Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 51832 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yanti Susianti
"[ABSTRAK
Latar Belakang. Tujuan penelitian untuk melihat faktor ibu dan neonatus yang dapat menyebabkan keberhasilan minum pada neonatus yang lahir dari ibu preeklamsi. Intoleransi minum yang tidak disebabkan sepsis seringkali menyulitkan pemberian makan pada neonatus agar tumbuh kembangnya sempurna. Akan diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan minum.
Metode Penelitian. Dengan menggunakan desain potong lintang dan rumus analisis multivariat didapatkan 72 sampel rekam medik dari ibu dan neonatus yang diambil secara consecutive sampling di rekam medik RSCM kemudian dilakukan analisis univariat, bivariat, dan multivariat.
Hasil. Karakteristik ibu dan bayi yaitu sebagian besar bayi lahir dari ibu berusia 31-35 tahun, tingkat pendidikan SMA, memiliki anak usia 1-3 tahun, ANC ≥ 4x, cara persalinan bedah kaisar, kriteria preeklamsia berat, nilai SDAU tidak membuat hipoksia. Sebagian besar bayi lahir usia gestasi ≤ 32 minggu, terbanyak berjenis kelamin perempuan. Proporsi bayi yang lahir dengan dengan berat lahir 1000-1500 gram tidak berbeda dengan 1501-2000 gram, terbanyak tidak PJT, terbanyak menggunakan CPAP, dan nilai APGAR menit ke-5 ≥ 7. Analisis multivariat menunjukkan ada 2 faktor yang dapat dijadikan prediktor keberhasilan minum yaitu usia gestasi dan kondisi klinis. Bayi dapat minum full feed dengan median 9,5 hari dengan rentang 3,5-15,5 hari.
Simpulan. Faktor keberhasilan minum adalah usia gestasi ˃ 32 minggu dan tidak ditemukan intoleransi klinis.

ABSTRACT
Introduction. The aim of this study is to observe predictive factors from mothers and neonates for successful feeding. Feeding intolerance can happen without sepsis and becomes worst in the future. Other factors that influence successful feeding will be assessed in this study.
Methods. This study is a cross sectional study using secondary data obtained from medical records of 72 subject, recruited with consecutive sampling. Univariate, bivariate, and multivariate analyses were performed in this study.
Results. A large proportion of the babies were born from mothers aged 31-35 years old, senior high school graduated, having an 1-3 year-parity interval, giving birth through sectio caesaria delivery, ANC ≥ 4x, and having severe preeclampsia, and non hypoxic SDAU. The most of the babies born at gestational age ≥ 32 weeks and females. The most of the babies born with a birth weight of 1000-1500 grams and 1501-2000 grams weeks were not different, the most babies not IUGR, being assisted with CPAP, having an APGAR score at the 5th minutes ≥ 7. Multivariate analyses revealed the gestational age and clinical symptoms were predictor factors for successful feeding in neonates. Neonates successful feeding in median 9,5 days and range from 3,5 to 15,5 days.
Conclusion. Predictor factors for successful feeding in neonates were gestational age more than 32 weeks and the absence of clinical symptoms, Introduction. The aim of this study is to observe predictive factors from mothers and neonates for successful feeding. Feeding intolerance can happen without sepsis and becomes worst in the future. Other factors that influence successful feeding will be assessed in this study.
Methods. This study is a cross sectional study using secondary data obtained from medical records of 72 subject, recruited with consecutive sampling. Univariate, bivariate, and multivariate analyses were performed in this study.
Results. A large proportion of the babies were born from mothers aged 31-35 years old, senior high school graduated, having an 1-3 year-parity interval, giving birth through sectio caesaria delivery, ANC ≥ 4x, and having severe preeclampsia, and non hypoxic SDAU. The most of the babies born at gestational age ≥ 32 weeks and females. The most of the babies born with a birth weight of 1000-1500 grams and 1501-2000 grams weeks were not different, the most babies not IUGR, being assisted with CPAP, having an APGAR score at the 5th minutes ≥ 7. Multivariate analyses revealed the gestational age and clinical symptoms were predictor factors for successful feeding in neonates. Neonates successful feeding in median 9,5 days and range from 3,5 to 15,5 days.
