Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 194346 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang intensitas dalam berdzikirsetelah shalat dengan kecerdasan emosi pada siswa siswi SMA X dan SMA Y Bandung. Penelitian menggunkan metode korelasi dan bertujuan memberikan informasi kepada kedua sekolah tentang intensitas dalam berdzikir setelah shalat dengan kecerdasan emosional. Hipotesisnya adalah “ Semakin kurang intensitas dalam bedzikir setelah shalat, semakin rendah emosiaonal pada siswa siswi SMA X di Bandung”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara intensitas dalam berdzikir dengan kecerdasan emosi. Artinya semakin kurang intensitas dalam berdzikir setelah shalat maka semakin rendah kecerdasan emosinya."
MIMBAR 28:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Masran Daduy Zentra
"Pemimpin adalah pembawa petunjuk bagi bawahannya, melalui aturan dan hubungan tertentu, sehingga peran dan fungsi pemimpin dalam suatu organisasi sangat panting dalam menentukan keberhasilan organisasi. Oleh karena itu suatu organisasi sangat memerlukan pemimpin yang handal untuk dapat mengaplikasiksn prinsip-prinsip yang sesuai dengan kondisi organisasi dan memberdayakan kecerdasan emosinya, sehingga mampu memperhatikrnn dinamika kelompok yang memiliki emosi dan kepribadIan yang khas.
Tuntutan ini memerlukan aparatur pemerintah kota X, termasuk kepala Bagian yang ada dilingkungan Kesekretariatan Pemerintah Kota X untuk dapat mengembangkan kemampuan sumberdaya manusianya antara lain de.igan cars mengaplikasikan dan memberdayakan kecerdasan emosinya sehingga mampu mengenali potonsi diri balk kekuatan maupun kelemahannya.
Pimpinan yang memiliki jabatan dan title keserjanaan yang tinggi tidak menyamin mereka dapat memberdayakan kecerdasan emosional secara optimal sehingga tidak mengherankan dilingkungan unit yang dipimpinnya masin adanya pengawai yang mangkir (menunda pekerjaan, datang lambat pulang cepat) dan masih ada ago sektoral antar Bagian serta pemimpin yang arogan.
Pemimpin dengan emotional intelligence yang tinggi akan mampu memimpin dan memotivasi bawahannya serta membina hubungan dengan orang Iain karena mereka mampu mengelola dan menguasi emosinya dalarn kehidupan sehazi-hrai dan lingkungan kerjanya.
Kesekretariatan Kota X, merupakan bagian dari organisasi yang ada dilingkungan pemerintah kota X, yang dalam pelaksanaan tugasnya membantu Walikota menyelengaralcan pemerintahan dan memberikan pelayanan adrninistrasi kepada seluruh perangkat pemerintahan dan masyarakat kota X secara prima.
Untuk mengatasi permasalahan seperti yang disebutkan diatas diperlukan suatu rancangan program pelatihan yang sesuai mengenai kecerdasan emosional. Kepala Bagian yang memiliki kecerdasan emosional akan membantu mengatasi permasalahan di unitnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai secara efektif dan efisien."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T18802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aulia Rosemary
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat perbedaan kecerdasan emosional antara siswa SMA dengan siswa MA. Penelitian ini termasuk penelitian kuantatif dengan metode non eksperimental dengan tipe ex post facto fields study. Independent Sample t-Test digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Pengukuran kecerdasan emosional dilakukan dengan alat ukur kecerdasan emosi (EII) yang terdiri dari 80 item (á = 0.933).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kecerdasan emosional antara siswa SMA dengan siswa MA di pondok pesantren; 2) secara umum responden dari siswa SMA dan siswa MA memiliki kecerdasan emosional yang sedang; 3) terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi motivasi diri antara siswa SMA dengan siswa MA; 4) terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi motivasi diri antara responden laki-laki dan perempuan.

