Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 158266 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siregar, Mukhlidah Hanun
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan determinandeterminan terkait profil lipid darah berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 pada kelompok umur 18-59 tahun. Desain penelitian Cross Sectional dengan sampel 21.055 orang. Data dianalisis dengan analisis multivariat Regresi Logistik Berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kadar kolesterol total. Jenis kelamin, status perkawinan, merokok, aktivitas fisik, pola konsumsi makanan berlemak/berkolesterol/gorengan, dan konsumsi kopi berhubungan dengan kadar kolesterol HDL. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kadar kolesterol LDL. Umur, jenis kelamin, status perkawinan, obesitas sentral, merokok, stres, dan pola konsumsi kopi berhubungan dengan kadar trigliserida. Umur menjadi determinan utama pada kadar kolesterol total, kadar kolesterol LDL, dan kadar trigliserida. Sedangkan determinan utama pada kadar kolesterol HDL adalah obesitas sentral. Disarankan kepada masyarakat usia 18-59 tahun untuk menjaga gizi seimbang, meningkatkan aktivitas fisik, dan berhenti merokok untuk menjaga agar terhindar dari obesitas sentral yang berdampak kepada profil lipid darah tidak normal.

This study was conducted to determine the association between determinants of blood lipid profiles based on Riskesdas? data in 2013. This study used the cross sectional design methodology and 21.055 samples. Data analyzed by multivariate analysis Multiple Logistic Regression. The result of the statistical analysis is concluded that there is significant association of age, sex, marital status, central obesity, smoking, and physical activity with total cholesterol levels. And there are association of sex, marital status, smoking, physical activity, consumption of fatty foods, and coffee consumption with HDL cholesterol. And determinants of age, sex, marital status, central obesity, smoking, and physical activity associated with LDL cholesterol. And determinants of age, sex, marital status, central obesity, smoking, stress, and coffee consumption associated with triglyceride levels. Age becomes a major determinant on total cholesterol, LDL cholesterol, and triglyceride levels. While, the main determinant in HDL cholesterol levels is central obesity. This research suggested to people 18-59 years old to maintain balanced nutrition, increase physical activity, and stop smoking which can avoid from central obesity that can abnormal blood lipid profile.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Khusnul Ch
"Gangguan kesehatan mental yang merupakan gejala awal kesehatan jiwa khususnya depresi memberikan kontribusi yang besar bagi beban penyakit. Depresi menjadi beban penyakit nomor tiga di seluruh dunia, menempati urutan kedelapan di negara-negara berkembang, dan menempati urutan pertama pada negara dengan penghasilan menengah keatas.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada lansia Perdesaan di Indonesia. Design study yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data lanjutan dari hasil Riskesdas 2013 dengan sampel lansia berusia ≥60 tahun yang berada di wiayah Perdesaan di Indonesia dan memiliki data variabel lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 49246 sampel.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur lansia ≥75 tahun berisiko 1.7 kali (95%CI=1.614- 1.809), perempuan berisiko 1.4 kali (95%CI=1.364-1.517), status perkawinan yang tidak menikah berisiko 1.7 kali (95%CI=1.370-2.201), pendidikan rendah berisiko 3.1 kali (95%CI=1.965-4.710), tidak bekerja berisiko 2.2 kali (95%CI=2.060-2.218), status sosial ekonomi terbawah berisiko 1.8 kali (95%CI=1.633-2.138), status gizi kurang berisiko 1.6 kali (95%CI=1.500-1.706), memiliki penyakit kronis berisiko 1.9 kali (95%CI=1.783-1.984), mengalami disabilitas berisiko 8 kali (95%CI=7.446-8.727), kurang aktifitas fisik perminggu berisiko 1.6 kali (95%CI=1.468-1.759), dan tidak merokok memproteksi 0.6 kali (95%CI =0.619-0.711) untuk mengalami gangguan mental emosional didaerah Perdesaan.
Kesimpulan, bagi lansia sebaiknya mempunyai aktifitas baik dirumah ataupun diluar rumah, menerapkan pola hidup sehat agar menurunkan faktor risiko gangguan mental emosional dan mendekatkan diri kepada Allah SWT agar hati dan jiwa tentram, serta berpikir positive.

