Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7320 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Probiotics have been known for their use in medical field for quite a long time. Strong evidences now available for the use of probiotics in clinical setting. One of the current issues on this topic is the use of probiotics in pregnancy. Recent studies showed that probiotics may be safe and beneficial for prenatal supplementation. In this review, we highlighted seven proven use of probiotics supplementation in pregnant women. A few selected strains of probiotics showed promising outcome to prevent preterm labor and preeclampsia, and to reduce atopic eczema but not asthma and wheezing, in offspring of women who had prenatal probiotics supplementation. The mechanism of action responsible for this effect is closely related to the regulation of T cells, although the exact pathways are not defined yet "
UI-MJI 24:2 (2015)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Yulam Sari
"Gangguan perkembangan pervasif (GPP) merupakan kelompok gangguan yang ditandai dengan terlambatnya perkembangan keterampilan fungsional dalam sosialisasi, komunikasi, bahasa dan fungsi motorik.Prevalensi GPP dari tahun ke tahun semakin meningkat.Berbagai faktor diduga berkaitan dengan kejadian GPP termasuk faktor kehamilan ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor kehamilan dengan GPP. Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol dengan melibatkan 52 anak dengan GPP (44 laki-laki, 8 perempuan) dan 156 anak tanpa GPP sebagai kontrol (132 laki-laki, 24 perempuan) dengan umur rata-rata kelompok kasus dan kontrol 7,3 tahun, untuk menganalisis enam faktor kehamilan ibu yang mungkin berpengaruh terhadap kejadian GPP. Data diperoleh dari wawancara terhadap ibu kandung masing-masing anak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan ibu merokok saat hamil berhubungan secara bermakna dengan GPP (OR = 6,417; 95% CI 1,140-36,12; p = 0,035). Demikian pula dengan riwayat infeksi (OR = 4,250; CI 3,319-5,443; p = 0.004) dan riwayat depresi ketika hamil (OR = 4,508; 95% CI 2,015-10,084; p = 0,001). Riwayat ibu sebagai perokok pasif, kebiasaan meminum alkohol, dan konsumsi obat-obatan selama hamil tidak berhubungan secara bermakna dengan GPP.
Disimpulkan bahwa kebiasaan ibu merokok, riwayat infeksi, dan riwayat depresi saat hamil merupakan faktor risiko penting Gangguan Perkembangan Pervasif.

Pervasive developmental disorder (PDD) is a group of developmental disorders that is characterized by delays in the development of functional skills in socialization, communication, language and motor function. Prevalence of PDD is increasing every year. Various factors are suspected to have correlation with PDD including maternal pregnancy factors.
This study aims to determine the relationship between pregnancy factors with PDD. This study used case -control design involving 52 children with PDD (44 males and 8 females) and 156 children without PDD as controls (132 men and 24 women) with an average age of cases and controls 7.3 years , to analyze the correlation between six maternal pregnancy factors that may affect the incidence of PDD. Data were obtained from interviews with the biological mother of each child.
The results showed that maternal smoking habits during pregnancy significantly correlate with PDD (OR = 6.417; 95% CI 1.140 - 36.12; p = 0.035). As well as a history of infection (OR = 4.250; CI 3.319 -5.443; p = 0.004) and a history of depression during pregnancy (OR = 4.508; 95% CI 2.015 -10.084; p = 0.001). Meanwhile, maternal history of passive smoking, alcohol drinking habits, and consumption of drugs during pregnancy was not significantly associated with PDD.
In conclusion, maternal smoking, history of infection and a history of depression during pregnancy have an important role as risk factors ofPervasive Development Disorders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Cahya Saputra
"Prevalensi risiko kurang energi kronis (KEK) pada ibu hamil di Indonesia mengalami peningkatan berdasarkan data Riskesdas tahun 2007 dan 2013. Kondisi ini penting diperhatikan karena kurang energi kronis pada ibu hamil akan memberikan dampak yang buruk tidak hanya pada tubuh ibu namun juga janin yang dikandungnya. Proporsi risiko KEK memiliki sebaran yang berbeda-beda terkait karakteristik ibu hamil, misalnya pekerjaan, pendidikan, dan usia kehamilan. Selain itu, asupan nutrisi tentu menjadi faktor penting yang memengaruhi status nutrisi ibu hamil.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara prevalensi risiko KEK pada ibu hamil di Jakarta dengan pekerjaan, pendidikan, usia kehamilan, dan asupan makronutrien. Potong lintang merupakan desain penelitiannya dengan jumlah subjek sebanyak 56 orang ibu hamil usia 20-35 tahun di Jakarta. Pengukuran lingkar lengan atas (LiLA) digunakan untuk menilai risiko KEK (<23,5cm). Data asupan makronutrien diperoleh dengan menggunakan metode 24-hour food recall. Data pendidikan, pekerjaan, dan usia kehamilan diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa prevalensi risiko KEK mencapai 10,7%. Berdasarkan uji fisher tidak menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara risiko KEK pada ibu hamil di Jakarta dengan pekerjaan, pendidikan, asupan makronutrien, asipan energy, dan usia kehamilan. Terdapat beberapa faktor yang tidak diteliti pada penelitian ini antara lain usia saat hamil dan aktivitas fisik.

