Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Habiba Amalia
"Perempuan sering kali menjadi korban dari dominasi yang dilakukan oleh laki-laki. Hampir di setiap cerpen menunjukkan ketertindasan perempuan oleh latar belakang masalah dan peran laki-laki yang berbeda-beda, tetapi analisis dilihat dari segi laki-laki. penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik maskulinitas tokoh laki-laki terhadap perempuan melalui delapan cerpen dalam Perempuan di Kamar Sebelah. Hampir semua tokoh laki-laki diwakili sebagai tokoh bawahan. Pada akhirnya, semua tokoh laki-laki dalam penelitian ini memiliki karakteristik maskulin yang mampu mendominasi perempuan dan lingkungan yang ada di sekitarnya menggunakan kekuasaan dan kekuatan fisik.

Women are often being the victims of men`s domination. Almost in eight short stories indicate of women suppressing by men`s problems background and different role, but this research refer from men`s side. This research aims to look masculinity characteristic of men`s characters trough a eight short stories in Perempuan di Kamar Sebelah. Almost all men`s characters are representative as subordinate characters. In this research all men`s characters have a masculine characteristic. They are able to dominating all women and surroundings with the power."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61205
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Muthia Hasna
"Penelitian ini bertujuan menganalisis representasi feminitas perempuan berdasarkan gender sebagai dampak dari globalisasi yang ditampilkan dalam drama televisi Jepang For You in Full Blossom (2007) dan Pretty Proofreader (2016) serta drama televisi Korea Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Perempuan modern terkait feminitas, dihadapkan dengan maskulinitas dalam struktur masyarakat Jepang dan Korea. Dengan unit analisis perilaku, penampilan, dan gaya hidup, penelitian antardisiplin ini menganalisis representasi dari keempat drama televisi sebagai korpus penelitian. Metode analisis isi digunakan sebagai teknik penelitian untuk membuat simpulan yang sahih dan dapat direplikasi dari teks ke konteks penggunaannya, melalui empat tahapan: merumuskan tujuan dan konseptualitas, menyusun kategorisasi unit sampling, mencatat unit sampling, dan terakhir mengkaji hasil pencatatan dengan memberikan interpretasi. Hasil penelitian keempat drama televisi tersebut merepresentasikan perempuan Jepang dan Korea sebelum dan sesudah 2010 sebagai titik pergeseran perilaku dan penampilan perempuan dalam nilai-nilai feminitas yang dihadapkan dengan maskulinitas di Asia Timur. Perempuan Jepang dan Korea memahami tuntutan masyarakat untuk berbaur demi menjaga harmoni yang menjadi nilai penting dalam masyarakat Asia Timur, tanpa mengesampingkan individualitasnya.

This study aims to analyze the representation of women’s femininity according to gender as the impact of globalization shown in the Japanese television dramas For You in Full Blossom (2007) and Pretty Proofreader (2016), and Korean television dramas Full House (2004) dan Fight for My Way (2017). Modern women related to femininity faced masculinity in Japanese and Korean social structures. With behavior, appearance, and lifestyle as analysis units, this interdisciplinary study analyzed the representation in those four television dramas as the corpus of research. The context analysis method is used as a research technique to make a valid and replicable conclusion from text to the usage context through four steps: formulate the purpose and concept of research, arrange a set of sampling unit categorizations, record the sampling unit, and study the data record by giving the interpretation. The study shows that these four television dramas represented Japanese and Korean women before and after 2010 as a shift point of behavior and appearance in femininity values faced masculinity values in East Asia. Japanese and Korean women acknowledged the requirements to mingle in their society to maintain harmony as one of the essential values in East Asian society without neglecting their individualities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Yuliana
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui redefinisi maskulinitas yang dianalisis melalui masculine performativity yang dilihat pada praktik dan pemaknaan pemakaian produk perawatan kulit pada laki-laki. Studi-studi terdahulu menunjukkan laki-laki yang memakai produk perawatan kulit, berguna untuk menjaga penampilan serta menarik perhatian lawan jenis, akan tetapi, belum banyak studi yang melihat fenomena ini sebagai bentuk redefinisi dari maskulinitas, khususnya dalam konteks pemakaian produk perawatan kulit pada laki-laki. Dengan memakai konsep masculine performativity oleh Butler dan body practice dari Shilling sebagai pisau analisis, peneliti berargumen bahwa laki-laki memakai produk perawatan kulit sebagai praktik yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus sebagai cara untuk menunjukkan identitas gender mereka. Temuan penelitian menunjukkan bahwa praktik tubuh pada laki-laki yang memakai produk perawatan kulit bertujuan untuk mencapai bentuk tubuh yang mereka inginkan. Sementara, pemaknaan maskulinitas yang terdapat dalam pemakaian produk perawatan kulit dilakukan secara berulang dan konsisten yang dianggap sebagai maskulinitas modern, yaitu laki-laki yang peduli dengan penampilan wajah. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian fenomenologi, yaitu studi yang menggambarkan pengalaman beberapa individu dari suatu fenomena. Sumber data dari studi ini adalah wawancara mendalam dengan informan yang memiliki kriteria sebagai laki-laki yang memakai produk perawatan kulit dan content creator laki-laki di bidang beauty (skincare enthusiast).

