Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19398 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Anita Marindra Putri
"[Salah satu cara untuk mendapatkan keturunan dengan memanfaatkan Teknologi Reproduksi Buatan ialah menggunakan teknik surrogate mother, yakni benih (embrio) pasangan suami istri ditanamkan pada rahim wanita lain. Secara khusus Surrogate mother belum diatur dalam hukum positif Indonesia. Sedangkan sebagian negara telah melegalkan surrogate mother seperti di India yang diatur dalam pedoman nasional. Dengan ketidakpastian pengaturan hukum tentang surrogate mother memunculkan permasalahan terutama terhadap kedudukan anak yang dilahirkan. Skripsi ini menjelaskan tentang kedudukan anak yang dilahirkan melalui rahim ibu pengganti berdasarkan ketentuan-ketentuan yang berlaku, baik di Indonesia maupun di India.

One of the ways to acquire an offspring is by using Assisted Reproductive Technology called surrogate mother. Surrogate mother is a technique to implanted an embryo of married couple into another woman uterus. Surrogate mother in Indonesia has not been regulated in Indonesian positive law while some countries have legalized surrogate mother like India which regulates it in national guidelines. The uncertainty the legal regulation of surrogate mother bring up problems, especially on the status of the birth children. This mini thesis trying to explain the legal status of birth children from surrogate mother in Indonesia and India. , “Pamali” is a tradition that is still used today. The interpretation always changed all the time. Through language that implicitly allows that interpretation be grown, along with the times and society. Meanings are currently considered to have the final may, in fact not completely final. Because through the Theory of Lie owned Umberto Eco, disclosed that the sign is not final if assessed through cultural and semantic field units contained in semiotics.
]
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S59471
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Bhinneka Tunggal Ika yang secara harfiah diartikan sebagai bercerai berai tetapi satu merupakan ilustrasi dari jati diri bangsa Indonesia yang secara natural dan sosial - kultural dibangun di atas keanekaragaman (etnis, bahasa,budaya dll)...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Adhitia Purnama Graha
"Latar belakang: Candida sp. merupakan flora normal di rongga mulut. Deteksi Candida sp. dari spesimen BAL dianggap sebagai kontaminasi atau kolonisasi yang tidak perlu diobati. Tetapi keberadaan Candida sp pada pasien yang berisiko dengan sistem kekebalannya yang rendah seperti pasien yang dirawat di ICU bisa meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Petugas kesehatan yang lalai dalam menjalankan program PPI dapat menjadi sumber penularan infeksi jamur Candida sp. secara sistemik, seperti kurangnya kebersihan tangan (hand hygiene) yang berkontak dengan alat-alat invasif yang digunakan pasien, lingkungan yang tercemar, walaupun bisa juga melalui penularan autoinfeksi oleh pasien sendiri.
Tujuan: Untuk mengetahui kemaknaan klinis Candida sp. yang diisolasi dari BAL pasien dengan faktor risiko untuk sebagai prediktor keluaran infeksi pasien rawat di ICU.
Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang dengan pengambilan sampel secara konsekutif di ICU-IGD dan ICU Dewasa Kanigara Lt.8 RSCM pada juli – desember 2023. Sampel diambil dari bilasan bronkoalveolar pasien dengan diagnosis pneumonia dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik Gram, KOH dan dikultur pada sabouraud dekstrosa agar. Jamur yang tumbuh diidentifikasi dan dilakukan uji kepekaan menggunakan mesin Vitekâ2. Sumber infeksi dicari dengan cara melakukan swab handrail tempat tidur dan meja status pasien. Audit kebersihan tangan dilakukan padapetugas kesehatan yang merawat pasien dengan positif kultur jamurnya, menggunakan panduan WHO
Hasil: Candida albicans 26,3% diisolasi dari sampel BAL pasien ICU. Keberadan Candida sp. kemungkinan dapat mempengaruhi pola kepekaan antibiotik bakteri potensi MDR 31,6%. Penggunaan Candida score >2,5 dapat digunakan sebagai dimulainya pemberian antijamur. Pada Ko-infeksi jamur dengan Influenza A dan rhinovirus terdapat 22,2% pasien meninggal. Berdasarkan pelacakan sumber infeksi, tidak ditemukan sumber kontaminasi di permukaan lingkungan sekitar pasien, audit tingkat kepatuhan kebersihan tangan petugas kesehatan rata-rata 83,1% hal ini belum memenuhi target yang ditetapkan Permenkes.