Conclusion. Predictor factors for successful feeding in neonates were gestational age more than 32 weeks and the absence of clinical symptoms]"
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prishilla Sulupadang
"ABSTRAK
Menyusui masih menjadi kendala pada beberapa ibu yang memiliki neonatus sakit yang sedang mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Efikasi diri menyusui berhubungan dengan durasi menyusui yang berdampak pada keberhasilan ibu dalam menyusui minimal secara eksklusif. Tujuan penelitian ini yaitu teridentifikasinya faktor yang berhubungan dengan efikasi diri menyusui pada ibu dari neonatus sakit yang dirawat di ruang perawatan neonatus. Penelitian ini menggunakan desain Cross sectional, pada 88 ibu yang direkrut dengan metode consecutive sampling, alat ukur kuesioner BSE-SF cronbach rsquo;s alpha 0,872 dan EPDS cronbach rsquo;s alpha 0,87 versi bahasa Indonesia serta kuesioner yang peneliti kembangkan yaitu dukungan suami cronbach rsquo;s alpha 0,815 , dukungan keluarga cronbach rsquo;s alpha 0,698 , dan dukungan teman cronbach rsquo;s alpha 0,849 . Hasil analisis Chi square menunjukkan bahwa stres merupakan faktor yang berhubungan dengan efikasi diri menyusui pada ibu dengan neonatus sakit p=

ABSTRACT
Breastfeeding remains a constraints on some mothers who have sick neonates who are on treatment at the hospitals. The breastfeeding self efficacy relates to the breastfeeding duration which influences the success of mothers in breastfeeding at least exclusively. The objective of this study is to identify factors that relate with the breastfeeding self efficacy of mothers with sick neonates who are on treatment in the neonatal care room. This study uses Cross sectional design taken from 88 mothers recruited using consecutive sampling method, BSE SF cronbach rsquo s alpha 0.815 and EPDS cronbach rsquo s alpha 0.698 questionnaire measurement tools in the Indonesian language version and questionnaire developed by researcher i.e. husband support cronbach rsquo s alpha 0.815 , family support cronbach rsquo s alpha 0.698 , as well as friend support cronbach rsquo s alpha 0.849 . The analysis result of Chi square shows that stress is a factor that can affect the breastfeeding self efficacy of mothers with ill neonates p 0.01 . Nurses or healthcare officers should watch over the psychological condition of mothers who have sick neonates who are on treatment. "
2017
T48113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arwin A.P. Akib
Jakarta: UI-Press, 2007
PGB 0183
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Anjarwati
"ABSTRAK
Persalinan kembar sering terjadi secara prematur dan BBLR. Kondisi ini membutuhkan perawatan khusus dan pemberian nutrisi optimal dengan ASI eksklusif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi kembar. Penelitian cross sectional ini dilakukan pada 184 ibu yang mempunyai bayi kembar usia 6-23 bulan di Malang Raya, dengan consecutive sampling. Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner yang telah diuji coba sebelumnya. Hasil uji statistik Regresi multinomial menunjukan bahwa faktor dominan yang berpengaruh terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif pada bayi kembar adalah efikasi diri menyusui OR 0,107; CI 95 0,033-0,378 . Efikasi diri menyusui yang tinggi dapat meningkatkan keyakinan ibu untuk dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi kembar.

