Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 216170 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raisatul Umami
"Remaja yang ditinggal orangtuanya bekerja sebagai Buruh Migran di Luar negeri rentan mengalami loneliness dan memiliki kecenderungan psikotik. Periode remaja ini merupakan periode paling sulit dalam kehidupan remaja (Gender, 1998). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa tinggi persentase loneliness dan kecenderungan psikotik pada remaja. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale untuk mengethui tingkat loneliness partisipan dan Psychotic like-Experince (PLE). Penelitian ini mengikutsertakan 171 remaja, usia 11-16 tahun yang berdomisili di Desa Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja mengalami lonelines sebesar 73.7% dan kecenderungan psikotik sebesar 81.9%.

Adolescent who were left behind by parent to work as migrant workers abroad prone to experience loneliness and has psychotic tendencies. This adolesence period is the most difficult period in their life (Gender, 1998). This study aims to determine how high percentage of loneliness and psychotic tendencies in adolescents. This study method using a quantitative approach using "The 6-Item De Jong Gierveld Loneliness Scale" and ?Psychotic-like experinces (PLE). This study included 171 adolescents, age 11-16 years old in Cilamaya Village, Karawang, West Java. The results showed that lonliness have 73.7% and psychotic tendencies is 81.9%.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59535
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahda Febi Wilendari
"Penelitian ini bertujuan untuk membahas hubungan antara dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem pada remaja awal anak buruh migran. Metode penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan desain korelasional. Untuk mengukur dukungan sosial dari orangtua dan self-esteem penulis menggunakan alat ukur Child and Adolescent Social Support Scale (CASSS) subskala dukungan orangtua dan Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Penelitian ini melibatkan 164 remaja usia 11-16 tahun dengan orangtua buruh migran di Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara self-esteem dan dukungan sosial dari orangtua pada remaja anak buruh migran dengan r=0,264; p=0,000. Dengan demikian dukungan sosial dari orangtua sangat dibutuhkan dalam perkembangan self-esteem yang baik pada remaja awal anak buruh migran.

The purpose of this research is to discusses the relationship between social support from parents and self-esteem among early adolescent with migrant worker parents. This research methodhology using a quantitative study with a correlational design. To measure self-esteem and social support from parents, the author using Child and Adolescent Social support Scale (CASSS) parental support subscale and Rosenberg's Self-Esteem Scale (RSES). Respondents in this research were 164 adolescent, age 11-16 years old in Cilamaya, Karawang, West Java.
The result showed there is a significant positive correlation between self-esteem and social support from parents with r=0,264; p=0,000. In conclusion, social support from parents needed for a good development of self-esteem on early adolescent migrant worker's children.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhuhita Karima
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat psychological well being antara remaja laki-laki dan perempuan yang ditinggal oleh orangtua bekerja di luar negeri sebagai buruh migran. Metode penelitian ini adalah non-eksperimental dan kuantitatif dengan menggunakan alat ukur 18-item Ryff Psychological Well-Being Scale. Partisipan penelitian ini adalah 163 remaja berusia 11-16 tahun berdomisili di Desa Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini terdapat perbedaan psychological well-being yang signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan. Remaja perempuan memiliki tingkat psychological well-being yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan remaja laki-laki.

The aim of this research is to see psychological well-being difference between male and female adolescent left behind by migrant worker parent. This research is non-experimental using 18-item Ryff Psychological Well-Being Scale. The respondents of this research are 163 adolescents between 11-16 years old who live in Cilamaya, Karawang, West Java. The results of this research shows that there is a significant psychological well-being difference between left behind male and female adolescent by parent?s migration where female adolescent scored higher psychological well-being compare to male adolescent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60260
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sheila Claudia Putri
"Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dari perceived social support dan internalizing symptoms pada remaja yang ditinggalkan orang tuanya untuk bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) digunakan untuk mengukur dukungan sosial yang dipersepsikan dari tiga sumber dan alat ukur Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) pada dimensi internalizing problems untuk gejala internalizing. 171 remaja terlibat dalam studi ini. Melalui teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa perceived social support berkorelasi secara negatif dan signifikan dengan internalizing symptoms. Berdasarkan hasil dari studi ini, penulis menyarankan agar buruh migran tetap melakukan komunikasi dengan anak-anaknya.