Kesimpulan: Identifikasi Candida sp. perlu dilakukan secara dini untuk mencegah terjadinya penyebaran di rumah sakit yang dapat tumbuh secara bersamaan dengan bakteri MDR. Selain itu Ko-infeksi Candida dengan influenza dan Rhinovirus mungkin dapat mempengaruhi keluaran klinis yang mengakibatkan kondisi klinis pasien menjadi lebih berat.

Background: Candida sp. are normal flora in the oral cavity. Detection of Candida sp. from BAL specimens is considered to be contamination or colonization that does not need to be treated. However, the presence of Candida sp in at-risk patients with low immune systems, such as patients treated in the ICU, can increase morbidity and mortality. Health workers who are negligent in implementing infection prevention and control programs can become a source of transmission of Candida sp fungal infections. systemically, such as lack of hand hygiene in contact with invasive tools used by patients, a polluted environment, although it can also be through transmission of autoinfection by the patient himself.
Objective: This study aims to determine the clinical significance of Candida sp. Isolated from BAL patients with risk factors for ICU as predictors of outpatient infection output.
Method: The study used a cross-sectional design with consecutive sampling in the ICU-IGD and Adult ICU Kanigara Floor 8 RSCM in July – December 2023. Samples were taken from the bronchoalveolar lavage of patients with a diagnosis of pneumonia and were subjected to Gram, KOH microscopic examination and cultured on sabouraud dextrose agar. The fungus that grows is identified and a sensitivity test is carried out using a Vitekâ2machine. The source of infection is sought by swabbing the bed handrail and patient status table. Hand hygiene audits were carried out on health workers caring for patients with positive fungal cultures, using WHO guidelines
Result: Candida albicans 26.3% was isolated from BAL samples of ICU patients. The presence of Candida sp. possibly influencing the antibiotic sensitivity patterns of potential MDR bacteria 31,6%. The use of a Candida score >2.5 can be used to start antifungal theraphy. In fungal co-infection with influenza A and rhinovirus, 22.2% of patients died. Based on tracking the source of infection, no source of contamination was found on surfaces in the environment around the patient, the audit level of hand hygiene compliance for health workers was an average of 83.1%, this does not meet the target set by the Minister of Health.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Afira
"Latar Belakang: Luka bakar merupakan suatu cedera berat yang memerlukan tata laksana khusus multidisiplin. Untuk mengukur kinerja dari pelayanan luka bakar dibutuhkan luaran yang terstandardisasi untuk memungkinkan perbandingan dan penentuan efek dari tata laksana tersebut. Penulis ingin mengevaluasi efek dari eksisi dini sebagai tata laksana awal pada kondisi sumber daya yang terbatas menggunakan LA50 sebagai luaran.
Metode: Sebuah studi kohort retrospektif terhadap pasien luka bakar akut dilakukan dari bulan Januari 2013 hingga Desember 2018 untuk menentukan luaran dari pelayanan luka bakar yang mencakup mortalitas dan LA50 serta untuk membandingkan luaran dari eksisi dini (EEWG) sebagai tata laksana awal dibandingkan dengan eksisi dini dan tandur kulit (EESG) atau eksisi tertunda dan tandur kulit (DESG).
