Ditemukan 196356 dokumen yang sesuai dengan query
Fatia Nurizky
"Manga sebagai salah satu bagian dari kebudayaan populer Jepang memiliki satu genre yang unik yaitu Boys Love (BL). Genre ini berfokus kepada romansa yang terjadi di antara dua orang laki-laki homoseksual. Penelitian ini menggunakan teori wacana dan menggunakan metode semiotika untuk mengkaji tanda-tanda yang terdapat di dalam manga Boys Love. Tanda-tanda tersebut melingkupi apa yang menggambarkan anti-heteronormativitas dan anti-hegemoni maskulinitas dalam masyarakat Jepang. Melalui kajian tanda dalam manga tersebut, diharapkan perlawanan-perlawanan terhadap wacana heteronormativitas dan hegemoni maskulinitas dapat dilihat dan diteliti secara mendalam.
Manga as one aspect of Japanese Popular Culture has one unique genre called Boys Love (BL). This genre focuses on romance between homosexual men. This research uses discourse theory and semiotic method to decipher the signs contained in Boys Love manga. Those signs includes the depictions of anti-heteronormativity and anti-hegemonic masculinity in Japanese society. Through the sign deciphering, it is expected that the oppositions against heteronormativity and hegemonic masculinity can be seen and researched thoroughly."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2016
T45073
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Davina Nathania Lestari
"Skripsi ini membahas pemanfaatan manga sebagai media pemelajaran di Perpustakaan The Japan Foundation (JF). Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pemanfaatan koleksi manga melalui layanan perpustakaan JF hingga penyiangan serta menganalisis kebutuhan pengguna dalam mempelajari bahasa Jepang dengan menggunakan koleksi manga. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan metode studi kasus. Hasil dari penelitian menunjukan penggunaan manga sebagai media pemelajaran bahasa Jepang merupakan cara yang efektif dalam mempelajari dan meningkatkan kemampuan bahasa Jepang. Hal ini ditunjukkan oleh informan dengan mudah mengingat informasi yang ada di dalam manga karena manga merupakan bacaan yang menyenangkan.
This thesis discusses the use of manga as a medium learning in the Library of The Japan Foundation (JF). The purpose of this study is to identify the utilization of manga collection through JF library services to weeding and analyzing the needs of users in learning the Japanese language by using manga collection. This study uses a qualitative approach with case study method and through interviews. The results of this study showed the use of manga as a medium of learning Japanese is an effective way to learn and improve the ability of Japanese language. It is indicated that they seemed easily to remember information by using manga that has attractive appearance in the way it is presented."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64694
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yarra Rania Nurul Iman
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif manga boys’ love (BL) dan bagaimana wacana tersebut memengaruhi popularitas BL di Indonesia. Penulis menggabungkan metode model analisis femininitas dan maskulinitas oleh Zhou, et al. (2018), analisis teks, dan interpretasi komposisi visual oleh Rose (2001) untuk menganalisis keberadaan wacana heteronormatif dalam manga Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu dan metode analisis tematis oleh Clarke dan Braun (2013) untuk menganalisis tanggapan pembaca BL Indonesia di Twitter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu merupakan BL dengan wacana heteronormatif dan pembaca BL Indonesia di Twitter juga lebih sering mengungkit aspek heteronormatif manga tersebut. Preferensi pembaca BL Indonesia yang memilih manga BL dengan karakter heteronormatif dapat dibaca sebagai bukti kuatnya internalisasi norma-norma heteronormatif di Indonesia yang didukung oleh nilai-nilai agama dan sosial.
This research discusses the existence of heteronormative themes in boys’ love (BL) manga and determines how they affect the popularity of BL in Indonesia. This research combines Zhou, et al. (2018)’s femininity and masculinity model, text analysis method, and compositional interpretation method by Rose (2001) to analyse the heteronormative themes in Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu and thematic analysis method to examine Indonesian BL readers’ comments on Twitter. Results have shown that Dakaretai Otoko 1-i ni Odosarete Imasu indeed has heteronormative themes and the comments on Twitter are mostly focused on heteronormative aspects of the manga. Indonesian BL readers’ tendency to prefer BL mangas with heteronormative themes can be seen as an evidence of the strong internalisation of heteronormative norms in Indonesia, which is also supported by the religious and social values."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Ariana Ratnasari
"
ABSTRAKSkripsi ini membahas tentang fenomena soushoku danshi sebagai representasi perlawanan terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Dalam penelitian ini penulis mengkaji fenomena soushoku danshi dari sudut pandang posfeminisme, khususnya melalui teori gender performativity Judith Butler. Masalah yang dibahas yaitu bentuk perlawanan soushoku danshi terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Tujuan penelitian ini untuk mewujudkan wacana yang berimbang mengenai fenomena soushoku danshi dan mengidentifikasi perlawanan soushoku danshi terhadap konsep maskulinitas hegemonik di Jepang. Metode yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah metode deskriptif-analitis dengan teknik pengambilan data studi kepustakaan. Melalui teori gender performativity Judith Butler dapat disimpulkan bahwa fenomena soushoku danshi merupakan representasi perlawanan terhadap konsep maskulinitas di Jepang.
