Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Srikania Audrey
"Skripsi ini membahas upaya-upaya dalam mencapai pemahaman hakikat manusia menurut ajaran Konfusianisme Korea secara umum serta melalui contoh-contoh relasi antara manusia dengan alam semesta yang disebutkan dalam ajaran Konfusianisme Korea. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan desain deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukan bahwa studi tentang hakikat manusia dalam Konfusianisme Korea memiliki pencapaian pemahaman yang berbeda dengan aliran filsafat timur lainnya seperti Buddhisme, Taoisme dan Konfusianisme Klasik. Melalui hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Konfusianisme Korea memuat salah satu bentuk pemahaman filsafat diri.

This study focuses on the attempts to understand human nature through general teachings of Korean Confucianism and examples of relations between man and the universe mentioned in the teachings. This study is qualitative with descriptive analytic design. The study result shows that the concept of human nature in Korean Confucianism has a different way of understanding compared to other eastern philosophy such as Buddhism, Taoism, and Classic Confucianism. It can be concluded that Korean Confucianism includes a form of philosophy of self.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59714
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Anindya Prameswari
"YouTube, sebagai media digital, dapat menjadi alat untuk mengonstruksi dan merepresentasikan identitas sosial. Dapat diakses oleh audiens dari seluruh dunia, YouTube juga membuat batasan antara dunia Barat dan Timur semakin semu, memberi jalan bagi orang-orang dari kedua budaya tersebut untuk berbagi pengaruh kepada audiens mereka. Dalam video YouTube mereka, Korean Englishman mengonstruksi dan merepresentasikan budaya Korea, dimana hal ini menunjukkan adanya narasi pasca-kolonial yaitu orang Barat bernarasi tentang orang Timur. Melalui Model Diskursif dari Pendekatan Konstruksionis dalam Teori Representasi oleh Stuart Hall serta perspektif pasca-kolonial dalam Teori Orientalisme, makalah ini menganalisis bahwa meskipun Korean Englishman bertujuan memperkenalkan budaya Korea kepada orang Inggris dan dunia, terdapat jejak-jejak pandangan Orientalisme dalam representasi mereka terhadap budaya Korea yang terlihat dalam 2 video yang akan dianalisis dalam makalah ini. Dalam mengidentifikasi tanda-tanda Orientalisme, analisis tekstual akan digunakan sebagai metode. Makalah ini menemukan bahwa perspektif Orientalisme seperti pembedaan, stereotip, dan eksotisisasi budaya Timur ditemukan dalam representasi budaya Korea oleh orang Inggris yang juga menyebabkan normalisasi perspektif Orientalisme yang dapat dilihat melalui penggunaan bahasa dan nada percakapan. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku pasca-kolonial masih terjadi di zaman digital, meskipun disampaikan melalui sarana yang berbeda dan cara yang lebih halus.

YouTube, as a digital medium, can be used as a tool to construct and represent social identities. Having the ability to reach a worldwide audience, YouTube also makes the barrier between the West and the East more subtle, paving the way for people embodying both cultures to share and create influence towards their audience. In their YouTube videos, Korean Englishman construct and represent Korean culture, which reflects a postcolonial narration of the West narrating the East. Through the Discursive Model of the Constructionist Approach of Representation by Stuart Hall and the postcolonial perspective of Orientalism, the paper attempts to analyze how although Korean Englishman aimed to capture and introduce Korean culture to British people and the world, there are traces of Orientalist views in their representation of Korean culture which are shown in 2 of their videos that are analyzed in this paper. In identifying the signs of Orientalism, the analysis will use textual analysis as a method. The article discovers that orientalist values such as otherness, stereotyping, and exoticization of the East are found in the representation of Korean culture by the British which perpetuates the normalization of orientalist views impacted by the language use and tone of the conversations. This reveals how postcolonial events are still prevalent in the digital era, although displayed in different mediums and delivered in a more indirect manner."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Neysa Prima Ridzkia
"Skripsi ini membahas tentang budaya teh serta upacara minum teh di Korea sebagai bagian dari kebudayaan Korea yang dilatarbelakangi oleh nilai-nilai ajaran Konfusianisme, Buddhisme, dan Taoisme. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai kebudayaan yang melatarbelakangi tradisi upacara minum teh di Korea dan penerapan nilai-nilai Darye dalam upacara minum teh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif berupa pemaparan atau penggambaran dengan kata-kata secara jelas dan terperinci. Hasil dari penelitian ini adalah budaya minum teh di Korea erat kaitannya dengan tiga ajaran atau kepercayaan di Korea yang ada pada masa lalu, yaitu Konfusianisme, Seon Buddhisme, dan Taoisme. Upacara minum teh merupakan warisan budaya Korea, sekaligus merupakan salah satu bagian terpenting dari sejarah. Kegiatan upacara minum teh masih tetap dilaksanakan hingga saat ini di Korea sebagai ritual penghormatan kepada leluhur yang dilaksanakan saat hari raya Seollal dan Chuseok.