Hasil: Terdapat 256 pasien yang memenuhi kriteria penelitian, mayoritas berada dalam kelompok usia 15-44 tahun dengan lebih dari setengah pasien memiliki luas luka bakar 20-50% TBSA dan median TBSA 26%. Angka mortalitas keseluruhan adalah 17.9% dengan peningkatan seiring usia dan TBSA. Peningkatan mortalitas yang signifikan didapatkan pada kelompok TBSA 40.5-50.0%, yang terus meningkat dan mencapai puncaknya pada TBSA 70% ke atas. Akibat keterbatasan sampel dan jumlah kematian, hanya kelompok usia 15-44 tahun dan 45-64 tahun yang dapat memberikan LA50, masing-masing sebesar 43% dan 45%. Angka LA50 keseluruhan adalah 49% terlepas dari adanya penurunan angka mortalitas. Data awal menunjukkan bahwa persentase tertinggi kematian didapatkan pada kelompok tanpa perlakuan, dengan tidak adanya pasien yang meninggal pada kelompok EESG dan DESG. Rasio odds pada kelompok EEWG adalah 2.11 (p-value 0.201, CI95% = 0.65-6.80) dibanding kelompok DEWG.
Simpulan: Penggunaan luaran yang terstandardisasi berupa LA50 memberikan masukan yang lebih objektif dibanding angka mortalitas dan memungkinkan perbandingan internal dan eksternal di masa mendatang. Pembedahan pada pasien dengan TBSA 40- 50% perlu diprioritaskan untuk meningkatkan kesintasan. Pengembangan dari sumber daya untuk menutup defek perlu ditingkatkan untuk memungkinkan eksisi dini secara total. Sedikitnya jumlah pasien tindakan eksisi dini dan tandur kulit menunjukkan perlunya skrining dan triase yang lebih cermat untuk pasien yang membutuhkan tindakan tersebut. Diperlukan studi lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk menentukan efek dari eksisi dini tanpa tandur kulit sebagai tata laksana awal pada pusat pelayanan dengan sumber daya terbatas.

Background: Burn is a highly debilitating injury requiring a specialized and multidisciplinary care. Measuring the outcome of burn care demands a standardized outcome to enable comparison and determine impact of treatment. In a limited resource setting, the author sought to evaluate the effect of early excision as a preliminary treatment using LA50 as an outcome measurement.
Methods: A retrospective cohort study of acute burn patients was conducted from January 2013 to December 2018 to establish outcomes of burn care including mortality and LA50 and to compare the outcomes between treatment groups undergoing early excision without skin graft (EEWG), early excision and skin graft (EESG), and delayed excision and skin graft (DESG).
Results: Out of 390 patients available for screening, 256 were eligible for further study. Most patients were within age group 15-44 years and almost half were within 20-50% TBSA with median TBSA percentage of 26%. The overall mortality was 17.9% with an increase linear with age and TBSA. A significant mortality increase was observed from 40.5-50.0% TBSA group, which reached a plateau from TBSA 70% and up. Due to limited sample size and patient deaths, only age groups 15-44 years and 45-64 years could provide individual LA50 at 43% and 45%, respectively. The overall LA50 was identified at 49% despite lower mortality compared to a previously published number. Preliminary data showed that the highest percentage of deaths was seen in no treatment group, with no deaths seen in treatment groups EESG and DESG. The odds ratio for mortality in EEWG group was 2.11 (p-value 0.201, CI95% = 0.65-6.80) compared to DEWG group.
