Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142392 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fitrirachmawati
"Supervisi adalah suatu bentuk pengawasan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja petugas melalui proses yang sistematis meliputi pemberian motivasi, komunikasi dan bimbingan. Penelitian ini menggunakan desain observasional dengan pendekatan cross sectional dengan menggunakan stratified simple random sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara fungsi supervisi kepala ruangan dengan kepatuhan perawat pelaksana dalam melakukan SOP identifikasi pasien Hasil penelitian mempergunakan uji Chi Square membuktikan ada hubungan yang bermakna antara motivasi, komunikasi dan bimbingan dengan kepatuhan perawat pelaksana menjalankan SOP identifikasi pasien. (p value < α). Kesimpulan dari penelitian ini, adalah fungsi supervisi kepala ruangan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kepatuhan perawat dalam melakukan identifikasi pasien sesuai dengan SOP.

Supervision is a form supervisory that aim to improve the staf performance through a systematic process in the provision of motivation, communication and guidance. This study used an observational design with cross sectional approach using stratified random sampling. The purpose of this study was to determine the relationship between the function of head room supervision with the compliance of nurses in performing SOP patient identification. The result of this research using Chi Square test to prove there is a significant correlation between motivation, communication and guidance to compliance of nurses in implementating SOP of patient identification (p value < α). The conclusion of this study is that the functions of the supervision of head room have a very important role to improve the nurses complaince in conducting the patient identification based on the SOP."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ismania Osnita
"Dalam rangka upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia yang optimal diperlukan pelayanan kesehatan yang berkualitas yang menjangkau semua lapisan (Depkes, 1999). Dimana salah satu masalah kesehatan yang dihadapi di Indonesia adalah masih tingginya kematian balita karena pneumonia, pada tahun 1990 sebanyak 150.000 kematian dan diharapkan tahun 2000 turun menjadi 50.000 kematian melalui pengobatan yang sesuai dengan standar kasus ISPA.
Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan terdepan yang juga perlu meningkatkan kualitas pelayanan. Untuk itu semenjak tahun 1998 puskesmas Kota Padang sudah melaksanakan program jaminan mutu (Quality Assurance), yang salah satu kegiatannya adalah menerapkan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA pada balita. Setelah 6 (enam) bulan pelaksanaan kegiatan ini terlihat bahwa kepatuhan petugas sudah mencapai 70%-80% namun sesuai dengan hasil laporan puskesmas ternyata pada bulan Juni tahun 2000 kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA ini bahkan turun yaitu menjadi 40% yang seharusnya sudah mencapai 80%-100%.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA serta faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP. Faktor yang diteliti adalah faktor internal yang terdiri dari pelatihan, umur, lama kerja, pengetahuan, persepsi, sikap,dan motivasi sedangkan faktor eksternal yang diteliti adalah komitmen pimpinan dan sarana. Kedua faktor ini merupakan variabel bebas, sedangkan variabel terikat adalah kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA.
Disain penelitian yang dipakai cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hanya yang bermakna pengetahuan, motivasi yang berhubungan dengan kepatuhan petugas menerapkan SOP ISPA. Dengan analisis multivariat didapatkan hubungan yang paling kuat antara pengetahuan dengan kepatuhan petugas terhadap SOP ISPA.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan Dinas Kesehatan Kota Padang dapat menyusun langkah yang akan diambil untuk meningkatkan kepatuhan petugas dalam menerapkan SOP ISPA membantu penyediaan buku pedoman P2ISPA untuk puskesmas pembantu, membuat kebijakan agar puskemas yang bertetangga saling menilai kepatuhan dan memberikan penghargaan pada puskesmas dan petugas yang patuh. Pimpinan puskesmas diharapkan memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan pengetahuan petugas mengenai SOP ISPA misalnya dengan melakukan pelatihan, memberikan tugas baca pada petugas dan juga memperhatikan hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi petugas. Dengan demikian dalam menerapkan SOP ISPA ini petugas akan masuk ke tahap kepatuhan internalisasi yaitu petugas memahami makna dari pemberian pelayanan yang berkualitas sehingga masyarakat puas menerima pelayanan yang diberikan yang akhirnya angka kematian balita karena pneumonia dapat diturunkan.

