Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164482 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Zakia Amalia
"Pasien diabetes memiliki risiko yang lebih besar terhadap penyakit periodontal yang dapat berakibat pada kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi status kesehatan rongga mulut dan kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus. Studi potong lintang ini dilakukan dengan memberikan kuesioner OHIP-20 dan pemeriksaan klinis untuk evaluasi kesehatan gigi dan mulut pada pasien diabetes mellitus di RSCM. Dari 70 orang responden sebanyak 97.1% memiliki kualitas hidup yang baik. Kualitas hidup terkait kesehatan gigi dan mulut tidak dipengaruhi oleh diabetes mellitus pada responden yang dilakukan pemeriksaan.

Diabetic patients have more risk factor for periodontal disease which can affect their oral health related quality of life (OHRQoL). The aim of this study was to evaluate oral health status and oral health related quality of life in diabetes mellitus patients. This cross sectional study was conducted by giving OHIP-20 questionnaire and clinical examination to evaluate oral health in diabetic patient in RSCM. The result showed from 70 patients 97.1% had good quality of life. Oral health related quality of life is not affected by the presence of diabetes mellitus among the respondents."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Ratih Utari Mayun
"Kepuasan pasien terhadap perawatan gigi tiruan lepasan dipengaruhi oleh banyak faktor. Keberhasilan perawatan gigi tiruan lepasan dapat diukur berdasarkan nilai persepsi pasien terhadap perawatan yang diterimanya dan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut OHRQoL.
Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan alat ukur kepuasan pasien menggunakan kuesioner Turker's Patient's Perceptions bahasa Indonesia, dan menganalisis hubungan antara kepuasan pasien dengan OHRQoL pemakai gigi tiruan lepasan. Sebanyak 140 pemakai gigi tiruan lepasan GTL atau GTLT atau GTSL berpartisipasi dalam penelitian potong lintang ini. Dilakukan validasi kuesioner Turker's Pasient's Perceptions. Kemudian wawancara untuk pengisian kuesioner Turker's Pasient's Perceptions bahasa Indonesia yang telah divalidasi dan kuesioner Kualitas Hidup Lansia serta pemeriksaan rongga mulut.
Hasil penelitian didapatkan uji validasi dan reliabilitas menunjukan nilai Cronbach's Alpha 0,743. Terdapat hubungan bermakna antara kepuasan pasien menggunakan kuesioner Turker's Patient's Perceptions bahasa Indonesia dengan OHRQoL p=0,000. Analisis multivariat menunjukan variabel lama pemakaian gigi tiruan lepasan paling mempengaruhi kepuasan pasien dan pengalaman memakai gigi tiruan lepasan paling mempengaruhi OHRQoL.
Kesimpulan penelitian ini diperoleh alat ukur kepuasan pasien yang valid dan reliabel berupa kuesioner Turker's Patient's Perceptions-ID. Terdapat hubungan antara kepuasan pasien dengan OHRQoL. Lama pemakaian gigi tiruan mempengaruhi kepuasan pasien dan pengalaman memakai gigi tiruan mempengaruhi OHRQoL.

Patient's satisfaction with prosthodontic treatment is affected by many factors. Success of removable denture treatment can be measured using an index to evaluate patients'perceptions of their treatment and their oral health related quality of life OHRQoL.
The objectives of this research are to analyze the relationship between patient satisfaction using Turker's Patient's Perceptions questionnaire and the OHRQoL of removable denture wearers. One hundred and forty removable denture wearers complete dentures, single complete dentures and removable partial dentures participated in this cross sectional study. Participants were interviewed using a validated Turker's Patient's Perceptions questionnaire in Indonesia and an OHRQoL questionnaire.
The results are there was a significant relationship between patient's satisfaction and OHRQoL p 0.000. Multivariate analysis showed that the duration of using removable dentures had a significant effect on patient's satisfaction using Turker's Patient's Perceptions questionnaire. The experience of using removable dentures showed a significant effect on OHRQoL.