This research discusses the tea culture and tea ceremony in Korea as part of Korean culture is based by the values of Confucianism, Buddhism, and Taoism. This research aimed to know to determine the values underlying cultural tradition tea ceremony in Korea and the application of the values Darye in the tea ceremony. The method used is descriptive method qualitative form of exposure or depiction in words clearly and in detail. The results of this study is the tea culture in Korea is closely related to three teachings or belief in Korea that is in the past, Confucianism, Seon Buddhism, and Taoism. Tea ceremony is the cultural heritage of Korea, it is also one of the most important part of history. Activity tea ceremony still performed to this day in Korea as a tribute to ancestral rituals performed during the holidays Seollal and Chuseok.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Nadhifa Ramadhani
"Kemiskinan merupakan sebuah permasalahan sosial yang genting di Korea Selatan. Anak muda di Korea adalah salah satu kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan di negara ini. Akibat dari kemiskinan tersebut, muncul berbagai permasalahan yang dialami masyarakat. Salah satu cara untuk menyampaikan kondisi kemiskinan anak muda di Korea adalah dengan memanfaatkan sastra salah satunya adalah melalui film. Drama Korea adalah bagian dari film yang berbentuk film series dan disiarkan di Televisi. Oleh sebab itu, drama Korea merupakan media representasi. Drama Korea juga sering menampilkan realitas kehidupan di Korea. Dalam penelitian ini, akan menjelaskan bentuk-bentuk representasi kemiskinan anak muda di Korea dalam drama Korea berjudul “Golden Spoon”. Pembahasan dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dan teori semiotika Ferdinand De Saussure. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa kemiskinan pemuda Korea Selatan drama Golden Spoon yaitu mengalami kesulitan di ekonomi keluarga, relasi dengan teman, perundungan sekolah, dan tempat tinggal.

Poverty is critical social trouble in South Korea. One of the Korean people who suffer from poverty in this country is youth. The effect of this poverty is lot of problems which faced by people affected. One of the steps to shows the youth poverty condition in South Korea is using literature, one of which is through film. Korean drama is type of movie in the format of film series and airs on television. Hence, korean drama is representative appliance. Korean drama also generally convey the reality life in South Korea. This research will portray various kinds of representations of youth poverty in South Korea in the Korean drama named “Golden Spoon.” This study applies descriptive qualitative method and Ferdinand De Saussure’s semiotic theory for argument. The results of this study of Korean Youth Poverty in Golden Spoon drama are facing struggles in family economy, relationship with friend, school bullying and housing."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irfan Setiawan
"Tujuan dari studi ini adalah untuk meneliti hubungan antar keterlibatan situasional dan berkelanjutan dengan budaya pop Korea, imej kognitif, imej afektif, imej keseluruhan, dan intensi kunjungan terhadap destinasi Korea turis Indonesia. Terlebih penelitian ini ditujukan untuk meneliti pengaruh dari keterlibatan situasional dan berkelanjutan dengan budaya pop Korea terhadap imej destinasi Korea yang terbagi ke dalam : kognitif, afektif, dan keseluruhan yang akan mempengaruhi intensi kunjungan terhadap destinasi Korea. Penelitian ini menggunakan structurral equation modelling (SEM) yang akan diproses menggunakan program Lisrel 8.80. Penelitian ini menggunakan budaya pop Korea sebagai topik utama karena budaya pop Korea dewasa ini sangat terkenal di Indonesia, bahkan dunia. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa keterlibatan situasional yang menuju ke keterlibatan berkelanjutan dapat mempengaruhi imej kognitif lalu imej afektif destinasi Korea yang membuat individu memiliki intensi untuk mengunjungi destinasi Korea untuk berlibur. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi bagi pihak-pihak yang terlibat dalam industri wisata Korea seperti pemerintahan Korea, pemerintahan Indonesia, dan penyedia jasa wisata di Indonesia dalam merencanakan kegiatan pemasaran wisata Korea di Indonesia.