This study aims to determine the redefinition of masculinity which is analyzed through masculine performativity which is seen in the practice and meaning of using skin care products for men. Previous studies have shown that men who use skin care products are useful for maintaining their appearance and attracting the attention of the opposite sex, however, not many studies have looked at this phenomenon as a form of redefinition of masculinity, especially in the context of using skin care products for men. man. Using Butler's concept of masculine performativity and Shilling's body practice as an analytical tool, the researcher argues that men use skin care products as a practice that is carried out repeatedly and continuously as a way to show their gender identity. Research findings show that men's body practices using skin care products aim to achieve the body shape they desire. Meanwhile, the meaning of masculinity contained in the use of skin care products is carried out repeatedly and consistently which is considered as modern masculinity, namely men who care about facial appearance. This study uses a qualitative approach with the type of phenomenological research, namely a study that describes the experiences of several individuals from a phenomenon. The data sources of this study are in-depth interviews with informants who have criteria as men who use skin care products and male content creators in the beauty field (skincare enthusiast).
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winner Se Naufallaksono
"ABSTRAK
Tulisan ini akan meneliti sifat-sifat maskulin yang direpresentasikan melalui tokoh-tokoh laki-laki di dalam novel Tschick ndash; in einfacher Sprache karya Wolfgang Herrndorf. Terdapat tiga tokoh yang akan dianalisa, yaitu Maik, Tschick, dan ayahnya Maik. Ketiga tokoh tersebut akan dianalisa sifat-sifat maskulin mereka yang paling menonjol melalui kajian gender dan seperti apa keterkaitannya dengan gaya hidup masyarakat urban. Lebih jauh lagi, tulisan ini akan meninjau apakah gender tokoh-tokoh tersebut sesuai dengan konstruksi gender yang ada di dalam masyarakat dan bagaimana peran gender masing-masing tokoh mendapat pengaruh dari anggota keluarga dan teman sebaya yang direpresentasikan dalam novel ini. Orang tua dan teman sebaya memiliki peran penting dalam proses pembentukan gender seorang remaja yang sedang dalam masa transisi. Hal ini yang akan menjadi unsur utama pembahasan dalam tulisan ini.

ABSTRACT
This paper will examine the masculine traits that represent through male characters in novel by Wolfgang Herrndorf, Tschick in einfacher Sprache. There are three characters that will be analyzed, they are Maik, Tschick, and Maik 39 s father. Those three characters will be analyzed through their most prominent masculine traits within gender studies and what are their correlations within urban lifestyle. Furthermore, this paper will examine whether the gender of those characters fit in the existing gender constructions within the community and how the gender roles of each character are influenced by the family members and peers that represent in this novel. Parents and peers does have an important role in the gender forming process of a teenager in transition. These will be the main point of the discussion in this paper."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indira Faisa Afgani
"Dewasa ini, platform musik banyak digunakan oleh para penyanyi dan penulis lagu untuk menyampaikan kritik mereka terhadap isu-isu sosial di masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir, dua musisi wanita Dove Cameron dan Taylor Swift menggunakan lagu mereka yang berjudul Breakfast and The Man untuk mengekspresikan kritik dan menantang toxic masculinity. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan strategi yang digunakan kedua lagu dan bagaimana kedua penyanyi mempersepsikan isu toxic masculinity. Untuk melakukan penelitian, makalah ini menggunakan pendekatan Multimodal Discourse Analysis (MDA) untuk menganalisis semiotika sosial dalam lirik dan video musik kedua lagu. Penelitian ini menggunakan lyrics analysis oleh David Machin dan Grammar of Image Analysis oleh Gunther Kress Theo van Leeuwen. Penelitian ini menemukan bahwa kedua lagu ini memang menantang isu toxic masculinity di masyarakat. Namun, kedua musisi menggunakan strategi berbeda untuk menantang isu tersebut. Temuan menunjukkan bahwa Breakfast (2022) karya Cameron menantang toxic masculinity dengan menentangnya. Sementara itu, The Man (2020) karya Swift menantang toxic masculinity dengan cara mendukung ide tersebut. Hal ini menyebabkan perbedaan dalam cara kedua penyanyi tersebut dalam memandang toxic masculinity.

