Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171324 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Aborsi merupakan salah satu pilihan sulit yang tersedia ketika seorang perempuan hamil di luar pernikahan. Hal ini terutama terjadi pada perempuan muda yang tidak siap hamil di luar pernikahan. Hal ini terjadi pada perempuan muda yang tidak siap menikah dan merawat anak yang dikandungnya karena berbagai kondisi seperti masih sekolah, pasangan belum bekerja, dan masih tergantung kepada orang tua. Dampak dari aborsi adalah perasaan kehilangan dan dukacita, namun seringkali para perempuan ini mengalami hambatan dalam mengekspresikan dukacita karena aborsi, serta kurang mendapat simpati dan dukungan orang-orang terdekat. Kondisi ini disebut disenfranchised grief.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitiatif dengan pengambilan data menggunakan metode wawancara dengan pedoman umum. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya disfranchised grief pada kedua responden penelitian dengan gejala perasaan malu dan tidak berharga , perasaan bersalah, marah, melakukan tindakan destruktif seperti mabuk-mabukan, aborsi berulang. Keluarga , pacar, teman dan karakteristik kepribadian menjadi faktor yang bisa meringankan maupun memperparah disfranchised grief. Tersedianya ritual agama dan masyarakat menjadi faktor yang meringankan."
JIPM 1:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rika Santi Wardani
"Fenomena aborsi yang tidak aman dan kriminalisasi terhadap perempuan yang melakukannya bukanlah hal baru di Indonesia. Angka aborsi tidak aman merupakan akibat dari regulasi yang mengkriminalisasi perempuan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pengambilan keputusan bagi perempuan untuk melakukan aborsi. Selain itu, penelitian ini juga memberikan penjelasan mengenai dampak aborsi terhadap perempuan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara satu informan dan dua narasumber yang berhubungan dengan fenomena aborsi di Indonesia. Pengalaman dan informasi perempuan menjadi dasar analisis untuk memperoleh data yang komprehensif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa eksploitasi, manipulasi dan kekerasan seksual merupakan penyebab terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan pada perempuan. Keputusan perempuan untuk melakukan aborsi juga ditemukan berkaitan dengan ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan perempuan dan dinamika kekuasaan. Dengan demikian, perempuan dianggap sebagai pelaku, bukan korban penyalahgunaan kekuasaan oleh struktur sosial yang ada. Crime by omission yang dilakukan negara adalah bukti bahwa perempuan adalah korban struktural. Hasil data menunjukkan bahwa perempuan menghadapi viktimisasi ganda berdasarkan keterlibatan mereka dalam sistem peradilan pidana pasca-aborsi. Dalam kondisi sistem peradilan pidana yang standar laki-laki dan bias gender, perempuan mengalami diskriminasi, seksisme, penindasan dan menjadi tidak adil di depan hukum. Pada akhirnya, perempuan akan teralienasi melalui pola viktimisasi dan viktimisasi berganda.

