Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 208431 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wanda Lasepa
"Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin dalam tubuh di bawah normal sehingga berkurangnya kadar kualitas dan kuantitas sel darah merah. Perempuan merupakan golongan yang rentan terkena anemia karena mengalami menstruasi setiap bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi, sosial ekonomi, pengetahuan dan faktor lainnya dengan kejadian anemia pada mahasiswi RIK UI angkatan 2014. Variabel independen yang diteliti adalah sosial ekonomi (status tempat tinggal, pendidikan Ibu, pekerjaan orang tua, uang saku), menstruasi, pengetahuan anemia, prilaku konsumsi protein hewani, buah dan sayuran, prilaku konsumsi kopi dan teh serta asupan zat gizi (zat besi, vitamin C dan serat) dan status gizi. Desain studi penelitian yaitu cross sectional dengan analisis chi square. Penelitian ini dilakukan pada 136 responden dan pada bulan April 2014. Hasil penelitian menunjukkan 41.18% penderita anemia (anemia ringan (19.12%) dan anemia sedang (22.06%)). Variabel yang memiliki perbedaan proporsi yang bermakna dengan kejadian anemia adalah tempat tinggal, uang saku, pengetahuan tentang anemia, konsumsi protein hewani, konsumsi buah dan asupan zat gizi.

Anemia is a condition as a low level of hemoglobin in the blood, so that the quality and quantity of red blood cells is reduced. Women are included to a group who are susceptible to suffer anemia because of monthly menstruation. The objective of this study is to identify association between intake of nutritents, social economy and other factors among female college students of Health Sciences Program Batch 2014. The independent variables studied were social economy (residence status, mother?s education, parents? occupation, allowance), menstruation, knowledge of anemia, consumption of animal protein, fruits and vegetables, consumption of tea and coffee, the intake of nutrients (iron, vitamin C and fiber) and nutritional status. This study used cross sectional design with a chi square analysis. This study conducted on 136 respondents, on April 2015. This study showed that 41.18% respondents suffered anemia (mild anemia (19.12%) and moderate anemia (22.06%)). Variables that had significant differences in Anemia, Intake of Nutrients, Social Economy, Female College Students.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60453
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lanny Yusnita
"Prevalensi status gizi kurus dan gemuk pada remaja umur 13-15 tahun di Indonesia berdasarkan Indeks Masa Tubuh menurut umur adalah 11,1 dan 10,8 . Sedangkan prevalensi anemia pada perempuan usia 15 tahun sebesar 22,7 Riskesdas, 2013 . Hasil screening kesehatan pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi oleh Dinas Kesehatan Kota Cimahi Jawa Barat pada bulan Februari 2017 diketahui 68 pelajar puteri anemia. Hasil Survei Diet Total tahun 2014, rata-rata kecukupan energi dan protein pada kelompok umur 13-18 tahun di Jawa Barat masih < 100 AKG yaitu hanya sebesar 74,1 da 83,5 AKG. Sedangkan aktivitas fisik, 26,1 melakukan kurang melakukan aktivitas. Status gizi kurus dan gemuk, anemia serta kebiasaan melakukan aktivitas fisik pada remaja masih menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapatkan perhatian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan makan dan aktivitas fisik dengan status gizi dan anemia pada pelajar puteri di SMP 9 Kota Cimahi tahun 2017. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 219 pelajar puteri kelas 7. Hasil penelitian ini adalah asupan energi dan protein yang rendah dan sangat aktif melakukan aktivitas fisik menyebabkan terjadinya anemia. P=0,047 CI: 0,995-1,571.