The prevalence of chronic energy deficiency (CED) on pregnant women in Indonesia have increased based on data Riskesdas 2007 and 2013. This condition is important to note because chronic energy deficiency in pregnant women will have a negative effect for both mother and fetus. The proportion of CED has different based on occupation, education, and gestational age of pregnant women. In addition, nutrition is certainly an important factor affecting the nutritional status of pregnant women.
This study was conducted to determine the relationship between the prevalence of CED in pregnant women in Jakarta and occupation, education, pregnancy / trimester of pregnancy, and macronutrient intake. Is a cross-sectional study design with a number of subjects as much as 56 pregnant women aged 20-35 years in Jakarta.Measurement mid upper arm circumference (MuAC) is used to assess the risk of CED (<23.5 cm). Macronutrient intake data is obtained by using a 24-hour food recall. Data of education, occupation, and trimester of pregnancy obtained using a questionnaire.
These results indicate that the prevalence of CED reached 10.7%. Based fisher test showed no significant association between the risk of CED in pregnant women in Jakarta and her occupation, education, macronutrient intake, energy intake, and trimester of pregnanc. There are several factors which are not examined in this study include age and physical activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dita Nadya Rizkita
"Vitamin A diketahui dapat memodulasi sel T regulator (Treg) sehingga IL-10 mengalami penurunan Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh pemberian vitamin A dosis rendah dalam meregulasi respons imun sitokin anti-inflamasi (IL-10) pada ibu hamil sehingga terjadi penurunan jumlah telur per gram tinja (TPG) infeksi A.lumbricoides.
Penelitian ini menggunakan data sekunder ibu hamil yang terinfeksi A. lumbricoides di Kalibaru, Jakarta Utara. Terdapat dua kelompok data, vitamin A (18 ibu hamil) dan plasebo (21 ibu hamil). Semua pemeriksaan tinja dan IL-10 dalam serum dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Diagnosis askariasis dengan pemeriksaan tinja menggunakan metode Kato-Katz, dan pemeriksaan IL-10 dalam serum dengan metode ELISA. Sebelum intervensi, rerata konsentrasi IL-10 pada kelompok vitamin A 48,1± 34,2 pg/mL dan plasebo 37,6 ± 26,1 pg/mL.
Setelah intervensi, terdapat perbedaan bermakna (p=0.006) antara rerata perubahan konsentrasi IL-10 pada kelompok vitamin A (-2,5±38,88 pg/mL) dengan plasebo (-1,7±27,18 pg/mL). Selain itu, perubahan rerata perubahan TPG pada kelompok vitamin A berbeda bermakna (p=0,000) dengan kelompok plasebo. Perubahan IL-10 tersebut berdampak terjadi perubahan TPG A. lumbricoides pada kelompok vitamin A. Untuk mengurangi intensitas infeksi A. lumbricoides pada ibu hamil diperlukan vitamin A untuk menurunkan IL-10.

Vitamin A has been known for modulating T regulator cells so that it may decrease interleukin 10 (IL-10). The aim of this study was to know the effect of low doses vitamin A supplementation on regulating immune responses of antiinflamation cytokines (IL-10) in pregnant women to decrease Ascaris lumbricoides egg in each gram of stool (EPG).
This study used secondary data from pregnant women infected by A.lumbricoides in Kalibaru, North Jakarta. There were 2 groups, one given vitamin A supplementation (18 pregnant women) and the other one with placebo (21 pregnant women). All of the stool and IL-10 serum samples were examined at before and after intervention. Diagnosis of ascariasis was established by stool sample examination using Kato-Katz method and levels of IL-10 by ELISA. Before intervention, mean of IL-10 level in vitamin A group was 48.1± 34.2 pg/mL and placebo 37.6 ± 26.1 pg/mL.