ABSTRACTThis thesis discusses soushoku danshi phenomenon in Japan as resistance against hegemonic masculinity concept in Japan. This thesis examines soushoku danshi phenomenon from post feminism point of view, specifically through Judith Butler 39 s regarding gender performativity. Issue that explained is the soushoku danshi 39 s resistance forms against hegemonic masculinity concept in Japan. The purpose of this research is to make a balanced discourse regarding soushoku danshi and identifies soushoku danshi 39 s resistance forms. The method used in this research is analytic descriptive along with literature review. Through gender performativity theory, it can be concluded that soushoku danshi phenomenon is representation of resistance against hegemonic masculinity concept in Japan. "
2017
S68728
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Rifky Zacharis Diandrio
"Penelitian ini bertujuan untuk memahami perkembangan identitas homoseksual dan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan untuk melela pada laki-laki homoseksual di Indonesia. Melalui metode penelitian kualitatif, dilakukan wawancara terhadap laki-laki homoseksual dewasa muda (usia 23-29 tahun), dengan menggunakan panduan berdasarkan Model Formasi Identitas Homoseksual oleh Cass (1979). Dalam analisis tematik terhadap wawancara delapan partisipan, ditemukan bahwa perkembangan identitas homoseksual dimulai ketika seluruh responden merasakan ketertarikan terhadap sesama jenis sejak kecil. Perkembangan identitas melewati fase penolakan di suatu tahap dalam hidup individu homoseksual sebelum akhirnya bisa diterima secara penuh. Penerimaan diri dan keputusan untuk melela di tengah perkembangan identitas memiliki arah hubungan yang kompleks dan tidak pasti terkait mana yang lebih dulu antara penerimaan atau melela identitas. Dalam penelitian ini juga ditemukan bahwa keputusan untuk melela tidak hanya dipengaruhi oleh faktor perkembangan identitas yang koheren dan sehat, namun juga faktor-faktor situasional seperti dukungan orang-orang terdekat dan sikap masyarakat secara umum terhadap eksistensi kelompok seksual non-normatif, risiko akan diskriminasi dan persekusi, serta sumber daya individu homoseksual untuk bisa berdiri sendiri ketika risiko yang dipersepsikan terjadi saat mereka memtusukan untuk melela.
This research seeks to understand how homosexual identity develops and what factors influence the decisions of gay men in Indonesia to come out. Using qualitative research methods, interviews were conducted with young adult gay men (aged 23-29) following Cass's (1979) Model of Homosexual Identity Formation. By analyzing the interviews of eight participants, it was found that the journey of homosexual identity begins when individuals feel attracted to the same sex from a young age. The process involves overcoming denial and eventually accepting themselves fully. The relationship between self-acceptance and coming out is complex, as it is unclear which comes first. The decision to come out is influenced not only by personal development but also by situational factors such as support from significant others, societal attitudes towards non-normative sexual orientations, the fear of discrimination and persecution, and the personal resources needed to face these challenges when deciding to come out."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Adinda Endramari
"Selain sebagai hiburan, film juga beperan sebagai media yang merepresentasikan dan menyebarkan ideologi. Penelitian ini akan fokus membahas Hacksaw Ridge (2016) sebagai representasi film aksi peperang Hollywood yang menawarkan penggambaran baru maskulinitas hegemoni, khususnya pada lingkungan militer. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode strukturalis, khususnya teori semiotika Barthes, analisis karakterisasi berdasarkan teori Boggs dan Petrie, serta studi pustaka lebih lanjut terkait maskulinitas hegemoni. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan (1) bagaimana film Hacksaw Ridge memanfaatkan beberapa aspek sinematik, seperti teknik pengambilan gambar dan pemilihan aktor, untuk menggambarkan maskulinitas hegemoni dan (2) bagaimana karakter utama film, Desmond Doss, memberikan perspektif baru terhadap apa yang dianggap maskulin.