Conclusion: The use of a standardized outcome in the form of LA50 provides a more objective insight compared to crude mortality and enables future internal and external comparison. Surgery for patient with 40-50% TBSA should be prioritized to increase survival, and development of resources for defect closure should be encouraged to enable total early excision. The small number of patients undergoing early excision and skin grafting calls for a more attentive screening to triage and select candidates who may benefit from this procedure. Further study with bigger sample size is required to examine the effect of early excision without skin grafting as a preliminary procedure in a limited resource setting.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Zuhaira Dzaatul Himmah
"Skripsi ini membahas pemaknaan bulan dalam otome game Hana Awase Mizuchi Hen yang skenarionya ditulis oleh Project Gekka. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konstruksi makna bulan dalam game tersebut. Metode analisis dalam skripsi ini menggunakan metode semiotik denotasi-konotasi Rolland Barthes. Pembahasan makna bulan dalam skripsi ini dikaitkan dengan konsep kepercayaan dan kebudayaan Jepang yang berkaitan dengan bulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bulan dalam Otome game Hana Awase Mizuchi Hen memiliki makna konotasi . Makna konotasi bulan yang didapatkan dalam penelitian ini ada 4 yaitu: 1) bulan sebagai kami (神, dewa); 2) bulan sebagai simbol kekuatan; 3) bulan sebagai simbol kesempurnaan proses; dan 4) bulan sebagai simbol kegilaan.

This study focused on meaning construction of moon being epicted in otome game Hana Awase Mizuchi Hen, a game written by Project Gekka. The purpose of this study is to analyze the moon?s meaning in this game. The method that being used in this study is Roland Barthes? denotation-conotation method. The meaning of the moon in this study are linked to Japanese religious beliefs and culture. The result of this study shows that the moon in Otome game Hana Awase have 4 connotation meaning, which is: 1) moon as kami (神, deity); 2) moon as symbol of power; 3) moon as symbol of a complete process; and 4) moon as symbol of insanity."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S65978
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inggrid Priscillia
"PT. Mitra Safir Sejahtera dalam memasarkan rumah susun kemanggisan residence menggunakan pre project selling system. Pemasaran rumah susun dilakukan saat lokasi pembangunan masih berupa tanah kosong dengan menandatangani perjanjian pengikatan jual beli. Dalam penelitian ini, permasalahan muncul akibat dari pelaksanaan sistem tersebut dimana pengembang tidak menyelesaikan pembangunan rumah susun sebagaimana diperjanjikan dalam perjanjian pengikatan jual beli.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlindungan hukum bagi konsumen yang membeli rumah susun dari pengembang yang menggunakan sistem ini. Oleh karena itu, bentuk penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif dengan tipe penelitian preskriptif, dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang dianalisis secara kualitatif sehingga menghasilkan laporan yang bersifat preskriptif analitis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembang tidak memenuhi persyaratan administratif yang diwajibkan dalam pemasaran rumah susun, dan perjanjian pengikatan jual beli yang bertujuan untuk melindungi konsumen ternyata tidak dapat memberikan perlindungan hukum yang cukup bagi konsumen.

PT. Mitra Sejahtera Safir has been marketed kemanggisan residence with pre project selling system. Marketing flats performed when the construction site is still a vacant with signing the Preliminary Sale of Property Agreement. In this research, problems arise as result of the system in which developers do not finish construction.
This study aims to determine the legal protection for consumers who buy flats from developers who use this system. Therefore, the shape of the research is normative juridical prescriptive research type, and the type of data used are secondary data were analyzed qualitatively to produce analytical reports prescriptive.
The results showed that the developer does not fulfill the administrative requirements in marketing flats, and Preliminary Sale of Property Agreement that aims to protect the consumer was not able to provide adequate legal protection for consumers.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T42855
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhita Ashita Haruni
"The protection against cultural heriage was relatively narrow at first, which only includes the protection of tangible cultural heritage. But along the course of time, arising from a conciousness that believes that folklore is a part of the cultural heritage, then folklore should also be eligible to obtain protection. This is because folklore is one of the key in providing a nation its own specific identity. Therefore, the folklore of a nation must be protected and preserved by the nation itself. However, in realization, protection and preservation can also be provided by international organizations through the establishment of various international legal instruments. Indonesia has set the protection of folklore in the copyright regime. But in reality, the protection is far from its objetive. The chacaracteristics that are rooted in folklore and copyright are conflicting. As a result, there`s a necessity for a more effective protection of folklor. The protection efforts that are provided trough various international legal instruments seek to reduce illicit claims of folklore done by a foreign partty.