After intervention, there was significant differentiation (p=0.006) between alteraion of mean IL-10 level in vitamin A (2.5±38.88 pg/mL) and placebo (1.7±27.18 pg/mL). In addition, alteration mean of EPG was significant differentiation (p=0.000). Alteration of mean IL-10 level affected on alteration A. lumbricoides EPG especially in vitamin A group. This study showed that IL-10 may play a role of decreasing A. lumbricoides egg per gram of stool in pregnant women.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Risandi Priatama
"Kelahiran preterm sebagai penyebab morbiditas dan mortalitas yang utama pada neonatus memiliki prevalensi kejadian yang tinggi khususnya di Indonesia yang mencapai 15,5%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kelahiran preterm dan keputihan pada kehamilan.
Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional. Subjek penelitian yaitu ibu yang melahirkan di RSCM tahun 2011 yang memenuhi kriteria pemilihan penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi kelahiran preterm di RSCM pada tahun 2011 sebesar 26,4% dan prevalensi keputihan pada ibu hamil di RSCM tahun 2011 sebesar 29,9%.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan terdapat hubungan yang berbeda bermakna antara kelahiran preterm dengan keputihan pada kehamilan di RSCM tahun 2011 dengan nilai p<0,001 dan keputihan pada kehamilan merupakan risiko terjadinya kelahiran preterm dengan nilai rasio prevalens lebih dari 1 (1,5) serta interval kepercayaan 0,40-0,60.

Preterm birth as causes of morbidity and mortality in neonates have a major high prevalence, especially in Indonesia, which reached 15.5%. This study aims to determine the relationship between preterm birth and vaginal discharge in pregnancy.
The study design used is cross-sectional. Subject of research is the mother who gave birth in the RSCM in 2011 that meets the selection criteria for the study. Results from this study showed that the prevalence of preterm births in the RSCM in 2011 amounted to 26.4% and the prevalence of vaginal discharge in pregnant women in the RSCM in 2011 amounted to 29.9%.
From the results of this study concluded that there is a significant difference in the relationship between preterm birth with vaginal discharge in pregnancy in the RSCM in 2011 with a value of p <0.001 and vaginal discharge in pregnancy is a risk of preterm birth prevalence ratio with a value of more than 1 (1.5) as well as the confidence interval 0.40 to 0.60."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurmukaromatis Saleha
"[ABSTRAK
Persalinan prematur merupakan masalah utama penyebab kesakitan dan kematian
perinatal di seluruh dunia. Identifikasi terhadap faktor risiko sangat penting untuk
mendapatkan intervensi yang efektif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
hubungan kualitas tidur ibu hamil dengan kejadian prematur. Kami mengkaji
kualitas tidur saat ibu hamil pada 62 orang ibu yang bersalin prematur (< 37
minggu kehamian) dan 90 orang ibu yang bersalin aterm (≥ 37 minggu
kehamilan). Hasil penelitian adalah setelah dianalisis dengan preeeklamsia
sebagai faktor perancu, didapatkan kualitas tidur ibu hamil tidak berhubungan
signifikan dengan kejadian prematur (p= 0,073; OR= 2,909; 95% CI= 0,907-
9,333). Kesimpulan hasil studi kasus kontrol ini menunjukkan kualitas tidur ibu
yang buruk mungkin merupakan faktor risiko persalinan prematur. Petugas
kesehatan diharapkan dapat memberikan perhatian terhadap kualitas tidur ibu
hamil serta intervensi yang strategis sebagai upaya menurunkan kejadian
prematur.