ABSTRACT
Multiple birth is one of the factors that challenge the mother in breastfeeding. Twins labor often occurs prematurely and LBW. This condition requires special care and optimal nutrition with exclusive breastfeeding. The purpose of this study is to determine factors affect the success of exclusive breastfeeding in twins. This study used cross sectional design with 184 mothers who had twin infants aged 6 23 months in Malang Raya. The sampling technique used is consecutive sampling. . Data were collected through the distribution of previously tested questionnaires. This cross sectional study was conducted in 184 mothers who had twin infants aged 6 23 months in Malang Raya. The result of multinomial regression statistic test showed that the dominant factor that influenced the success of exclusive breastfeeding in twins was self efficacy of breastfeeding OR 0.107 CI 95 0.033 0.378 . Breastfeeding self efficacy can increase the mother 39 s confidence to be able to give exclusive breastfeeding multiple."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T50576
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naela Fadhila
"Latar Belakang: Gambaran malposisi ujung pipa endotrakeal seringkali ditemukan pada pembacaan foto toraks konvensional bayi, terutama bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR). Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat hingga saat ini belum ada rumus kedalaman pipa endotrakeal yang diperuntukkan pada kelompok tersebut. Usia gestasi, berat badan, dan panjang badan bayi merupakan parameter pertumbuhan yang seringkali dipertimbangkan dalam menentukan perkiraan kedalaman pipa endotrakeal. Hingga saat ini belum ada studi yang mengevaluasi masalah malposisi pipa endotrakeal pada BBLASR di Indonesia serta faktor-faktor yang memengaruhinya.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kejadian malposisi ujung pipa endotrakeal dan faktor yang memengaruhi ketepatan ujung pipa endotrakeal pada BBLASR.
Metode: Penelitian potong lintang pada BBLASR yang dirawat di Unit Neonatologi FKUI-RSCM pada Januari-Desember 2023, yaitu bayi yang dilakukan prosedur intubasi kemudian dilakukan pemeriksaan foto toraks konvensional untuk mengkonfirmasi ketepatan ujung pipa endotrakeal. Faktor risiko yang dinilai adalah usia gestasi, berat badan, dan panjang badan.
Hasil: Terdapat 42 subyek yang ikut serta dalam penelitian ini dengan proporsi jenis kelamin yang merata, rerata usia gestasi 28 (SD 3) minggu, median usia saat intubasi 0 hari, rerata berat badan 814 (SD = 109) gram, dan rerata panjang badan 32,7 (SD = 3,4) cm. Terdapat 31 subyek dengan ujung pipa terlalu dalam, tidak ada subyek dengan ujung pipa menggantung, dan terdapat 11 subyek dengan ujung pipa endotrakeal yang tepat. Rerata kedalaman pipa endotrakeal yang tepat pada semua subyek adalah 6,4 (SD 0,6) cm. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap ketepatan ujung pipa endotrakeal adalah berat badan dengan perbedaan rerata kelompok ujung pipa endotrakeal tepat dibanding malposisi adalah 85 (IK 95% 11 – 159) gram, p=0,02.
Kesimpulan: Kejadian malposisi ujung pipa endotrakeal pada BBLASR di penelitian ini adalah 73,8%, dengan kondisi letak ujung pipa endotrakeal terlalu dalam pada semua subyek dengan malposisi. Hanya berat badan yang memengaruhi ketepatan ujung pipa endotrakeal secara statistik.

Background: Endotracheal tube (ETT) malposition frequently occurs in neonates with extremely low birth weight. Currently, no established formula exists for estimating the ideal depth of ETT insertion in this specific group. Commonly, gestational age, weight, and body length are utilized as growth parameters to determine the estimated depth of the endotracheal tube. Notably, there is a lack of studies addressing the issue of ETT malposition in extremely low birth weight infants in Indonesia and the associated influencing factors.
Objective: To determine the proportions and identify factors influencing the endotracheal tube tip position in extremely low birth weight neonates.
Method: Cross-sectional research was carried out at the Neonatology Unit of the Department of Pediatrics, Faculty of Medicine, Universitas Indonesia, Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta. The study involved retrieving data on gestational age, body weight, body length, and appropriate endotracheal tube length from the medical records and chest X-rays of extremely low birth weight neonates born between January and December 2023.
Results: In this study, 42 subjects participated, demonstrating an equal gender distribution, a mean gestational age of 28 (SD 3) weeks, a median age at intubation of 0 days, an average weight of 814 (SD = 109) grams, and an average body length of 32,7 (SD = 3,4) cm. Among them, 31 subjects had the tube tip positioned too deep, none had too shallow ETT tip, and 11 had the right position. The mean depth of the appropriate ETT in all subjects was 6,4 (SD 0,6) cm. Body weight emerged as a significant risk factor influencing the accuracy of the endotracheal tube tip, with a mean difference of 85 grams (95% CI 11 – 159) between the correct and malposition groups, p=0.02.