Nowadays, music platforms are widely used by singers and songwriters to convey their criticism of social issues in society. In recent years, the two female musicians Dove Cameron and Taylor Swift used their songs entitled Breakfast and The Man to express their criticism and challenge toxic masculinity. Therefore, this paper aims to analyze the different strategies used in the two songs and how the two singers perceive the issue of toxic masculinity. To conduct the research, this paper uses the Multimodal Discourse Analysis (MDA) approach to analyze the social semiotics in the lyrics and music videos of the two songs. The study used David Machin's Lyric Analysis and Gunther Kress and Theo van Leeuwen's Grammar of Image Analysis. This research has found that the two songs indeed challenge the issue of toxic masculinity in society. However, the two musicians used different strategies to challenge the issue. The findings show that Cameron’s Breakfast (2022) challenges toxic masculinity by defying it. Meanwhile, Swift’s The Man (2020) challenges toxic masculinity by submitting to it. This leads to a disparity in the way the two singers perceive toxic masculinity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hulya Amina Putri
"Artikel ini membahas bagaimana laki-laki menggunakan makeup dan membuat video tutorial makeup di YouTube seperti Jeffree Star dan Patrikstarrr yang menentang konsep maskulinitas tradisional dengan menggunakan makeup. Dalam studi kasus ini, media sosial, yaitu YouTube, tidak hanya berperan sebagai media ekspresi diri, namun juga sebagai media untuk memperoleh persamaan hak. Analisis Alvarez mengenai maskulinitas digunakan sebagai kerangka dalam studi ini. Dengan menggunakan analisis teks, dapat ditampilkan bahwa laki-laki yang menggunakan makeup cenderung dimarginalisasi oleh laki-laki yang berada dalam grup dominan di dalam masyarakat yang menganut sistem patriarki dimana mereka diharapkan untuk menerapkan ciri-ciri yang secara stereotipikal merepresentasikan laki-laki, seperti memiliki tubuh yang berotot dan menekan emosi yang dirasakan. Selanjutnya, artikel ini tidak hanya membahas tujuan laki-laki tersebut untuk menentang hegemoni maskulinitas dan mendapatkan persamaan hak, melainkan mereka juga memperkuat standar kecantikan bagi perempuan dengan menampilkan cara tertentu dalam mengaplikasikan makeup. Oleh karena itu, artikel ini memberikan kontribusi dalam pengetahuan mengenai laki-laki yang mengaplikasikan karakter feminin dan penggunaan media sosial yang memberikan pengaruh lebih lanjut dalam studi mengenai gender, jenis kelamin, dan identitas.