Perlindungan terhadap warisan budaya pada awalnya bersifat relatif sempit yaitu perlindungan hanya terhadap benda cagar budaya. Namun seiring dengan jalannya waktu, timbul suatu kesadaran yang berpendapat bahwa folklor yang merupakan bagian dari warisan budaya juga layak untuk mendapatkan suatu perlindungan. Hal ini dikarenakan folklor merupakan salah satu kunci dalam memberikan suatu bangsa identitas yang khusus. Oleh karena itu, folklor suatu bangsa harus dilindungi dan dilestarikan oleh bangsa itu sendiri. Namun dalam perwujudannya, perlindungan dan pelestarian juga dapat diberikan oleh organisasi internasional melalui pembentukan berbagai instrumen hukum internasional. Saat ini Indonesia telah mengatur perlindungan folklor di bahwa rezim Hak Cipta. Namun pada kenyataannya, perlindungan tersebut jauh dari tujuannya. Karakteristik yang berakar dalam folklor dan Hak Cipta saling bertolak belakang, sehingga diperlukan suatu perlindungan yang lebih efektif terhadap folklor. Upaya-upaya perlindungan yang diberikan melalui berbagai instrumen hukum internasional bertujuan untuk mengurangi tindakan pengklaiman folklor yang tidak sah oleh pihak asing."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S26279
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nursilah
"Pengelolaan taxi tradisional di Indonesia menjadi perdcbatan di kalangan seniman tentang arah perkembangan dan batas tanggung jawabnya Perdebatan berkisar pada pertentangan antara keinginan imtuk tetap menjaga keaslian seni tradisi dan usaha untuk mengembangl-can sejauh mungkin agar lebih aktual dan selalu mengikuti perkembangan jaman. Tanpa mengesampingkan pertentangan tersebut, usaha uniuk tetap melestarikan tradisi maupun mengembangknn tetap bisa dilakukan jika dilandasi alasan-alasan yang bisa dipenanggungjawabkan.
Kajian terhadap seni tari terdiri dari dua aspek, yaitu sebagai produk dan proses. Sebagai produk, tari diamati sebagai scbuah karya seni yang mempunyai nilai estetis dan sejauh mana lcualitas estetis suaru knrya. Sebagai proscs, seni tari dapat diamati scbagai proses perilaku manusia dalam rangka merefleksikan kehendak baik secara individu maupun kolektif sebagai ekspresi budaya Pada umumnya kajian seni tari yang ada hanya mengambil salah satu yaitu sebagai proses atau produk saja kajian yang menggabungkan keduanya jarang dilakukan, padahal sangat diperlukan agar upaya pengelolaan tari tradisional dapat terwujud secara komprehensif dan menyeluruh.