This research aims to know whether a difference of emotional intelligence exists in adolescence between senior high school students and Madrasah Aliyah (MA) students at pondok pesantren. As a quantitative research this study use non experimental method, which is ex post facto fields study. Independent Sample t-Test was used to analyze the data obtained. The measurement was conducted with the Emotional Intelligence Inventory (EII) that consist of 80 items (á = 0.933).
Result of this study indicates: (1) there is no significant difference of emotional intelligence in adolescence between senior high school students and Madrasah Aliyah (MA) students at pondok pesantren; 2) generally senior high school students and Madrasah Aliyah (MA) students have a moderate score of emotional intelligence; 3) there is significant difference of motivation, as a dimension of emotional intelligence, in adolescence between senior high school students and Madrasah Aliyah (MA) students at pondok pesantren; 4) there is significant difference of motivation between male and female students."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
152.4 ROS p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Eva Mayangsari
"Skripsi ini membahas mengenai Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Prestasi Belajar (Studi Kasus Siswa Kelas III SMA Yappenda Tanjung Priok, Jakarta Utara) dengan metode analisis eksplanatif dan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menjelaskan bagaimana hubungan komponen - komponen kecerdasan emosional dengan prestasi belajar yang tercermin pada prestasi akademik siswa kelas III SMA Yappenda . Penelitian ini juga memaparkan seberapa besar tingkat kecerdasan emosional siswa di sekolah dalam menunjang prestasi belajarnya berdasarkan isian kuesioner dan data lainnya yaitu berupa rapot. Dengan tingkat kecerdasan emosional yang berbeda akan menghasilkan prestasi belajar yang berbeda pula. Berdasarkan hal ini, perlu adanya penyusunan rencana yang efektif dari sekolah untuk meningkatkan kecerdasan emosional siswa agar prestasi belajar di SMA Yappenda semakin meningkat.

This thesis discuss about The Relation of Emotional Intelligence with Learning Achievement (Students Grade III in Yappenda North Jakarta Highschool) with explanatory analysis methods and quantitative approach. This study describes how the relationship between components of emotional intelligence and learning achievement students Grade III in Yappenda North Jakarta Highschool. This study also describes the extent of emotional intelligence of students in School to support academic achievement based on questionnaires and other data it is rapot. With different levels of emotional intelligence it will be produce a different learning achivement to. It takes some effective planning in school to improve the emotional intelligence of students that learning achivement is increasing for future."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S52838
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Perkembangan internet yang semakin pesat menyebabkan semakin mudah
diaksesnya internet oleh masyarakat, salah satunya yaitu permainan daring yang
merupakan hal yang cukup diminati remaja saat ini. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan intensitas bermain permainan daring dengan kecerdasan
emosional remaja usia 13-17 tahun. Desain penelitian yang digunakan adalah
analitik-korelatif secara cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 60 siswa
SMP Al-Khairiyah 1 dan SMA Al-Khairiyah Jakarta dengan teknik consecutive
sampling. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Korelasi
Pearson. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan negatif yang bermakna
antara intensitas bermain permainan daring dengan kecerdasan emosional (r= -
0,33; p= 0.004). Penelitian ini merekomendasikan perlu dikembangkannya suatu
program untuk mengoptimalkan kecerdasan emosional remaja di sekolah maupun
komunitas, dengan harapan kegiatan bermain permainan daring dapat
diminimalkan.;The development of internet which is rapidly increasing, causing it more easily
accessible by people, one of it is online game which is preferable by adolescents
at this time. The purpose of this study was to explore the relations between online
gaming intensity and emotional intelligence of adolescents age-range 13-17. This
study used correlative-analytical with cross sectional design approach. The sample
of this study were 60 students in Al-Khairiyah 1 Junior High School and Al-
Khairiyah Senior High School, Jakarta through consecutive sampling. Statistical
test which was used in this study was Pearson Correlation test. This study result
showed that there was a significant negative relations between online gaming
intensity and emotional intelligence (r= -0,33; p= 0.004). This study recommends
