Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 197622 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"Kajian ini bertujuan untuk mengukur tahap kompetensi spiritual dan tahap kaunseling pelbagai budaya dalam kalangan kaunselor berdaftar di Malaysia. Kajian ini juga ingin menguji perbezaan tahap kompetensi spiritual dan tahap kompetensi kaunseling pelbagai budaya berdasarkan faktor-faktor demografi seperti faktor jantina, umur, agama, keturunan, tahap kelulusan pendidikan dan tempoh perkhidmatan. Di samping itu, hubungan antara kompetensi spiritual dan kompetensi kaunseling pelbagai budaya juga akan ditentukan. Kajian berbentuk tinjauan deskriptif ini dijalankan dengan mentadbir soal selidik the Spiritual Competency Scale oleh Young, Cashwell, Wiggins-Frame dan Belaire (2012) dan soal selidik Kompetensi Kaunseling Pelbagai Budaya yang diterjemah daripada soal selidik Multicultural Competency Inventory oleh Sodowsky (1993). Seramai 240 orang kaunselor berdaftar yang berkhidmat di seluruh negara terlibat dalam kajian ini. Keputusan kajian mendapati kebanyakan kaunselor mempunyai tahap kompetensi spiritual yang sederhana dengan nilai min 3.64 dan juga tahap kompetensi kaunseling pelbagai budaya yang sederhana dengan nilai min 2.78. Dari segi perbezaan terhadap tahap kompetensi spiritual,tidak terdapat perbezaan signifikanberdasarkan jantina, umur, tahap pendidikan dan tempoh perkhidmatan. Hanya faktor agama dan keturunan sahaja yang mempunyai perbezaan signifikan terhadap tahap kompetensi spiritual kaunselor. Manakala bagi kompetensi kaunseling pelbagai budaya hanya terdapat perbezaan signifikan berdasarkan faktor umur sahaja. Wujud hubungan yang signifikan antara kompetensi spiritual dan kompetensi kaunseling pelbagai budaya. Sehubungan dengan keputusan kajian yang diperoleh, beberapa cadangan telah dikemukakan."
JBSD 1:2 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Amia Luthfia R. Koestoer
"Dilatarbelakangi oleh tuntutan era globalisasi dan adanya pendapat yang menyatakan bahwa pelajar Indonesia di luar negeri memiliki hambatan untuk melakukan kontak dan bercakap-cakap dengan orang-orang di negara tuan rumah, maka penelitian ini mengkaji kompetensi (kemampuan) komunikasi antarbudaya orang Indonesia yang menetap sementara pada lingkungan pendidikan di Australia. Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka penulis menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan konstruktivism. Metode yang digunakan adalah observational dengan berpartisipasi secara aktif di dalam kehidupan sehari-hari subyek penelitian dan situasi studi.
Konsep kompetensi komunikasi digunakan sebagai alat untuk mengukur kualitas komunikasi seseorang atau sekelompok orang. "Keberhasilan" (effectiveness) dan kelayakan (appropriateness) adalah dimensi yang digunakan untuk menilai kompetensi komunikasi. Jadi, kompetensi komunikasi antarbudaya melihat keberhasilan dan kelayakan komunikasi dan interaksi antara orangorang dari budaya yang berbeda. Keberadaan seseorang pada budaya yang berbeda menuntut dirinya untuk beradaptasi, dan yang mendasari proses adaptasi yang dialaminya adalah proses komunikasi. Melalui komunikasi yang berhasil dan layak, seseorang dapat meningkatkan kontrol terhadap perilakunya dan lingkungannya. Tiga buah dimensi, yaitu the affective process, the cognitive process dan the behavioral process, digunakan untuk "mengukur" kompetensi komunikasi antarbudaya sekaligus digunakan untuk menganalisisnya.
Hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan kompetensi pada konteks sosial formal dan konteks sosial informal. Pada konteks sosial formal para peserta training yang semuanya wanita ternyata cukup kompeten dalam berkomunikasi antar budaya dengan orang-orang Australia. Mereka dapat memenuhi dimensi affective, cognitive dan behavioral. Tapi pada konteks sosial informal, mereka tidak cukup kompeten. Perbedaannya adalah pada atribut message skill, interaction management dan cultural awareness, dimana pada konteks formal atribut-atribut tersebut ditemukan, sedangkan pada konteks informal atribut tersebut tidak ditemukan . Perbedaan yang lain adalah pada konteks formal, atribut appropriate self disclosure tidak ditemukan tapi pada konteks informal justru atribut tersebut dapat ditemukan. Di kedua konteks sosial, atribut-atribut self concept / self esteem, open-mindedness, non-judgmental attitudes, social relaxation, behavioral flexibility dan social skill I emphatic dapat ditemukan.
Perbedaan kompetensi komunikasi antarbudaya apakah subyek penelitian bersama-sama dengan teman sekelompoknya atau seorang diri ketika sedang berkomunikasi dengan orang Australia hanya ditemukan secara terbatas pada anggota kelompok yang kemampuan Bahasa inggrisnya lebih rendah dibandingkan anggota kelompok yang lain. Bagi mereka bantuan anggotaanggota lain dalam kelompok sangat diandalkan untuk berkomunikasi dengan orang Australia."
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Paembonan, Linda Sumilat
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T5601
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ladiawati
"Penelitian tentang pola komunikasi masyarakat Dayak dan pendatang ini berawal dari seringnya terjadi konflik antar masyarakat Dayak di Pontianak dan pendatang yang mengadu nasib di daerah tersebut. Konflik terbesar adalah antara masyarakat Dayak dan pendatang Madura tahun 1996, yang berhasil melumpuhkan roda perekonomian di beberapa tempat di Kalimantan Barat. Oleh sebab itu penelitian tentang komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang menjadi menarik untuk dibahas.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang pola komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang; serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terbukanya komunikasi di antara mereka.
Landasan teoritis yang digunakan untuk mengkaji pola komunikasi tersebut yaitu dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan erat dengan komunikasi antar budaya seperti teori konvergensi dan teori interaksi simbolik. Di dalam komunikasi antar budaya, pembuat pesan adalah anggota dari suatu budaya tertentu dan penerima pesan adalah anggota dari budaya lainnya, dalam penelitian ini adalah masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Bugis, Melayu, Jawa dan Madura. Di dalam komunikasi antar budaya , berusaha mengungkapkan apa yang terjadi ketika anggota dari dua budaya yang berlainan bertemu untuk melakukan interaksi komunikasi. Apakah komunikasi berjalan lancar atau mengalami hambatan. Adanya perbedaan antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya , merupakan suatu ciri dari komunikasi antar budaya.
Teori lainnya yang digunakan adalah teori interaksi simbolik yang pada intinya membahas tentang suatu kemampuan manusia untuk menciptakan serta mempergunakan simbol-simbol sehingga manusia menjadi mahluk hidup yang unik, dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Selain itu penelitian ini juga dibahas dengan menggunakan teori konvergensi yang membahas adanya kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan dalam kelompok masyarakat. Adanya kesamaan dan perbedaan dalam kelompok masyarakat Dayak dan pendatang dalam hal keyakinan, nilai, perilaku dan sebagainya.
Penelitian ini bersifat kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Unit analisis yang digunakan adalah kpri unites Oita penelitian diperoleh dari key information melalui wawancara di lokasi penelitian.