Conclusion are Turker's Patient's Perceptions ID questionnaire are valid and reliable. There was a relationship between patient's satisfaction and their OHRQoL. The duration of using removable dentures affected patient's satisfaction and the experience of using removable dentures affected OHRQoL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Alexandra
"Latar Belakang: Individu dengan gangguan psikotik lebih rentan terhadap masalah kesehatan gigi dan mulut, yang dapat menurunkan kualitas hidup mereka. Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) mencakup kenyamanan saat makan, tidur, berinteraksi sosial, harga diri, dan kepuasan terhadap kesehatan gigi. Tujuan: Membandingkan OHRQoL pada individu dengan gangguan psikotik dengan populasi umum atau individu dengan gangguan jiwa lainnya, serta mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode: Pencarian literatur dilakukan pada lima electronic base, yaitu ProQuest, Scopus, ScienceDirect, EBSCO, dan PubMed, menggunakan kata kunci “OHIP,” “OHRQoL,” “Psychosis,” dan “Psychotic.” Artikel yang disertakan berbahasa Inggris dan dipublikasikan pada 2020–2024. Hasil: Lima studi yang memenuhi kriteria inklusi, terdiri atas tiga studi ross-sectional satu studi case-control, dan satu studi kualitatif, dengan jumlah partisipan antara 20 hingga 735 orang. Dua studi menunjukkan OHRQoL pasien gangguan psikotik lebih buruk dibandingkan populasi umum. Sementara, dua studi lain menunjukkan hasil bertolak belakang terkait perbedaan OHRQoL antara pasien gangguan psikotik dan gangguan jiwa lainnya. Kesimpulan: Individu dengan gangguan psikotik cenderung memiliki OHRQoL yang lebih buruk dibandingkan populasi umum atau individu dengan gangguan jiwa lainnya. Keluhan utama meliputi xerostomia, halitosis, dan gangguan indera perasa. Faktor yang berpengaruh meliputi gangguan kognitif, penggunaan obat antipsikotik, serta status sosiodemografi.

Background: Individuals with psychotic disorders are at increased risk of oral health problems, which can negatively affect quality of life. Oral Health-Related Quality of Life (OHRQoL) encompasses comfort while eating, sleeping, social interactions, self-esteem, and oral health satisfaction. Aim: To compare the OHRQoL between individuals with psychotic disorders and the general population or individuals with other mental disorders and to identify factors influencing OHRQoL. Methods: A literature search was conducted across five electronic databases: ProQuest, Scopus, ScienceDirect, EBSCO, and PubMed using the keywords “OHIP,” “OHRQoL,” “Psychosis,” and “Psychotic.” Only English-language articles published between 2020 and 2024 were included. Results: Five studies met the inclusion criteria, consisting of three cross-sectional studies, one case-control study, and one qualitative study, with sample sizes ranging from 20 to 735 participants. Two studies found that individuals with psychotic disorders had poorer OHRQoL than the general population. However, two other studies reported conflicting findings regarding differences in OHRQoL between individuals with psychotic disorders and those with other mental disorders. Conclusion: Individuals with psychotic disorders tend to have a poorer OHRQoL. The main oral health complaints include xerostomia, halitosis, and altered taste. Contributing factors include cognitive impairment, antipsychotic medication use, and sociodemographic factors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sherlyana