This study aims to seek the relationship between perceived social support and internalizing symptoms in adolescents who are left behind by their parents to be a migrant worker abroad. Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) are used to measure perceived social support from three sources, and the broad dimension of internalizing problem in the Strength and Difficulties Questionnaire are used to measure internalizing symptoms. 171 adolescents are involved in this study. The Pearson Correlation indicates that perceived social support correlates significantly and negatively with internalizing symptoms. It is suggested that parents working abroad should communicate frequently with their children."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisatul Umami
"

Remaja yang ditinggal orangtuanya lebih rentan mengalami masalah emosional karena ketidakhadiran orangtua dalam masa perkembangannya. Beberapa penelitian menemukan bahwa masalah emosional memiliki kaitan yang sangat erat dengan hubungan interpersonal. Intervensi ini bertujuan untuk mencari tahu apakah Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) dapat mengurangi masalah emosional pada remaja anak buruh migran yang ditinggal orangtuanya bekerja ke luar negeri. Intervensi ini berfokus untuk membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan komunikasi para partisipan, sebagai cara untuk mengurangi masalah emosional. Intervensi ini menggunakan desain one-group pretest-posttest dan dilakukan sebanyak enam sesi pertemuan. Partisipan dalam intervensi ini berjumlah delapan orang yang berusia 13-16 tahun dan merupakan anak pekerja migran di wilayah Cilamaya Kulon, Karawang. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah Strength and Difficulties Questionaire (SDQ) untuk mengukur masalah emosional partisipan. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat pre-test, post-test, dan follow-up test. Penilaian kualitatif dari observasi dan wawancara juga dianalisis untuk mengetahui gambaran perubahan masalah emosional para partisipan di tiap sesi. Hasil intervensi ini menunjukkan skor individual dan skor rata-rata masalah emosional para partisipan mengalami penurunan secara berkala dari pre-test ke post-test. Pada sebagian partisipan skor follow-up meningkat dibandingkan skor saat post-test. Dari hasil observasi dan wawancara, partisipan juga menunjukkan penurunan gejala masalah emosional dari sesi ke sesi. Mereka juga mempelajari dan dapat mempraktikkan solusi-solusi IPT dalam kehidupannya, seperti berkomunikasi secara terbuka dan menjalin hubungan interpersonal yang lebih baik dengan orang terdekat. IPT-G merupakan intervensi yang dapat mengurangi masalah emosional pada remaja anak pekerja migran yang ditinggal orangtuanya ke luar negeri.

Kata Kunci: Masalah emosional, group interpersonal psychotherapy, remaja anak pekerja migran

 

 

 


Adolescents who were left behind by their parents are more susceptible to emotional problems because of the absence of parents during their developmental period. Some studies have found that emotional problems was correlated with interpersonal relationships. This intervention aimed to explore the Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) to reduce emotional problems among left-behind adolescents. This intervention focused on improved interpersonal and communication skills among the participants as a way to reduced emotional problems. This intervention used a one-group pretest-posttest design and conducted six sessions. There were 8 participants in this intervention aged 13-15 in the Cilamaya Kulon, Karawang. The assessment tool was Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ). Measurement was done three times: pre-test, post-test, and follow-up test. Qualitative assessment obtained from observations and interviews was also conducted to describe the emotional problem changes of the participants in each session. The results of this intervention showed that individual scores and score of average emotional problem scores of participants decreased periodically from pre-test to post-test. In some participants, the follow-up score increased in comparison to the score at the post-test. IPT-G is an intervention that can be reduced emotional problems among left-behind adolescents.

 

Keywords: Emotional problem, interpersonal psychotherapy, left-behind adolescents

 

 

"
2019
T53264
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riztianti Setiamurdiawati
"Tujuan dari penelitian ini adalah melihat apakah terdapat hubungan antara attachment dengan behavior difficulties pada remaja yang ditinggalkan orangtuanya bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Inventory of Parent and Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987) dan Strengths and Difficulties Questionnaire (Goodman, 1997) digunakan untuk mengukur attachment dan behavior difficulties. Partisipan dari penelitian ini adalah 153 remaja berusia 11-16 tahun di Kecamatan Cilamaya, Karawang, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara attachment yang terdiri dari parental dan peer attachment dengan behavior difficulties pada remaja yang ditinggalkan orangtuanya bekerja sebagai buruh migran di luar negeri. Dengan demikian, parental dan peer attachment yang berkualitas dapat mengurangi kemungkinan remaja anak buruh migran mengembangkan behavior difficulties. Oleh karena itu penting bagi orangtua untuk menjaga kualitas attachment dengan anak mereka walau tidak dapat selalu hadir dan berinteraksi secara langsung.