Factors relate to compliance of health personnel to ARTI Standard Operating Procedure in Mother and Children Unit of Community Health Center in Padang, 2000High quality services that can be afford able by all community level in to increase the community health of the Indonesia people to its optimum level is needed. One of the health problems faced by Indonesia is high infant mortality rate due to pneumonia. In 1990 there were 150.000 deaths due to pneumonia to reduce to 50.000 in the year 2000 by applying standard important case management.
The community health center is one important service to increase the quality service. Therefore, since 1998 the community health center of Padang has performed Quality Assurance program, in which one of its activities to ensure the compliance of the health personnel in applying ARTI Standard Operating Procedure in infants. After 6 months of this activity it can be seen that the health personnel compliance has achieved 70-80%. However, according to the report of the community health in June 2000 the compliance of the health personnel declined to 40% while it should have achieved 80-100%.
The purpose of this research is to identify the health personnel compliance in applying the ARTI Standard Operating Procedure and factors related to the compliance towards the SOP. The factors studied are internal factors such as times enlarge from training, age, tenure, knowledge, perception, attitudes, and motivation while external factors are commitment of supervisor and availability of facilities. All of those factors are independent variables, while dependent variable is the health personnel compliance to apply the ARTI Standard Operating Procedure.
The research design used is cross-sectional. Data are analyzed in invariable bivariate and mulivariate analysis. Bivariate analysis reveals than only two rates of those independent variables, namely knowledge and motivation is related with health personnel compliance in applying the ARTI Standard Operating Procedure. The result of multivariate analysis reveals that the strongest relationship is between knowledge and compliance of health personnel towards the ARTI Standard Operating Procedure. Based on the result it is regicides than the Padang Health Office prepare steps to increase the compliance of the health personnel in applying the ARTI Standard Operating Procedure, by increasing than knowledge by providing guidance book for subsidiary Community Health Center, preparing the policy for the Neighboring Community Health Personnel to assess each other performance and giving rewards to the Community Health Center and personnel that are compliant.
It is expected that the Community Health Center forces theirs effort to matters that will increase the knowledge of health personnel regarding ARTI Standard Operating Procedure such as assigning reading to the health personnel and also find ways to increase their motivation. So in applying the ARTI Standard Operating Procedure the health personnel is expected to enter stage of internalization of compliance to understanding the meaning of giving high quality health service to the people that satisfy those receiving the provided service. In this way it is expected to decrease the mortality rate due to pneumonia in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktaviani Adri Dwi Rizky
"Penularan penyakit infeksi dari pasien ke perawat di Rumah Sakit dapat terjadi melalui berbagai macam peristiwa, misalnya cara mencuci tangan yang tidak benar, pemakaian Alat Pelindung Diri (APD) yang tidak sesuai, tertusuk jarum suntik habis pakai yang telah terkontaminasi, pajanan dari peralatan habis pakai yang telah terkontaminasi, pengelolaan limbah yang tidak benar, maupun kecelakaan kerja lainnya. Perilaku perawat itu sendiri dalam penerapan kewaspadaan standar merupakan salah satu faktor yang penting dalam terjadinya insiden tersebut. Perawat yang tidak mematuhi penerapan kewaspadaan standar dengan baik akan berisiko tinggi tertular penyakit infeksi di tempat kerja. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor determinan kepatuhan perawat terhadap kewaspadaan standar dengan diketahuinya besaran tingkat kepatuhan perawat itu sendiri terhadap kewaspadaan standar, serta mengetahui karakteristik dari beberapa faktor determinan dan hubungannya dengan kepatuhan perawat terhadap kewaspadaan standar di RS. Hasanah Graha Afiah (HGA) Depok tahun 2016. Hasil penelitian ini berjumlah 75 orang perawat yang menunjukkan bahwa terdapat 39 orang responden (52,0 %) patuh dan 36 orang responden (48,0 %) tidak patuh terhadap kewaspadaan standar. Sedangkan dari hasil uji Chi-Square , variabel yang berhubungan dengan kepatuhan perawat terhadap kewaspadaan standar yaitu Sikap dan pelatihan.

