Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 67586 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Vestianty Nurlestari Ningrat
"[Perang sangat berdampak buruk bagi keseluruhan hidup setiap orang. Dampak buruk tersebut, seperti kehilangan keluarga tercinta, tidak memiliki kehidupan yang layak, dan khususnya bagi pemuda adalah pupusnya masa depan. Hal-hal inilah yang tergambar dalam novel Der Zug war pünktlich karya Heinrich Böll yang berlatarbelakangkan masa Perang Dunia II saat Jerman mengalami Kriegswende. Skripsi ini akan membahas mengenai dampak perang terhadap masyarakat, konflikkonflik yang terjadi dalam novel dikaitkan dengan teori habitus, lingkungan, dan modal Pierre Bourdieu, dan kritik sosial yang ingin disampaikan oleh Böll terkait dengan masalah perang.

, War has greatly damaging effects to human life. Those effects are such as loss family, no decent life, and especially no future for youth. Those descriptions have been reflected in novel Der Zug war pünktlich by Heinrich Böll which has World War II when German had Kriegswende as the backgorund of the story. This novel attempt to notify the readers about the effects of war as Böll’s ctitics towards war. This thesis discusses the effects of war to the people; conflicts that occured in this novel are related to habitus, field, and capital theories from Pierre Bourdieu; and Böll’s social war critics.]
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61718
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Böll, Heinrich
"Buku ini merupakan kumpulan karya Heinrich Böll tahun 1971-1977 yang terdiri dari roman dan cerita narasi. Salah satu karyanya yang terkenal tahun 1974 adalah Die verlorene Ehre der Katharina Blum."
Köln: Verlag Kiepenheuer & Witsch, [Date of publication not identified]
JER 833.9 BOL h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ticoalu, Olvo
"Heinrich Heine terkenal sebagai seorang penyair zaman Hunges Deutschland, oleh karena sajak-sajaknya yang bersifat politik. Dalam skripsi ini, saya mencoba menganalisis empat puisi politik Heinrich Heine yaitu: Jetsh Wohinp, 1649-1793, Zur Beruhigrng dan Die Schlesiscben Weber. Metode analisis yang saya pakai ialah metode analisis historis dan analisis struktur puisi berdasarkan model analisis puisi politik Fingerhut. Melalui metode analisis historis, saya berusaha melihat proses terjadinya (genetik) dan dimensi politik dari puisi tersebut. Metode intrinsik yang saya pakai ialah analisis terhadap struktur yang membentuk keindahan (estetik), seperti gaya bahasa dan pilihan kata. Dan hasil analisis terhadap sajak-sajak tersebut di atas, didapat kesimpulan bahwa sajak Heinrich Heine mempunyai dimensi politik tetapi juga mempunyai unsur keindahan, seperti halnya yang dituntut dalam sebuah karya sastra. Dalam sajak-sajaknya Heinrich Heine banyak menggunakan perangkat retorika yang disebut ironi. Hal ini Brat kaitannya dengan dimensi politik yang terletak dalam sindirannya terhadap penguasa Jerman dan terhadap sifat bangsa Jerman yang tidak acuh terhadap situasi yang terjadi pada bangsa-bangsa lain."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S14971
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berlin: Aufbau, 1961
GER 830.7 HEI III
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Risa Fahraini
"ABSTRAK
Kesadaran adanya perlakuan diskriminatif pada kaum penyandang disabilitas di dalam kehidupan masyarakat Jerman meningkat sejak tahun 1960an hingga tahun 1980an. Para kaum penyandang disabilitas saat itu dipandang sebelah mata, tidak dipedulikan atau diabaikan dan dianggap sebagai orang-orang yang tidak memerlukan perhatian khusus. Sebagai seorang kritikus berpengaruh di Jerman, Peter H rtling mengangkat isu ini ke dalam salah satu novel anaknya yang berjudul Das war der Hirbel 1973. Penelitian ini akan membahas bentuk-bentuk kritik sosial yang secara implisit maupun eksplisit disampaikan oleh Peter H rtling di dalam novel anak tersebut. Secara keseluruhan kritik yang disampaikan berupa hak yang sama bagi anak-anak kaum penyandang disabilitas untuk hidup yang nyaman, belajar atau bersekolah, dan bersosial di dalam masyarakat.