ABSTRACT
Preterm birth continues to be a main problem the cause of perinatal morbidity and
mortality globally. Identification of risk factors very important to reduce
premature rate occurrence. The objective of study was to determine the
relationship of pregnancy sleep quality with preterm birth. We used case control
study to examined the relationship between maternal sleep to 62 women who a
preterm birth (< 37 weeks gestation) and 90 term controls who birth at term (≥ 37
weeks gestation).The results of study of found after adjusting with preeclamsia for
confounders, we found that pregnancy sleep quality was not significantly
associated with preterm birth (p=0,141; OR=2,909; 95% CI=0,907-9,333). The
conclusions was the study suggest maternal sleep quality may be risk factors for
preterm birth. The clinical should give, Preterm birth continues to be a main problem the cause of perinatal morbidity and
mortality globally. Identification of risk factors very important to reduce
premature rate occurrence. The objective of study was to determine the
relationship of pregnancy sleep quality with preterm birth. We used case control
study to examined the relationship between maternal sleep to 62 women who a
preterm birth (< 37 weeks gestation) and 90 term controls who birth at term (≥ 37
weeks gestation).The results of study of found after adjusting with preeclamsia for
confounders, we found that pregnancy sleep quality was not significantly
associated with preterm birth (p=0,141; OR=2,909; 95% CI=0,907-9,333). The
conclusions was the study suggest maternal sleep quality may be risk factors for
preterm birth. The clinical should give]"
2015
T43675
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Hartiti
"ABSTRAK
Preeklamsia/eklamsia merupakan salah satu penyebab utama penyumbang kematian ibu di Indonesia.Angka kematian ibu di Indonesia saat ini tergolong masih tinggi di negara Asia.Salah satu penyebab terjadinya preeklamsia/eklamsia diduga adalah adanya obesitas pada ibu.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan prevalensi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya preeklamsia/eklamsia serta mengetahui hubungan antara obesitas dengan kejadian preeklamsia/eklamsia pada ibu saat hamil atau bersalin di Indonesia tahun 2010 setelah dikendalikan oleh variabel usia ibu, jumlah paritas, pekerjaan ibu, tingkat pendidikan ibu, status ekonomi, berat badan lahir bayi, riwayat merokok, riwayat abortus, kunjungan pelayanan antenatal dan kualitas pelayanan antenatal.
Desain studi yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional menggunakan analisis multivariat dengan uji regresi logistic ganda. Sampel penelitian dengan mengambil semua sampel Riset Kesehatan Dasar tahun 2010 yang eligible dari 33 provinsi yaitu sebanyak 5.112 responden (obesitas sebanyak 680 responden dan tidak obesitas sebanyak 4.432 responden), yang diambil dengan metode stratified two stagecluster design. Hasil penelitian terlihat prevalensi obesitas sebesar 13,30% dan preeklamsia/eklamsia sebesar 3,91%. Terdapat hubungan obesitas dengan kejadian preeklamsia/eklamsia dengan Odd Ratio (OR) sebesar 1,88 (95% CI 1,33-2,66) setelah dikontrol oleh variabel usia ibu, berat badan lahir dan riwayat merokok. Jadi obesitas merupakan salah satu faktor yang cukup penting dalam menyebabkan terjadinya preeklamsia/eklamsia.Oleh karena itu pemerintah dan masyarakat perlu berperan aktif dalam upaya pencegahan terjadinya preeklamsia/eklamsia dengan menjaga berat badan ideal sejak usia remaja sehingga tidak mengalami obesitas pada saat hamil.

ABSTRACT
Preeclampsia/eclampsia is one of the major causes of maternal mortality in Indonesia. The maternal mortality rate in Indonesia is still relatively high in Asian countries. One of the causes of preeclampsia/eclampsia is maternal obesity.
The aim of this studyis to know the distribution and prevalence of the factors that could affect the occurrence of preeclampsia/eclampsia and to know the association of the obesity and preeclampsia/eclampsia in the mother during pregnancy or delivery in Indonesiain 2010,after controlled by maternal age, parity, mother's occupation, mother's education level, economic status, birth weight, history of smoking, history of abortion, antenatal visits and quality of antenatal care variable.
Study design is cross-sectional using multivariate analysis with multiple logistic regression. The study sample by taking all sampled that eligible in 2010 Basic Health Survey are 5,112 respondents (680 respondents obese and 4,432 respondents non-obese). Study result is shown the prevalence of obesity was 13.30% and preeclampsia/eclampsia was 3.91%. There is a relationship of obesity and preeclampsia/eclampsia with Odds Ratios (OR) of 1,88 (95% CI1,33 to 2,66) after controlled by maternal age, birth weight and smoking history variable. So, obesity is a significant factor in the cause of preeclampsia/eclampsia. Therefore, the government and community should play an active role in the prevention of preeclampsia/eclampsia with maintaining a healthy weight since their teens so not obese during pregnancy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42087
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Utama Surya
"LATAR BELAKANG : Gangguan implantasi pada awal kehamilan menyebabkanIskemia plasenta dan dapat berakibat preeklamsia pada kemudian hari. Pada tahapselanjutnya iskemia plasenta menghasilkan radikal bebas dan berakibat stres oksidatif.Preeklamsia merupakan hasil dari ketidakseimbangan antara produksi radikal bebasdengan antioksidan sehingga terjadi reaksi inflamasi berlebihan pada kehamilan yangberakibat disfungsi endotel. Antioksidan dan inflamasi dalam tubuh ditentukan oleh statusgizi seseorang yang dinilai dari kadar serum ibu seperti seng, selenium, besi dan tembaga.Oleh karena itu perlu penelitian untuk menilai status gizi mikro dengan preeklamsia.