The aim of this study is to investigate whether any correlation between attachment and behavior difficulties in adolescents who are left behind to work abroad by their migrant worker parents. Inventory of Parent and Peer Attachment (Armsden & Greenberg, 1987) and Strengths and Difficulties Questionnaire (Goodman, 1997) are used to measure attachment and behavior difficulties. Participants of this study were 153 adolescents aged 11-16 years old from Cilamaya, Karawang, West Java.
The result of the study shows that there is a significant negative correlation between attachment (consist of parental and peer attachment) and behavior difficulties in adolescents with migran worker parents. In conclusion, high-quality parental and peer attachment could lower the chance for migrant worker?s children to develop behavior difficulties. Hence, it is important for parents maintain the quality of attachment with their children despite the distance that prevents them to interact in person and couldn?t present when their children need them.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60998
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadila Nuraini
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat motivasi berprestasi antara remaja laki-laki dan remaja perempuan yang ditinggal orang tua bekerja sebagai buruh migran di luar negeri.Alat ukur yang digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi adalah Achievement Motivation Inventory (Muthee & Thomas, 2009). Partisipan pada penelitian ini merupakan 165 remaja berusia 11-16 tahun yang berdomisili di Desa Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan perbedaan motivasi berprestasi yang signifikan antara remaja laki-laki dan remaja perempuan, dimana tingkat motivasi berprestasi remaja perempuan lebih tinggi dibandingkan remaja laki-laki.

The purpose of this study is to examine achievement motivation difference between male and female adolescent left behind by migrant worker parents. Achievement Motivation Inventory (Muthee & Thomas, 2009) is used to measure achievement motivation. Participants of this study were 165 adolescents between 11-16 years old who lives in Cilamaya, Karawang, Jawa Barat. The result of this study shows that there is a significant difference on achievement motivation between male and female adolescents left behind by parent’s migration where female adolescent scored higher achievement motivation compare to male adolescent."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S60394
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Maghfirah Faisal
"ABSTRAK
Latar Belakang: Remaja yang ditinggal orangtuanya lebih rentan mengalami loneliness, karena ketidakhadiran sosok attachment utama dalam masa perkembangannya. Beberapa penelitian menemukan bahwa loneliness memiliki kaitan yang sangat erat dengan hubungan interpersonal. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) dapat menurunkan loneliness pada remaja anak buruh migran yang ditinggal orangtuanya. Psikoterapi ini berfokus untuk membantu meningkatkan keterampilan interpersonal dan komunikasi para partisipan, sebagai cara untuk mengurangi loneliness.
Metode: Sebanyak delapan remaja anak buruh migran di wilayah Cilamaya Kulon, Karawang, yang berusia 13 hingga 15 tahun turut berpartisipasi dalam penelitian ini. Intervensi IPT-G terdiri atas satu sesi individual dan enam sesi kelompok. Instrumen pengukuran yang digunakan adalah De Jong Gierveld Loneliness Scale dan Social Anxiety Scale for Adolescents. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, yaitu pada saat pre-test, post-test, dan follow-up test. Penilaian kualitatif dari observasi dan wawancara juga dianalisis untuk mengetahui gambaran perubahan loneliness para partisipan di tiap sesi.
Hasil: Secara umum, skor individual dan skor rata-rata loneliness dan social anxiety para peserta mengalami penurunan secara berkala dari pre-test ke post-test dan follow-up test. Dari hasil observasi dan wawancara, peserta menunjukkan penurunan gejala loneliness dari sesi ke sesi. Mereka juga mempelajari dan dapat mempraktikkan solusi-solusi IPT dalam kehidupannya, seperti berkomunikasi secara terbuka dan mengubah ekspektasi menjadi lebih realistis.
Kesimpulan: IPT-G merupakan intervensi yang sederhana dan berguna untuk menurunkan loneliness pada remaja anak buruh migran yang ditinggal orangtuanya.