ABSTRACT
The awareness of discriminatory treatment for disabled person in German 39s society increased from the 1960s to 1980s. In those years, disabled people are underestimated, ignored or disregarded and considered as people that do not require special attention. As a critic influential in Germany, Peter H rtling raised this issue in one of his child novel entitled Das war der Hirbel 1973 . This research will discuss forms of social criticism in implicit and explicit delivered by Peter H rtling in this novel. Overall, the criticism that delivered are the same rights for children with disabilities to have a comfortable life, have an education, go to appropriate school and have socialization in the society."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wida Purusanti
"ABSTRAK
Penelitian mengenai mengapa Novalis tidak memenangkan idealismenya yang tersirat di dalam roman Heinrich von Ofterdingen dan apa sebenarnya yang ingin disampaikan Novalis melalui karyanya ini. Karena biasanya apabila seseorang mempunyai cita-cita, ide,atau keinginan tentu akan memperjuangkan semaksimal mungkin untuk memperoleh atau memenangkannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Heinrich von ofterdingen ini adalah karya khas jaman Romantik, yaitu suatu karya yang mengungkapkan hampir seluruh ciri khas jaman Romantik.
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kepustakaan serta pendekatan secara intrinsik dan ekstrinsik, yaitu dengan mempelajari karya sastra itu sendiri dan riwayat hidup pengarang serta sejarah kesusasteraanyang melatarbelakangi karya ini.
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa Novalis bermaksud menciptakan roman Heinrich von Ofterdingen sebagai suatu karya yang sempurna yang sesuai dengan ciri jaman Romantik yang tidak bisa lepas dari konsepsi romantische Ironie dengan dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya sendiri yang sangat menunjang terciptanya roman ini.

"
1989
S14762
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenz, Siegfried, 1926-2014
Frankfurt: Fischer Bucherei, 1960
JER 830.3 LEN s (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dasim Karsam
"Masalah utama yang akan diteliti adalah tema utama novel Jakob der Lugner, yaitu kebohongan dan fungsinya. Untuk menunjang analisis, penelitian ini menerapkan teori dan pendekatan sosiologi sastra yang memandang penting latar belakang sejarah suatu teks sastra dan fungsi teks di dalam masyarakat.
Penelitian ini memfokuskan diri pada fungsi dan ideologi kebohongan untuk melawan holocaust di dalam getto dan melawan ideologi kebohongan di dalam masyarakat Jerman sesudah perang yang mendasarkan dirinya pada mitos. Untuk mencapai tujuan itu penelitian ini terutama menggunakan ketiga unsur sastra, yaitu penokohan, perspektif dan latar belakang yang saling berkaitan satu sama lain dan merepresentasikan keseluruhan masalah yang akan diteliti. Ketiga unsur itu disebut pula perangkat sastra.
Analisis tokoh difokuskan pada kedua tokoh utama: Pertama, tokoh Jakob yang menceritakan kebohongan untuk menciptakan harapan pada penghuni getto agar mampu bertahan hidup. Kedua, narator yang yang terlibat dalam keseluruhan cerita dan yang menceritakan kisah "Jakob si Pembohong".
Berdasarkan analisis masalah melalui ketiga unsur sastra di atas, penelitian ini menghasilkan kesimpulan:
I. Tokoh Jakob - karena cintanya - melakukan perlawanan terhadap holocaust di dalam getto melalui kebohongan tentang radio yang digunakan untuk tujuan positif, yaitu untuk menciptakan harapan dalam diri penghuni getto agar mereka mampu bertahan hidup. Dengan cara itu ia melakukan re-interpretasi, re-kreasi dan re-definisi atas konsepsi klasik tentang kebohongan dalam kebudayaan Eropa yang berdasarkan pada Alkitab (Perjanjian Lama).