In Indonesia, it is not uncommon for women to be prosecuted for having an unsafe abortion. Regulations that penalize women contribute to the high rate of unsafe abortions. The goal of this study was to look into how women make decisions regarding abortion. This research also includes a summary of the effects of abortion on women. The research technique employs a qualitative approach, with one informant and two resource persons interviewed about the abortion phenomenon in Indonesia. The analysis is based on the experiences and information of women in order to collect thorough data. The findings of this study show that exploitation, manipulation, and sexual violence are the leading causes of unintended pregnancies among women. Women's decisions to have abortions were also shown to be linked to gender inequality and power dynamics between men and women, with women being viewed as offenders rather than victims of power abuse by the current social framework. Women are structural victims, as evidenced by the state's crime by omission. Women are double victims, according to the data, because of their engagement in the post-abortion criminal court system. Women are ultimately alienated from the state as a result of a pattern of victimization and double victimization. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Background: Unwanted pregnancy is often related to the practice of abortion. The existing data are sporadic and illustrate the condition of the big city Kompas (16/2/2009) said that abortion cases are 2.5 million for a year. Another study estimates that about 2 million cases of abortion. By using the Riskesdas data, this study aimed to describe how the incidence of miscarriage, unwanted pregnancy, and abortion efforts in lndonesia. Methods: Units of analysis in this study is the sampIe of individuaIs Riskesdas 2010, ever married women, 10-59 years old, which is located in all provinces of lndonesia. The data used are the results of a questionnaire survey by using instruments RKD10.IND and RKD10RT. This data is correlated with demographic status and socio economic status. From the data processing, we know the motive of abortion. Findings: The incidence of miscarriage rate is 4% nationally Of all occurrences of miscarriages, there is 6.54% of them aborted. Abortion is mostly done by women aged over 35 year old, graduated from high school, not working and living in urban areas. Curettage is the dominantly way for abortion. Herbs, pills and injections are the alternative ways. Associated with the incidence of unplanned pregnancies, cases were found ranged between 1.6% and 5.8%. On all unplanned pregnancies cases, 6,71 % are aborted. The abortions are mostly done by wome aged over 35 years old with elementary school graduated, unemployed, lower economic status (2nd kuantil) and live in urban areas. Abortion techniques are herbs and pills."
BULHSR 15:2 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Milla Herdayati
"Tidak semua kehamihn disambut kehadirannya atau diinginkan perempuan. Kehamilan tidak diinginkan (KTD) terjadi karena berbagai alasan, misalnya perempuan/pasangan tidak menggunakan kontrasepsi padahal tidak ingin memiliki anak lagi, memakai kontrasepsi tetapi kehamilan tetap terjadi (kegagalan kontrasepsi, alasan kesehatan ibu, janin cacat, usia terlalu muda, terlalu banyak, atau sebab lain seperti hasil perkosaan atau kendala ekonomi.
Perempuan dengan KTD seringkali berakhir dengan keputusan aborsi. Mengingat aborsi masih dianggap ilegal menurut hukum di Indonesia, menyebabkan perempuan melakukan secara sembunyi-sembunyi di tempat yang tidak aman karena dilakukan oleh tenaga yang tidak berkompeten di tempat-tempat yang tidak memenuhi persyaratan medis. Sehinga aborsi yang tak aman ini berisiko terjadinya kesakitan bahkan kematian pada perempuan. Aborsi disengaja diduga merupakan salah satu penyebab kematian ibu di Indonesia yang bersembunyi di balik angka komplikasi perdarahan dan infeksi. Resiko kesakitan dan kematian pada perempuan makin tinggi jika aborsi terhadap berkali-kali atau berulang.
Studi ini bertujuan mengetahui pengaruh penggunaaan kontrasepsi terhadap kejadian aborsi berulang menurut faktor usia, paritas, menikah dan pendidikan perempuan. Untuk itu digunakan data sekunder betbasis fasilitas di sembilan kota di Indonesia. Sampel pada studi adalah perempuan dengan keluhan KTD dan memutuskan aborsi karena alasan non medis. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deksriptif dan analisis inferensial, yaitu logistik non-hierarkhi dengan batas kemaknaan yang digunakan sebesar 5%.
Analisis deksriptif memberikan hasil bahwa di pelayanan kesehatan, aborsi berulang banyak dilakukan pada mereka yang berturut lebih dan 30 tahun dengan paritas 3 anak atau lebih. Status pernikahan sebagian besar berstatus pernah menikah (menikah dan cerai hidup/mati). Selain itu, kejadian aborsi berulang ternyata menurut tingkat pendidikan tidak memberikan pola yang jelas artinya antara perempuan yang pendidikan tinggi dan mereka yang berpendidikan rendah relatif tidak berbeda. Alasan perempuan melakukan aborsi antara lain: tidak menginginkan anak lagi, anak sebelumnya masih kecil, faktor usia yang terlalu tua sehingga resiko tinggi jika melahirkan, terikat perjanjian/kontrak kerja, masalah ekonomi, baru menikah belum siap memiliki anak dan terakhir alasan belum menikah/janda. Keputusan aborsi dihadapi perempuan ketika mereka mengalami KTD.
