Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 35808 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dita Aulia Rachmi
"Latar belakang: Archidendron pauciflorum merupakan tanaman yang termasuk dalam keluarga Fabacease yang bijinya umum dikonsumsi masyarakat Indonesia sebagai makanan. Tanaman ini mengandung polifenol, vitamin C, flavanoid, dan asam jengkolat yang dapat berperan sebagai antioksidan. Penelitian eksperimental ini bertujuan untuk membuktikan efek antioksidan ekstrak biji Archidendron pauciflorum pada hati tikus yang diintoksikasi dengan karbon tetraklorida (CCl4).
Metode: Sebanyak 27 tikus dibagi menjadi empat kelompok. Kelompok 1 (kontrol) tidak diberi bahan uji. Kelompok 2 dan 3 mendapat 0,01 ml/gBB ekstrak biji Archidendron pauciflorum selama delapan hari. Kelompok 3 dan 4 mendapat 0,55 mg/g CCl4 pada hari ke-9 dan 10.
Hasil: Terdapat peningkatan parameter fosfatase alkali pada seluruh grup eksperimen. Peningkatan bermakna terdapat pada kelompok 3 (ekstrak biji Archidendron pauciflorum + CCl4) terhadap kelompok kontrol (p = 0,004).
Kesimpulan: Hasil penelitian menunjukkan pemberian ekstrak biji Archidendron pauciflorum tidak terbukti memiliki efek antioksidan terhadap hati tikus yang diintoksikasi dengan karbon tetraklorida (CCl4). Efek hepatotoksik mungkin berhubungan dengan pemberian dosis ekstrak biji Archidendron pauciflorum yang terlalu besar.

Background: Archidendron pauciflorum is a leguminous tree plant belonging to the family of Fabacease. Its seed has been commonly consumed as food in Indonesia. It contains polyphenol, vitamin C, flavonoid, and djenkolic acid indicating some antioxidant benefit from this plant. In this experimental study, the antioxidant effect of Archidendron pauciflorum seed extract to protect against carbon tetrachloride (CCL4) induced oxidative stress and hepatotoxicity in Sparague dawley rats was investigated.
Method: 27 rats were divided in four groups. Group 1 (control) was given only water and food. Group 2 and 3 were orally administered with 0,01 ml/gBW Archidendron pauciflorum seed extract on 8 consecutive days. Group 3 and 4 were orally administered 0,55 mg/gBW CCl4 on the ninth and tenth days.
Result: Liver alkaline phosphatase parameter was elevated in all experimental groups. Group 3 (CCl4-treated group that received Archidendron pauciflorum seed extract) showed significant increase compared to control group (p=0,004).
Conclusion: Therefore the result of this study prove that Archidendron pauciflorum extract did not show antioxidant effect against CCl4-induced oxidative liver damage in rats, and the hepatotoxic effects of the extract might be because the dose of extract was given too high.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Faisal Adam
"Berbagai penyakit yang disebabkan radikal bebas semakin meningkat khususnya di Indonesia mengingat paparan sinar ultraviolet yang cukup banyak di daerah tropis, pembangunan yang pesat, serta adanya perubahan gaya hidup. Oleh karena itu peran antioksidan eksogen diperlukan untukomembantu antioksidan endogen, seperti enzim katalase, agar terhindar dari stres oksidatif yang ditimbulkan radikal bebas. Jengkol (Archidendron pauciflorum), salah satu tanaman tropis Indonesia, memiliki potensi antikosidan kuat karena memiliki asam jengkolat,oyang tersusun dari dua molekul sisteinlyangodikenal sebagai antioksidan. Selain itu jengkol juga memiliki kandungan antioksidan lain seperti vitamin C dan flavonoid, terutama pada bijinya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol pada aktivitas spesifik katalase jaringan hati tikus. Sebanyak 32 ekor tikuslSprague Dawley dibagi dalam empat kelompok secara acak, yaitu kelompok perlakuan standar, kelompok dengan pemberian ekstrak biji jengkol, kelompok dengan pemberian CCl4 sebagai indikator kerusakan hati, serta kelompok dengan pemberian ekstrak biji jengkol disertailCCl4. Homogenatkhati tikus masing-masing kelompok diukur aktivitas spesifik katalasenyaldengan metode Mates. Analisis statistik menunjukkan bahwa ekstrak biji jengkol dapat menurunkan aktivitaslspesifik katalase, baik pada hati tikus normal (p=0.000) maupun pada hati yang dirusak CCl4, walaupun tidak bermakna (p=0.832).lHal tersebut diperkirakan karena gugus sulfhidiril (SH) dari sistein yang dibebaskan dari asam jengkolat, yang dapat menginaktivasi kerja enzim katalase.