Mental health disorders are early symptoms of mental health, especially depression that provide a major contribution to the burden of disease. Depression become number three worldwide burden of disease, number eight in developing country and become the first in developed country.
This study aims to determine the prevalence of and factors associated with emotional mental disorders on elderly in Indonesian rural areas. Design study is cross-sectional, use of advanced Riskesdas 2013 data with sample of elderly aged ≥60 years who are in rural area in Indonesia and variable data required in this study is 49.246 samples.
The results of this study indicate that the elderly ≥75 years of age at risk of 1.7 (95% CI = 1614-1809), women at risk of 1.4 (95% CI = 1364-1517), not married (marital status) at risk of 1.7 (95% CI = 1370-2201), low education risk 3.1 times (95% CI = 1965-4710), unemployee at risk of 2.2 (95% CI = 2060-2218), socioeconomic status, the lowest risk of 1.8 (95% CI = 1633-2138 ), nutritional status is less risk of 1.6 (95% CI = 1500-1706), had 1.9 times the risk of chronic disease (95% CI = 1783-1984), disability risk 8 times (95% CI = 7446-8727), less physical activity at risk of 1.6 (95% CI = 1468-1759), not eating fruit at risk 1.2 times (95% CI = 1191-1399), vegetable consume less risk 1.4 times (95% CI = 1389-1547) and not smoke protect 0.6 times (95% CI = 0619-0711) for mental emotional disorder in rural areas.
Conclusion, for elderly women should have a good activity at home or outside the home, adopting a healthy lifestyle in order to lower the risk factors for mental disorders of emotional and pray a lot to Allah SWT to be the heart and soul at ease, as well as positive thinking.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marpaung, Dhorkas Dhonna Ruth
"Pendahuluan. Indonesia merupakan negara yang masih banyak layanan kesehatannya terletak di daerah perifer dengan fasilitas minim dan jarang memiliki tenaga ahli untuk memprediksi berat bayi saat dilahirkan.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Kriteria inklusi ibu melahirkan anak terakhir, bayi lahir hidup, dan bayi tunggal, didapatkan sampel sebanyak 23.689.
Hasil. Variabel yang menjadi faktor risiko kejadian BBLR adalah usia kehamilan (POR 2,01), umur (POR 1,28), paritas (POR 1,56), tinggi ibu (POR 1,48), komplikasi (POR 1,46). Analisis ROC didapatkan area under curve untuk mengidentifikasi kejadian BBLR sebesar 0,602. Nilai titik potong untuk skoring prediksi 4 dan sensitivitas 59,8%.
Kesimpulan. Usia kehamilan, umur, paritas, tinggi ibu, dan komplikasi merupakan faktor risiko dan dapat digunakan untuk memprediksi bayi yang akan dilahirkan berisiko BBLR.

Introduction. Indonesia is a country that still many health services located in peripheral areas with minimal facilities and rarely have experts to predict the weight of the baby at birth.
Methods. This study using cross sectional study design. The inclusion criteria maternal last child, a baby was born alive, and a single baby, obtained a sample of 23.689.
Results. Variables are a risk factor for LBW is gestational age (POR 2,01), age (POR 1,28), parity (POR 1,56), maternal height (POR 1,48) and complications (POR 1,46). ROC analysis obtained an area under the curve to identify the LBW of 0,602. Value cut-off point for scoring 4 prediction and sensitivity of 59,8%.
Conclusion. Gestational age, age, parity, height, and complications are risk factors and can be used to predict the baby to be born at risk of LBW
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sufinah
"Stunting tidak hanya terjadi selama 1000 hari pertama kehidupan, tetapi juga pada remaja yang merupakan periode tercepat kedua pertumbuhan setelah bayi. Bila remaja perempuan mengalami stunting kemungkinan akan melahirkan bayi dengan panjang lahir kurang dari normal, yang nanti akan menjadi remaja stunting juga. Kondisi ini berbahaya karena dapat terjadi stunting lintas generasi bila tidak dilakukan intervensi.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada remaja perempuan di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder Riskesdas 2013 dengan desain cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 1.785 remaja perempuan berusia 10 ndash; 18 tahun di Indonesia yang menjadi sampel Riskesdas 2013 dengan memiliki data lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013 sebesar 31,4 persen. Hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna nilai p le; 0,05 antara tingkat pendidikan ibu, status ekonomi keluarga, jumlah anggota keluarga dan wilayah tempat tinggal dengan kejadian stunting pada remaja perempuan 10 ndash; 18 tahun di Indonesia tahun 2013. Perlunya upaya preventif primer dalam meningkatkan pengetahuan pada kelompok ibu tentang tumbuh kembang anak dan meningkatkan program SUN dalam intervensi sensitif.