The prevalence of the underweight and overweight among adolescent girls 13 15 years old is 11,1 dan 10,8 Basic Health Research, 2013 . . The health screening test that conducted by DHO Cimahi in February 2017 shown that the prevalent of anemia among adolescent girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City was 68 . Survey of Total Dietary which conducted in 2014, reported intake of energy and protein among adolescent girls 13 18 years old in West Jawa relatively less than the recommended dietary intake energy only reached 74,1 RDA and protein reached 83,5 RDA . Furthermore, the habitual of physical activity among adolescent was 26,1 less active. Nutritional status both underweight and overweight as well as anemia and less to do the physical activity are identified as health problem that need attention. The objective of this study is to determine the association between dietary intake and physical activity with the nutritional status and anemia among adolescent girls grade 7 in SM 9 Cimahi City in 2017. Design of the study is cross sectional with total sample 219 adolescents girls at grade 7 in SMP 9 Cimahi City. Result of the study are the energy and protein intake less than the RDA meanwhile the respondent is very active in do the physical activity and this is a risk for respondent to became anemia. A adolescent with less intake of protein and very active in did excersice will pontentially 1,250 higher to become anemia P 0,047 CI 0,995 1,571.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Kamayanti Latifa
"Remaja puteri adalah salah satu kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi. Pada tahun 2012, diketahui prevalensi anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang sebesar 46,62%. Status gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatannya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja puteri berhubungan dengan status gizi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja puteri di lima SLTA Kabupaten Karawang. Studi ini menggunakan data sekunder dari Survey Anemia pada Remaja Puteri oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang dilakukan pada Tahun 2013. Desain studi yang digunakan adalah studi cross sectional analytic. Jumlah sampel pada studi ini adalah 881 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan status gizi dengan anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang tahun 2013 memiliki nilai prevalence ratio sebesar 1,31 (95% CI : 1,18 - 1,46), artinya remaja puteri yang memiliki status gizi kurus memiliki risiko 1,31 kali lebih besar menderita anemia dibandingkan yang memiliki status gizi normal atau status gizi kurus meningkatkan risiko sebanyak 31% untuk menderita anemia pada remaja puteri dibandingkan status gizi normal.

Adolescent girls are one of the groups that are susceptible to iron deficiency anemia. In Karawang district, in 2012 known prevalence of anemia among adolescent girls was 46.62%. Nutritional status affects the person's health status. Several previous studies indicate that the incidence of anemia in adolescent girls associated with nutritional status. This study aims to determine relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in five senior high schools of Karawang district in 2013. The study used secondary data from the Survey Anemia in Adolescent Girls by Karawang District Health Office conducted in year 2013. Study design used was a cross sectional analytic study. The number of samples in this study was 881 people. The analysis showed that the relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in Karawang district in 2013 had a prevalence ratio of 1,31 (95% CI: 1,18 - 1,46), meaning adolescent girls who have underweight nutritional status were 1,31 times more likely to have anemia than with a normal nutritional status. In other words, nutritional status of underweight increased the risk by 31% for adolescent girls suffer from anemia than normal nutritional status."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tenri Yamin
"Anemia merupakan salah satu masalah gizi yang perlu mendapat perhatian khusus. Remaja putri termasuk golongan yang rawan menderita anemia karena mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan pengetahuan, asupan zat gizi (energy, protein dan zat besi) dan faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri di SMA Kab. Kepulauan Selayar.
Rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel 173 orang dipilih secara sistematik random sampling dari seluruh siswi kelas X dan XI di masing-masing SMA. Data asupan zat gizi diperoleh dengan kuesioner food recall, pola menstruasi melalui kuesioner terstruktur, dan kadar hemoglobin dengan Hb Sahli. Data dianalisis secara Univariat dan Bivariat dengan Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan pengetahuan (p=0,000), asupan energi (p=0,023), asupan protein (p=0,003), dan zat besi (p=0,049), pekerjaan ayah (p=022), pekerjaan ibu (p=0,001), tingkat pendidikan ayah (p=0,025), tingkat pendidikan ibu (p=0,032) dengan kejadian anemia. Tidak terdapat hubungan menstruasi (p=0,930), siklus menstruasi (p=513), lama menstruasi (p=0,076), volume menstruasi (p=1,000) dengan kejadian anemia.

Anemia is one of the nutritional problems, which needs to be highly concerned. Adolescent girls are included to a group which is susceptible to anaemia because of their monthly menstruation and growth periods. Purpose of the study to determine the relationship of knowledge, nutrient intake (energy, protein and iron) and other factors associated with the incidence of anemia in adolescent girls in the school district. Selayar Islands.
The design of this study was cross sectional. The amount of the sample was 173 people selected by systematic random sampling of the entire X and XI grade student at each high school. Nutrient intake data obtained with the food recall questionnaire, menstrual patterns through structured questionnaires, and levels of hemoglobin by Sahli hemoglobin. Data were analyzed with univariate and Bivariate Chi Square.