Free radical-related disease are more increasing especially in Indonesia because of tropical situation there such as ultraviolet and life style changes. Exogen antioxidants are increasingly needed to help endogen antioxidants activity, such as catalase, to avoid oxidative stress induced by free radical exposure. One of indonesian tropical plant, Jengkol (Archidendron pauciflorum) is believed have strong potential antioxidant source, jengkolic acid, a compund consisting of two cysteine molecules which has been known as antioxidants, besides, their other known sources of antioxidant: vitamin C, and flavonoid. Research is conducted to find the effect of Jengkol seeds extract towards specific catalase activity of rat?s liver. Thirty two Spraguedawley strain rats are divided into four groups: control group, a group given jengkol seeds extract, a negative control group given CCl4 to show hepatocytes toxicity, and a group given both CCl4 and jengkol seeds extract. Homogenate of rat liver from each groups are measured for their spesific catalase activity using Mates methods. The result shows jengkol seeds extract reduced specific catalase activity in normal rat liver significantly (p=0,000), also in injuried liver by CCl4, although no significant correlation found (p=0,832). This finding shows a possible inactivation of catalase enzyme due to sulfhydril (SH) groups from cysteine after being released by jengkolic acid. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Dafana Putra
"Tubuh memiliki pertahanan terhadap radikal bebas dengan menghasilkan antioksidan endogen salah satunya enzim glutation peroksidase (GPx). Untuk membantu kerja antioksidan endogen, banyak pencarian terkait antioksidan dari luar tubuh misalnya dari bahan makanan. Jengkol (Archidendron pauciflorum) adalah tumbuhan khas yang banyak terdapat di Indonesia berpotensi sebagai antioksidan karena mengandung asam jengkolat (sistein), polifenol, dan vitamin C. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa ekstrak biji jengkol dapat mempengaruhi aktivitas spesifik GPx pada jaringan hati tikus. Sebanyak 28 ekor tikuslSprague Dawley dibagi dalam empat kelompok, yaitu tanpa perlakuan, jengkol, CCl4, dan jengkol disertailCCl4. Ekstrak biji jengkol diberikan 10 mL/kg selama 8 hari dan CCl4 diberikan 0,55 mL/kg pada hari ke-9 dan 10. Pada hari ke- 11 tikus dieutanasia, homogenat hati tikus diambil, kemudian diukur aktivitas spesifik GPx dengan kit/reagen standar. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa ekstrak biji jengkol dapat menurunkan aktivitaslspesifik GPx pada hati tikus yang tidak diberikan CCl4 (p=0,032) maupun tikus yang diberikan CCl4 (p=0,000). Hal ini diperkirakan karena jengkol mampu meminimakan radikal bebas pada jaringan hati normal (tanpa intoksikasi CCl4) karena sisteinnya secara langsung dapat menekan pembentukan H2O2 (substrat GPx) sehingga aktivitas GPx lebih rendah dibandingkan kelompok tanpa perlakuan, namun jengkol tidak dapat menangkal kerusakan akibat CCl4.

Human body has defense mechanisms against free radicals by producing endogenous antioxidants, one of them is enzyme glutathione peroxidase (GPx). To help work of endogenous antioxidants, many studies search for exogenous antioxidants e.g. from food. Jengkol (Archidendron pauciflorum), a typical plant that grows in Indonesia, has potential as antioxidant because it contains djengkolic acid (cysteine), polyphenolics, and vitamin C. The purpose of this study is to prove that jengkol seed extract can affect GPx specific activity in rat liver tissue. A total of 28 Sprague Dawley rats are divided into four groups: untreated group, jengkol, CCl4, and CCl4 plus jengkol. Jengkol seed extract are administered 10 mL/kg for 8 days, and CCl4 are given 0,55 mL/kg on 9th and 10th day. On 11th day, all rats are euthanized, liver homogenates are then taken, and GPx specific activity is measured using standard kit/reagent. Result of statistical analysis shows that jengkol seed extract can decrease specific activity of GPx in non-CCl4-treated rat (p=0,032) and CCl4-treated rat (p=0,000). This is expected because jengkol is able to minimize the free radicals found in normal liver tissue (without CCl4 intoxication) as its cysteine can decrease formation of peroxide (GPx substrate) directly, so it lower GPx activity but jengkol cannot counteract the liver damage caused by CCl4."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Eka Putra Yuriza
"Pajanan terhadap radikal bebas yang berperan dalam kerusakan dan degenerasi jaringan semakin meningkat. Antioksidan menjadi penangkal dari kerusakan yang disebabkan oleh radikal bebas. Sebagai antioksidan eksogen, Archidendron pauciflorum atau yang lebih dikenal sebagai jengkol dinilai berpotensi karena adanya vitamin C, polifenol dan asam jengkolat yang terkandung di dalamnya.