TUJUAN : Diketahuinya perbedaan kadar seng, selenium, besi tembaga, danrasio tembaga seng serum maternal pada preeklamsia dibandingkan kehamilan normal.
METODE : Penelitian ini merupakan studi potong lintang dengan jumlah sampel30 preeklampia dan 30 normal yang melakukan persalinan di RS Cipto Mangunkusumodan RSUD Tangerang. Pasien diambil darah untuk kemudian diproses menjadi serum danlalu diukur kadarnya. Setelah itu data disajikan dalam tabel dan dianalisis dengan uji ttidakberpasangan. Penelitian ini sudah lolos kaji etik dan mendapat persetujuanpelaksanaan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan FKUI-RSCM.
HASIL : Kadar serum seng pada preeklamsia dan normal adalah 45,03?10,84dan 41,37?10,59 ?g/dl dengan p=0,868, IK 95 3,66 -1,87-9,21 . Kadar seleniumadalah 84,93?13,67 dan 65,03?15,28 ?g/l dengan p=0,445, IK 95 19,9 12,4-27,39 .Kadar besi 115,77?49,14 dan 75,63?43,79 ?g/dl dengan p=0,409, IK 95 40,13 16,0964,17 .Kadar tembaga 219,85?45,92 dan 207,98?47,66 ?g/dl dengan p=0,73 IK 95 118,63 -123,25-360,52 dan rasio tembaga seng 5,15?1,54 dan 4,96?1,62 dengan p=0,803 1,9 IK 95 -6,25-10,06.
KESIMPULAN : Terdapat perbedaan rerata kadar selenium dan besi pada preeklamsiadengan kehamilan normal namun tidak berbeda bermakna secara statistik. Tidak terdapatperbedaan rerata kadar seng, tembaga dan rasio tembaga seng pada preeklamsia dengankehamilan normal.

BACKGROUND: Poor implantation in early pregnancy lead to placental ischemia wasthe pathogenesis of preeclampsia. On further stage, placenta ischemia generated oxidativestress. Preeclampsia was a manifestation of the free radical and antioxidant imbalanceresulting inflammation and endothelial dysfunction. Antioxidant dan inflammation wasdetermined by nutrition status that measured in maternal serum such zinc, selenium, ironand copper. Therefore, measuring micronutritional status in preeclampsia was needed.
OBJECTIVE: Investigate the mean difference of zinc, selenium, iron, copper, andcopper zinc ratio of maternal serum in preeclampsia comparing healthy pregnancy.
METHOD: This was a cross sectional study enrolled 30 preeclampsia patientsand 30 healthy pregnancy visiting Cipto Mangunkusumo and Tangerang Hospital. Bloodwas withdrawed from vein for further processed. Data was presented in table and wasanalyzed by unpaired t test. This study had been granted ethical clearence and approvedby Ethical Committee for Health Research Faculty of Medicine University of IndonesiaCipto Mangunkusumo Hospital.
RESULTS: The zinc maternal serum level in preeclampsia and healthypregnancy were 45.03 10.84 and 41.37 10.59 g dl, p 0.868, 95 CI 3.66 1.87 9.21 respectively. Selenium level were 84.93 13.67 and 65.03 15.28 g l, p 0.445, 95 CI19.9 12.4 27.39 . Iron level were 115.77 49.14 and 75.63 43.79 g dl, p 0.409, 95 CI40.13 16.09 64.17 . Copper level were 219.85 45.92 dan 207.98 47.66 g dl, p 0.7395 CI 118.63 123.25 360.52 and copper to zinc ratio were 5.15 1.54 and 4.96 1.62dengan p 0.803, 1.9 95 CI 6.25 10.06.