Conclusion: The incidence of ETT malposition in this study was 73,8%, with the tip found to be excessively deep in all subjects with malposition. Only body weight statistically influenced the accuracy of the endotracheal tube tip.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wira Febrisandi Irsan
"Latar belakang: Kolik infantil merupakan tangisan berlebih tanpa tanda gagal tumbuh atau sakit. Salah satu penyebab kondisi ini adalah bonding ibu-bayi yang tidak adekuat. Ibu yang mengalami depresi dan tidak mendapat dukungan dalam pengasuhan dapat meningkatkan risiko terjadinya kolik infantil. Kolik infantil dapat menyebabkan bayi mengalami admisi berulang ke instalasi gawat darurat, pemberian terapi yang tidak rasional, serta mendapatkan perlakuan salah. Ibu peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) berisiko mengalami jam kerja berlebih sehingga mengurangi waktu membentuk bonding dengan bayinya, burnout, hingga depresi yang merupakan faktor risiko terjadinya kolik infantil. Hingga saat ini belum ada penelitian mengenai prevalens dan faktor risiko kolik infantil pada bayi dari ibu peserta PPDS.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 67 bayi dari ibu peserta PPDS berasal dari tujuh senter pendidikan di Sumatra dan Jawa dengan menggunakan kuesioner laporan orangtua untuk anak usia 0-3 tahun yang telah diterjemahkan secara resmi dari Rome Foundation dan kuesioner Mother Infant Bonding Scale versi bahasa Indonesia. Kuesioner diisi secara daring, dengan tautan yang diberikan melalui aplikasi WhatsApp© kepada ibu peserta PPDS.
Hasil: Sebanyak 18 (26,8%) subjek mengalami kolik infantil, dan bayi dari ibu peserta PPDS dengan risiko tinggi masalah bonding ibu-bayi memilki risiko kolik infantil lebih tinggi dengan P<0,046, OR:2,922 (IK95%: 1,07-4,87). Jenis pemberian nutrisi berupa ASI atau kombinasi susu formula dan ASI tidak menunjukan perbedaan bermakna secara statistik terhadap kejadian kolik infantil dengan P=0,602, OR: 1,333 (IK95%: 0,451-3,940).
Simpulan: Risiko tinggi masalah bonding ibu-bayi dapat meningkatkan risiko kejadian kolik infantil pada bayi dari ibu peserta PPDS.

Background: Infantile colic is excessive crying without signs of failure to thrive or illness. Inadequate mother-infant bonding is one of the possible causes, and the risk is increased in mothers with depression and lack of family support. Infantile colic could lead to recurrent admission to the emergency department, irrational therapy, and child abuse. Mothers participating in medical residency training programs could experience excess working hours, less time to bond with their babies, burnout, and depression, which could increase the risk of infantile colic. Until recently, there has been no data on the prevalence and associated factors of infantile colic in infants of mothers participating in medical residency training program.
Methods: This is a cross-sectional study of 67 infants of mothers participating in medical residency training programs from seven training centers in Java and Sumatra, using a Parent Report Questionnaire for Children Aged 0-3 years which had been officially translated into Indonesian language from the Rome Foundation and the Indonesian version of the Mother-Infant Bonding Scale Questionnaire. In addition, an online link to fill online questionnaire was distributed via the WhatsApp© application.
Results: As many as 18 (26.8%) subjects experienced infantile colic. A high risk of mother-infant bonding problems is associated with infantile colic with P<0.046, OR:2.922 (95% CI: 1.07-4.87). The type of nutrition in the form of breast milk or a combination of formula and breast milk was not statistically significantly different, with P=0.602, OR: 1.333 (95% CI: 0.451-3.940).