Penelitian ini dilakukan untuk menilai kemampuan protektif biji jengkol sebagai antioksidan pada hati dengan aktivitas alkali fosfatase plasma sebagai indikator kerusakan. Dua puluh delapan ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi ke dalam 4 kelompok yaitu, tanpa perlakuan, jengkol, jengkol-CCl4 dan CCl4. Aktivitas alkali fosfatase diukur dari plasma tikus tiap kelompok perlakuan menggunakan substrat p-NPP. Data kemudian dianalisis menggunakan One-way ANOVA.
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan aktivitas alkali fosfatase yang bermakna pada kelompok jengkol-CCl4 (p=0,000) dan CCl4 (p=0,007) dibanding kelompok tanpa perlakuan. Pada kelompok jengkol tidak terdapat perbedaan bermakna dibanding kelompok tanpa perlakuan (p=1,000). Dari penelitian ini disimpulkan bahwa potensi biji jengkol sebagai antioksidan belum terbukti apabila dilihat dari tingkat aktivitas alkali fosfatase plasma.

Exposure to free radicals that play role in tissue damage and degeneration is increasing. Antioxidants prevent from damage caused by free radicals. As exogenous antioxidants, Archidendron pauciflorum or better known as jengkol considered potential as antioxidants as vitamin C, polyphenols and Jengkolat acid contained in it.
This study was conducted to evaluate the protective effect of jengkol beans as antioxidants in the liver with plasma alkaline phosphatase activity as an indicator of damage. Twenty eight male Sprague Dawley rats were divided into 4 groups, namely, without treatment, jengkol, jengkol-CCl4 and CCl4. Alkaline phosphatase activity was measured from the plasma of rats for each treatment group using p-NPP substrate. The data obtained were analyzed by using One-way ANOVA.
The results showed an increase in alkaline phosphatase activity significantly in jengkol-CCl4 group (p = 0.000) and CCl4 (p = 0.007) compared to the untreated group. The jengkol group not significantly different than the untreated group (p = 1.000). This study suggests that the antioxidant potential of jengkol beans still unproven when seen from the level of plasma alkaline phosphatase activity because jengkol-CCl4 group actually has the highest value of enzyme activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syeda Tazkia Noor
"Radikal bebas merupakan senyawa kimia yang bersifat sangat reaktif sehingga dapat menyebabkan stress oksidatif. Pertahanan terhadap radikal bebas diperankan oleh enzim antioksidan di dalam tubuh seperti superoksida dismutase (SOD). Konsumsi antioksidan eksogen alami dapat mendukung sistem pertahanan tersebut, salah satunya adalah Jengkol (Archidendron pauciflorum). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi antioksidan dari ekstrak biji A.pauciflorum terhadap kerusakan jaringan hati yang diinduksi dengan CCl4, dengan parameter aktivitas spesifik enzim SOD. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan 28 tikus Sprague Dawley jantan berusia 8 minggu dengan berat tikus 90-160 gram. Tikus dibagi dalam 4 kelompok. Kelompok 1 merupakan kelompok tikus tanpa perlakuan (kontrol). Tikus pada kelompok 2 diberi 0,01ml/gBB selama 8 hari. Tikus kelompok 3 diberi 0,01ml/gBB selama 8 hari dilanjutkan dengan pemberian 0,55mg/gBB pada hari ke-9 dan ke-10. Tikus kelompok 4 diberi 0,55mg/gBB pada hari ke-9 dan ke-10. Setelah perlakuan dilakukan pengukuran terhadap aktivitas spesifik enzim SOD. Data percobaan diuji menggunakan uji One-Way ANOVA. Hasil penelitian didapatkan peningkatan aktivitas spesifik enzim SOD pada kelompok jengkol dan penurunan aktivitas spesifik enzim SOD pada kelompok CCl4 dibandingkan dengan kelompok kontrol, serta peningkatan aktivitas spesifik enzim SOD pada kelompok jengkol dengan CCl4 dibandingan dengan kelompok CCl4. Namun perubahan aktivitas spesifik enzim SOD di hati tersebut tidak bermakna dengan nilai p=0.210. Peningkatan aktivitas spesifik enzim SOD tersebut dapat menunjukkan potensi antioksidan ekstrak biji A.pauciflorum.