Other than a part of entertainment, a movie is also a suitable medium to represent and disperse ideology. This research will focus on highlighting Hacksaw Ridge (2016) as a representation of a war movie that offers a fresh portrayal of hegemonic military masculinity. The methods used will be the structuralist approach, specifically Barthes’s theory of semiotics, characterization analysis based on Boggs and Petrie, and further library research related to hegemonic masculinity. This research is expected to make a point on (1) how the movie uses several cinematic aspects, including camera work and choice of actors or casting, to portray hegemonic masculinity and (2) how the main character, Desmond Doss, gives a new perspective on what is considered masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Faza Nadila
"
ABSTRAKJurnal ini menjelaskan penggambaran salah satu budaya Jepang yaitu hubungan Senpai-Kouhai dalam manga Hataraku Saibou. Hataraku Saibou bercerita mengenai bagaimana sel antropomorfisme bekerja untuk menghidupi tubuh yang mereka diami. Hubungan senpai-kouhai yang ada di dalam manga tersebut ditampilkan oleh beberapa karakter di dalam manga. Chie Nakane dalam bukunya Japanese Society, dan Davies & Ikeno dalam teori senpai-kouhai menjelaskan bahwa hubungan tersebut dapat terlihat dalam bentuk gramatikal tertentu dalam bahasa Jepang. Teori tokoh dan penokohan milik Nurgiyantoro digunakan untuk mendukung data. Hubungan Senpai dan Kouhai dalam manga Hataraku Saibou terbentuk oleh rentang waktu pekerjaan sel dalam divisinya masing-masing. Dalam hubungannya dengan senpai, bila kouhai ingin mengutarakan opininya, mereka harus menggunakan bahasa sopan kepada senpai. Hubungan tersebut membuat mereka menjadi sosok yang lebih baik dalam
karakter dan pekerjaannya.
ABSTRACTThe journal explains the depiction of one of the Japanese cultures, namely the relationship between Senpai-Kouhai in the Hataraku Saibou manga. Hataraku Saibou tells about how anthropomorphic cells work to support the body they live in. The relationship between senpai-kouhai in the manga is displayed by several characters in the manga. Chie Nakane in her book Japanese Society, and Davies & Ikeno in senpai-kouhai s theory explain that the relationship can be seen in certain grammatical forms in Japanese. The theory of characters and characterizations belonging to Nurgiyantoro is used to support data. The relationship between Senpai and Kouhai in the Hataraku Saibou manga was formed by the time span of cell has worked in their respective divisions. In the relationship with Senpai, if kouhai wants to state their opinion, they must use polite language to Senpai. This relationship make them better
in their character and their work."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Lena Sa'yati
"Islamisme mengalami pertumbuhan pesat pasca Orde Baru, salah satunya dalam ranah budaya populer. Penelitian ini menganalisis perlawanan terhadap hegemoni budaya Barat melalui identitas keislaman dalam novel Ja’a Jutek (2012) karya Isma Kazee dan Jilbab in Love (2014) karya Asma Nadia. Metode yang digunakan bersifat kualitatif dalam bentuk kajian tekstual. Tiga teori yang digunakan yakni Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough, Hegemoni dan Counter-Hegemony Gramsci. Tujuan dari penelitian ini hendak menunjukkan kontribusi Forum Lingkar Pena dan Komunitas Matapena terkait kebangkitan sastra remaja bernuansa Islam pasca-Orde Baru. Hasil penelitian memperlihatkan konstruksi wacana identitas Islam tradisional dan modern dalam kedua novel. Novel Ja’a Jutek menekankan nilai-nilai keislaman substansial bersifat tradisional dan Jilbab in Love fokus pada formalisasi ajaran Islam dan simbol keagamaan. Dalam dimensi mikro, terlihat penggunaan Bahasa Arab dan Bahasa Jawa di Ja’a Jutek, sementara Jilbab in Love mengadopsi Bahasa Arab gerakan Ikhwanul Muslimin dan Bahasa Inggris slank. Kedua novel menjalankan negosiasi antara budaya Islam dan gaya novel remaja Barat, menciptakan wacana counterculture terhadap westernisasi dalam teenlit tahun 2000-an. Hegemoni budaya Barat yang diangkat melibatkan ideologi kosumerisme, liberalisme, dan hedonisme. Kedua pengarang menggunakan War of Position sebagai strategi counter hegemony; Ja’a Jutek menolak kompromi terhadap budaya Barat negatif, sementara Jilbab in Love melakukan negosiasi nilai-nilai keislaman dengan budaya Barat dan memanfaatkan oposisi biner serta pembalikan keadaan. Walaupun keduanya menggunakan sastra sebagai alat dakwah, model komunikasi dakwah FLP lebih dinamis karena menyesuaikan dengan pemikiran masyarakat urban yang cenderung lebih modern.