Stunting not only occurs in the first 1000 days of life, also in adolescents which is the second fastest growing period after the baby. When a adolescent girls have stunting it is likely to give birth to a baby with less than normal birth length, which will later become a stunting adolescent as well. This condition is dangerous because stunting can occur across generations if not intervened.
The purpose of this study is to determine the factors associated with stunting incidence in adolescent girls in Indonesia in 2013. This study uses secondary data of Riskesdas 2013 with cross sectional design. The sample of this study is 1,785 adolescent women aged 10 18 years in Indonesia which become sample of Riskesdas 2013 with complete data.
The results of the study showed that stunting incidence in adolescent girls 10 18 years in Indonesia in 2013 was 31.4 percent. The results of bivariate analysis show a significant relationship p value
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S69094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Yudi Kristanto
"Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah dan menetap diatas dari batas normal, sebagai akibat terjadinya gangguan sistem sirkulasi darah. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007) secara nasional, diketemukan prevalensi hipertensi sebesar 31,7 % pada kelompok umur 18 tahun atau lebih serta mulai banyak dijumpai pada kelompok usia muda 15 ? 17 tahun (8,3%). Hasil Riskesdas 2013 hipertensi turun menjadi 25,8 persen tetapi terjadi peningkatan prevalensi hipertensi berdasarkan wawancara (apakah pernah didiagnosis nakes dan minum obat hipertensi) dari 7,6 persen tahun 2007 menjadi 9,5 persen tahun 2013. Tekanan darah remaja bervariasi karena banyak faktor mempengaruhinya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi pada kelompok remaja umur 15 ? 24 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan analisis statistik dilakukan dengan menggunakan regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 12,2 % remaja mengalami hipertensi. Berdasarkan hasil analisis multivariat dapat diketahui bahwa faktor yang berpengaruh besar terhadap kejadian hipertensi pada remaja adalah obesitas dan umur dengan OR 2,83 dengan 95% CI 2,63 ? 3,03. Umur mempunyai OR 0,42 dengan 95% CI 0,40 ? 0,45. Tidak terdapat interaksi antara obesitas dan umur pada analisis interaksi. Diperlukan upaya dan peran serta berbagai pihak untuk menurunkan prevalensi hipertensi remaja di Indonesia.

Hypertension is the increase in blood pressure and settled above the normal limit, as a result of impaired blood circulation system. Result basic health Research (Riskesdas 2007), found the prevalence of hypertension of 31.7% in the group aged 18 years or older as well as many found in young age groups 15% u2013 17 years (8.3 percent). Results Riskesdas 2013 hypertension dropped to 25,8 percent but an increase in the prevalence of hypertension based on interviews (if ever diagnosed hypertension drugs and drinking nakes) from 7.6 percent in 2007 to 9.5 percent by 2013. Teen's blood pressure varies due to many factors affected it.
The purpose of this research is to know the factors associated with the occurrence of hypertension in adolescent age group 15 - 24 years in Indonesia. This research uses the draft cross sectional and statistical analysis is carried out using multiple logistic regression.