Free radical is reactive chemical component that lead to oxidative stress. The body of mammal has its own defense mechanism against free radical through antioxidant enzyme such as superoxide dismutase (SOD). Consumption of natural exogenous antioxidant supporting the defense mechanism. One of the plants which is suspected to have antioxidant effect is Jengkol (Archidendron pauciflorum). The aim of this study was to determine the antioxidant potential of A.pauciflorum seed extracts against liver tissue damage induced by CCl4 with specific activity of SOD enzyme as the parameter. This experimental study is using 28 Sprague Dawley 8 weeks old rats, weighed between 90-160 g. These rats were randomly divided into four groups. Group 1 was group without treatment (control). Group 2 were administered 0,01ml/g body weight A.pauciflorum seed extracts for 8 days. Group 3 were administered 0,01ml/g body weight A.pauciflorum seed extracts for 8 days followed by 0,55mg/g body weight CCl4 on day 9th and 10th. Group 4 were administered 0,55mg/g body weight CCl4 on day 9th and 10th. The data obtained were analyzed by using One-way ANOVA. The result shows unsignificant increased specific activity of SOD in A.pauciflorum extract-treated group and decreased specific activity of SOD in CCl4-treated group compare to control grup, also increased specific activity of SOD in A.pauciflorum+CCl4-treated group compare to CCl4-treated group (p=0.210). This unsignificant increase might be indicating potential antioxidant effect in A.pauciflorum seed extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giarena
"Seiring berkembangnya teknologi, paparan radikal bebas dari lingkungan semakin meningkat. Walaupun tubuh memiliki antioksidan untuk ?melawan? radikal bebas tersebut, namun jika terjadi ketidakseimbangan, maka dapat terjadi keadaan stres oksidatif yang dapat berlanjut menjadi kerusakan sel yang serius. Oleh sebab itu, dibutuhkan antioksidan yang berasal dari luar tubuh untuk membantu menjaga keseimbangan radikal bebas di dalam tubuh, salah satunya bersumber dari makanan. Jengkol merupakan salah satu sumber daya alam Indonesia. Jengkol memiliki kandungan asam sistein dengan gugus sulfihdril (SH) yang memiliki efek antioksidan dengan mekanisme tertentu. Selain itu, terdapat kandungan polifenol, vitamin C, dan flavonoid pada biji jengkol yang juga memiliki efek antioksidan. Oleh sebab itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol terhadap aktivitas enzim antioksidan superoksida Bahasa Indonesia dismutase (SOD) dalam darah tikus yang dikondisikan mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Sejumlah 28 ekor tikus jantan Sprague Dawley dibagi kedalam 4 kelompok, yaitu kelompok tanpa perlakuan, kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol, kelompok yang diberi CCl4, dan kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol selama 8 hari dan CCl4 pada hari ke-9 dan ke-10. Pada setiap kelompok, dilakukan pengukuran aktivitas enzim SOD darah. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p>0,05) pada perubahan aktivitas enzim SOD di darah tikus yang mengalami stres oksidatif melalui intoksikasi CCl4. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai efek jengkol sebagai antioksidan.