Transmission of infectious diseases from patient to nurse at the hospital can occur through a variety of events, for example washing hands is not right, the use of Personal Protective Equipment (PPE) is not appropriate, needlestick consumables that have been contaminated, exposure of equipment consumables contaminated, improper waste management, as well as other work accidents. Nurse behavior itself in the application of standard precautions is one important factor in the incidents. Nurses who do not comply with either the application of standard precautions will be at high risk of contracting an infectious disease in the workplace. Therefore, this study aims to determine the determinant factors adherence to standard precautions nurse with known quantities nurse compliance rate itself against standard precautions, and to know the characteristics of some determinant factors and relationship with the nurse adherence to standard precautions at RS. Hasanah Graha Afiah (HGA) Depok at 2016. The results of this research were 75 nurses who showed that there were 39 respondents (52.0%) obedient and 36 respondents (48.0%) did not adhere to standard precautions. While the results of Chi-Square test, variables related to adherence to standard precautions ie nurses attitude and training."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S61786
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Yantin
"Pemantapan Mutu Internal adalah kegiatan yang harus dilakukan oleh seluruh petugas laboratorium untuk menjamin mutu hasil pemeriksaannya dengan mencegah terjadinya kesalahan dan mendeteksi sedini mungkin bila ada kesalahan. Dilaksanakan secara terus menerus, mulai tahap pra analitik, analitik dan pasca analitik. Pada tahun 1997 Pusat Laboratorium Kesehatan (sekarang Direktorat Laboratorium Kesehatan) telah mengeluarkan buku pedoman Pemantapan Mutu Internal Laboratorium Kesehatan yang memuat uraian tentang aspek-aspek yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh seluruh petugas Balai Laboratorium Kesehatan dalam melaksanakan Pemantapan Mutu Internal. Kegiatan ini harus dilaporkan secara berkala melalui tim Pemantapan Mutu Internal yang telah dibentuk di masing-masing balai laboratorium kesehatan.
Pada bulan April 1999 Balai Laboratorium Kesehatan Pontianak mendapat teguran karena tidak disiplin dalam penyampaian laporan tersebut sedangkan dari hasil survey pendahuluan diketahui hanya 45 % petugas patuh dalam menerapkan buku pedoman tersebut. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian sejak tanggal 6 hingga 24 Oktober 2000, dengan pendekatan kuantitatif secara pengamatan (observational) dengan desain potong lintang (cross sectional), dan metode work sampling. Jumlah sampel 23 orang petugas dengan jumlah pengamatan 1176 dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kepatuhan, faktor-faktor yang berhubungan dan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan petugas dalam menerapkan pedoman Pemantapan Mutu Internal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan petugas adalah 52,2 %. Dari hasil uji statistik bivariat dengan Chi Square diketahui bahwa motivasi petugas dan pengawasan tim berhubungan bennakna dengan kepatuhan petugas dan uji statistik multivariat dengan regresi logistik menunjukkan bahwa pengawasan tim adalah faktor yang paling dominan berhubungan dengan kepatuhan.
Berdasarkan hasil tersebut terdapat beberapa saran untuk Balai Laboratorium Kesehatan Pontianak yaitu pengawasan tim perlu tetap dilanjutkan dan diaktifkan, perlu ditinjau kembali susunan tim yang telah ada kemudian mengevaluasi hasil yang telah dicapai dan membahas masalahnya secara bersama-sama. Dalam 5K pimpinan tentang susunan tim perlu dicantumkan batas tugas, sehingga tim dan anggota mempunyai target yang harus dicapai.
Sering diberlakukan sistem penghargaan dalam bentuk pengakuan pujian didepan rapat umum tentang keberhasilan tim serta terhadap petugas/ subseksi yang melakukan kegiatan Pemantapan Mutu Internal dengan baik. Saran bagi Direktorat Laboratorium Kesehatan perlu diintensifkan pelatihan tidak hanya ketua tim tetapi juga anggota tim secara bergantian untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, ketrampilan dan komitmen tentang pentingnya Pemantapan Mutu Internal serta perlu dilakukan pengawasan intensif dengan datang langsung ke balai laboratorium kesehatan.