that a program to optimize adolescents? emotional intelligence need to be
developed in school and community, with expectation that online gaming activity
can be minimized., The development of internet which is rapidly increasing, causing it more easily
accessible by people, one of it is online game which is preferable by adolescents
at this time. The purpose of this study was to explore the relations between online
gaming intensity and emotional intelligence of adolescents age-range 13-17. This
study used correlative-analytical with cross sectional design approach. The sample
of this study were 60 students in Al-Khairiyah 1 Junior High School and Al-
Khairiyah Senior High School, Jakarta through consecutive sampling. Statistical
test which was used in this study was Pearson Correlation test. This study result
showed that there was a significant negative relations between online gaming
intensity and emotional intelligence (r= -0,33; p= 0.004). This study recommends
that a program to optimize adolescents’ emotional intelligence need to be
developed in school and community, with expectation that online gaming activity
can be minimized.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59416
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sholeh
"Tesis ini bertujuan untuk menguji hubungan antara aspek-aspek dari kecerdasan emosional, itsar (altruism), dan spiritualitas dengan kepuasan kerja. Pada penelitian ini variable independent (IV) berjumlah 15 dan kepuasan kerja sebagai dependent variable (DV). Dengan teknik sampel total, diperoleh sampel sebanyak 66 orang guru yang bekerja di Sekolah Dwi Matra. Data penelitian diolah dengan metode regresi linear berganda dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dan kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan antara aspek-aspek kecerdasan emosional, itsar (altruism), dan spiritualitas dengan kepuasan kerja (r=0,577) namun tidak signifikan (sig 0,090). Nilai R2 dari seluruh varabel yang diujikan sebesar 0,333 atau setara dengan 33 %. Aspek self awareness merupakan satusatunya variabel bebas yang terbukti berkorelasi positif dengan kepuasan kerja (sig.0.039, R2 : 0,130). Aspek ini perlu menjadi prioritas jika akan dilakukan intervensi kepuasan kerja pada guru di Sekolah Dwi Matra.

This thesis aims to examine the relationship between aspects of emotional intelligence, itsar (altruism), and spirituality with job satisfaction. In this study, the independent variable (IV) amounted to 15 and job satisfaction as the dependent variable (DV). With this technique the total sample, obtained a sample of 66 teachers who work at Sekolah Dwi Matra,Jakarta. The research data were processed by the method of multiple linear regression with a significance level of 0.05. Results and conclusions of this study prove that there is a relationship between aspects of emotional intelligence, itsar (altruism), and spirituality with job satisfaction (r = 0.577) but not significant (sig .090). R2 values of all tested variable of 0.333, equivalent to 33%. Aspects of self-awareness is the only independent variables that proved to be positively correlated with job satisfaction (sig.0.039, R2: 0.130). This aspect needs to be a priority if the intervention will be conducted on teacher job satisfaction at Sekolah Dwi Matra."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29665
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hidayat
"Tema penelitian ini berangkat dari ketertarikan peneliti terhadap hasil penelitian sebelumnya oleh Molina (2006) yang menungkapkan bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya pada remaja yang mengikuti program homeschooling ternyata kurang optimal. Berdasarkan hasil penelitian tersebut peneliti memiliki asumsi awal bahwa jika interaksi sosial dengan teman sebaya kurang optimal, maka hal tersebut akan berpengaruh terhadap kecerdasan emosionalnya. Penelitian ini kemudian dilakukan untuk meneliti perbedaan kecerdasan emosional pada remaja yang mengikuti program homeschooling dengan remaja yang mengikuti sekolah formal biasa. Untuk mengetahui skor kecerdasan emosional dari kedua kelompok yang diteliti maka digunakanlah alat ukur Inventori Kecerdasan Emosional yang dikembangkan oleh Lanawati (1999).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbedaan skor kecerdasan emosional yang signifikan antara remaja yang mengikuti program homeschooling dengan remaja yang mengikuti sekolah formal biasa. Perbedaan skor tersebut jika dilihat dari nilai rata-ratanya, maka diperoleh data bahwa skor kecerdasan emosional remaja yang mengikuti program homeschooling secara umum lebih rendah dibandingkan dengan yang mengikuti sekolah formal biasa. Selanjutnya melalui penelitian ini juga didapatkan hasil berupa tidak adanya perbedaan yang signifikan pada dimensi social skills diantara kedua kelompok yang diteliti.