Conclusion: High risk of mother-infant bonding issues can increase the likelihood of infantile colic in babies born to mothers participating in medical residency training programs.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Kieran Pasha Ivan Sini
"Latar Belakang: Preeklamsia digeneralisasikan sebagai gangguan multisimtomatik yang marak pada wanita hamil dengan usia kehamilan 20 minggu. Wanita berisiko mengalami preeklamsia jika mereka memiliki faktor termasuk riwayat keluarga atau gangguan hipertensi terkait kehamilan, dan penyakit ginjal kronis, nulipara, obesitas (IMT lebih dari> 35), riwayat keluarga preeklamsia, riwayat atau kehamilan multifetal saat ini, dan interval kehamilan 10 tahun dari kehamilan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan penyebab dan faktor risiko, semoga menjelaskan pencegahan dan metodologi baru untuk mengurangi risiko, atau mungkin mencegah kondisi tersebut muncul. Metode: Penelitian ini menggunakan rekam medis yang diperoleh dari tahun 2021 dimana rekam medis tersebut berasal dari fokus studi demografi yaitu Departemen Obstetri dan Ginekologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan dianalisis melalui program SPSS. Data yang akan dikumpulkan terkait profil demografi dan factor risiko pasien meliputi usia pasien, risiko penyakit kardiovaskular yang terkonfirmasi, kehamilan sebelumnya, dan level pendidikan. Hasil: Studi ini menemukan bahwa ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kelompok usia (c2(2) = 7.9, p = 0.019, Cramer's V = 0.152), riwayat penyakit kardiovaskular (c2(2) = 17.32, p < 0.001, Cramer's V = 0.226) dengan kejadian dari preeklampsia. Perbedaan yang signifikan secara statistik pada usia rata-rata juga diamati antara mereka yang menderita preeklampsia dan mereka yang tidak menderita preeklamsia (t(338) = 3,08, p = 0,002). Sementara itu, kehamilan sebelumnya (p = 0,296) dan level pendidikan (p = 0,614) secara statistik tidak berbeda signifikan dengan terjadinya preeklampsia di antara kedua kelompok sampel. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa usia, riwayat penyakit kardiovaskular merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya preeklampsia.

Introduction: Preeclampsia is generalized as a multisymptomatic disorder that is prevalent within pregnancies of 20 weeks’ gestation. Women are at risk of preeclampsia if they have factors including a history of familial or pregnancy-related hypertensive disorder, chronic kidney disease, nulliparity, being obese (a BMI over >35), a family history of preeclampsia, history or a current multifetal pregnancy, and a pregnancy interval of 10 years from the previous pregnancy. This study aims to identify possible causes and risk factors, hopefully shedding light towards new preventions and methodologies to somewhat reduce risks, or possibly prevent the condition from ever emerging. Methods: This research uses medical records obtained from the year 2021, where the records originate from the Department of Obstetrics and Gynecology, RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo and later analyzed through SPSS. Data that will be collected relating to the patients’ demographic profiles and risk factors includes the age of the patient, confirmed risk of cardiovascular diseases, previous pregnancies, and educational level. Results: This study found that there are statistically significant differences between age groups (c2(2) = 7.9, p = 0.019, Cramer’s V = 0.152), history of cardiovascular disease (c2(2) = 17.32, p < 0.001, Cramer’s V = 0.226) with the occurrence of preeclampsia. A statistically significant difference in mean ages were also observed between those that had preeclampsia and those that did not (t(338) = 3.08, p = 0.002). Meanwhile, previous pregnancies (p = 0.296) and educational level (p = 0.614) was not statistically significantly different to the eventual occurrence of preeclampsia in between the two groups of samples. Conclusion: This study shows that age, history of cardiovascular disease, are significant risk factors towards the occurrence of preeclampsia."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ardelia Suhartono
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik umum dan praktik pemberian makan bayi, aksesibilitas pangan anak dan untuk mendeskripsikan faktor-faktor (individu dan sosial-lingkungan) yang mempengaruhi ibu untuk mempraktikkan pemberian makan bayi. Pada tahap pertama (kuantitatif) yang didesain secara potong lintang, 76 responden direkrut dengan cara pengambilan sampling total. 14 ibu tidak bekerja dengan praktik pemberian makan bayi yang baik dan kurang diklasifikasikan dengan Indeks Pemberian Makan Bayi dan Anak di wawancara secara mendalam. Mayoritas praktik pemberian makan bayi yang dilakukan oleh ibu tidak sesuai dengan panduan WHO. Pada periode awal umur bayi, faktor sosial-lingkungan ibu lebih dirasa mempengaruhi ibu. Sedangkan, ketika usia anak meningkat, kedua faktor dirasa mempengaruhi dalam praktik pemberian makan bayi.