The results showed no relationship of knowledge (p = 0.000), energy intake (p = 0.046), protein intake (p = 0.005), and iron (p = 0.000), father's work (p = 022), maternal employment ( p = 0.001), father's education level (p = 0.025), maternal education level (p = 0.032) with the incidence of anemia. There is no menstrual relationship (p = 0.930), menstrual cycle (p = 513), long periods (p = 0.076), menstrual volume (p = 1.000) with the incidence of anemia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor dominan terhadap kecukupan asupan zat besi pada mahasiswa S-1 Reguler Angkatan 2013 Rumpun Ilmu Kesehatan Universitas Indonesia Tahun 2014. Desain yang digunakan adalah cross sectional, melibatkan 290 (perempuan=214; laki-laki=76) mahasiswa S-1 Reguler Angkatan 2013 RIK UI yang berusia 17-20 tahun pada April-Mei 2014. Metode pengambilan sampel adalah proporsional cluster random sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui pengisian kuesioner dan wawancara asupan makanan 2x24 jam. Hasil penelitian menunjukan bahwa 83.8% responden tidak tercukupi kebutuhan zat besinya. Rata-rata asupan zat besi pada perempuan dan laki-laki adalah 12.3 mg/hari dan 16.0 mg/hari. Uji chi square menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (OR=7.56), perilaku konsumsi heme dan non heme (OR=2.86), konsumsi suplemen zat besi (OR=4.73), persepsi citra tubuh (OR=2.38), dan keterpaparan media massa (OR=3.01) terhadap kecukupan asupan zat besi. Analisis regresi logistik ganda menunjukan bahwa jenis kelamin (OR=19.17) dan konsumsi suplemen zat besi (OR=11.28) merupakan faktor dominan kecukupan asupan zat besi pada mahasiswa S-1 Reguler Angkatan 2013 RIK UI Tahun 2014.

The objective of this study is to identify iron sufficiency's dominant factor among College Students of Health Sciences Program Batch 2013, Universitas Indonesia in 2014. This study used cross sectional design which conducted on 290 respondents (female=214; male=76) of college students of Health Sciences Program batch 2013, Universitas Indonesia, April-May 2014. Subjects aged in 17-20 years old and was performed by Proporsionate Cluster Random Sampling. Data were collected through the questionnaire and iron intake was obtained by 2x24 hours food recall. This study showed that 83.8% respondents who consumed iron unsufficient. Iron intake among female respondent was 12.3 mg/day and male was 16.0 mg/day. Chi Square Analysis showed significant relation between sex (OR=7.56), heme and non heme consumption (OR=2.86), iron supplement consumption (OR=4.73), body image (OR=2.38), and mass media (OR=3.01) with iron sufficiency. Regression Binary Logistic Analysis also showed that sex (OR=19.17) and iron supplement consumption (OR=11.28) as iron sufficiency's dominant factor among college students of Health Sciences Program Batch 2013, Universitas Indonesia in 2014."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56095
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farah Farhanah
"Anemia merupakan salah satu penyebab dari sebagian permasalahan gizi di seluruh dunia, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Menurut data Riskesdas, prevalensi kejadian anemia pada remaja putri di Indonesia sebesar 11,7% pada tahun 2007 dan meningkat menjadi 22,7% pada tahun 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional yang menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang berusia 15-18 tahun. Jumlah sampel penelitian sebanyak 1113 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi kejadian anemia pada remaja putri usia 15-18 tahun di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 28,4%. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian anemia (p=0,030). Namun,tidak terdapat hubungan yang signifikan antara konsumsi TTD, daerah tempat tinggal, paparan asap rokok, status pekerjaan ayah, pendidikan ibu, pendidikan remaja, dan jumlah anggota keluarga.

Anemia is one of causes the nutrition problems in the world, especially in developing countries like Indonesia. According data of Riskesdas, the prevalence of anemia on adolescent girl in Indonesia was 11,7% in 2007 dan increased to 22,7% in 2013. This study aims to determine the factors associated to anemia on adolescent girl in Indonesia. This study using cross sectional study design based on data of Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) in 2018. The sample in this study, were all adolescent girls aged 15-18 years there are 1113 respondents. The result of this study showed the prevalence of anemia in adolescent girls aged 15-18 years in Indonesia was 28,4%. The statistical test result show a significant relationship between nutritional status with anemia (p= 0,030). However, there was no significat relationship between iron supplement consumption, area of residence, exposure of cigarette smoke, father’s employment status, mothers education, adolescent education dan number of family members.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Zulaekah
"Anemia merupakan masalah kesehatan utama yang diderita 26,5% anak usia sekolah dan remaja di Indonesia. Dengan pendidikan gizi pada anak anemia di Sekolah Dasar diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan gizi dan pola makan sehingga akan meningkatkan asupan besi dan kadar hemoglobin. Penelitian ini bertujuan mempelajari efek suplementasi besi dan pendidikan gizi terhadap pengetahuan gizi dan kadar hemoglobin anak SD yang anemia. Desain penelitian ini Quasy experiment with pretest postest control group. Penelitian dilakukan pada 107 sampel yang dibagi menjadi tiga kelompok. Pengolahan data dilakukan dengan One Way Anova dan Kruskal Wallis Test untuk uji beda. Hasil penelitian menunjukkan kadar hemoglobin dan pengetahuan gizi pada ketiga kelompok mengalami peningkatan.