"Latar Belakang: Dalam kedokteran gigi, kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut (Oral Health Related Quality of life, OHRQoL) diakui sebagai ujung tombak penting dalam tata laksana penyakit kronis seperti HIV/AIDS. Namun di Indonesia, faktor-faktor yang memiliki hubungan dengan OHRQoL pada orang dengan HIV/AIDS (ODHA) masih belum diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan OHRQoL pada ODHA. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan metode potong lintang terhadap ODHA yang datang ke Klinik Lotus, Rumah Sakit Khusus Gigi Mulut FKG UI. Semua responden berusia diatas 18 tahun dan memiliki skor MMSE > 24. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling, didapatkan 105 responden. Kualitas hidup terkait kesehatan rongga mulut diukur menggunakan kuesioner OHIP-14 ID. Semua responden mengisi kuesioner OHIP-14 ID secara lengkap dan menjalani pemeriksaan klinis intraoral. Hubungan faktor sosiodemografi (jenis kelamin, usia, pendapatan per bulan, status pendidikan, status pekerjaan, status pernikahan, asuransi kesehatan, merokok), riwayat medis terkait HIV (durasi penggunaan ART, durasi infeksi HIV, transmisi HIV, jumlah CD4, jumlah virus HIV, koinfeksi), riwayat dental (kunjungan ke dokter gigi, kebersihan rongga mulut, status dental, gigi tiruan, lesi oral HIV) dengan OHRQol dan dimensinya diukur dengan uji komparatif numerik (Mann-whitney U, Kruskal-wallis, Independent T-test) dan uji korelasi (Pearson Corelation). Hasil analisis dianggap signifikan bila p<0,05. Hasil: Skor rata-rata OHIP-14 ID yaitu 14,76 ± 13,10. Skor tertinggi pada dimensi ketidaknyamanan fisik (2,84 ± 2,20) dan skor terendah pada dimensi keterbatasan fungsional (1,41 ± 1,96). Pada analisis bivariat, OHIP-14 ID berhubungan signifikan dengan kebiasaan merokok (p = 0.00), asuransi kesehatan (p = 0.03), rute transmisi HIV (p = 0,03), dan skor DMFT (p = 0,00). Dimensi keterbatasan fungsional secara signifikan berhubungan dengan pendapatan per bulan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidaknyamaman fisik secara signifikan berhubungan dengan pernikahan, asuransi kesehatan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, koinfeksi, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidaknyamanan psikologis secara signifikan berhubungan dengan jenis kelamin, merokok, durasi infeksi HIV, status dental dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan fisik secara signifikan berhubungan dengan durasi infeksi HIV, status dental, dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan psikologis secara signifikan berhubungan dengan asuransi, status pernikahan, merokok, durasi infeksi HIV, rute transmisi HIV, status dental, dan lesi oral HIV. Dimensi ketidakmampuan sosial secara signifikan berhubungan dengan usia, pendidikan, merokok, durasi ART dan durasi HIV. Dimensi kecacatan secara signifikan berhubungan dengan status dental dan lesi oral HIV. Kesimpulan: Merokok, asuransi kesehatan, rute transmisi HIV, dan DMFT ditemukan sebagai faktor yang memiliki hubungan signifikan yang dapat ditargetkan untuk meningkatkan kualitas hidup pada ODHA. Untuk mencegah penyakit rongga mulut, penting untuk melakukan orientasi kembali layanan kesehatan mulut bagi ODHA. Penelitian lebih lanjut sangat diperlukan pada populasi ODHA.