Temuan penelitian ini menegaskan bahwa terdapat komunikasi yang efektif antara masyarakat Dayak dan pendatang Cina, Melayu, Bugis, serta Jawa, tetapi komunikasi dengan pendatang Madura berjalan kurang efektif. Komunikasi di antara mereka cenderung diwarnai prasangka dan etnosentris. Adanya komunikasi efektif dan terhambat ini disebabkan karena beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan komunikasi antara masyarakat Dayak dan pendatang yaitu kedekatan jarak fisik dan faktor kesamaan dalam karakteristik-karakteristik sosial budaya yang lebih berperan. Ditemukan bahwa tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, agama dan persepsi, memiliki peran yang cukup berarti dalam terjadi atau tidaknya komunikasi efektif di antara mereka."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T3916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadeta Sari Utami
"Kehadiran orang Prancis di dunia bisnis di Indonesia patut mendapat perhatian. Di Jakarta, kota yang merupakan pusat aktivitas ekonomi Indonesia, terdapat berbagai perusahaan Prancis, kantor perwakilan pemerintahan Prancis, dan lembaga pendidikan yang melibatkan orang Indonesia dan Prancis di dalam satu unit kerja. Komunikasi antarbudaya dalam konteks bisnis pun terjadi. Ada berbagai problem potensial dalam komunikasi antarbudaya antara orang Indonesia dan orang Prancis. Tiga problem utama adalah stereotip, etnosentrisme, dan prasangka. Penelitian ini hendak mengidentifikasi berbagai stereotip, etnosentrisme, dan prasangka yang diatribusikan oleh orang Indonesia dan Prancis di Jakarta di lingkungan kerja, dan latar belakang munculnya problem-problem tersebut.
Penelitian melibatkan 7 orang informan, yakni 3 orang Prancis dan 4 orang Indonesia. Mereka bekerja di kantor pemerintahan, perusahaan swasta Prancis, dan di lembaga pendidikan. Data dalam penelitian dengan paradigrna konstruktivis ini diperoleh dari wawancara mendalam dengan metode probing dan dianalisis dengan metode analisis domain. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dalam wawancara adalah pertanyaan terbuka, yang berkaitan dengan kontak informan dengan orang Prancis atau Indonesia, anggapan tentang orang Prancis atau Indonesia, interaksi di lingkungan kerja, dan di luar lingkungan kerja.
Ada beberapa hasil dari penelitian ini. Meskipun orang-orang Prancis dan Indonesia ini telah memiliki kontak yang cukup lama, bahkan tinggal di budaya yang berbeda, orangorang tetap memiliki stereotip, etnosentrisme, dan prasangka, dengan isi dan arah yang berbeda-beda. Ketiga problem potensial tersebut mereka pelajari dari pengalaman pribadi mereka, pendidikan, media massa, dan dari berbagai peristiwa yang terjadi baik yang berkaitan dengan Indonesia maupun Prancis. Seseorang dapat menolak stereotip tertentu terhadap orang Prancis ataupun Indonesia yang dimiliki oleh orang lain. Sebaliknya, ada stereotip tertentu yang diadaptasi oleh seseorang yang bukan berasal dari budaya yang dikenai stereotip tersebut.
Selain itu, terdapat usaha untuk memahami budaya yang berbeda dengan seseorang yang disadari akan mempengaruhi komunikasi antara kedua belah pihak, dan mempengaruhi hasil di lingkungan kerja. Dalam penelitian ini ditemukan pula etnorelativisme yang merupakan hasil dari usaha memahami budaya Prancis atau Indonesia dan memakai pemahaman tersebut dalam interaksi di lingkungan kerja.
Hasil penelitian ini telah dapat menjawab masalah penelitian. Identifikasi telah dilakukan, dan menghasilkan temuan-temuan berupa berbagai stereotip, etnosentrisme dan prasangka orang Prancis dan Indonesia. Latar belakang yang memicu munculnya tiga problem tersebut adalah pengalaman, pendidikan, pengaruh media massa, dan peristiwa yang berkaitan dengan Prancis dan Indonesia.