Reyog Ponorogo dipilih untuk menjelaskan kajian seni tari sebagai produk dan proses budaya Sebagai produk budaya, pengamatan diarahkan pada isi karya seni dan elemen-elemen estetis yang terkandung di dalamnya Berdasarkan uraian ini terungkap bahwa reyog Ponorogo merupakan bentuk seni pertunjukan rakyat yang lebih mementingkan aspek fungsi dan maknanya di masyarakat. Scbagai proses budaya pengamalan diarahkan pada bagaimana kehidupan seni tari tersebut berlangsung di tengah-tengah masyaraj-cat. Berdasarkan uraian ini dapat dikatakan bahwa reyog Ponorogo mempunyai peran penting dalam rangka menyertai berbagai aktivitas rnasyarakat sesuai dengan tuntutan kehidupan
Kajian terhadap seni perumjukan nzyog Ponorogo sebagai produk dan proses budaya ini pada akhimya dapat digunakan untuk mengetahui idcntitas budaya masyarakat pendukungnya. Identitas budaya dapat diketahui berdasarkan keunikan, kcpribadian, dan peran yang dapat dilakukan dalam lingkungannya. Keunikan dalam reyog Ponorogo dapat dilihat dari ciri khas seni pertwijukan baik teknik penyajian tari, elemen pendukung, maupun nilai estetis seni. Kepribadian dapat dilihat dari nilai-nilai budaya yang dianggap berharga yang tcrungkap dalam seni pertunjukan, ditinjau dari aspek karya scni dan seniman pelaku. Tinjauan terhadap karya seni terungkap bahwa reyog Ponorogo bemilai bagi masymakat karena mempunyai berbagai fungsi dalam menyenai aktivitas budaya. Berbagai fungsi ini dapat diiihat berdasarkan kajian folklor lerhadap reyog Ponorogo di masyaral-Lat. Tinjauan terhadap senjman pelaku reyog Ponorogo terungkap bahwa warok sebagai pelaku seni pertunjukan mempunyai peran penting di masyarakat_ Warok menjadi tcladan dan panutan dalam sikap dan perilaku hidupnya Sifat teladan walok menjadi orientasi nilai dan pandangan hidup masyarakat. Reyog Ponorogo sebagai eksprcsi seni pertunjukan rakyat merefleksikan kehidupan rakyat sesuai dengam nilai-nilai dan pola budaya di mana kesenian tersebut tumbuh dan berkembang. Uraian ini akhirnya dapat menjelaskan bahwa melalui seni pertunjukan reyog Ponorogo dapat digunakan imtuk mengetahui nilai-nilai dan pandangan hidup sebagai pembentuk identitas budayanya."
2001
T4920
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Elissa
"Pembangunan infrastruktur jalan tol pada dasarnya merupakan kewajiban pemerintah, namun dalam hal ini pihak swasta dapat membangun proyek infrastruktur tersebut dengan skema kerjasama pemerintah dan swasta. Kerjasama pemerintah dan swasta muncul karena biaya untuk membangun infrastruktur jalan tol tidak sedikit. Disisi lain, kInvestasi asing dalam pembangunan jalan tol sangat dibutuhkan karena saat ini investasi dalam negeri masih kurang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah mengenai pengaturan kerjasama pemerintah dan swasta secara umum di Indonesia, pengaturan kerjasama pemerintah dan swasta dalam bidang jalan tol di Indonesia, serta prosedur investasi yang dilakukan oleh pihak asing dalam kerjasama pemerintah dan swasta pada bidang jalan tol. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengenai pengaturan kerjasama pemerintah dan swasta secara umum menjelaskan mengenai pengaturan kerjasama pemerintah dan swasta dalam bidang jalan tol, serta menjelaskan mengenai prosedur investasi yang dilakukan oleh pihak asing dalam kerjasama pemerintah dan swasta pada bidang jalan tol di Indonesia. Penelitian ini disusun dengan metode penulisan hukum normatif. dengan metode analisis data kualitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa investasi asing dalam konsesi pengusahaan jalan tol dapat dilakukan dengan syarat tertentu.

Basically, the development of toll road infrastructure is the government obligation, but in some case the private sector can build the infrastructure in the public private partnership framework. Public-private partnerships arise because the substantial cost in infrastructure development. Foreign investment toll road is needed because the current domestic investment is still lacking. This paper discusses about the regulation about public private partnership in Indonesia, regulation about public private partnership in toll road sector in Indonesia, and the procedure of foreign investment in toll road sector in Indonesia. The aim of this paper is to explain the regulation about public private partnership in Indonesia, regulation about public private partnership in toll road sector in Indonesia, and the procedure of foreign investment in toll road sector in Indonesia. This research use the normative legal writing method and the qualitative analysis method. The research concludes that foreign investment in toll road concession can be performed under certain conditions."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S58606
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>