Islamism experienced rapid growth after the New Order regime, including in popular culture. This research analyzes the resistance to Western cultural hegemony through Islamic identity in the novels Ja’a Jutek (2012) by Isma Kazee and Jilbab in Love (2014) by Asma Nadia. The method used is qualitative in the form of textual studies. The three theories used are Norman Fairclough’s Critical Discourse Analysis, Gramsci’s Hegemony and Counter-Hegemony. The purpose of this research is to show the contribution of Forum Lingkar Pena and Matapena Community regarding the revival of Islamic teen literature in the post-New Order era. The results show the construction of traditional and modern Islamic identity discourses in both novels. The novel Ja’a Jutek emphasizes traditional substantial Islamic values and Jilbab in Love focuses on the formalization of Islamic teachings and religious symbols. In the micro dimension, we see the use of Arabic and Javanese in Ja’a Jutek, while Jilbab in Love adopts the Arabic of the Ikhwanul Muslimin and the English of Slank. Both novels negotiate between Islamic culture and Western teen novel style, creating a counterculture discourse against westernization in 2000s teenlit. The Western cultural hegemony raised involves the ideologies of consumerism, liberalism and hedonism. Both authors use War of Position as a counter hegemony strategy; Ja’a Jutek refuses to compromise on negative Western culture, while Jilbab in Love negotiates Islamic values with Western culture and utilizes binary opposition and reversal. Although both use literature as a tool of da’wah, FLP’s model of da’wah communication is more dynamic as it adapts to the thinking of urbanites who tend to be more modern."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Angela Novitasari
"
ABSTRAKManga sebagai bacaan yang dianggap sederhana sebenarnya memiliki genre tertentu yang memerlukan pemikiran lebih mendalam untuk memahaminya, salah satunya yakni Monster karya Urasawa Naoki. Hal menarik dalam manga ini adalah cerita dengan tokoh protagonis berkebangsaan Jepang namun berlatar tempat di Jerman. Untuk memahami secara mendalam, skripsi ini membahas unsur-unsur intrinsik yang meliputi alur, latar, tokoh dan penokohan, serta kesatupaduan unsur-unsur tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manga ini membentuk cerita yang realistis, koheren, dan plausibel, dengan mempertanyakan mengenai hakikat kemanusiaan seperti: Apakah penjahat sebaiknya mati saja? Masalah lain yang turut diangkat yakni pentingnya pendidikan anak yang tepat dan benar.
ABSTRACTManga, widely known as an easy read book, has certain genre that needs deeper understanding to digest the story, such as Monster by Urasawa Naoki. Point of interest in this manga is the protagonist is a Japanese yet set in another country Germany. To understand deeper, this research covers intrinsic components such as plot, setting, character and characterization also the corelation between the components. The unity of components creates a realistic, coherent and plausible story, in which question humanity: would?ve it been better if a criminal die? The story also stresses on the importance of proper early education for children."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S61516
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dewi Savitri
"After Japanese taking over Indonesia from the Dutch, they have built military bases across the country. Every one of it is completed with adjunct comfort station, a place for serving Japanese army's biological needs. Comfort station is filled with Indonesian women called jugun-ianfu. Jugun-ianfu is a form of concentrated systematic rape. Jugun-ianfu is a value system that Japanese brought to Indonesia. And yet, it is a form of crime that Japanese conduct to Indonesian women. It is an ideal value system for Japanese, not Indonesian women. They have tried to impose their culture values over Indonesian women. Culture hegemony is a term that never discussed comprehensively in jugun-ianfu discourse. It was only explain about victim's condition, Indonesian's social condition and jugun-ianfu's related law process. This research's purpose is to discuss how jugun-ianfu could be seen as Japanese culture hegemony over Indonesia.
This research utilizes qualitative method in order to yields descriptive data as a result. Thus could represent Japan's social condition before and after their presence in Indonesia, Indonesia's social condition and form of hegemony which Japanese have creates. The data has divided to primary and secondary. Primary data obtained from deep interview with Mr. Mardiyono (late Mrs. Mardiyem's son), Mr. Budi Hartono (late Mrs. Mardiyem's lawyer), and Dwi Mulyatari (Indonesian History tutor staff at Cultural Science Faculty, University of Indonesia). Then the secondary data obtained from literatures and newspaper clipping related to jugunianfu."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
AJ-Pdf
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library