Background: In dentistry, Oral Health Related Quality of life (OHRQoL) is recognized as an essential end point in the disease management of chronic conditions such as HIV. In Indonesia, however, the OHRQoL associated factors of people living with HIV/AIDS (PLWHA) has not been previously explored. The aim of this study was to identify OHRQoL and its dimensions associated factors among PLWHA. Methods: An analytic descriptive cross-sectional study was conducted to HIV positive patients who invited to Lotus Clinic of Dental Hospital Universitas Indonesia. All respondents were aged ≥ 18 years old and MMSE scored >24. The consecutive sample consisted of 105 respondents. The Oral health-related quality of life was assessed of OHIP-14 ID questionnaire. All of respondents completed OHIP-14 ID questionnaire, sociodemographic form, medical history form and intra oral examination. The correlation of sociodemographic variables (sex, age, monthly income, education level, occupation, marital status, smoking,), HIV related variables (CD4 cell counts, HIV viral load, coinfections, HIV duration, ARV duration, HIV transmission mode), oral health status variables (DMFT index, OHI-S index, denture use, HIV oral lesion, last dental visit) on OHRQol and its dimensions were assessed with Mann-whitney U test, Kruskal-wallis, Independent T-test, and correlation tests (Pearson Correlation) using SPSS. Results: The mean score of the OHIP-14 ID was 14.76 ± 13.10. The highest and lowest scores belonged to the physical pain dimension (2.84 ± 2.20) and functional limitation (1.41 ± 1.96) domain respectively. In the bivariate analysis, the OHIP-14 ID was significantly associated with patients' smoking habit (p = 0.00), health insurance (p = 0.03), HIV transmission mode (p = 0.03), and DMFT index (p = 0.00). Functional limitation dimension was significantly associated with monthly income, smoking, HIV duration, HIV transmission mode, DMFT index, HIV oral lesion. Physical pain dimension was significantly associated with marital status, health insurance, smoking, HIV duration, HIV transmission mode, coinfection, DMFT index, HIV oral lesion. Psychological discomfort dimension was significantly associated with sex, smoking, HIV duration, DMFT index, HIV oral lesion. Physical disability dimension was significantly associated with HIV duration, DMFT index, HIV oral lesion. Psychological disability dimension was significantly associated with health insurance, HIV duration, HIV transmission mode, DMFT index, HIV oral lesion. Social disability dimension was significantly associated with age, education level, smoking, ART duration, HIV duration. Handicap dimension was significantly associated with DMFT index and HIV oral lesion. Conclusions: Smoking, health insurance, HIV transmission mode and DMFT index were identified as significant associated factors which could be targeted to improve quality of PLWHA. In order to prevent oral diseases, it is important to reorient oral health services for the PLWHA. Further studies among HIV/AIDS patient populations are desirable."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vynlia
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil kesehatan gigi mulut serta distribusi frekuensi sosioekonomi dan perilaku dari pasien diabetes melitus tipe 2 di RSCM. Studi potong lintang ini dilakukan dengan memberikan kuesioner pada 70 orang pasien dan dianalisis menggunakan uji Pearson. Hasil uji tersebut tidak menunjukkan hubungan bermakna antara pengetahuan, sikap, durasi, dan sosioekonomi pasien terhadap status kesehatan gigi dan mulut (p>0,05). Hasil penelitian memperlihatkan kurangnya pengetahuan pasien diabetes melitus terhadap dampak diabetes melitus terhadap kesehatan gigi dan mulut sedangkan pengetahuan tentang komplikasi diabetes baik. Dari hasil pemeriksaan klinis dapat disimpulkan bahwa kesehatan gigi dan mulut pasien diabetes kurang memuaskan.

The purpose of this study is to obtain information about the oral health profile, socioeconomic status and dental behavior of Type 2 Diabetes Mellitus patients in RSCM. A cross sectional study was conducted by giving out questionnaire to 70 diabetic patients and were analyzed by Pearson test. There are no significant correlation between diabetic patients’ knowledge, dental behavior, diabetes duration, and socioeconomic status to oral health status. This study showed that patients had lack of awareness of diabetes effects on oral health but good in diabetes complications. From the clinical examination, diabetic patients’ oral health status were not good."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ajri Karima
"Tujuan: Mengetahui hubungan status kesehatan gigi dan mulut serta kemampuan mastikasi self-assessed terhadap kualitas hidup lansia independen di beberapa wilayah DKI Jakarta. Metode: Desain studi cross-sectional dilakukan pada 177 subjek yang berusia 60 tahun atau lebih. Standar pemeriksaan klinis WHO, kemampuan mastikasi self-assessed, dan wawancara kuesioner GOHAI versi Bahasa Indonesia dilakukan pada seluruh subjek. Hasil: Dari 177 subjek, 89,3 subjek perempuan dan 10,7 subjek laki-laki dengan rata-rata usia 66,3 tahun. Rata-rata skor kuesioner GOHAI adalah 48,5. Uji korelasi Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara status kesehatan gigi dan mulut serta kemampuan mastikasi self-assessed dengan kuesioner GOHAI. Kemampuan mastikasi self-assessed dan jumlah gigi asli memiliki hubungan yang bermakna dengan total skor GOHAI r=0,63; r=0,37. Jumlah gigi sehat memiliki hubungan yang bermakna dengan total skor GOHAI r=0,36. Gigi berlubang DT memiliki hubungan yang bermakna dengan penggunaan obat untuk pereda nyeri r=0,18. Gigi yang ditambal FT memiliki hubungan yang bermakna dengan kenyamanan saat makan r=0,18. Status gigi tiruan memiliki hubungan yang bermakna dengan total skor GOHAI r=0,36. Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara status kesehatan gigi dan mulut serta kemampuan mastikasi self-assessed terhadap kualitas hidup lansia di beberapa wilayah DKI Jakarta.