Internal Quality Assurance is an activity that every laboratory staff should do to ensure the quality of the laboratory examination by error prevering and error detecting. This Internal Quality Assurance is carried out continuously beginning from the pre-analysis, analysis, and post analysis stages. In 1997, the Health Laboratory Center (now Directorate of Health Laboratory) issued a manual concerning the Internal Quality Assurance for Health Laboratory that contains details of aspects to consider and conduct by all staffs of the House of Health Laboratory in implementing the Internal Quality Assurance. This activity should be reported regularly to an Internal Quality Assurance Team that was established at each house of health laboratory.
On April 1999 the Health Laboratory Institute of Pontianak was notified for being indiscipline in reporting, while the preliminary survey results reveal that only 45 % of the staff adhered to implementing the manual. It was based on both reports that this study was conducted from October 6 to October 24, 2000. This study employed a quantitative approach and used observational and cross sectional as well as work sampling methods. Sample of this study consisted of 23 staffs with 1176 observations from which description of factors that correlate with as well as factor that mostly correlate with the staffs's adherence to implementing the manual of Internal Quality Assurance were investigated.
The study results show that the staffs adherence to implementing the manual is 52,2%. The bivariate statistical analysis using Chi Square reveals that staffs' motivation and team supervision has significant correlation with the staffs' adherence to implementing the manual, while the multivariate statistical test describes using Logistic Regression describes that team supervision is the most dominant factor that correlates with the staffs' adherence.
Based on such study results, some recommendations are addressed to the Health Laboratory Institute. It is recommended that team supervision be sustained and activated; the existing team structure be reviewed; the achieved goals be evaluated; and problems be solved by all members of the team. It is also recommended that job description of the supervision team be included in the chief's decree so that the team and its members have some goals to achieve. Reward system should be also applied that may include recognition in general meeting of the team and each staff achievements in excellent implementation of the Internal Quality Assurance. The Directorate of Health Laboratory is recommended to intensify the training program for not only team leaders but also for team members on a shift basis to enhance understanding, knowledge, skills and commitment in the Internal Quality Assurance. In addition, there should be an intensive supervision by means of on-site visit to the health laboratory.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T10288
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Candra Panji Asmoro
"Pendahuluan: Keselamatan pasien merupakan suatu sistem yang menjamin pasien aman dari insiden. Perawat sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan wajib menerapkan sasaran keselamatan pasien (SKP). Dibutuhkan instrumen yang bersifat proaktif mencegah insiden. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan instrumen faktor prediktor kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP di rumah sakit. Metode: Tahap 1 merupakan pengembangan item instrumen dengan 3 fase: wawancara, expert judgement, dan uji keterbacaan. Tahap 2 yakni uji validitas dan reliabilitas instrumen dengan pendekatan cross sectional menggunakan dua analisis data, yakni Confirmatory Factor Analysis (CFA) dan regresi linier berganda. Partisipan dalam fase wawancara menggunakan perawat pelaksana dan perawat manajer. Uji validitas dan reliabilitas instrumen melibatkan perawat pelaksana dengan jumlah sampel 100 responden. Variabel dependen yakni kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP di rumah sakit. Hasil: Sebanyak 16 faktor dan 63 item dihasilkan dari tahap 1 penelitian. Uji CFA menyebutkan bahwa seluruh faktor, termasuk variabel kepatuhan perawat dalam melaksanakan SKP dinyatakan valid dan reliabel dengan model yang dinyatakan dalam rentang good fit hingga perfect fit. Hasil analisis regresi linier pada uji t menyimpulkan bahwa hanya delapan faktor yang memiliki pengaruh terhadap kepatuhan, antara lain: sarana prasarana, kesadaran diri, niat, professional habit, komitmen, imbalan, kepemimpinan, serta tuntutan dan reputasi rumah sakit. Pada uji f menyimpulkan bahwa semua faktor tersebut menghasilkan 51,1% potensial memengaruhi kepatuhan perawat. Saran: Manajer keperawatan rumah sakit direkomendasikan untuk menggunakan instrumen ini untuk memperkuat sistem pencegahan insiden oleh perawat pelaksana.