ABSTRACT
Background: Left-behind early adolescents have been known to be significantly loneliner than their counterparts due to absence of parents during their course of development. Furthermore, recent studies also found that loneliness was strongly correlated with interpersonal relationship. This study aimed to explore the effectiveness of Group Interpersonal Psychotherapy (IPT-G) to reduce loneliness among left-behind early adolescents. This psychotherapy focused on enhancing interpersonal and communication skill among the participants as tools to reduce loneliness.
Method: A total of eight left-behind early adolescents of migrant workers aged 13 to 15 in Cilamaya Kulon, Karawang, was participated in this study. IPT-G consisted of one individual session and six group sessions. The assesment tools used in this program are De Jong Gierveld Loneliness Scale and Social Anxiety Scale for Adolescents. The measurement was done three times: on pre-test, post-test, and one month follow up test. Qualitative measurements obtained from interview and observation during the program were also analysed to depict the change of loneliness condition among participants from session to session.
Result: Overall individual and mean score of loneliness and social anxiety among participants were progressively declining from pre-test to post-test and follow-up test. Based on observation and interview, all participants showed reduced symptoms of loneliness from session to session. They also learned and were able to implement IPT solutions, such as open communication and formulate more realistic expectation.
Conclusion: IPT-G is a simple yet useful intervention to reduce loneliness among left-behind early adolescents of migrant workers."
2018
T52534
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elzza Priscania Raissachelva
"Perpisahan dalam jangka waktu lama yang dialami oleh remaja dan orang tua yang merupakan pekerja migran dapat membuat kualitas hubungan yang terjalin mengalami perubahan dan membentuk hubungan yang buruk diantara mereka. Ketika remaja memiliki hubungan yang buruk dengan orang tua, mereka mulai menjalin kedekatan dengan teman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara kelekatan pada orang tua dan teman sebaya dengan subjective well-being (SWB) remaja yang ditinggalkan orang tua bekerja sebagai pekerja migran. Partisipan penelitian terdiri dari 42 remaja berusia 12 - 15 tahun. Alat yang digunakan untuk mengukur kelekatan adalah inventory of parent and peer attachment (IPPA) oleh Armsden dan Greenberg (1987).
Alat ukur yang digunakan untuk mengukur SWB adalah satisfaction with life scale (SWLS) oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin (1985), positive and negative affect schedule (PANAS) oleh Watson, Clark dan Tellegan (1988) dan subjective happiness scale (SHS) oleh Lyubomirsky dan Lepper (1999).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan kepuasan hidup dan kebahagiaan dan hubungan negatif yang signifikan antara kelekatan pada ayah dengan afek negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada ibu dengan komponen afek positif dan hubungan positif yang signifikan antara kelekatan pada teman sebaya dengan kebahagiaan.

Long-term separation experienced by adolescents and parents who are migrant workers can make quality of the relationships are change and form a bad relationship between them. When adolescent have a bad relationship with parents, they begin to develop closeness with friends.
The aim of this study is to find out the relationship between attachment to parent and peer with subjective well-being (SWB) among adolescents who are left behind by their parent to working as migrant worker. The research sample are 42 adolescents between 12 - 15 years old who are left behind by their parent to working as migrant worker.
Attachment to parent and peer was measured with Inventory of Parent and Peer Attachment (IPPA) by Armsden and Greenberg (1987) and SWB was measured with Satisfaction With Life Scale (SWLS) by Diener, Emmons, Larsen, and Griffin (1985), Positive and Negative Affect Schedule (PANAS) by Watson, Clark and Tellegan (1988), and Subjective Happiness Scale (SHS) by Lyubomirsky and Lepper (1999).
Result of this study indicated that attachment to father has positively significant correlation with life satisfaction and happiness while attachment to father has negatively significant correlation with negative affect. Attachment to mother has positively significant correlation with positive affect and attachment to peer has positively significant to happiness.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyu Cantika Amiranti
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan externalizing behavior antara remaja yang ditinggalkan oleh orangtuanya sebagai TKI yang diasuh oleh orangtua yang tinggal di Indonesia dan yang diasuh oleh keluarga besar, dan antara remaja laki-laki dan perempuan. Dalam penelitian ini, 171 partisipan yang merupakan siswa SMP di Karawang dan ditinggal oleh salah satu atau kedua orangtuanya untuk bekerja di luar negeri mengisi alat ukur SDQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan externalizing behavior yang signifikan antara remaja yang diasuh oleh orangtua yang tinggal di rumah dan keluarga besar. Externalizing behavior remaja laki-laki dengan remaja perempuan juga tidak berbeda secara signifikan.

The study was conducted to investigate the differences of externalizing behavior between children left behind that were raised by single parent and extended family, and between boy and girl. A total of 171 participants, who were students at junior high school at Karawang that were left behind by one or both of their parents to become a migrant, completed the SDQ. The study found that there are no significant differences of externalizing behavior between children left behind that were raised by single parent or by extended family. There are also no significant differences of externalizing behavior between boy and girl.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60679
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>