Objectives: To assess the relationship between oral health status and self assessed masticatory ability with quality of life in elderly living independently in some areas of Jakarta. Methods: the study design was cross sectional. The participants n 177 age 60 years old and above were clinically examined using WHO form, self assessed their masticatory ability, and intervewed using Indonesian version of GOHAI questionnaire. Results: Among 177 participants, 89,3 were female and 10,7 were male. The mean age of the participants was 66,3 years old. The mean score of GOHAI was 48,5. Spearman correlation test was used to assess the relationship between oral health status and self assessed masticatory ability with GOHAI questionnaire. Self assessed masticatory ability and the amount of natural teeth are significantly associated with the total score of GOHAI r 0,63 r 0,37. The amount of sound teeth was also significantly associated with the total score of GOHAI r 0,36. Decay teeth was significantly associated with the consumption of analgesic r 0,18. Restored teeth was significantly associated with the comfort while eating r 0,18. Denture status was associated with the total score of GOHAI r 0,36. Conclusion: Oral health status and self assessed masticatory ability are associated with quality of life in elderly in some areas of Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amira Madarina
"Osteoporosis tulang mandibula dapat diukur menggunakan indeks penurunan densitas tulang mandibula dimana dapat digunakan dokter gigi dalam membuat rencana perawatan sehingga kegagalan akibat faktor osteoporosis dapat dicegah terutama dalam perawatan prostodonsia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan osteoporosis tulang rahang dan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut lansia penelitian dilakukan dengan metode potong lintang. Penelitian dilakukan dengan pencatatan data sosio demografis, pemeriksaan intraoral, wawancara utuk pengisian kuesioner indeks densitas tulang mandibula dan kuesioner kualitas hidup lansia. Hasil uji chi-square, tidak terdapat hubungan antara osteoporosis tulang rahang dan kualitas hidup dari aspek kesehatan gigi dan mulut lansia.

Osteoporosis in mandibular bone can be measured by mandibular bone density index which is tool for early detection of osteoporosis in mandibular bone that can be used by dentists in planning a treatment so that failure caused by osteoporosis can be prevented especially in prosthodontics treatment. The objective of this studies is to analyze the relationship between and oral health related quality of life in elderly patient with cross sectional studies. Sociodemographic data were obtained, intraoral examination and interview for mandibular bone density index and oral health relatred quality of life questionnaire were conducted. Chi square results indicated that there was no significant relation between mandibular bone osteoporosis and oral health related quality of life in elderly patient.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Fauziah Permatasari
"Latar belakang: Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi dan menyerang seluruh negara termasuk Indonesia. Karies gigi juga dapat terjadi sejak dini pada anak prasekolah dan dapat mempengaruhi kualitas hidup anak tersebut.
Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat karies anak prasekolah dengan kualitas hidup terkait kesehatan mulut di Kelurahan Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Metode: Desain cross-sectional secara analitik observasional. Sebanyak 200 anak prasekolah umur 3-5 tahun dipilih dengan teknik purposive dan dilakukan pemeriksaan gigi dan mulut untuk menilai skor deft, defs serta menentukan status karies oleh 2 dokter gigi yang sudah dilatih. Kualitas hidup dinilai melalui wawancara kuesioner ECOHIS ke 165 ibu anak.