The results showed that as much as of teens experiencing 42,70 hypertension. Based on the results of the multivariate analysis can be aware that factors that influence the incidence of hypertension in adolescents is obese and aged with OR 2.83 with 95% CI 2.63 - 3.03. Age have OR 0.42 with 95% CI 0.40 - 0.45. There was no interaction between obesity and age analysis of interaction. It takes effort and involvement of various parties to lower the prevalence of hypertension of teenagers in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41556
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khobir Abdul Karim Taufiqurahman
"Obesitas selalu berkaitan dengan penyakit degeneratif. Prevalensi obesitas tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada umur lebih dari 18 tahun di Provinsi Sulawesi Utara. Penelitian ini merupakan penelitian jenis deskriptif analitik dengan desain cross-sectional. Sampel penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berumur lebih dari 18 tahun yang telah di ukur berat badan dan tinggi badan di Provinsi Sulawesi Utara dalam data Riskesdas 2013. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat, bivariat menggunakan chi-square, dan multivariat menggunakan regresi logistik ganda dengan model prediksi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor resiko yang menyebabkan obesitas adalah umur 40-50 tahun, perempuan, tingkat pendidikan minimal SMA atau lebih, telah menikah, tidak merokok, konsumsi tinggi lemak dan cukup serat, aktivitas fisik yang aktif, lama waktu perilaku sedentari minimal 6 jam atau lebih, status ekonomi yang lebih tinggi, serta wilayah tempat tinggal di perkotaan. Selain itu, faktor-faktor yang berpengaruh dengan kejadian obesitas adalah umur, jenis kelamin, status menikah, status merokok, konsumsi serat, perilaku sedentari, status ekonomi, dan wilayah tempat tinggal serta faktor yang paling dominan adalah status menikah. Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau berupa sumber informasi mengenai gizi seimbang dan aktivitas fisik yang cukup sebagai upaya promotif dan preventif terhadap kejadian obesitas.

Obesity is always associated with degenerative diseases. The highest prevalence of obesity in North Sulawesi Province. This study aims to determine the factors associated with obesity at the age of over 18 years in North Sulawesi. This study is a descriptive analytic cross-sectional design. The sample was the entire population over the age of 18 years who has been in measuring weight and height in North Sulawesi in the data Riskesdas 2013. The analysis used in this research is univariate analysis, bivariate analysis using chi-square, and multivariate using binary logistic regression with prediction model.
The results showed risk factors that lead to obesity are age 40-50 years old, female, minimum education level of high school or more, have been married, no smoking, high consumption of fat and enough fiber, active physical activity, sedentary behavior a long time at least 6 hours or more, higher economic status, as well as in urban residential areas. In addition, the factors that influence the incidence of obesity are age, sex, married status, smoking status, fiber consumption, sedentary behavior, economic status, and region of residence as well as the most dominant factor is the status of marriage. Access to affordable health care in the form of a source of information on balanced nutrition and sufficient physical activity as promotive and preventive efforts against obesity."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S60879
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah Siti Nurjanah
"Secara global setiap tahunnya pneumonia menyebabkan kematian hampir sebanyak 1 juta pada anak usia dibawah 5 tahun. Populasi yang rentan terserang pneumonia adalah anak-anak usia kurang dari 2 tahun (Baduta). Period prevalence pneumonia pada anak Baduta berdasarkan data Riskesdas 2013 sebesar 1,7%.
Tujuan dari penelitian ini ialah mengetahui gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pneumonia pada anak baduta di Indonesia dengan menggunakan data Riskesdas tahun 2013. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan masingmasing variabel yang diteliti, dan analisis bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil penelitian menunjukkan berhubungan secara statistik dengan kejadian pneumonia pada baduta: umur 13-23 bulan berisiko 1,7 dibandingkan umur 0-12 bulan, tidak diberikan kolostrum (OR=1,742; 95% CI= 1,140-2,664), belum diberikan imunisasi campak karena umur anak (OR= 0,548; 95% CI= 0,388-0,773), tinggal di perdesaan (OR=1,448; 95% CI= 1,093-1,919), ada asap hasil pembakaran (OR=1,511; 95% CI= 1,142-1,998), ventilasi ruangan masak/dapur kurang (OR=1,829; 95% CI= 1,279-2,614), dan status sosial ekonomi rendah (OR=1,807). Belum dapat disimpulkan hubungan yang pasti bermakna secara statistik karena analisis dilakukan sampai bivariat, perlu dilakukan analisis multivariat.

Globally each year, pneumonia causes almost 1 million deaths in children under 5 years of age. Populations susceptible to pneumonia are children aged less than 2 years. Period prevalence of pneumonia in children under two years based on data Riskesdas 2013 by 1.7%.