This article investigates how men who wear and do makeup tutorial videos on YouTube like Jeffree Star and Patrickstarrr challenge the traditional concept of masculinity by wearing makeup. In the chosen case studies, social media, in this case YouTube, does not only work as a media of expression, but also as a tool to seek equality. Alvarez rsquo s analysis about masculinities is used as the framework of this study. By using textual analysis, it is shown that men who wear makeup are more likely to be marginalized by the dominant group of men in patriarchal society where men are expected to perform the traits that stereotypically represent masculinity, such as having muscular bodies and oppressing emotions. Furthermore, this article does not only discover the purpose of these men to challenge hegemonic masculinity and seek equality, this also finds that they reinforce beauty standards on women by showing the way they put on makeup. Thus, this study contributes to the knowledge about men who perform feminine traits and the use of social media which give further impacts in the study of gender, sex, and identity."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Destia Nur Arafah
"Sejumlah penelitian telah menemukan bahwa terdapat pergeseran representasi maskulinitas dalam film perang, di mana citra tradisional prajurit “ideal” yang maskulin telah sedikit demi sedikit tergantikan oleh citra tentara yang lebih “feminin.” The Yellow Birds (2017) adalah sebuah film Hollywood kontemporer mengenai perang yang mengangkat isu maskulinitas dalam dunia militer dengan menantang ideologi maskulinitas yang bersifat hegemonik dalam dunia militer. Makalah penelitian ini akan menganalisis konstruksi dan representasi maskulinitas yang diangkat oleh film tersebut dengan meneliti fitur-fitur eksplisit dan implisit, seperti simbol, penggunaan bahasa, dan aksi, yang muncul selama film berlangsung. Analisis dilakukan dengan menerapkan berbagai teori yang berkaitan dengan isu maskulinitas, seperti konsep maskulinitas militer, dan teori yang berhubungan dengan setiap fitur yang dianalisis, seperti simbolisme dan penggunaan bahasa oleh pihak atasan utuk menunjukkan kekuasan terhadap bawahan. Penelitian ini menunjukkan bahwa film The Yellow Birds berusaha menantang ideologi maskulinitas yang bersifat hegemonik dalam dunia militer dengan cara memanusiakan tokoh prajurit, mengkritik institusi militer, dan menampilkan tokoh prajurit sebagai korban dari maskulinitas hegemonik militer.

A number of research has found that there has been a shift in the representation of masculinity in war movies, in which the image of traditional masculine “ideal” soldier has gradually been replaced by the image of a more “feminine” soldier. The Yellow Birds (2017) is a contemporary Hollywood war movie which grapples with the issue of masculinity by challenging the notion of hegemonic military masculinity. This research paper will analyze the movie’s construction and representation of masculinity by examining the explicit and implicit elements, such as symbols, language use, and actions, which appear throughout the movie. To do so, it employs various theories and concepts related to the issue, such as the concept of military masculinity, and those related to each of the features of the movie, such as symbolism and the use of language as a means by the superior to demonstrate power over the subordinates. This research demonstrates that the movie attempts to contest hegemonic military masculinity by means of humanizing the characters, criticizing the military institution, and presenting characters as victims of hegemonic military masculinity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Widdy Endah Permatasari
"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan bagaimana praktik maskulinitas molimo direalisasikan oleh laki-lakiperantauan Jawa di Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling dengan jumlah 3 orang informan penelitian. Adapun temuan lapangan penelitian menggambarkan tentang bagaimana nilai – nilai Jawa di internaisasikan oleh orang tua, keluarga, dan lingkunan kepada anak laki – lakinya dan juga bagaimana informan memandang nilai filsafah Jawa molimo sebagai salah satu nilai yang juga secara sadar maupun tidak sadar di internalisasikan. Hasil penelitian membahas mengenai bagaimana praktik maskulinitas molimo tersebut diwujudkan oleh laki-lakiperantauan Jawa di kota besar Jakarta, apa saja contoh tingkah laku yang masih menjadi cerminan praktik maskulinitas molimo dan bagaimana informan memaknai filosofi molimo itu sendiri. Pada akhir bab terdapat kesimpulan penelitian dan saran guna penelitian selanjutnya yang masih berkaitan dengan tema yang sama.