CONCLUSION: Selenium and iron level in preeclampsia and healthy pregnancy weresignificantly difference. However, it was not significance statistically. Zinc, copper andcopper to zinc ratio were not significantly different.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Biancha Andardi
"Latar belakang: Angka kematian neonatal di Indonesia masih berada pada tingkat
yang mengkhawatirkan. Pada tahun 2015, disebutkan terdapat 14 kematian neonatal per
1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian tertinggi kematian neonatal adalah
kelahiran preterm. Defisiensi vitamin D dipercaya sebagai salah satu penyebab
kelahiran preterm. Sayangnya, belum terdapat penelitian mengenai pengaruh vitamin D
pada wanita terhadap kehamilan preterm di Indonesia
Tujuan: Mengetahui perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1-
Hidroksilase (CYP27B1) dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) serum dan
plasenta pada wanita hamil aterm dan preterm
Metode: Penelitian analitik observasional dengan metode potong lintang dilakukan
dengan subjek ibu hamil yang datang ke RSUPN Cipto Mangunkusumo untuk
persalinan aterm dan preterm pada Januari 2017 hingga Agustus 2017. Pasien dengan
kehamilan multipel, pertumbuhan janin terhambat, kelainan kongenital, pecah ketuban
dini, preeklampsia atau memiliki penyulit lainnya dieksklusi dari penelitian. Kadar 25-
Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3), enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1), dan 1,25
Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) pada plasenta dan serum maternal diambil pada
seluruh subjek.
Hasil: Didapatkan sebanyak 60 subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
dengan rincian 30 subjek preterm dan 30 subjek aterm. Tidak terdapat perbedaan status
25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada serum persalinan preterm dan serum
persalinan aterm (p>0,05). Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) pada
plasenta yang lebih rendah pada persalinan preterm dibandingkan plasenta persalinan
aterm (p=0,001). Tidak terdapat perbedaan status 1,25 Dihidroksivitamin D3
(1,25(OH)2D3) pada serum dan plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan
aterm, namun didapatkan kadar yang lebih rendah pada persalinan preterm. (pada serum
dengan median 62,9 pg/mL pada hamil preterm, sedangkan median hamil aterm 75,5
pg/mL; dan pada plasenta dengan median 4,57 pg/g pada preterm dan 5,15 pg/g pada
aterm, p>0,05) Tidak terdapat perbedaan status enzim 1-Hidroksilase (CYP27B1)
pada plasenta persalinan preterm dengan plasenta persalinan aterm (p>0,05).
Kesimpulan: Didapatkan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) plasenta yang
lebih rendah pada subjek dengan kelahiran preterm dibandingkan aterm. Tidak terdapat
perbedaan status 25-Hidroksivitamin D3 (25(OH)D3) serum, enzim 1-Hidroksilase
(CYP27B1) plasenta, dan 1,25 Dihidroksivitamin D3 (1,25(OH)2D3) plasenta dan serum
antara wanita dengan kehamilan preterm dengan aterm

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Nurjanah
"Plasenta previa merupakan salah satu resiko tinggi dalam kehamilan. Salah satu faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa adalah kehamilan diatas usia 35 tahun. Faktor usia pada saat ini menjadi perhatian karena kecenderungan menunda kehamilan semakin meningkat terutama di kota besar. Salah satu faktor menunda kehamilan yaitu yaitu karena mengejar karir. Usia diatas 35 tahun termasuk dalam kategori risiko tinggi untuk terjadinya komplikasi karena kehamilan dan persalinan. Ada beberapa intervensi yang dilakukan pada periode antenatal dan postnatal. Pada antenatal yaitu penanganan risiko perdarahan dan cemas, pada periode postnatal yang mengatasi nyeri, seperti teknik relaksasi nafas dalam, distraksi, Penulis mengambil semua intervensi sebagai intervensi yang akan dianalisis. Hasil dari intervensi terhadap pasien kelolaan adalah semua intervensi dapat diimplementasikan. Rekomendasi penulisan ini adalah perawat harus memberikan edukasi kepada ibu hamil secara dini komplikasi yang mungkin terjadi seperti adanya tanda-tanda perdarahan. Keluarga juga harus Diberikan motivasi oleh perawat untuk berperan aktif dalam memberikan dukungan kepada klien.

Placenta previa is a high risk pregnancy. One factor that increases the incidence of placenta previa is a pregnancy over the age of 35 years. The age factor at this time of concern because of the tendency of delaying pregnancy has increased, especially in big cities. One of the factors delaying pregnancy because that is the pursuit of a career. Age over 35 years included in the high risk category for complications due to pregnancy and childbirth. There are several interventions at the antenatal and postnatal period. At the antenatal treatment of bleeding risk and anxiety, in the postnatal period pain management, relaxation techniques such as deep breathing, distraction, author takes all interventions as interventions to be analyzed. The results of these interventions on patients under management are all interventions can be implemented. Recommendation of this paper is to educate nurses should pregnant women early complications that may occur as signs of bleeding. Families should also be motivated by a nurse Awarded to play an active role in providing support to clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>