II. Melalui kebohongan narator melakukan perlawanan terhadap ideologi kebohongan dalam masyarakat Jerman pascaperang. Selain itu, ia mengkritik bangsa/negara Jerman "modern" yang dibentuk pascaperang itu yang mendasarkan diri pada mitos.

The main problems that I am going to analyze are the central themes of the novel, which are about the lies and their functions. To strengthen the analysis, the theoretical concept applied is taken from literature-sociology, which concerns with historical background in the literary text and its function in the society.
This research concentrates on the analysis of the functions of lies and their ideology against the holocaust in the ghetto and against lies ideology in the postwar German society based on myths. To attain this purpose, the foci of attention are on three elements respectively: characterization, point of view, and setting, which are interconnected with one another and represent the whole problems to analyze. These elements are also called literary devices.
The analysis of characters would be focusing on two main characters: The first is Jakob, who tells lies to create hope among the ghettos inhabitants in order to survive. The second is narrator, who is engaged in the whole lie-story and tells the story of Jacob the Liar.
Based on the analyses of the three elements of fiction, namely, characters, point of view, and setting, the writer comes to conclusions:
I. The character Jakob struggles - because of his love - against holocaust in the ghetto through his lies about the radio for positive purpose: to create hope among the ghetto inhabitants in order to survive. In addition, he re-interprets, re-creates and re-defines the classical conception of lie in the European culture based on the Bible (The Old Testament).
II. Through lies, the narrator struggles against the lies ideology in the postwar German society. In addition, he criticizes the "modern" German Nations/States, which are constructed based on myths.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15336
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Kurnia
"ABSTRAK
Penulisan skripsi ini berdasarkan penelitian kepustakaan. Metode pendekatan yang cliqunakan adalah metode instrinsik dan ekstrinsik. Sete1ah bab Pendahuluan berturut-turut dipaparkan konstelasi sosial politik yang melatarbelakangi roman diikuti oleh pembahasan atas tokoh-tokoh dalam roman. Selanjutnya dipaparkan pembentukan kepribadian tokoh utama dilanjutkan dengan pembahasan tentang dialektika antara kenyataan dan satire dalam penyajian kepribadian tokoh utama diakhiri dengan kesimpulan.
Roman Der Untertan dalam bentuknya sebagai satire ternyata mengandung makna yang dalam tentang kepribadian manusia. Melalui skripsi ini saya bertujuan memberikan cerminan, sekaligus mengajak pembaca untuk senantiasa mengoreksi kepribadian diri sendiri.