Hasil: Prevalensi karies pada 165 anak umur 3-5 tahun adalah sebesar 83 dengan nilai defs 14.8 SD17,6 dan deft 6,2 SD5,2. Pola distribusi karies pada anak usia 3-5 tahun paling banyak ditemukan di gigi insisif sentral dan lateral maksilla dan pola karies hampir simetris antar rahang. Berdasarkan hasil uji Cronbach - 0,868, test-retest 0,968 , dan perbandingan r-hitung tiap item dengan r-tabel, kuesioner ECOHIS versi Bahasa Indonesia reliabel dan valid. Frekuensi item kuesioner ECOHIS ditemukan terbesar di item nyeri mulut pada gigi/mulut pada anak 38,2 serta rasa bersalah pada keluarga 30,3. Uji dilakukan dengan menggunakan uji deskriptif, korelasi Spearman, uji Kruskall-Wallis dan uji Mann-Whitney U. Nilai korelasi tertinggi r=0,4 ditemukan pada item nyeri mulut dan gigi pada anak dan rasa bersalah pada keluarga dengan skor deft dan skor d pada defs anak. Hubungan status karies dan kualitas hidup baik yang berdampak ke anak dan keluarga ditemukan bermakna.

Background: Dental caries has become a major global oral health problem with high prevalence and severity, including Indonesia. Dental caries can develop early in preschool children and will affect their quality of life.
Aim: To assess the relationship between the severity of caries in preschool children and their oral health related quality of life in Grogol Utara, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Method" Analytic observational with cross sectional design. A purposive sample of 200 children aged 3 5 years underwent a clinical oral examination to assess their deft and defs score and to determine their caries status by 2 trained dentists. Quality of life is assessed using ECOHIS by interviewing a total of 165 mother's child.
Results: The prevalence of ECC in 165 children aged 3 5 years old is 83 with overall defs score 14.83 SD 17.6 and deft score 6.2 SD 5.2. The tooth distribution pattern of caries in 3 5 years old children mostly affect central and lateral maxillary incisors. Moreover, the caries pattern was almost symmetrical across the arches. The Cronbach 0,868 test retest 0,968 and r count for each item comparison with r table shows that Indonesian version of ECOHIS is a reliable and valid instrument. The most frequent items reported are pain in teeth, mouth and jaw in child 38.2 and feeling guilty in family 30.3. Descriptive analysis, Spearman correlation, Kruskall Wallis test, and Mann Whitney U test were used. The highest correlation r 0.4 were found in item is pain in teeth, mouth and jaw in child and feeling guilty in family with deft score and d score in defs. There was significant difference between caries status and OHRQoL in terms of impact on both child and family p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Safira Khairinisa
"

Latar belakang:ECC merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut dengan prevalensi dan keparahan yang tinggi, termasuk di Indonesia. Kondisi ini dapat berdampak ke kualitas hidup anak. Adanya berbagai faktor yang mempengaruhi ECC antara lain praktik kebersihan gigi dan mulut serta konsumsi makanan kariogenik. Usia 5 tahun merupakan waktu akhir periode gigi sulung sebelum akhirnya digantikan oleh gigi permanen. Tujuan:Mengetahui hubungan praktik kesehatan gigi dan mulut serta status karies gigi sulung terhadap kualitas hidup anak usia 5 tahun. Metode:Studi Cross-sectionalpada 266 anak berusia 5 tahun pada bulan Agustus-Oktober 2019 yang terpilih dengan metode multistage cluster random sampling dari TK di Jakarta Timuryang memenuhi kriteria inklusi anak berusia 60-71 bulan, kooperatif, dan orangtua bersedia mengisi informed consent. Seluruh orangtua subjek diminta untuk melengkapi kuesioner yang bersisi pertanyaan terkait karakteristik sosiodemografik, praktik kesehatan gigi dan mulut, serta kualitas hidup anak persepsi orang tua (SOHO-5p). Pada anak, dilakukan pemeriksaan status karies gigi sulung berupa indeks dmft dan pufa serta diwawancara terkait kualitas hidup anak persepsi sendiri (SOHO-5c). Digunakan uji beda Contuinity Correction, Pearson Chi Square, Mann Whitney, dan Kruskall Wallis serta Uji korelasi spearman untuk analisis