Introduction: Patient safety is a system that ensures patients are safe from incidents. Nurses, as part of the health service system, are obliged to implement patient safety targets (SKP). We need instruments that are proactive in preventing incidents. This research aims to develop an instrument for predicting factors of nurse compliance when implementing SKP in hospitals. Method: Stage 1 is the development of instrument items with 3 phases: interview, expert judgment, and readability test. Stage 2 is testing the validity and reliability of the instrument with a cross-sectional approach using two data analyses, namely confirmatory factor analysis (CFA) and multiple linear regression. Participants in the interview phase were nurse practitioners and nurse managers. Testing the validity and reliability of the instrument involved implementing nurses with a sample size of 100 respondents. The dependent variable is nurses' compliance with implementing SKP in hospitals. Results: A total of 16 factors and 63 items were generated from phase 1 of the research. The CFA test states that all factors, including the nurse compliance variable in implementing SKP, are declared valid and reliable with the model stated in the range of good fit to perfect fit. The results of the linear regression analysis on the t test concluded that only eight factors had an influence on compliance, including: infrastructure, self-awareness, intention, professional habit, commitment, rewards, leadership, as well as hospital demands and reputation. The f test concluded that all these factors produced 51.1% of the potential to influence nurse compliance. Suggestion: Hospital nursing managers are recommended to use this instrument to strengthen the incident prevention system by implementing nurses."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Kismed
"Pemeriksaan parasit dari sediaan darah adalah salah satu langkah penting dalam menegakkan diagnosis malaria. Jika dibandingkan dengan kabupaten lain di Propinsi Kalimantan Barat, cakupan pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria di Kabupaten Sambas masih tergolang rendah. Dalam studi ini dilakukan penelitian terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kepatuhan petugas puskesmas terhadap standar pelayanan penderita malaria dan pemeriksaan sediaan darah.
Studi kualitatif ini dilakukan pada 10 puskesmas dengan melibatkan 20 orang paramedis, 10 orang petugas laboratorium, 10 orang kepala puskesmas dan 1 orang wasor malaria kabupaten sebagai informan. Pengetahuan, sikap dan tindakan petugas laboratorium ditelaah melalui wawancara mendalam, sedangkan untuk paramedis dilakukan diskusi kelompok terarah. Observasi juga dilakukan terhadap ketersediaan sarana laboratorium untuk melakukan pemeriksaan parasit sediaan darah.
Analisa data yang terkumpul menunjukkan bahwa pengetahuan paramedis tentang standar pelayanan penderita malaria sudah cukup baik, demikian juga halnya dengan pengetahuan petugas laboratorium tentang prosedur pemeriksaan sediaan darah.
Sikap petugas paramedis maupun laboratorium pada umumya setuju dan mendukung pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria, tetapi pengetahuan dan sikap tersebut tidak diikuti dengan kepatuhannya dalam melakukan pemeriksaan sediaan darah. Namun demikian, sebagian besar petugas paramedis telah memberikan pelayanan kepada penderita malaria sesuai standar dengan merujuk penderita ke laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darahnya. Juga diamati bahwa pada sebagian puskesmas ketersediaan sarana laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darah malaria masih kurang, sedangkan kerjasama diantara petugas paramedis dan laboratorium dalam melakukan pemeriksaan sediaan darah malaria sudah berjalan dengan baik. Selanjutnya pengawasan dari pimpinan puskesmas kepada petugas paramedis dalam melakukan rujukan penderita ke laboratorium untuk pemeriksaan sediaan darah masih kurang.
Studi ini menyimpulkan bahwa kurangnya perhatian dan tanggung jawab pimpinan puskesmas, kurangnya tenaga analis dan kurangnya sarana laboratorium berhubungan dengan rendahnya kepatuhan petugas puskesmas terhadap standar pelayanan malaria dan prosedur pemeriksaan sediaan darah serta sistem pencatatan dan pelaporan puskesmas merupakan salah satu penyebab rendahnya cakupan pemeriksaan sediaan darah penderita tersangka malaria.

Compliance Analysis of Public Health Centre Provider in Performing Blood Sample Examination of Malaria Patient in Kabupaten Sambas, 2000Parasitic examination of human blood sample is an important step in the diagnosis of malaria. However, compared to other district in West Kalimantan, in Kabupaten Sambas the coverage of blood sample examination of suspected malaria cases is lower. In this study, relevant issues associated with the compliance of the Public Health Centre (PHC) providers to the standard services of malaria and procedure of blood sample examination are investigated.