"
1990
S14616
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicitas Trimulyani
"ABSTRAK
Di Indonesia pada umumnya kebutuhan akan terjemahan semakin terasa, terutama di masa pembangunan ini seiring pesatnya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang kita serap dari negara-negara maju. Oleh karena itulah kegiatan penerjemahan banyak dilakukan baik oleh penerjemah yang telah mapan ilmunya maupun penerjemah yang hanya mengan_dalkan pengalaman saja. Namun sayang, justru penerjemah lulusan sekolah pengalaman lebih banyak daripada pe-nerjemah yang telah menguasai teori terjemahan dengan baik. Akibatnya adalah sebagian besar hasil terjemahan merupakan hasil terjemahan interlinear. Melihat kenyataan tersebut, saya akan menunjukkan dan membuktikan melalui penulisan skripsi ini bahwa teori terjemahan amat berguna bagi penerjemah. Dengan menguasai teori terjemahan pe_nerjemah akan mendapatkan gambaran dan pegangan yang lebih pasti mengenai cara menerjemahkan yang baik. Namun, masih ada pendapat yang mengatakan bahwa dalam proses terjemahan tidaklah diperlukan teori karena kegiatan menerjemahkan itu lebih merupakan kegiatan artistik dan secara intuitif. Pekerjaan menerjemahkan melibatkan bahasa sepenuhnya karena melalui bahasa, pengarang, khususnya pengarang karya sastra, menyampaikan pesan/isi karyanya melalui permainan kata. Pada umumnya permainan kata sering terdapat pada karya sastra bahkan merupakan ciri khas pengarang karya sastra berbobot sehingga penerjemah acapkali sulit mencari padanan kata yang tepat dalam memperta-hankan ciri khas tersebut. Untuk itulah menurut saya penerjemah harus memiliki penguasaan bahasa (bahasa sasar_an maupun bahasa sumber) yang baik. Hal ini dikemukakan oleh Simatupang sebagai berikut: a. penguasaan bahasa sasaran yang baik, b. penguasaan bahasa sumber yang baik c. Penguasaan materi teks yang akan diterjemahkan, dan d. pengetahuan teori terjemahan dengan baik. (Simatupang,1979: 31-32). Perlunya penguasaan bahasa sumber dan bahasa sasaran serta penguasaan materi teks yang akan diterjemahkan dengan baik karena teks adalah rangkaian kalimat yang dibentuk berdasarkan sistim bahasa tertentu, sedangkan sistim bahasa tersebut mencerminkan kebudayaan suatu bangsa. Oleh karena itulah, kita tidak dapat begitu saja menerjemahkan suatu karya hanya dengan menukarkan kata. Menerjemahkan haruslah menerjemahkan suatu teks, dengan melihat konteksnya karena suatu teks mengandung latar budaya tersendiri. Honig, pakar teori terje-mahan, juga mengeluarkan pendapat yang menegaskan bahwa menerjemahkan adalah menerjemahkan suatu teks yang mengan_dung latar budaya. Tiap bahasa mempunyai struktur yang berbeda, terutama bahasa yang tidak serumpun. Seorang penerjemah yang telah mempelajari teori terjemahan tidak akan menerjemahkan kalimat lch habe Durst ke bahasa sasaran saya mempunyai kehausan. Namun dalam menerjemahkan bahasa yang serumpun juga sering terjadi masalah, seperti pada saat Pasta Penutupan Olimpiade Musim Dingin pada tahun 1976 di Inns_bruck. Pada papan raksasa tertera kalimat GOOD BYE IN LAKE PLACID (selamat tinggal di LAKE PLACID) yang di_terjemahkan dari kalimat AUF WIEDERSEHEN IN LAKE PLACID (sampai jumpa di LAKE PLACID) (Ibid., hlm. 9). Penerjemah kalimat Good Bye in Lake Placid hanya berorientasi pada frase Auf Wiedersehen dan tidak mengetahui dalam situasi bagaimana semestinya Good Bye digunakan. Hal ini perlu diperhatikan, sebab ada perbedaan antara bahasa Inggris dan bahasa Jerman mengenai perihal Abschied (meminta diri; berpisah). Pada sistem bahasa Inggris Abschied ditandai oleh penggunaan frase yang berbeda misalnya antara lain : See you, Good bye, Till Thursday dan We'll meet you again in. Ucapan-ucapan perpisahan ini sesuai dengan situasinya, yaitu apabila akan bertemu kembali pada suatu tempat dan waktu tertentu (See you) ataukah tidak jelas akan bertemu kembali (Good bye). Jadi, padanan yang tepat untuk kalimat Auf Wiedersehen in Lake Placid adalah We'll meet again in Lake Placid. Kalau Good bye tidak jelas apakah berjumpa kembali atau tidak. Dengan latar belakang inilah, saya akan menerapkan teori kritik terjemahan menurut Reid dalam menganalisis teks sumber dan teks sasarannya.

"
1989
S14635
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>