The purpose of this research is to recognize the relationships between situational involvement, enduring involvement, cognitive images, affective images, overall images, and visit intention in context of Korean pop culture and Korea destinations in Indonesia. Moreover this research is to recognize the impacts of Korean pop culture situational and enduring involvement to cognitive, affective and overall image of Korea as tourism destinations which impacts the visit intention to Korea destinations. Convenience sampling was used for this research and the samples were from Indonesia used for this research. The hypotheses are tested using structural equation modelling (SEM) using Lisrel 8.80. This research use Korean pop culture as its topic because Korean pop culture currently is one of the most popular pop culture in Indonesia and continuing to spread around the world. The results show that involvement with Korean pop culture indeed influence cognitive images then affective images of Korea destinations then influence the visit intention of potential touritst in Indonesia to visit Korea destinations. The findings in this research are useful for further research resolving simillar topic and also will give insights to parties that involved in tourism industry which are Korea government, Indonesia government, and Indonesian travel agents as references in formulating a right marketing tools for Korea tourism."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S61841
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Rakhmawaty
"Skripsi ini membahas fenomena meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae dalam masyarakat Korea. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae, serta nilai-nilai yang berubah karena fenomena tersebut. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan penjelasan deskriptif. Hasil penelitian ini adalah faktor-faktor yang menyebabkan fenomena meningkatnya pernikahan yeonae dan menurunnya pernikahan jungmae di Korea, antara lain konsep cinta, budaya berkencan, pentingnya pendidikan, dan majunya perekonomian Korea. Selanjutnya nilai-nilai yang berubah, yaitu munculnya perceraian, berkurangnya rasa bakti kepada orangtua, dan pernikahan dipandang sebagai pilihan.

The focus of this study is the phenomenon of the increasing yeonae marriage and the increasing jungmae marriage in Korean society. This study aimed to perceive the reasons behind the increasing yeonae marriage and the decreasing jungmae marriage, also to see the change of values in Korean society because of it. This study designed by qualitative descriptive method. The result of this research is the concept of love, dating culture, the importance of study, and the rapid growth of Korea caused the increasing of yeonae marriage and the decreasing jungmae marriage in Korea. Because of that, divorce, the decrease of filial piety, and marriage as a matter of choice happened in Korea.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farhana Rizka Aqila
"Penelitian ini membahas mengenai peran salah satu produk hiburan Korea Selatan berupa tayangan variety show, yakni “Running Man”, dalam menyebarkan budaya Korea melalui tayangannya, serta pengaruh tayangan tersebut terhadap wawasan penontonnya terkait budaya Korea. Guna meningkatkan kegemaran masyarakat mancanegara akan Korea, pemerintah Korea Selatan terus menggadang-gadang hallyu sebagai alat kebijakan diplomasi budaya mereka. “Running Man”, sebagai produk industri hiburan yang juga bagian dari hallyu, turut berperan menjadi kendaraan dalam diplomasi budaya Korea Selatan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan peran tayangan variety show “Running Man” sebagai produk hiburan dalam menyebarkan budaya Korea dan juga kaitannya dengan diplomasi budaya Korea Selatan. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, penulis menggunakan metode kualitatif berupa studi pustaka dan pendekatan kuantitatif berupa penyebaran kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa “Running Man” berperan dalam penyebaran budaya Korea melalui permainan dan misi yang dijalankan, serta memengaruhi wawasan penontonnya terkait budaya Korea.