Qualitative study has been carried out in ten PHCs involving twenty paramedics, ten laboratory analysts, ten PHC managers, and a district supervisor of malaria as informer. Knowledge, attitude and practice of the laboratory analysts, were assessed through in-depth interview, while focus group discussion were applied to the paramedics to analyze the same issues. Laboratory facilities for parasitic examination of the blood sample were also observed.
Content analysis of the collected data shows that the paramedics have good knowledge in the standard services of malaria, similar to those of the laboratory analysts in the standard procedure for blood examination_ Generally, paramedics and laboratory analysts agree with and support blood sample examination of the suspected malaria patient, but their knowledge and attitude are not consistent to their compliance with the blood examination. However, most of the paramedics have served malaria patients with the standard services by referring them for laboratory examination. It was also observed that at some PHCs the laboratory facilities for blood sample examination is insufficient, although collaboration between paramedics and laboratory analysts is good enough. Furthermore, some of PHCs' managers do not supervise strongly their staffs thoroughly to comply with the referring blood sample examination.
This study concluded that the low attention and responsibility of PHC manager, lack of laboratory analysts and insufficient laboratory facilities are associated with the low compliance of the PHC providers to comply with the standard services of malaria and procedure of blood sample examination. Improper recording and reporting system is one of the causes of low coverage of blood sample examination of suspected malaria cases.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T3630
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Merry Juliana
"Penyakit HIV/AIDS merupakan salah satu penyakit menular dan berbahaya. Jumlah penderita HIV/AIDS setiap tahun bertambah. Kurangnya kesadaran pelaksanaan standar pencegahan umum menyebabkan resiko penularan HIV/AIDS pada perawat. Perawat masih ada yang menunjukkan sikap diskriminasi terhadap pasien HIV/AIDS. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan dan sikap perawat terhadap pasien HIV/AIDS.
Metodologi penelitian ini adalah deskriptif sederhana, menggunakan teknik proporsional sampling terhadap 106 responden. Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner yang telah melewati tahap uji validitas dan reliabilitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 66% responden memiliki pengetahuan sedang; 30,2% tinggi dan 3,8% rendah. Sementara hasil sikap perawat terhadap HIV/AIDS 52,8 % responden menunjukkan sikap kurang baik dan 47,2% bersikap baik.

HIV/AIDS is one of contagious and dangerous diseases nowdays. The number of people with HIV/AIDS has increased every year. Lack of awareness of the implamentation of standard precaution lead to the risk of transmission of HIV/AIDS on nurses. Patient with HIV/AIDS were still receiving discrimination from health worker. The purpose of this study was to describe the knowledge and attitude of nurses towards patients with HIV/AIDS.
The methodology of this study is descriptive, by using proportional sampling on 106 respondents. The instument of this study used questionnaires that has passed validity and reliability test.
The results showed that 66% of respondents had moderete knowledge; 30, 2% had high and 3.8 % had low. Where the result of nurses attitude toward patient with HIV/AIDS showed 52,8% respondent had unfavorable attitude and 47,2% respondent showed favorable attitude.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43437
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Samrotul Fuadah Al-Ansoriyani
"Pendekatan perawatan peri operatif Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) bertujuan mempercepat stabilitas kondisi klinis pasien dan mempercepat pemulihan pasca operasi termasuk di ICU. Salah satu intervensi yang diterapkan adalah mobilisasi dini karena telah terbukti mempercepat proses pemulihan pasca operasi. Mobilisasi dini dimungkinkan dan harus dilaksanakan oleh perawat sebagai anggota tim yang pertama kali melakukan mobilisasi. Studi akan menganalisis hubungan karakteristik perawat dengan perilaku perawat dalam pemenuhan mobilisasi dini di ICU. Studi cross-sectional dilakukan terhadap 75 perawat dengan menggunakan kuesioner yang valid dan reliabel. Hasil uji chi-square bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik perawat dengan perilaku perawat dalam pemenuhan mobilisasi dini, namun pada domain perilaku ditemukan bahwa usia dan jenis kelamin memiliki hubungan bermakna dengan pengetahuan dan praktik mobilisasi dini (p < 0,005), Keberhasilan pemenuhan mobilisasi dini di ICU terletak pada perawat yang memiliki pengetahuan yang baik, sikap dan perilaku positif dalam pemenuhan mobilisasi dini di ICU. Oleh karena itu, perawat harus memiliki keterampilan berpikir kritis dan kompetensi dalam hal clinical decision making. Keterampilan berpikir kritis perawat dapat ditingkatkan melalui kegiatan supervisi klinis, supervisi berjenjang, coaching, journal reading, ataupun clinical meeting terkait pemenuhan mobilisasi dini di ICU.  