The aim of this study is to reveal the factors associated with the incidence of pneumonia in children under two years in Indonesia using data Riskesdas 2013. The study design was cross-sectional. Univariate analysis is used to describe each of the variables studied, and bivariate analysis is used to examine the relationship between the dependent and independent variables.
The results showed statistically associated with the incidence of pneumonia in children under two years old: age 13-23 months of age at risk of 1.7 compared to 0-12 months, not given colostrum (OR = 1.742; 95% CI = 1.140 to 2.664), not given measles immunization for the child's age (OR = 0.548; 95% CI = .388 to .773), live in rural areas (OR = 1.448; 95% CI = 1.093 to 1.919), there was the smoke of burning (OR = 1.511; 95% CI = 1.142 -1.998), ventilate the room cookware / kitchen less (OR = 1.829; 95% CI = 1.279 to 2.614), and lower socioeconomic status (OR = 1.807). Can not be concluded definite relationship was statistically significant due to the bivariate analyzes were performed, multivariate analysis is needed.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S61406
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bangga Agung Satrya
"Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang diperkirakan sebesar 25,8 di Indonesia pada tahun 2013 Riskesdas, 2013 . Sebanyak 87 kasus TB baru terjadi di 30 negara dengan beban TB yang tinggi. Enam negara menyumbang 60 dari kasus TB yaitu India, Indonesia, Cina, Nigeria, Pakistan, dan Afrika Selatan WHO, 2016 . Salah satu faktor yang mempengaruhi hipertensi pada seseorang adalah penyakit ginjal atau infeksi pada ginjal dengan waktu yang lama, dan TB tidak hanya menyerang paru, tetapi bisa pada organ-organ lainnya dan salah satunya adalah ginjal NHS, 2016; WHO, 2016 . Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan status Tuberkulosis TB dengan perbedaan tekanan darah pada orang dewasa di Indonesia pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data Riskesdas 2013. Analisis regresi linear dan regresi logistik dilakukan pada sampel 38.002 subjek dengan tidak mempedulikan status TB yang dimiliki subjek yang diperiksa tekanan darah dan glukosa darahnya. Hasil penelitian ini menunjukkan tekanan darah pada subjek yang di diagnosis TB setelah di adjust dengan variabel glukosa darah, umur, jenis kelamin, dan status ekonomi lebih rendah 1,9 mmHg 95 EI -6,0 ndash; 2,2 dibandingkan dengan subjek yang tidak di diagnosis TB dan Rasio odds hipertensi pada subjek yang di diagnosis TB setelah di adjust dengan variabel glukosa darah, umur, jenis kelamin, dan status ekonomi 0,94 lebih rendah 95 EI 0,58 ndash; 1,52 dibandingkan dengan subjek yang tidak di diagnosis TB.

Hypertension is one of risk factors that was expected as 25,8 in Indonesia on 2013 Riskesdas, 2013 . New cases of TB happened in 30 countries with high TB burden. Six countries which contributed 60 of TB cases are India, Indonesia, China, Nigeria, and South Africa WHO, 2016 . A factor which encourages hypertension on someone is kidney disease or infection which happens in a long time, and TB doesn 39 t only attack the lungs, but also other organs such as kidney NHS, 2016 WHO, 2016 . This research 39 s purpose is to understand association between TB status with blood pressure rsquo s differences in indonesia on 2013. This research used data riskesdas. Linear regression analysis and logistic regression were used on 38002 sample subject regardless of the TB status whose blood pressure and glucose rate were examined. The results of this study showed that the blood pressure in subjects who were diagnosed with tuberculosis after adjusting for blood glucose, age, sex, and economic status is lower 1.9 mmHg 95 EI 6.0 2.2 than the subjects who were not diagnosed with TB and hypertension odds ratios in subjects who were diagnosed with tuberculosis after adjusting for blood glucose, age, sex, and economic status were 0.94 lower 95 EI 0.58 to 1.52 than the subjects who were not diagnosed with TB."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S67315
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tesa Irwana
"Peningkatan tekanan darah diperkirakan menyebabkan 7,5 juta kematian atau sekitar 12,8 dari total seluruh kematian secara global. Modifikasi gaya hidup seperti melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu rekomendasi utama dalam penurunan tekanan darah. Dengan melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat berkontribusi dalam penurunan tekanan darah. Namun demikian, di Indonesia proporsi aktivitas fisik kurang masih tinggi yaitu sebesar 26,1.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah dan hipertensi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan data Riskesdas 2013. Analisis regresi linier dan regresi logistik dilakukan pada sampel 717.014 responden yang diperiksa tekanan darah sistolik dan diastolik pada pengukuran pertama, kedua dan ketiga Pertanyaan Riskesdas K05a, K06a dan K07a.