This study aimed to assess general characteristics and infant feeding practices (IFP) following WHO guideline, child's food accessibility and to describe factors (personal and socio-environmental) influenced mothers to practice infant feeding. In the 1st phase (quantitative) designed as a cross sectional study, 76 respondents were recruited through total sampling. Meanwhile, 14 non-working mothers with good or poor IFP classified using Infant and Child Feeding Index were in-depth interviewed. Most of the IFP do not comply WHO guideline. At the early period of child's age, mothers' socio-environmental factors much felt to influence IFP. Meanwhile, when the child's age is increasing, both factors influenced them to practice infant feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Asniati Djaali
"Salah satu penyebab utama tingginya angka kematian bayi adalah masalah berat badan lahir di bawah 2500 gram (Berat Badan Lahir Rendah atau BBLR). Berdasarkan data dari Statistik Rumah Sakit Indonesia tahun 2005, sebanyak 40,7% kematian bayi terbanyak disebabkan oleh berat badan lahir yang rendah, pertumbuhan janin yang lambat, malnutrisi janin, dan gangguan yang berhubugan dengan kecukupan masa kehamilan. Berdasarkan data dari sampel penelitian, angka BBLR di RSUD Pasar Rebo pada tahun 2007 mencapai 8,7%. Pada beberapa penelitian menyebutkan bahwa karakteristik ibu hamil sangat mempengaruhi berat badan bayi yang dilahirkan, seperti umur, paritas, tingkat pendidikan, kunjungan kehamilan, usia kehamilan dan yang lainnya.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan bayi lahir yang dilihat melalui data rekam medis RSUD Pasar Rebo tahun 2007, dan juga untuk melihat faktor apa saja yang paling berperan dalam penentuan berat badan bayi Iahir. Beberapa variabel yang diduga mempengaruhi berat badan bayi lahir yaitu usia ibu, tingkat pendidikan ibu, paritas, usia kehamilan, kenaikan berat badan ibu selama hamil, dan kelengkapan kunjungan antenatal.
Desain studi yang digunakan adalah kroseksional dengan menggunakan data retrospektif pada rekam medis rumah sakit. Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu yang melahirkan di RSUD Pasar Rebo pada tahun 2007, dan memiliki register atau data lengkap mengenai variabel yang diteliti, termasuk berat badan bayi pada waktu lahir, serta minimal melakukan pemeriksaan kehamilan pada trimester pertama. Sedangkan sampel diperoleh dengan teknik simple random sampling, dan besar jumlah sampel dihitung menggunakan rumus sample size uji hipotesis koefisien korelasi dengan variabel kontinyu/numerik.
Hasil analisis dan pengolahan data menunjukkan berat badan bayi lahir berdistribusi normal dengan rata-rata berat badan bayi lahir sebesar 3126,6 gram dan standar deviasi sebesar 453,655 gram. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat pendidikan, usia kehamilan, dan kenaikan berat badan ibu selama hamil berhubungan signifikan dengan berat badan bayi lahir. Berdasarkan hasil analisis regresi linier ganda, didapatkan bahwa ketiga variabel tersebut memiliki kontribusi untuk penentuan berat badan bayi lahir, dan tingkat pendidikan yang kontribusinya paling besar. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi berat badan bayi lahir dengan menggunakan metode analisis yang lain mengingat angka kontribusi yang ditunjukkan relatif kecil yaitu sekitar 16%.

One of the main causes of high baby mortality rate is birth weight under 2500 gram (low birth weight / LBW). Based on data from Indonesian Hospital Statistics in 2005, as much as 40,7% baby’s death is caused by low birth weight, intrauterine growth restriction, fetal malnutrition, and problems related with term of pregnancy. Based on data from sample, LBW in RSUD Pasar Rebo in 2007 reached 8,7%. Some research concluded characteristics of mother that influence baby birth weight, i.e. age, parity, education level, ante natal care visit, term of pregnancy, and many more.