The perioperative Enhanced Recovery After Surgery (ERAS) approach aims to expedite the clinical stability of patients and accelerate postoperative recovery, including in the Intensive Care Unit (ICU). One implemented intervention is early mobilization, proven to hasten the postoperative recovery process. Early mobilization is feasible and should be executed by nurses as members of the team initiating mobilization. This study seeks to analyze the relationship between nurse characteristics and their behavior in facilitating early mobilization in the ICU. A cross-sectional study involving 75 nurses was conducted using a valid and reliable questionnaire. Chi-square test results indicated no association between nurse characteristics and their behavior in facilitating early mobilization. However, within the behavioral domain, it was found that age and gender significantly correlated with knowledge and practices of early mobilization (p < 0.005). The success of early mobilization in the ICU is contingent on nurses possessing good knowledge, positive attitudes, and behaviors in facilitating early mobilization. Therefore, nurses should possess critical thinking skills and competencies in clinical decision-making. Enhancement of nurses' critical thinking skills can be achieved through clinical supervision, tiered supervision, coaching, journal reading, or clinical meetings pertaining to the facilitation of early mobilization in the ICU. "
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Lisna Yuliawati
"Perilaku caring merupakan bentuk dukungan emosional perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang merupakan komitmen moral untuk melindungi, meningkatkan martabat manusia, dan merupakan inti dari keperawatan yang membedakan perawat dengan profesi lain. Penelitian kuantitatif ini menggunakan metode survey deskriptif, yang bertujuan untuk melihat sejauh mana perilaku caring perawat di Ruang Rawat Inap Umum RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor berdasarkan penilaian dari pasien. Sampel sebanyak 108 pasien yang sedang menjalani perawatan yang diambil dengan cara stratified random sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah CBA (Caring Behaviour Assessment) yang telah dimodifikasi oleh peneliti. Hasil Penelitian menunjukan 98,1% responden menilai perilaku caring perawat sudah baik. Peningkatan pengetahuan dan menciptakan iklim motivasi untuk menerapkan perilaku caring menjadi rekomendasi dari penelitian ini.

Caring is an emotional support in providing nursing care to protect patiens, enhance human dignity, and it was the core which made a difference from other professions. This is quantitative study that used descriptive survey methods. The purpose of this study was to know behavior of nursing care in non psychiatric ward Marzoeki Mahdi Hospital, based on patient valuation. Samples used in this study were 108 patients being treated, taken by stratified random sampling. The instrument of this study used CBA (Caring Behavior Assessment Tool) which has been modified by researchers. The results showed 98.1% of respondents high nurse caring behavior. Increase of knowledge and creating the motivation that support nurses to apply the nurse caring behavior, that had recommendations of this study."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43435
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu upaya yang dilakukan untuk meningkatkan motivasi kerja perawat
pelaksana melalui peningkatan penerapan Fungsi pengarahan oleh kepala ruang.
Penelitian ini di lakukan bertujuan untuk memperoleh gambaran bagaimana
penerapan fungsi pengarahan kepala ruang dan hubungannya dengan motivasi
kerja perawat pelaksana di ruang rawat inap RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi cross
sectional. Sampel penelitian adalah sebanyak 211 perawat pelaksana.
Pengambilan data dengan kuisioner dan analisa menggunakan uji chi square.
Penelitian dilakukan 29 April - 5 Mei 2010. Hasil penelitian menunjukan
sebagian besar perawat pelaksana memiliki motivasi kerja yang baik. Demikian
juga analisis bivariat menunjukan bahwa dari keempat variabel pengarahan
mempunyai hubungan yang bermakna dengan motivasi kerja perawat pelaksana
yaitu kepemimpinan (p value = 0,020 dan OR = 2,00), iklim motivasi (p value =
0,000 dan OR = 3,1), komunikasi (nilai p value = 0,000 dan OR = 3,3) dan
supervisi (p value = 0,000 dan OR = 4,0)."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
TA5923
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>