Masih ada temuan-temuan lain yang menarik, namun belum digali lebih dalam oleh peneliti, antara lain kompetensi antarbudaya dalam penyelesaian konflik di lingkungan kerja dan bagaimana respon seseorang terhadap stereotip yang diatribusikan."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13332
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lufti Avianto
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana remaja memaknai budaya korupsi yang digambarkan dalam cerita film "Pssst… Jangan Bilang Siapa-Siapa", dengan memaknai pesan secara dominan (dominant), berlawanan (oppositional) atau negosiasi antara keduanya (negotiated) yang dikaitkan dengan tipe komunikasi keluarga consensual, pluralistic, protective atau laissez-faire. Remaja merupakan khalayak aktif yang memiliki interpretasi berbedabeda terhadap pesan dalam teks film. Di sisi lain, remaja merupakan bagian dari interpretive communities yang memiliki pemahaman kolektif terhadap budaya korupsi sebagaimana disampaikan dalam film.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara mendalam kepada narasumber remaja yang merupakan pelajar SMA. Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa pemaknaan remaja terhadap pesan dalam film bergantung pada bagaimana konteks dan ruang lingkup perilaku korupsi tersebut. Peran ayah dan ibu dalam keluarga, komunikasi dan nilai yang dibagikan dalam keluarga, nilai bersama dalam kelompok rekan sebaya, media massa dan instansi sekolah memiliki peran dalam membentuk pemahaman dan perilaku anti-korupsi remaja.

The purpose of this research is to understand how teenagers interprete corruption culture that constructed in the movie "Psst… Jangan Bilang Siapa- Siapa", which could make a dominant, oppositional or negotiated reading, which correlated with the type of family communication such as consensual, pluralistic, protective atau laissez-faire. Teenagers as active audience who have different reading to the content of the movie. In the other side, teenagers as interpretive communities have collective understanding toward corruption culture as constructed in the movie.
This research used qualitative approach based on constructivist paradigm. The data was collected with in-depth interview method to selected high-school students. The result of this study indicate that interpretation of the teenagers toward the message of the movie depend on how the context of the corruption itself. The roles of father and mother within the family, conversation and conformity in the family, shared meaning in peer communities, mass media and school institution have a significant influence to form the anti-corrupction‟s value and behavior.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daisy Zhafarina Adzani
"[ABSTRAK
Penelitian ini membahas sifat altruisme yang telah dikemukakan oleh Emile Durkheim dan
ditemukan dalam kasus bunuh diri di Jepang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
jelas atau samarkah sifat altruisme yang muncul dalam kasus bunuh diri sebagai unjuk rasa
protes di Jepang. Penelitian ini merupakan penelitian analisis kuantitatif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa dalam kasus bunuh diri ini, merupakan gabungan dari sifat altruisme dan
sifat fatalisme.ABSTRACT This study discusses about altruism that has been declared by Emile Durkheim and found in
Japan?s suicide case. The purpose of this study focuses on determines whether clear or not the
Altruistic type that appear on suicide as protest in Japan. This study uses the method of
quantitative analysis research. The result of this study is to indicate that these suicide case is a
combination of altruism and fatalism., This study discusses about altruism that has been declared by Emile Durkheim and found in
Japan’s suicide case. The purpose of this study focuses on determines whether clear or not the
Altruistic type that appear on suicide as protest in Japan. This study uses the method of
quantitative analysis research. The result of this study is to indicate that these suicide case is a
combination of altruism and fatalism.]"
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Clarissa Paramitha Utami Widhiana
"Penelitian ini untuk menganalisa tentang Orientalisme, pertukaran budaya, dan isu feminisme di dalam pencarian identitas seseorang. Diangkat dari sebuah novel berjudul The Woman Warrior yang ditulis oleh Maxine Hong Kingston. Novel ini bercerita tentang seorang gadis Tionghoa yang hidup di Amerika dan mengalami kebingungan akan identitas dirinya. Teori yang digunakan meliputi sejarah, sosiologi, dan feminisme. Teori-teori tersebut berkaitan dengan topik yang diangkat dalam penulisan ini, yaitu menganalisa kehidupan seorang gadis dalam konteks sejarah dan budaya Cina dan Amerika. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kingston terus menerus dilanda kebingungan akan identitasnya, Tionghoa atau Amerika. Ibunya meminta Kingston untuk menjaga tradisi Tionghoa yang sudah diwariskan kepadanya, tetapi lingkungan sosialnya memaksa Kingston untuk beradaptasi. Ilustrasi ini menggambarkan kesulitan mencari jalan tengah untuk kedua budaya yang jauh berbeda dan pengaruh masa lalu ke perkembangan gender dan identitas etnis.