As the development of technology, exposure to free radicals from the environment is increasing. Although the body has antioxidants to "fight" free radicals, but if there is an imbalance, then it can be a state of oxidative stress that can progress to serious cell damage. Therefore, it takes an antioxidant that comes from outside the body to help maintain the balance of free radicals in the body, one of which is sourced from the food. Jengkol is one of Indonesia's natural resources. Jengkol acid contains cysteine with sulfihdril group (SH) which has antioxidant effects with a specific mechanism. In addition, there are polyphenol, vitamin C, and flavonoids in jengkol seeds which also have antioxidant effects. Therefore, this study was conducted to determine the effect of jengkol seed extract in the activity of the antioxidant enzyme superoxide dismutase (SOD) in blood of rats that were conditioned oxidative stress through CCl4 intoxication. A total of 28 male Sprague Dawley rats were divided into 4 groups, the group without treatment, the group which was given jengkol seed extract only, the group which was given CCl4 only, and the group which was given jengkol seed extract for 8 days then CCl4 on 9th and 10th , In each group, SOD activity was measured in the blood. Statistical analysis showed no significant difference (p> 0.05) on changes in SOD activity in blood of rats with oxidative stress through CCl4 intoxication. Thus, it is necessary to conduct further research on the effects of jengkol as antioxidants."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kun Chyntia Mega Ningrum
"Dewasa ini terjadi peningkatan kebutuhan antioksidan untuk melawan paparan radikal bebas dari lingkungan dan mencegah kondisi stres oksidatif pada tubuh. Salah satu tanaman yang dikonsumsi masyarakat adalah jengkol. Jengkol (Archidendron pauciflorum) diketahui berpotensi sebagai antikosidan yang kuat karena kandungan asam jengkolat yang tersusun dari dua molekul sistein, kandungan vitamin C, dan flavonoid pada bijinya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak biji jengkol pada kadar senyawa karbonil jaringan hati tikus yang diintoksikasi CCl4. Sebanyak 27 ekor tikuslSprague Dawley jantan berusia 8 minggu dengan berat tikus 90-160 gram dibagi dalam empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol dengan dosis 0,01 ml/gbb peroral selama 8 hari, kelompok yang diberi CCl4 dengan dosis 0,55 mg/gbb peroral selama 2 hari, dan kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol selama delapan hari disertailCCl4 pada dua hari berikutnya. Parameter stres oksidatif yang diukur ialah kadar senyawa karbonil jaringan hati.
Analisis statistik menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antar kelompok percobaan (p = 0,015). Terdapat penurunan kadar senyawa karbonil dalam jumlah kecil secara kuantitatif tetapi bermakna secara statistik pada kelompok yang diberi ekstrak biji jengkol dengan CCl4 dibandingkan kelompok CCl4 saja (p = 0,974). Oleh sebab itu, dapat disimpulkan bahwa ekstrak biji jengkol pada dosis tersebut belum menunjukkan efek antioksidan.

Today antioxidants are used widely to protect body from environmental free radicals and prevent oxidative stress. One of traditional food that has been consumed widely is jengkol. Jengkol (Archidendron pauciflorum) is believed to have strong potential as antioxidant because of its seed content of jengkolic acid, a chemical compound consisting of two cysteine molecules, vitamin C, and flavonoid.
This research is conducted to find the effect of jengkol seeds extract towards carbonyl level of rat?s liver induced by CCl4. Twenty seven Sprague-Dawley strain rats, male, weight from 90-160 gram are divided into four groups: a control group, a group given jengkol seeds extract for 8 days (dosage: 10 ml/gbb orally), a negative control group given CCl4 for 2 days (dosage: 0,55 mg/gbb orally), and a group given jengkol seeds extract for 8 days and CCl4 for the next 2 days. The parameter of oxidative stress measured in this research is carbonyl level of rats liver tissue.
The statistical test showed that there was significantly difference in carbonyl level between groups (p = 0,015). There is a small decrease of carbonyl level but not statistically significant in group given both CCl4 and jengkol seeds extract compared to CCl4 group (p = 0,974). Therefore, the antioxidant effect of jengkol seed extract at this dose could not be concluded.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oktrian
"Perkembangan teknologi dan industri menyebabkan meningkatnya jumlah radikal bebas di lingkungan. Selain itu, Indonesia adalah negara tropis yang selalu terpapar oleh sinar UV sepanjang tahun yang menyumbang pembentukkan radikal bebas dalam tubuh. Jengkol (Archidendron pauciflorum) merupakan salah satu tanaman berbau khas didaerah tropis dan banyak terdapat di Indonesia. Jengkol telah digunakan sejak dahulu oleh masyarakat sebagai bahan pangan. Telah diketahui di dalam jengkol terdapat zat antioksidan seperti vitamin C, flavonoid dan asam jengkolat. Asam jengkolat mengandung sistein yang merupakan antioksidan. Namun aktivitas asam jengkolat sebagai antioksidan masih belum diketahui efektifitasnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan jengkol terhadap radikal bebas yang diinduksi CCl4 0,55 mg/KgBB. Penelitian ini menggunakan 32 tikus Sprague dawley jantan yang dibagi menjadi 4 kelompok secara acak yaitu kelompok kontrol, kelompok jengkol, kelompok CCl4 dan kelompok yang diberikan jengkol ditambah CCl4. MDA hati sebagai indikator kerusakan sel hati diukur setelah 8 hari dengan menggunakan metode Wills.