This theme come from researcher interest to the result of previous research by Molina (2006) that social interaction in adolescent who followed homeschooling programme were not optimal. Based on it, researcher assume that if the social interaction were unoptimal and so the emotional intelligence. The research objective is to find out the difference of emotional intelligence between homeschooled adolescent and formal schooled adolescent. This reseach used Emotional Intelligence Inventory developed by Lanawati (1999) to score.
The result shows that there were significant differentiation between homeschooled adolescent and formal schooled adolescent. According to the average score, the homeschooled adolescent score is lower than formal schooled adolescent score. Another result is that there is no significant differentiation in social skill dimentions between the two groups.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
F.X. Harjoyo
"This research is aimed at knowing the relationship between compensation and emotional intelligence with officer organizational commitment of the Supreme of Audit Board (Badan Pemeriksa Keuangan) Jakarta. Compensations is remuneration that giving by employee for their jobs that done include: salary, incentives, and allowance. Emotional Intelligence is capability to feel, understand, and actively to implement energy and power sensitively as energy resource information, relationship and human's influence based on capability indicator regarding self emotion, managing self emotion, self motivating, empathy and building relations with others. Meanwhile, organizational commitment is relative power from individual about trust to the organization goals, willingness to do efforts as good as possible for sake of organizational interest, to be member of such related organization and attractiveness to objective that include affective, normative and rational components. This research using both descriptive and correlation method involving 90 respondents randomized simply. Data collection is conducted by questioner which of validity and reliability had been tested. Validity test using Spearman Rank correlation and Reliability test by Spearmen Brown. Subsequently, the obtained data is analyzed using statistical formulation, i.e. both Spearman Rank correlation and t-test.
The result of hypothesis testing show that the compensation and emotional intelligence have positive and significant relationship with officer organizational commitment. Likewise for emotional intelligence also have positive and significant relationship with officer organizational commitment. This is mean that more good the compensation system and more high emotional intelligence, then more high organizational commitment. Otherwise more bad the compensation system and more low emotional intelligence, then more low organizational commitment. Based on this finding, then officer organizational commitment need to be improved with improving compensation system and improving emotional intelligence. The improving of compensation system that need to give priority is health allowance, special allowance for work accident, the objectivity of salary increasing, big days allowance and incentive. The compensation also need to be improved according to the spreading of feasible need. Meanwhile related to improving of emotional intelligence need to doing by giving understanding to officer about emotional intelligence autodidacly by officer or through the emotional intelligence training periodically.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kompensasi dan kecerdasam emosional dengan komitmen organisasi pegawai Badan Pemeriksa Keuangan Jakarta. Kompensasi adalah balas jasa yang diberikan kepada pegawai atas pekerjaan yang dilakukan yang meliputi: gaji, insentif, dan tunjangan. Kecerdasan emosional merupakan kecakapan untuk merasakan, memahami, dan mengimplementasikan kepekaan tenaga dan emosional secara aktif sebagai sumber energi, informasi, hubungan dan pengaruh yang manusiawi yang dilihat berdasarkan indikator kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, berempati, dan membina hubungan dengan orang lain. Sementara komitmen organisasional adalah kekuatan bersifat relatif dari individu mengenai kepercayaan terhadap tujuan organisasi, kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi, keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan, yang meliputi komponen afektif, normatif dan rasional. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan korelasional dengan melibatkan 90 responden yang diambil secara acak sederhana. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Uji validitas menggunakan rumus korelasi Spearman Rank dan uji reliabilitas menggunakan Spearman Brown. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan formula statistika, yakni korelasi Spearman Rank dan t-test.