This study discusses the role of one of South Korea's entertainment products in the form of variety shows, namely “Running Man”, in spreading Korean culture through its shows, as well as the influence of these shows on the audience's insight regarding Korean culture. In order to increase the international community's fondness for Korea, the South Korean government continues to look to hallyu as a tool for their cultural diplomacy policy. “Running Man”, as a product of the entertainment industry that is also part of hallyu, also plays a role as a "vehicle" in South Korean cultural diplomacy. This study aims to explain the role of the variety show “Running Man” as an entertainment product in spreading Korean culture and also its relation to South Korean cultural diplomacy. To answer the research questions, the author uses a qualitative method in the form of a literature study and a quantitative approach in distributing questionnaires. The result shows that “Running Man” plays a role in spreading Korean culture through games and missions, and influences the audience's insight into Korean culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Kwang Kyu
Seoul: Jimoondang, 2003
306.951 9 LEE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gladisya Putri Pusparini
"Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka dengan topik soft power Korea Selatan. Pemilihan ini berangkat dari negara Korea Selatan yang dalam perkembangannya telah mengalami perkembangan signifikan dari ekonomi dan budaya yang semakin mengglobal akibat budaya populernya, Korean Wave. Terdapat total 38 literatur kontemporer yang diterbitkan dari tahun 2010 hingga 2021. Tinjauan pustaka ini dibagi menjadi enam tema utama, yakni: 1) soft power dalam upaya kepemimpinan Korea Selatan; 2) kajian soft power dalam institusi politik Korea Selatan; 3) peranan aktor non-negara dalam soft power Korea Selatan; 4) kebijakan luar negeri Korea Selatan dalam soft power; 5) soft power nilai politik demokrasi dan sentimen nasionalisme Korea Selatan; dan 6) soft power kebudayaan Korea Selatan. Dari keenam tema dan kategorisasi literatur ini, penulis kemudian menganalisis tentang konsensus, perdebatan, dan sintesis yang ada. Penulis menemukan bahwa perkembangan kajian soft power Korea Selatan dalam studi Ilmu Hubungan Internasional termasuk baru berkembang dan memiliki beberapa kesenjangan untuk pembahasannya, ditambah dengan konsep soft power yang juga masih sangat diperdebatkan. Banyak dari bahan bacaan yang sama-sama melihat Korea Selatan sebagai debat tentang motivasi dan intensi Korea Selatan di balik penggunaan soft power. Kajian softpower Korea Selatan masih memiliki ruang untuk dibahas, salah satunya dari perspektif post-positivisme.

This paper is a literature review on the topic of South Korean soft power. The topic of this paper was chosen due to South Korea’s significant economic development and its popular culture or Korean Wave success. With a total of 38 literatures published between 2010 to 2021, this literature review found six main themes, namely: 1) soft power in South Korean leadership efforts; 2) soft power studies in South Korean political institutions; 3) the role of non-state actors in South Korea's soft power; 4) South Korea's foreign policy in soft power; 5) soft power of South Korean democratic political values ​​and sentiments of nationalism; and 6) the soft power of South Korean culture. This literature review then discusses the existing consensus, debate, and synthesis. The author found that the growth of South Korean soft power studies in the study of International Relations is relatively new and has several gaps for discussion, in addition to the idea of soft power which is also extensively discussed. Many of the literatures share the same view of South Korea as a middle power, while arguing over South Korea’s motivations and intents behind the deployment of soft power. There is still area for debate in the study of soft power of South Korea, one of which is from the perspective of post-positivism."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Lee, Sang-Ok
Seoul: Sotong, 2011
KOR 951.9 LEE h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>