Dari analisis statistik didapatkan hasil bahwa jengkol dapat menurunkan kadar MDA hati pada tikus yang diberi CCl4 (p=0.026). Hal ini diperkirakan karena adanya aktivitas antioksidan dari sistein yang dihasilkan dari pemecahan asam jengkolat sehingga terjadi penurunanan kadar peroksida lipid yang diukur menggunakan indikator MDA hati.

The development of technology and Industry have caused increasing of free radicals in environment. Indonesia, a country that is located in tropical area, is exposed to the UV light during the years so that increasing the rate of free radical formation in the cells. Jengkol (Archidendron pauciflorum) is one of plants that grow on the tropical land. People have use it as food source since many years ago in Indonesia. As known, there are antioxidants contained in jengkol such as vitamin C, flavonoid and jengkolic acid. The jengkolic acid consist of cysteine that has antioxidant effect on free radical. However, the ability of jengkolic acid as the antioxidant is still unknown.
This study was conducted to know the abiliy of jengkol seed extract against free radical induced by 0.55 mg/KgBB CCl4.This experimental study used 32 samples of Sprague Dawley rats. There were 4 random groups of experiments, the control group, jengkol group, CCL4 group and jengkol added with CCL4 group. The indicator of tissue damage was liver MDA which calculated after 8 days by using the Wills method.
Form statistical analysis, we got the result that jengkol seed extract could decrease the level of liver MDA in the rats given CCl4 (p=0.026). This result was estimated because of the antioxidant activity of cysteine that cames from the jengkolic acid so that the level of lipid peroxidation decrease as indicated by the decreased in the liver MDA.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadhlan Rusdi
"Saat ini, paparan berbagai zat yang berbahaya bagi tubuh manusia cenderung meningkat, termasuk di antaranya radikal bebas, yang mengakibatkan meningkatnya kebutuhan akan suplemen antioksidan. Banyak penelitian membuktikan berbagai sumber antioksidan alami. Salah satu sumber makanan yang telah lama menjadi bahan makanan di Indonesia dan berpotensi memiliki fungsi protektif terhadap stres oksidatif adalah jengkol (Archidendron pauciflorum). Struktur asam jengkolat, salah satu kandungan jengkol, mirip dengan sistin sehingga secara teori dapat dipecah dan menghasilkan molekul sistein.
Penelitian eksperimental ini dilakukan untuk mengetahui apakah ekstrak biji jengkol dapat melindungi hati tikus galur Sprague Dawley dari kerusakan yang diakibatkan oleh CCl4. Sebagai indikator, digunakah kadar GSH, suatu antioksidan endogen. 32 tikus Sprague Dawley dibagi menjadi empat kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok yang diberikan sari biji jengkol 10 mg/kgBB selama 8 hari, kelompok yang mendapatkan CCl4 2,75 mg/gBB dosis tunggal dua hari sebelum dibedah, dan kelompok yang mendapatkan sari biji jengkol dan CCl4.
Dari hasil pengukuran kadar GSH hati tikus dengan teknik Ellman, didapatkan peningkatan kadar GSH kelompok yang mendapat jengkol hingga 1,7 kali lipat kontrol (p=0,000). Selain itu, kadar GSH hati tikus yang mendapatkan jengkol dan CCl4 lebih tinggi 8,6 kali lipat dibandingkan yang mendapat CCl4 saja (p=0,000). Dari bukti ini dapat dikatakan bahwa sari biji jengkol dapat menunjang fungsi antioksidan endogen dan meminimalisasi kerusakan hati yang diakibatkan CCl4.

This time, exposure to a variety of substances that are harmful to the human body, including free radicals, is likely to increase. This led to increased need for antioxidant supplementation. Many studies try to prove the various sources of natural antioxidants. One food source in Indonesia, jengkol (Archidendron pauciflorum), potentially have a protective function against oxidative stress because the structure of djenkolic acid, found in jengkol, is similar to cystine so that in theory it can be broken down and produce cysteine molecules.