Hasil studi, sebagian besar penyebab mereka mengalami KTD adalah mereka menggunakan kontrasepsi tetapi mengalami kegagalan. Hal ini dikarenakan kontrasepsi yang dipilih merupakan adalah pil, suntik, kondom, dan coitus interruptus. Jenis-jenis kontrasepsi tersebut keefektifannya antara tergantung pada kedisplinan pemakai, seperti tidak lupa minum pil, tidak lupa suntik ulangan, dan Iain-lain. Sebab Iainya adalah kebutuhan mereka tidak terpenuhi (unmet need) padahal mereka tidak menginginkan anak lagi atau ingin menjarangkan kehamilan.
Analisis inferensial didapatkan hasil bahwa di fasilitas kesehatan, kejadian aborsi berulang antara perempuan yang pendidikan tinggi tidak berbeda dengan perempuan yang berpendidikan rendah. Faktor usia ternyata mempengaruhi kejadian aborsi berulang, dimana perempuan yang berusia 30+ tahun lebih berisiko mengalami aborsi berulang dibandingkan mereka yang berusia kurang dari 30 tahun. Begitu juga dengan paritas, dimana perempuan dengan paritas 3 orang anak atau lebih ternyata lebih berisiko mengalami aborsi berulang dibandingkan mereka dengan paritas kurang dari 3 anak.
Berdasarkan hasil studi tersebut ada beberapa rekomendasi yang dapat diberikan yaitu pertama, pemerintah sudah harus mengatur masalah pelayanan aborsi yang aman dalam bentuk undang-undang ataupun merevisi UU yang telah ada dengan melibatkan aspirasi masyarakat. UU ini harus mengatur dimana dan dalam kondisi spa aborsi dapat dilakukan, siapa yang dapat menyediakan pelayanan aborsi dan batas aman usia kehamilan yang diperbolehkan serta dengan dukungan konseling yang optimal.
Yang kedua, untuk mencegah aborsi terutama berulang maka di pelayanan kesehatan harus memasukan informasi sebagai salah Satu unsur pelayanan mereka dalam bentuk konseling sehingga kelompok unmet need dan kegagalan KB dapat dikurangi. Selain itu, yang ketiga masalah pengetahuan KB merupakan penyebab mendasar terjadinya aborsi berulang maka di tingkat masyarakat perlu digalakkan kembali promosi dan motivasi ber-KB terutama pada mereka dengan paritas 3 anak atau lebih, usia 30 tahun ke atas, dan untuk semua tingkat pendidikan baik perempuan berpendidikan tinggi maupun rendah. Bagi perempuan yang telah ber-KB sebaiknya diarahkan untuk memilih kontrasepsi yang efektif seperti IUD, implant dan steriliasi sehingga kemungkinan hamil karena gagal kontrasepsi bisa diperkecil."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T17568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Ristriyani
"ABSTRAK
Perempuan akan berduka karena terinfeksi HIV namun belum diketahui bagaimana gambaran respon berduka dan hal yang dapat memengaruhi. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui gambaran respon berduka dan faktor (karakteristik, kondisi biopsikososial-
spiritual dan stigma) yang dapat memengaruhi berduka pada perempuan HIV positif.
