tahapan, yaitu pembuatan tikus model osteoartritis, kemudian pemberian ekstrak rumput mutiara secara preventif dan kuratif secara bersamaan. Pada perlakuan preventif dan kuratif, digunakan masing-masing 30 tikus putih jantan galur Sprague dawley dibagi menjadi 6 kelompok. Kelompok normal diberikan CMC 0,5%, kelompok negatif diberikan 0,025 mL natrium iodoasetat dalam salin 0,9%, kelompok positif diberi suspensi glukosamin kondroitin 520 mg/ 200 g bb untuk preventif, dan 780 mg/ 200 g bb. Kelompok dosis diberikan ekstrak etanol 70% rumput mutiara dengan variasi dosis berturut-turut 5,62 mg; 11,25 mg; dan 22,5 mg. Semua kelompok diinduksi 0,025 mL natrium iodoasetat kecuali kontrol normal. Bahan uji diberikan satu kali sehari secara oral pada hari ke-1 hingga 50 secara preventif, dan diberikan pada hari ke-29 hingga 50 secara kuratif. Pengukuran jumlah leukosit, limfosit dan granulosit dilakukan pada hari ke-14, 28 dan 49. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian ekstrak etanol 70% rumput mutiara secara preventif (dosis 2= 11,25 mg/ 200 g bb) dan kuratif (dosis 1= 5,62 mg/ 200 g bb) mampu menurunkan jumlah leukosit dan limfosit secara bermakna.

Osteoarthritis is a degenerative disease characterized by chronic inflammation in the joints. Based on previous research, pearl grass has anti-inflammatory effects in the practice of herbal medicine, but doesn?t have a lot of data to support. This study aimed to analyze the preventive and curative effects of the 70% ethanolic extract of pearl grass on the immune system characterized by decreasing number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes. This study is divided into two stages, there are making rat model of osteoarthritis, and analyze the effect preventive and curative extract of pearl grass on the immune system. This study used 30 male white Sprague Dawley rats were divided into 6 groups. The normal group was given 0,5% CMC, the negative group was given 0,025 mL of monosodium iodoacetate in 0,9% saline, positive group was given suspension of glucosamine chondroitin 520 mg/200 g BW for preventive and 780 mg/200 g BW for curative. The dose variation was given 70% ethanolic extract of pearl grass with 3 dose variation 5,62 mg/ 200 g BW; 11,25 mg/ 200 g BW; and 22,5 mg/ 200 g BW. All groups were induced by 0,025 mL of monosodium iodoacetate except normal group. The test material is given orally once daily on days 1 to 50 in preventive , and given on days 29 to 50 are curative. Measurement of the number of leukocytes, lymphocytes and granulocytes counted on day 14, 28 and 49. The best results showed that the effect preventive (dose 2 = 11,25 mg / 200 g BW) and curative (dose 1 = 5,62 mg / 200 g BW) extract of pearl grass were able to decrease the number of leukocytes and lymphocytes significantly."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59846
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Basuki Supartono
"Objectives: Osteoarthritis of the knee can caused by sosiolis. The Purpose of this study is to find out the influence of scoliosis caused secondary osteorthritis of the knee in athlete, based on cobbs degree, Scolisis curve. Materials and Method: This research use an analytic cross-sectional design. The total sample of 92 athletes scoliosis taken by simple random sampling technique. The data were analyzing with Chi-square test, fisher and prevalence rasio. Result: The result show that there were influences on the incidence of scoliosis towards secondary osteoarthritis of the knee in athletes at the national sports hopsital.Based on the cirteria in the cobbs angle had the results (p=0.022 (p<0.05)), moderate cobbs angle degree were 7.5 times more at risk of cousing secondary osteoarthritis on the knee than a mild degree. The other hand shape of the curve scoliosis had results (p=0.038(p<0.05)), the shape of the S cirve scoliosis 3.2 Times more at risk of causing secondary osteoarthritis on the knee than the curve C. Conclusion: It had to be concluded that there was influcence between cobbs degree scoliosis and shape curve towards incidence of secondary osteoarthritis on the knee"
Jakarta: RSON, 2015
796 IJSS 1:1 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>