This experimental study was conducted to determine whether jengkol bean extract may protect Sprague Dawley rat liver from damage caused by CCl4. As an indicator is GSH, an endogenous antioxidant. Sprague Dawley rats were divided into four groups, namely control group, the group given jengkol bean extract 10 mg / kg BW for 8 days, the group receiving CCl4 2,75 mg / g BW single dose two days before surgery, and the group who received both jengkol bean extract and CCl4.
The result of measurements of rat liver GSH levels with Ellman technique, shows elevated levels of GSH in the group receiving jengkol, up to 1.7 times compared to the control (p = 0.000). In addition, liver GSH levels in rats receiving both CCl4 and jengkol are 8.6-fold higher than ones that received CCl4 alone (p = 0.000). From this evidence, we can say that jengkol bean extract can support the endogenous antioxidant function and minimize liver damage caused by CCl4.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Angelina Permatasari
"Hepatotoksisitas merupakan suatu kondisi adanya kerusakan hati yang disebabkan oleh penggunaan suatu zat atau obat-obatan tertentu seperti karbon tetraklorida (CCl4). Untuk dapat mencegah terjadinya hal tersebut, dibutuhkan senyawa yang berfungsi sebagai hepatoprotektor seperti antioksidan. Oncom diketahui memiliki kandungan senyawa antioksidan berupa isoflavon. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menilai kemampuan hepatoprotekif ekstrak oncom pada tikus yang diberikan CCl4 dengan melakukan pengukuran terhadap aktivitas fosfatase alkali (ALP) dan Gamma Glutamyl Transferase (GGT) plasma tikus. Penelitian ini menggunakan 24 ekor tikus Sprague-Dawley jantan yang dibagi menjadi 6 kelompok secara acak yaitu, (1) kontrol tanpa perlakuan ;(2) kontrol CCl4 0,55 mg/kgBB ; (3) ekstrak oncom merah (OM) 1 gram/kgBB/hari ; (4) ekstrak OM 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB ; (5) ekstrak oncom hitam (OH) 1 gram/kgBB/hari ; (6) ekstrak OH 1 gram/kgBB/hari dan CCl4 0,55 mg/kgBB. Aktivitas ALP diukur dari plasma tikus dengan menggunakan substrat p-NPP dan aktivitas GGT diukur dari plasma tikus dengan menggunakan kit GGT RANDOX pada tiap kelompok perlakuan. Data dianalisis dengan menggunakan One-Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna antar tiap kelompok perlakuan terhadap aktivitas ALP (p=0,186) dan GGT (p=0,895). Oleh sebab itu, dapat diambil kesimpulan bahwa pemberian CCl4 dengan dosis 0,55 mg/kgBB tidak mengakibatkan terjadinya kerusakan pada hati dan pemberian ekstrak oncom dengan dosis 1 gram/kgBB/hari belum terbukti memiliki efek hepatoprotektif apabila dilihat dari aktivitas ALP dan GGT plasma.

Hepatotoxicity is a condition of liver damage caused by the use of certain substances or drugs such as carbon tetrachloride (CCl4). To prevent liver cells damage, a compound that functions as a hepatoprotector such as antioxidants is needed. Oncom is known to contain antioxidant compounds in the form of isoflavones. This study was conducted with the aim of assessing oncom extract hepatoprotective ability in mice given CCl4 by measuring the activity of alkaline phosphatase (ALP) and Gamma Glutamyl Transferase (GGT) of rats plasma. This study using 24 male Sprague-Dawley rats divided into 6 groups randomly. (1) group without treatment; (2) was given CCl4 0.55 mg / kgBW; (3) was given red oncom extract (RO) 1 gram / kgBW / day; (4) was given RO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW; (5) was given black oncom extract (BO) 1 gram / kgBW / day; (6) was given BO extract 1 gram / kgBW / day and CCl4 0.55 mg / kgBW. ALP activity was measured from rat plasma using p-NPP substrate and GGT activity was measured from rat plasma using GGT RANDOX kits in each treatment group. Data were analyzed using One-Way ANOVA. The results showed that there was no significant differences of ALP (p=0,186) and GGT (p=0,895) between all treatment groups. Therefore, it can be concluded that the administration of CCl4 0,55mg/kgBB is not causing a liver damage and the administration of oncom extract at a dose of 1 gram / kgBW / day has not been shown to have a hepatoprotective effect when measured by plasma ALP and GGT activity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>