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa kompensasi memiliki hubungan positif dan signifikan dengan komitmen organisasi. Demikian pula kecerdasan emosional juga memiliki hubungan positif dan signifikan dengan komitmen organisasi. Hasil ini memberikan arti bahwa semakin baik sistem kompensasi dan semakin tinggi kecerdasan emosional, maka semakin tinggi komitmen organisasi. Sebaliknya, semakin buruk kompensasi dan semakin rendah kecerdasan emosional, maka semakin rendah komitmen organisasi pegawai. Berdasarkan temuan temuan penelitian ini, maka komitmen organisasi pegawai perlu ditingkatkan dengan cara memperbaiki sistem kompensasi dan meningkatkan kecerdasan emosional. Perbaikan sistem kompensasi yang perlu diprioritaskan adalah tunjangan kesehatan, tunjangan khusus untuk perlindungan dari kecelakaan kerja, obyektivitas kenaikan gaji bulanan, tunjangan hari besar, insentif. Pemberian kompensasi kepada pegawai juga perlu ditingkatkan sesuai perkembangan kebutuhan hidup yang layak. Sementara terkait dengan peningkatan kecerdasan emosional perlu dilakukan dengan memberikan pemahaman terhadap para pegawai mengenai hakikat kecerdasan emosional baik secara otodikdak oleh pegawai sendiri maupun melalui penyelenggaraan pelatihan kecerdasan emosional secara berkala."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
T26359
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Nurjanah
"Kecerdasan emosional dihasilkan dari lingkungan sosial dimana individu dapat mengembangkan kemampuan kesadaran, kontrol, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Salah satu lingkungan sosial tersebut adalah wahana kegiatan ekstrakurikuler. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dengan tingkat kecerdasan emosional remaja. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif-korelatif dengan pendekatan potong lintang. Sampel penelitian ini berjumlah 106 siswa SMAN 14 Jakarta dengan menggunakan teknik quota sampling.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara tingkat partisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler dan tingkat kecerdasan emosional remaja (p= 0,041, α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan perlunya peningkatan kuantitas dan kualitas pembinaan kegiatan ekstrakurikuler sehingga dapat menunjang optimalisasi kecerdasan emosional siswa.

Emotional intelligence is a result of social environment where can improve five competences: self-awareness, self-control, self-motivation, empathy, and social- skill. One of it is the extracurricular activity. The purpose of this study is to examine the relationship between participation in extracurricular activity and adolescent’s emotional intelligence. This study used correlative-descriptive with cross sectional design approach. The sample of this study are 106 students in 14 Senior High School Jakarta through quota sampling.
The result showed that was significant relationship between participation in extracurricular activity and adolescent’s emotional intelligence (p= 0,041, α= 0,05). This study recommended educational institutions to improve quantity and quality of estabilishing extracurricular activities in order to support optimalization of emotional intelligence.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartikaweni Juliansari
"ABSTRAK
Kecerdasan emosional merupakan kemampuan memahami perasaan, berempati
serta mengatur emosi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan
kecerdasan emosional remaja berdasarkan status kerja ibu. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah responden 143 remaja. Data
diperoleh dari kuesioner Inventori Kecerdasan Emosional. Hasil penelitian
menunjukkan remaja yang berasal dari keluarga dengan ibu bekerja dan tidak
bekerja memiliki skor rata-rata empati yang berbeda (p value 0.000). Penelitian
ini merekomendasikan perlunya pengajaran empati dari orang tua dan lingkungan
remaja, serta pentingnya optimalisasi peran perawat komunitas di sekolah dan
keluarga.
ABSTRACT
Emotional intelligence is a skill to understand our own feeling, empathy, and
emotional control. This study investigated the differences of emotional
intelligence between adolescents whose mothers were working and not working.
This study is a quantitative research with a sample of 143 adolescents. The data
were obtained using Inventori Kecerdasan Emosional Questionnaire. The result
showed that the adolescents whose mothers were working and not working got
different mean score on empathy (p value 0.000). This study recommends the
importance of the implementation of teaching empathy skill from parents and its
environment, as well as optimizing the role of community health nurse, especially
school and family nurse."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S60510
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>