Rancangan penelitian ini dilaksanakan dengan potong lintang dengan metode pengambilan sampel secara consecutive sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 235 responden. Hasil penelitian didapatkan gambaran berduka dengan nilai tengah denial yaitu 2,25 (SD
0,75) pada rentang 2,18-2,38 , resistance yaitu 1,67 (SD 0,89) dengan rentang 1,84-2,07,
sorrow yaitu 2,67 (SD 0,93) dengan rentang 2,26-2,52, dan acceptance yaitu 3 (SD 0,72) dengan rentang 2,79-2,98 pada tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menemukan keterbukaan status memengaruhi denial (p < 0,05), resistance (p < 0,05), dan acceptance
pada perempuan HIV positif (p < 0,05). Rekomendasi dari penelitian ini adalah respon
berduka dapat menjadi bahan pertimbangan konseling kepada penderita HIV AIDS

ABSTRACT
Women will be grief because are infected by HIV, but there has not been studied about the
description of the grieving response and factors that can influence it. Therefore, this study aims to describe the response of grieving and factors (characteristics, biopsychosocial-
spiritual condition and the stigma) that could affect the process. The study design was cross sectional with sampling methods is consecutive sampling. Number of samples are 235 respondents. The result showed a description of grieving response with the median score for each response is denial 2.25 (SD 0.75) in the range of 2.18 to 2.38, resistance 1.67 (SD 0.89) with a range of 1.84 to 2.07, sorrow 2.67 (SD 0.93) with a range of 2.26 to 2.52, and acceptance 3 (SD 0.72) with a range of 2.79 to 2.98 at the 95% confidence level. The study found that disclosure significantly affects denial (p <0.05), resistance (p <0.05), and
acceptance of HIV-positive women (p <0.05). Recommendations from this study is the grieving response could be considered for counseling for people living with HIV AIDS"
2016
T45950
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
McDonagh, Eileen L.
New York: Oxford University Press, 1996
363.46 McD b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Puri Fajarezza
"Menghadapi grief akibat kehilangan orang tua pada masa emerging adulthood atau masa ketidakstabilan merupakan pengalaman yang menantang. Penelitian ini bertujuan mengetahui kontribusi resiliensi dan dukungan sosial terhadap grief pada emerging adulthood yang mengalami kematian orang tua. Sebanyak 123 partisipan dengan rentang usia 18 - 25 tahun terlibat dalam penelitian ini. Grief diukur menggunakan Texas Revised Inventory of Grief - Present, resiliensi diukur menggunakan Connor Davidson Resilience Scale 10, dan dukungan sosial diukur menggunakanMultidimensional Scale of Perceived Social Support. Berdasarkan analisis regresi berganda, ditemukan bahwa resiliensi dan dukungan sosial secara bersamaan berkontribusi terhadap grief secara signifikan (R2 = .107, p < 0.05).

Dealing with grief due to the loss of a parent during emerging adulthood or a period of instability is a challenging experience. This study aims to determine the contribution of resilience and social support to grief in emerging adults who experience parental death. A total of 123 participants with an age range of 18-25 years were involved in this study. Grief was measured using the Texas Revised Inventory of Grief - Present, resilience was measured using the Connor Davidson Resilience Scale 10, and social support was measured using the Multidimensional Scale of Perceived Social Support. Based on multiple regression analysis, it was found that resilience and social support significantly and simultaneously contributed to grief (R2 = .107, p < 0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melani Aprianti
"ABSTRAK
Pernikahan bukanlah hal yang abadi. Perpisahan dapat teijadi karena
bercerai ataupun kematian. Kehilangan pasangan hidup akibat kematian
merupakan perubahan besar dalam hidup seseorang. Reaksi kematian pasangan
atau anak adalah kehilangan yang paling traumatis pada orang dewasa
(Aiken,1994). Terutama pada kematian yang bersifat tiba-tiba dimana individu
yang ditinggalkan tidak memiliki persiapan sama sekali. Kehilangan pasangan
merupakan hal yang berat bagi wanita yang ditinggalkan. Mereka harus
menghadapi bereavement dan juga masalah-masalah baru sebagai janda.