Hasil penelitian multivariabel didapatkan bahwa terdapat asosiasi antara aktivitas fisik dengan tekanan darah dan hipertensi, dengan perbedaan rata-rata tekanan darah sistolik pada responden yang melakukan aktivitas fisik lebih rendah dibandingkan dengan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik. Semakin lama intensitas waktu aktivitas fisik, maka akan semakin besar penurunan tekanan darah sehingga risiko untuk mengalami hipertensi juga lebih kecil.

An increase of blood pressure is estimated to cause 7.5 million deaths or about 12.8 of the total global deaths. Lifestyle modifications such as physical activity is one of the main recommendations in decreasing blood pressure. By doing regular physical activity can contribute to the decrease of blood pressure. However, in Indonesia the proportion of less physical activity is still high at 26.1.
This study aims to see the relationship between physical activity with blood pressure and hypertension. This study is a quantitative study using secondary data of Riskesdas 2013. Linear regression and logistic regression analysis was performed on a sample of 717,014 respondents who examined systolic blood pressure and diastolic blood pressure at first, second and third measurements Question of Riskesdas K05a, K06a and K07a.
The result of multivariable research shows there is an association between physical activity with blood pressure and hypertension, the average difference of systolic blood pressure in respondents who do physical activity is lower than respondents who do not do physical activity. The longer of time intensity of physical activity, the greater decrease in blood pressure so the risk of hypertension is also smaller.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66863
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Ika Putri
"ABSTRAK
Stroke tercatat sebagai penyebab kematian kedua tertinggi pada usia 45-54
tahun di wilayah perdesaan Indonesia. Stroke merupakan penyakit gangguan fungsi
otak akibat kelainan vaskuler yang bersifat multikausal. Penelitian ini bertujuan
mengetahui frekuensi dan determinan kejadian stroke berdasarkan faktor risikonya
pada penderita hipertensi berusia ≥ 45 tahun di wilayah perdesaan Indonesia.
Penelitian ini merupakan analisis lanjut dari data Riskesdas 2013 yang
menggunakan desain studi cross-sectional. Sampel dari penelitian ini adalah
penderita hipertensi yang berusia ≥ 45 tahun, dan tinggal di wilayah perdesaan.
Hasil penelitian ini menunjukkan, prevalensi stroke pada penderita hipertensi
dewasa di perdesaan adalah sebesar 5,3%. Prevalensi stroke tertinggi ditemukan di
provinsi Maluku Utara (7,2%) dan terendah di provinsi Papua (1,7%). Pada variabel
yang diteliti, jenis kelamin, stress, aktivitas fisik, konsumsi obat anti-hipertensi,
perilaku merokok dan tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna terhadap
kejadian stroke pada penderita hipertensi dewasa (≥ 45 tahun) di wilayah perdesaan
Indonesia.

ABSTRACT
Stroke was recorded as the second-highest mortality cause at the age of 45-
54 years in rural areas of Indonesia. Stroke is multicausal brain function disorder
due to vascular abnormalities. This study aimed to determine the frequency and
determinants of stroke based on risk factors in hypertensive patients aged ≥ 45 years
in rural areas of Indonesia. This study is a further analysis of the Riskesdas 2013
data which used cross-sectional study design. The sample of this study is
hypertensive patients who aged ≥ 45 years old and lived in rural areas. The results
of this study showed that the prevalence of stroke in adult hypertensive patients in
rural areas amounted to 5.3%. The highest prevalence of stroke was found in North
Maluku province (7.2%) and the lowest in Papua province (1.7%). In the studied
variables, gender, stress, physical activity, consumption of anti-hypertensive drugs,
smoking and education have relation to the prevalence of stroke in adult
hypertensive patients (≥ 45 years) in rural areas of Indonesia."
2015
S57339
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>