statistik. Hasil: prevalensi ECC pada 266 anak adalah 88,7% dan pufa >0 sebanyak 35%. Terdapat hubungan yang bermakna antara praktik kebersihan gigi dan mulut terhadap indeks dmft (r=0,19;p=0,01) dan skor SOHO-5p (r=0,27;p<0,001) serta praktik konsumsi makanan kariogenik terhadap indeks dmft (r=0,14;p<0,01), dan SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). Status karies gigi sulung memiliki hubungan yang bermakna dengan SOHO-5 (p<0,001). Seluruh variabel SOHO-5p memiliki hubungan yang bermakna dengan indeks dmft dan indeks pufa (p<0,05) kecuali menghindari tersenyum karena penampilan terhadap indeks pufa. Tetapi, hanya skor total SOHO-5c, variabel kesulitan makan, dan kesulitan tidur yang memiliki hubungan yang bermakna terhadap indeks dmft dan indeks pufa (p<0,001). Secara umum, tidak terdapat perbedaan bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c kecuali pada variabel kesulitan tidur (p=0,001), menghindari tersenyum karena rasa sakit (p=0,002), dan menghindari tersenyum karena penampilan (p=0,042) Kesimpulan:Terdapat hubungan yang bermakna antara status karies gigi sulung dan SOHO-5 tetapi hanya SOHO-5p yang memiliki hubungan bermakna dengan praktik kesehatan gigi dan mulut.. Tidak terdapat perbedaan persepsi yang bermakna antara SOHO-5p dan SOHO-5c sehingga orangtua dapat dijadikan penilai proksi dari kualitas hidup anak, tetapi kedua persepsi tetap diperlukan untuk menghindari informasi yang hilang. 



Background:ECC is a dental health problem with high prevalence and severity, including in Indonesia. This condition will affect child’s Oral-Health Related Quality of Life (OHRQoL). Factors that cause ECC are multifactorial, one of which is oral hygiene practice and comsumption of cariogenic meals. 5 years old is the late period of primary dentition before it’ll changed to permanent dentition Objective: To analyze relationship between oral health practice and early childhood caries with 5 years old children’s quality of life in Jakarta Timur. Method: Cross-sectional study in 266 5 years old children during August-October 2019 that chosen with multistage cluster random sampling from preschools in Jakarta Timur that fulfilled inclusion criteria child aged 60-71 month, cooperate, and parents had signed informed consent. All parents completed questionnaire about sociodemographic characteristic, oral health practice, and parent perception of child quality of life (SOHO-5p). Children were examined with dmft and pufa index and also interviewed about their perception of self quality of life (SOHO-5c). Result: Prevalence of ECC for 266 children is 88,7% with 35% have pufa index >0. There’s a significant relationship between oral hygiene practice with dmft index (r=0,19;p=0,001) and SOHO-5p(r=0,27;p<0,001) so does cariogenic meals consumption with dmft index (r=0,14;p<0,001) and SOHO-5p (r=0,27;p=0,013). ECC has significant relationship with SOHO-5 (p<0,05). All variables in SOHO-5p has significant relationship with dmft dan pufa index(p<0,05) except avoid smiling because of appearance towards pufa index. But, only total score of SOHO-5c,‘difficult eat’ and ‘difficult sleep’ variables have significant relationship with dmft and pufa index (p<0,001). In general, there’s no statistically difference between mother-child perception in SOHO-5p and SOHO-5c except in ‘difficult sleep’ (p=0,001), ‘avoid smiling because of pain’ (p=0,002) and ‘avoid smiling because of appearance’(p=0,042). Conclusion:There’s significant relationship between ECC and SOHO-5 but only the parental version has significant relationship with oral health practice. There’s no significant difference between SOHO-5p and SOHO-5c thus parents could be the proxy rater for their child but both perception still needed to avoid missing information.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia , 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernike Davitaswasti
"Latar belakang: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat oral health literacy (OHL)terhadap status klinis dan perilaku kesehatan gigi dan mulut serta denga faktor sosiodemografis pada lansia independen.
Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan total 195 subjek lansia di Kota Depok berusia 60 tahun ke atas dengan pengisian data sosiodemografis, kuesioner dengan metode wawancara mengenai tingkat oral health literacy menggunakan HeLD-29, dan kuesioner perilaku menjaga kesehatan gigi dan mulut. Status klinis dinilai melalui pemeriksaan klinis menggunakan indeks DMF-T, status periodontal menggunakan CPI-modified, status pemakaian gigi tiruan, status kebersihan mulut menggunakan indeks OHI-S, serta penilaian kemampuan mastikasi secara subjektif.
Hasil: Rerataskor oral health literacy pada penelitian ini adalah 3,45±0,67. Nilai Cronbachs alpha = 0.945. Validitas diskriminan memiliki hubungan signifikan dengan kemampuan mastikasi (p<0,01) dan validitas konvergen memiliki hubungan signifikan dengan gigi hilang, skor DMF-T, dan kemampuan mastikasi (p<0,01), serta gigi yang direstorasi (p<0,05). Terdapat hubungan bermakna antara beberapa domain HeLD-29 dengan status klinis kesehatan gigi dan mulut. Perbedaan bermakna secara statistik juga terdapat pada jumlah gigi yang hilang, gigi yang direstorasi, dan poket periodontal antara kelompok dengan oral health literacy rendah dengan kelompok dengan oral health literacy tinggi (p<0,05). Didapatkan pula perbedaan rerata skor oral health literacy yang bermakna pada variabel usia dan tingkat pendidikan, serta adanya hubungan signifikan antara nilai DMF-T dengan frekuensi kunjungan ke dokter gigi dan antara perdarahan gingiva dengan status merokok.
Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat oral health literacy dengan status klinis kesehatan gigi dan mulut serta dengan faktor sosiodemografis yaitu usia dan tingkat pendidikan pada lansia independen. Terdapat hubungan antara status klinis dengan perilaku kesehatan gigi dan mulut.

Background: The aim of this study is to evaluate the association between oral health literacy(OHL), oral healthstatus, and oral health behavior of independent elderly.
Methods: Cross-sectional study involved 195 independent living elderly in Depok aged 60 and above. The subjects completed a self-administered questionnaire collectin information about socio-demographics, Health Literacy in Dentistry (HeLD-29) questionnaire to assessed oral health literacy, and oral health behavior questionnaire by interviewing subjects. Oral health status was recorded by clinical oral examination using DMF-T index, CPI-modified, denture status, OHI-S, and the masticatory performance wasassessed subjectively.
Results: Oral health literacy mean score in this study is 3,45±0,67. The Cronbachs alpha = 0.945. The discriminant validity were confirmed by HeLD scores being significantly associated with mastication ability(p<0.01). The convergent validity were confirmed by HeLD score being significantly associated with amount of tooth loss, DMF-T score, and mastication ability (p<0,01) also with amount of filled teeth (p<0,05). There were correlations between some HeLD-29 domain with oral health status. There were significant differences of amount of tooth loss (M-T), amount of filled teeth (F-T), and amount of deep pocket between the group with low oral health literacy and the group with high oral health literacy (p<0,05). Statistical differences were also found between oral health literacy mean score amongst age and education level group. There were also correlations between DMF-T score and dental visits and between amount of bleeding on probing and smoking status of the subjects.
Conclusion: Oral health literacy was associated with oral health status and the socio-demographics such as age and education level there is a relationship between oral health status and oral health behavior in independent elderly.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>