Bereavement adalah suatu rasa kehilangan akibat kematian. Bereavement
terdiri dari grief dan mourning. Grief adalah reaksi internal dari kehilangan dan
mourning adalah pengekspresian dari rasa kehilangan tersebut. Parkes dalam Hall
& Perlmutter (1985) menyatakan dalam menghadapi grief itu sendiri melewati
empat proses yaitu emptiness (kekosongan) dan numbness (kekakuan), yearning
(kerinduan), disorientasi dan reorganisasi. Hal lain yang dihadapi seorang wanita
paska suami adalah Masalah-masalah sebagai janda. Masalah-masalah yang harus
dihadapi wanita yang menjanda menurut Hurlock (1986) adalah masalah
ekonomi, masalah rumah tangga, masalah tempat tinggal, masalah sosial, masalah
seksual dan masalah praktis.
Dalam menghadapi hal-hal diatas, diperlukan suatu keyakinan akan
kemampuan diri untuk menghadapinya dan dukungan dari orang lain. Self efficacy
disebutkan oleh Parkes dalam Encyclopedia of marriage and the family (1995)
sebagai salah satu faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesulitan yang
dialami seorang janda. Dukungan sosial memiliki peran penting pada bereavement
dan berfungsi sebagai pelindung pada kejadian hidup yang stresful ( encyclopedia
of marriage and the family, 1995). Penelitian ini ditujukan untuk mendapatkan gambaran self efficacy dan dukungan sosial dalam menghadapi proses grief dan
masalah-masalah pada wanita paska kematian suami.
Untuk menggali lebih dalam tentang gambaran self efficacy dan dukungan
sosial maka penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dengan tekhnik
pengambilan data utama adalah wawancara. Selain analisis intra kasus pada
masing-masing subjek juga dilakukan analisis antar subjek. Subjek pada
penelitian ini adalah tiga orang dengan kriteria kematian suami bersifat tiba-tiba,
lama menjanda dibawah 4 tahun, berusia antara 18-46 tahun ketika suami
meninggal dan memiliki anak.
Kesimpulan yang didapat pada penelitian ini adalah pada awal proses
grief self efficacy ketiga subjek dapat digolongkan rendah dan self efficacy
mereka mulai muncul karena anak. Masalah-masalah yang dihadapi masingmasing
subjek berbeda-beda dan self efficacy muncul sesuai dengan tuntutan
hidup yang subjek anggap paling penting.
Cohen dan Wills (1998) menyebutkan bahwa dukungan sosial terdiri dari
esteern support, informational support, social companionship dan instrumental
support. Ketiga subjek dalam penelitian ini mendapatkan keempat bentuk
dukungan sosial tersebut. Kehadiran seseorang yang mendengarkan dan
memberikan nasihat cukup membantu proses grief yang dialami subjek( esteern
support, social companionship dan informational support ). Terlepas dari kondisi
ekonomi subjek, instrumental support dan informational support membantu
subjek dalam menghadapi tuntutan hidup."
2003
S3191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mega Indah Cinderakasih
"Kredit mikro merupakan salah satu strategi yang muncul akibat adanya kesenjangan antara pemberi modal dan calon penerima modal. Program kredit mikro diharapkan dapat menjadi sebuah tangan panjang dari para pemilik modal kepada penerima modal. Program kredit mikro diharapkan dapat menjadi sebuah alternatif dalam usaha pemberdayaan masyarakat. Di negara-negara berkembang, kredit mikro merupakan salah satu strategi yang komprehensif dalam usahanya memberdayakan perempuan dan penanggulangan kemiskinan.
Salah satu mekanisme kredit mikro adalah Grameen Bank, yang diadopsi serta diadaptasi oleh lembaga keuangan di Indonesia Meskipun telah ada mekanisme serupa di Indonesia, adopsi dan adaptasi sistem Grameen Bank dilakukan pemberdaya dalam upaya menerapkan program-program kredit mikro yang telah berhasil dilakukan sebelumnya di negara lain. Pengadopsian program kredit mikro di negara lain tentu memiliki perbedaan terutama dalam pemaknaan terhadap visimisi pemberdayaan itu sendiri terkait dengan budaya profit oriented yang lebih dulu ada.