The aim of this research is to know the factors that influence baby birth weight which observed from medical record in RSUD Pasar Rebo in 2007, and to see which factor that influence the most in predicting baby birth weight. Some variables which suspected in influencing baby birth weight are maternal age, maternal education level, parity, term of pregnancy, weight-gained during pregnancy, and accomplishment of antenatal care visit.
The design of this study is cross-sectional by using retrospective data in hospital medical record. The population of this study is all mothers who gave birth in RSUD Pasar Rebo in 2007, and have complete registration and data in variables that observed, including baby birth weight, and at least did antenatal care visit in the first trimester. Samples are obtained by simple random sampling, and the amount of samples are measured using correlation coeficient hypothesis testing sample size f0l'l"l1l.ll3 with continuous / numerical variable. Data processing and analysis showed that baby birth weight are distributed normally with mean 3126.6 gram and 453.655 gram standard deviation.
The analysis showed that education level, term of pregnancy, and weight-gained during pregnancy is significantly related with baby birth weight. Based on double linear regretion analysis, those three variables have contribution in predicting baby birth weight, and education level contribute the most. The result of this study about factors that influence baby birth weight is expected to be developed further with other analysis method, with consideration that the contribution level is relatively small, i.e. approximately 16%.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
T33966
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gerald Aldian Wijaya
"Regurgitasi merupakan gejala saluran cerna fungsional yang paling sering ditemukan pada bayi di bawah 12 bulan. Prevalensi regurgitasi paling tinggi pada bulan pertama kehidupan dan mengalami penurunan seiring bertambah usianya bayi. Diagnosis regurgitasi menggunakan kriteria Rome IV berdasarkan gejala klinis. Tata laksana utama adalah parental reassurance untuk meyakinkan orang tua bahwa regurgitasi merupakan proses fisiologis. Hingga saat ini, belum ditemukan penelitian yang mencari tahu pengetahuan dan perilaku ibu mengenai regurgitasi pada bayi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini berusaha untuk mencari tahu lebih lanjut. Kuesioner pengetahuan dan perilaku ibu terhadap regurgitasi pada bayi dibagikan kepada ibu-ibu dengan bayi di bawah 12 bulan. Hasil kuesioner dianalisis dengan SPSS 20.0 untuk mencari hubungan kedua skor dengan faktor ibu, yaitu usia ibu, tingkat pendidikan, status sosioekonomi, dan jumlah anak. Prevalensi regurgitasi pada bayi berusia 0-12 bulan berdasarkan kriteria Rome IV adalah 15% dan berkurang seiring bertambahnya usia bayi. Median skor pengetahuan adalah 12 dari total 12 poin dan perilaku adalah 8 dari total 12 poin. Tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara faktor ibu yang diuji dalam penelitian ini dengan pengetahuan dan perilaku ibu mengentai regurgitasi pada bayi. Edukasi penanganan regurgitasi perlu diberikan kepada masyarakat mengingat tingkat perilaku masih memerlukan pemahaman tambahan.

Regurgitation is the most frequently found functional gastrointestinal disorder on infants under 12 months old. It is most prevalent on the first months of life and declines as infant gets older. Diagnosis is made by using the Rome IV criteria. Main treatment for regurgitation is reassuring the parents that regurgitation is a physiological process. Until now, there is no study on the knowledge and behavior of mothers regarding infantile regurgitation and its related factors. This study attempts to find out more around this topic. Questionnaire about the knowledge and behaviour of mothers regarding infantile regurgitation is distributed to mothers with infants under 12 months old. Both scores are analyzed using SPSS 20.0 to find the relationship with maternal factors, such as age, education level, socioeconomic status, and number of children. The prevalence of infantile regurgitation according to Rome IV criteria is 15% and decreases as infant gets older. The median of the knowledge score is 12 out of 12 points and the behavios score is 8 out of 12 points. No significant relationship is found between maternal factors and both the knowledge and behavior score. Further education on treatment for regurgitation is still needed."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>