Peningkatan kadar hemoglobin terbesar pada kelompok suplementasi besi, vitamin C dan pendidikan gizi (2,89 poin), sedangkan peningkatan pengetahuan gizi terbesar pada kelompok suplementasi vitamin C dan pendidikan gizi (17,44 poin). Ada perbedaan bermakna perubahan pengetahuan gizi dan kadar hemoglobin anak SD yang anemia sebelum
dan sesudah intervensi pada ketiga kelompok intervensi. Disimpulkan Pendidikan gizi dipadukan dengan pemberian suplementasi besi dan vitamin C pada anak anemia akan memberikan hasil kenaikan kadar hemoglobin yang paling signifikan daripada pendidikan gizi atau suplementasi saja."
Depok: Fakultas Ilmu kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
KESMAS 5:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Harist Syahirul A'en
"Latar belakang: Anemia masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Prevalensi anemia pada remaja di Indonesia mencapai 32%. Jawa Barat memiliki prevalensi anemia yang tinggi mencapai 41.93%. Prevalensi anemia di Purwakarta bahkan mencapai 51%. Hal ini menunjukkan anemia masih menjadi permasalahan gizi, khususnya pada remaja. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pesan gizi berbasis game Nutrition Impact terhadap perubahan perilaku terkait anemia pada remaja sekolah menengah pertama di Purwakarta tahun 2023. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimental dengan metode kuantitatif menggunakan data primer yang dikumpulkan dari 130 responden. Hasil: Terdapat peningkatan rata-rata nilai pengetahuan yang lebih tinggi pada kelompok intervensi dibandingkan kelompok kontrol. Peningkatan rata-rata pada kedua kelompok penelitian menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik. Artinya tidak ada perbedaan pengetahuan pada kedua kelompok penelitian. Terjadi perubahan pola makan ditinjau dari jumlah responden yang mengonsumsi bahan makanan tertentu dan asupan zat gizi, seperti protein, zat besi, dan vitamin C. Ada perbedaan yang signifikan pada kelompok intervensi untuk bahan makanan inhibitor zat besi. Artinya ada sedikit perbedaan perubahan pola makan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol. Pada kelompok intervensi, terdapat hubungan antara jenis kelamin dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Pada kelompok kontrol, terdapat hubungan antara pekerjaan ayah dan ketersediaan promosi kesehatan dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test dan post-test. Selain itu, pada kelompok kontrol juga didapatkan hubungan antara dukungan guru dengan nilai pengetahuan pada saat pre-test. Kesimpulan: Intervensi menggunakan game digital memberikan pengaruh positif dalam mengubah perilaku terkait anemia pada remaja (peningkatan pengetahuan dan perubahan pola makan).