This study aims to describe how the practice of molimo masculinity is realized by Javanese overseas men in Jakarta. This study uses a qualitative approach with a descriptive design. The sampling technique used was purposive sampling technique with a total of 3 research informants. The findings of the research field describe how Javanese values ​​are internalized by parents, family, and the environment to their sons and also how the informants view the value of Molimo's Javanese philosophy as one of the values ​​that are also consciously or unconsciously internalized. The results of the study discuss how the practice of molimo masculinity is realized by Javanese overseas men in the big city of Jakarta, what are some examples of behavior that still reflect the practice of molimo masculinity and how informants interpret the molimo philosophy itself. It also discusses the relevance of the life that is currently being lived. At the end of the chapter there are research conclusions and suggestions for further research that is still related to the same theme.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tomagola, Hidayah Kusuma Permatasari
"Industri Hip-Hop identik dengan maskulinitas, selain karena kurangnya rapper wanita, lagu-lagunya juga menampilkan maskulinitas kulit hitam. Studi ini mengkaji album Mr. Morale & The Big Steppers (2022) milik Kendrick Lamar untuk melihat bagaimana Lamar mengkritik maskulinitas kulit hitam sekaligus menemukan akar pandangan toksik ini. Penelitian ini menggunakan analisis tekstual dengan menganalisis sembilan lagu untuk mengkaji tema maskulin dan menerapkan konsep interseksionalitas milik Crenshaw (1989) untuk mengetahui bagaimana persilangan ras, gender, dan kelas menghasilkan pandangan maskulinitas pria kulit hitam Amerika yang tidak sehat. Untuk menemukan ide ini, digunakan pandangan McDougal III tentang kejantanan dan maskulinitas kulit hitam. Album ini menantang maskulinitas kulit hitam dengan mempromosikan pentingnya vulnerability, memiliki coping mechanismsyang lebih sehat, dan mencari bantuan psikologis profesional. Album tersebut juga mengkritik gagasan consumer-orientedness yang lazim di komunitas kulit hitam. Namun, ada bagian yang menunjukkan album tersebut masih menegaskan kepercayaan toksik tentang pentingnya memiliki uang, mobil, dan wanita untuk menunjukkan kejantanan seseorang.

The Hip-Hop industry is highly masculinised not only due to the lack of female rappers but also the rap songs that showcase black masculinity. This study examines Kendrick Lamar’s music album Mr. Morale & The Big Steppers (2022) to see how Lamar uses his music to criticise black masculinity as well as to find the root of the toxic view of black masculinity. To achieve this aim, the study uses textual analysis to analyse Lamar’s nine songs to examine the masculine theme in the album. The study also applies Kimberlé Crenshaw’s (1989) concept of intersectionality to see how the intersections of race, gender, and class result in black American men’s toxic views of masculinity. To decode the ideas of black masculinity, the study uses Serie McDougal III’s views of black manhood and masculinity. The album primarily challenges black masculinity by promoting the importance of letting oneself be vulnerable, having a healthier coping mechanism, and seeking professional psychological help. The album also criticises the idea of consumer-orientedness that is prevalent in the black community. However, there are parts which show that the album still affirms the toxic belief of the importance of having money, cars, and women to display one’s masculinity.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Quinta Binar Resista
"Skripsi ini membahas tokoh Bean dalam serial televisi Mr. Bean (1990) sebagai contoh parodi terhadap ide maskulinitas Britishman. Parodi terhadap maskulinitas Britishman akan dianalisis melalui cara tokoh Mr. Bean memperlakukan tubuh tanpa memandang konsep heteronormativitas yang hidup di lingkungan sekitarnya, berdasarkan beberapa adegan yang terdapat dalam episode Mr. Bean, The Return of Mr. Bean, dan The Curse of Mr. Bean. Selain itu, parodi terhadap ide maskulinitas karakter Britishman pada teks penelitian akan ditinjau dengan kebiasaan para mahasiswa Oxford dan Cambridge University (Oxbridge Men) di awal abad 19, yang diketahui sebagai cikal bakal konsep Britishman di Inggris. Melalui penelitian ini, penulis menemukan bahwa Mr. Bean adalah seorang dengan identitas jender yang tidak dapat didefinisikan, namun ia telah menjadi subjek atas tubuhnya sendiri.

The purpose of this final thesis is to analyze the character of Bean in the Mr. Bean tv shows (1990) as a form of parody toward the concept of Britishman masculinity. The analysis is conducted by examining how Mr. Bean treats his own body without a regard to the concept of heteronomativity around him, based on several scenes from the episodes of Mr. Bean, The Return of Mr. Bean, and The Curse of Mr. Bean. Furthermore, the parody toward the concept of Britishman masculinity in this paper will be examined in its connection with the habit of students from Oxford and Cambridge University (Oxbridge Men) in the beginning of 19th century, which has been known as the role model of an ideal Britishman in England. Through this study, the writer found that Mr. Bean is a gender entity who can't be easily defined, and instead mould his own identity as a subject based on his body."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43429
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>