Tulisan ini merupakan sebuah analisa deskriptif menggunakan metode kualitatif dengan kerangka sosiologi ekonomi dan jender. Tulisan ini menekankan pada beberapa hal yang perlu dilihat dari program pemberdayaan perempuan melalui kredit mikro yang diadopsi dari negara lain yakni : perbedaan karakter lembaga keuangan, aplikasi dari sistem kredit yang diadopsi dan diadaptasi oleh lembaga keuangan dan pengetahuan makna pemberdayaan melalui kredit mikro yang dimiliki pemberdaya dalam upaya mendukung keberlangsungan program pemberdayaan perempuan melalui kredit mikro.

Microcredit is one of the strategies arising from the gap between financiers and prospective recipients of capital. Microcredit program is expected to be a long hand of the owners of capital to the recipient of capital. Microcredit program is expected to be an alternative in the community empowerment efforts. In developing countries, microcredit is one of a comprehensive strategy in its efforts to empower women and reduce poverty.
One mechanism is the Grameen Bank micro-credit, which was adopted and adapted by financial institutions in Indonesia Although there has been a similar mechanism in Indonesia, adoption and adaptation of the Grameen Bank system performed empowerment in an effort to implement microcredit programs that have successfully done before in other countries. Adoption of microcredit programs in other countries certainly differ mainly in the interpretation of the vision-mission of empowerment itself is related to profit-oriented culture is much older then.
This paper is a descriptive analysis using qualitative methods with a framework of economic sociology and gender. This paper emphasizes on some things that need to be viewed from women's empowerment through micro credit are adopted from other countries namely: differences in the character of financial institutions, the application of the credit system was adopted and adapted by financial institutions and knowledge of the meaning of empowerment through microcredit owned empowerment in efforts to support the sustainability empowerment of women through microcredit.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eny Dewi Pamungkas
"Pregnant adolescent often get violent cases that have a negative impact on them and their babies. Considering the importance of this problem, it is necessary to make a health promotion intervention as an effort to prevent and control violence against pregnant adolescents. The purpose of this study is to identify the influence of Protect Me interventions on knowledge, self-efficacy about violence against women and help seeking behavior in pregnant adolescents. Research with a pre experimental design: one group pretest posttest using a total sampling of 30 pregnant adolescents who experienced violence. The results showed that 100% of pregnant adolescents experienced psychological violence, 6.7% experienced physical and economic violence, and 13.3% experienced sexual violence and there were significant increase on the level of knowledge and help seeking behavior of pregnant adolescents after being given the Protect Me intervention (p = 0,000 and p = 0.002). Based on the results of the study, it can be concluded that efforts to prevent and handle violence can be carried out through the Protect Me intervention, which is an education-based intervention to increase knowledge and help seeking behavior of pregnant adolescents.

Remaja hamil sering mendapatkan kasus kekerasan yang memberikan dampak negatif bagi remaja dan bayinya. Mengingat pentingnya permasalahan ini perlu dibuat suatu intervensi promosi kesehatan sebagai upaya pencegahan dan pengendalian kekerasan terhadap remaja hamil. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh intervensi Protect Me terhadap pengetahuan, self-efficacy tentang kekerasan perempuan dan help seeking behaviour pada remaja hamil. Penelitian dengan desain pra eksperimen: one grup pretest posttest yang menggunakan total sampling sebanyak 30 remaja hamil yang mengalami kekerasan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 100% remaja hamil mengalami kekerasan psikologi, kekerasan fisik dan ekonomi sebanyak 6,7%, dan kekerasan seksual sebanyak 13,3% dan terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dan help seeking behaviour remaja hamil setelah diberi intervensi Protect Me (p= 0.000 dan p= 0.002). Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya pencegahan dan penanganan kekerasan dapat dilakukan melalui intervensi Protect Me, yaitu intervensi berbasis edukasi untuk meningkatkan pengetahuan dan help seeking behaviour remaja hamil"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>