Background: Anemia is still a public health problem in Indonesia. The prevalence of anemia in adolescents in Indonesia reaches 32%. West Java has a high prevalence of anemia reaching 41.93%. The prevalence of anemia in Purwakarta even reaches 51%. This shows anemia is still a nutritional problem, especially in adolescents. Objective: This study aims to determine the effect of providing nutritional messages based on the Nutrition Impact game on behavior changes related to anemia in junior high school adolescents in Purwakarta in 2023. Methods: The method used in this research is quasiexperimental with quantitative methods using primary data collected from 130 respondents. Results: There was an increase in the average value of knowledge which is higher in the intervention group than in the control group. The average increase in the two study groups showed a statistically significant difference. This means there is no difference in knowledge between the two research groups. There was a change in eating patterns regarding the number of respondents who consumed certain food ingredients and their intake of nutrients, such as protein, iron, and vitamin C. There was a significant difference in the intervention group for iron inhibitor foods. This means there is little difference in changes in eating patterns between the intervention group and the control group. In the intervention group, there was a relationship between gender and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In the control group, there is a relationship between the father's occupation and the availability of health promotion with the value of knowledge during the pre-test and posttest. In addition, the control group also found a relationship between teacher support and knowledge scores during the pre-test. Conclusion: Interventions using digital games have a positive effect on changing anemia-related behavior in adolescents (increasing knowledge and changing eating patterns)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Sari Widuri
"ABSTRAK
Latar belakang: Anemia defisiensi besi ADB pada usia 9-12 bulan dapat berdampak pada kualitas hidup anak di masa depan. Asupan zat besi, pemacu dan penghambat absorpsi besi memengaruhi kadar besi tubuh. Penelitian mengenai status zat besi dan hubungannya dengan zat pemacu dan penghambat absoprsi dalam asupan diet pada bayi usia 9 ndash;12 bulan yang disertakan dengan analisis asupan diet belum banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan: Mengetahui prevalens gangguan status besi dan mengetahui hubungan status gizi dan kecukupan asupan besi harian terhadap kejadian defisiensi besi pada bayi usia 9-12 bulan. Metode: Studi potong lintang pada Juli 2017-Januari 2018 di Posyandu kecamatan Tanah Abang dan Jatinegara. Asupan zat besi, pemacu absorpsi besi dan penghambat absorpsi besi dinilai dengan metode food record dan diolah dengan program NutriSurvey . Subyek menjalani pengukuran antropometri dan pengambilan sampel darah darah perifer lengkap, LED, dan feritin serum . Data diolah dengan uji Pearson Chi Square dan kejadian gangguan status besi ditampilkan dalam prevalens. Hasil: Terdapat 82 subyek usia 9-12 bulan berpartisipasi dalam penelitian. Prevalens defisiensi besi sebesar 12,2 , dan ADB sebesar 26,8 . Tidak terbukti ada hubungan antara kecukupan asupan besi harian dengan gangguan status besi [p=0,064; PR=2,1 0,193-1,178 ] dan status gizi kurang dengan gangguan status besi [p=0,444; PR=0,729 0,307-1,731 ]. Terdapat perbedaan bermakna antara asupan harian besi total p=0,002 , besi heme 0,017 , kalsium p=0,006 , dan seng p=0,042 antara kelompok defisiensi besi dan non-defisiensi besi.Simpulan: Prevalens defisiensi besi dan ADB pada bayi usia 9-12 bulan berturut-turut adalah 12,2 dan 26,8 . Tidak terbukti ada hubungan antara status gizi dan kecukupan asupan besi harian dengan gangguan status besi, namun terdapat perbedaan bermakna antara asupan harian besi total, besi heme, kalsium, dan seng antara kelompok defisiensi dan non-defisiensi besi pada populasi bayi usia 9-12 bulan.

ABSTRACT
Background Iron deficiency anemia IDA in 9 12 month old babies could affect their quality of life. Intake of iron containing food, enhancer and inhibitor of iron absorption affects iron body level. Study about iron profile and its correlation with enhancers and inhibitors of iron absorption in baby rsquo s daily dietary intake whose analyzed by food record method is still infrequent in Indonesia. Aim To measure the prevalence of iron deficiency and IDA and to know the correlation of nutritional status and adequacy of daily iron intake with iron deficiency status in 9 12 month old babies. Methods A cross sectional study was conducted on July 2017 January 2018 in Posyandu in Tanah Abang and Jatinegara district. Dietary iron intake, enhancer and inhibitor were obtained using a 3 day food record method and analyzed with NutriSurvey program. Subjects underwent anthropometry measurement. Complete blood count, ESR, and ferritin serum were also examined. Results A total of 82 babies aged 9 12 months were studied. Prevalence of iron deficiency and IDA were 12,2 and 26,8 . There were no evidence of relationship between adequacy of daily iron intake p 0,064 and undernourished condition p 0,444 with iron deficiency status. There were statistically significant differences in total iron p 0,002 , heme iron p 0,017 , calcium p 0,006 , and zinc p 0,042 daily intakes between iron deficiency group and non iron deficiency group.Conclusion The prevalence of iron deficiency and IDA were 12,2 and 26,8 . There were no evidence of relationship between adequacy of daily iron intake nor undernourished condition with iron deficiency status. There were statistically significant differences in total iron, heme iron, calcium, and zinc daily intakes between iron deficiency group and non iron deficiency group in 9 12 month old babies."
2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>