This study is to analyze the Orientalism, cross cultural and feminine issues in order to find someone?s identity in The Woman Warrior, a novel written by Maxine Hong Kingston, since this novel talks about a Chinese girl who lives in America and is confused about her identity. The theoretical approach will be historical, sociological and feminist theories because they are related to the study which is to analyze a woman's life in the historical and cultural context of Chinese - American society. The result shows that Kingston is still confused to which identity she belongs to, Chinese or American. Her mother asks her to keep her Chinese tradition culture. On the other hand, her society pushes her to adapt the American culture. The narratives illustrate the impossible task of negotiating two different cultures and finding a balance to construct gender and ethnic identity. Finally, in all of narratives a similar thread reappears in the form of the past and its influence on the progression of their gender and ethnic identities.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ilham Kurnia Adhi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebab dan akibat terhadap kepuasan dan kepercayaan pada social commerce dengan fokus pada TikTok Shop. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif konklusif, dan dilakukan secara single cross sectional. Data dikumpulkan menggunakan survei yang dikelola sendiri yang didistribusikan secara online. Sampel yang diteliti adalah Warga Jabodetabek berusia 17-35 tahun berupa pengguna social commerce yang pernah melakukan pembelian di TikTok Shop dalam 6 bulan terakhir. Jumlah responden yang berhasil terkumpul sebanyak 251 responden. Data diolah dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM) dan software PLS-SEM versi 4. Dalam penelitian ini terdapat empat anteseden yaitu kepuasan terhadap social commerce, reputasi, kualitas informasi, nilai sosial dan nilai emosional. untuk kepercayaan anteseden dalam social commerce yaitu reputasi dan kualitas informasi. untuk Konsekuensi kepercayaan dan kepuasan pada Social Commerce ada 2 yaitu niat beli ulang dan niat WOM. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa reputasi, kualitas informasi dan kepuasan berpengaruh positif terhadap kepercayaan. Reputasi, kualitas informasi, nilai sosial dan nilai emosional berpengaruh positif terhadap kepuasan. Kepercayaan berpengaruh positif terhadap niat WOM dan kepuasan berpengaruh positif terhadap niat WOM dan niat beli ulang.

This study aims to determine the cause and effect on satisfaction and trust in social commerce with a focus on the TikTok shop. This research is a descriptive conclusive research, and was carried out using a single cross sectional survey. Data is collected using a self-administered survey which is distributed online. The sample studied was Jabodetabek Citizen aged 17-35 years who are social commerce users who had made purchases at the TikTok shop in the last 6 months. The number of respondents who managed to collect as many as 251 respondents. Data were processed using the Structural Equation Modeling (SEM) method and PLS-SEM version 4 software. In this study, there are four antecedents of satisfaction in social commerce, reputation, information quality, social value and emotional value. For antecedents trust in social commerce, namely reputation and information quality.  For the Consequences of trust and satisfaction in Social Commerce there are 2, namely repurchase intention and WOM intention. From the results of this study, it was found that reputation, information quality and satisfaction have positive influence on trust. Reputation, information quality, social value and emotional value has positive influence satisfaction. Trust has positive influence on WOM intention and satisfaction has positive influence both WOM intention and repurchase intention."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slamet Subiyantoro
"ABSTRAK
Seni ukir adalah aset bangsa, bukan hanya dari segi budaya tetapi juga dari aspek sosial ekonomi, Sehingga harus dilestarikan bahkan dikembangkan untuk memperoleh peningkatan kesejahteraan masyarakat dan derajat kehormatan bangsa, sebagaimana yang diamanatkan pasal 32 UU 1945. Untuk mewujudkan amanat tersebut sangat berkaitan dengan kegiatan enkulturasi, yang memerlukan, pewaris-pewaris kreatif yang mampu meneruskan pengetahuan-pengetahuan, ketrampilan dan sikap-sikap serta nilai-nilai seni ukir kepada generasi berikutnya secara berkesinambungan. Apalagi pada masa-masa seperti sekarang ini, laju modernisasi telah menuntut pergeseran nilai-nilai kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Masalah penelitian yang dikaji adalah bagaimana proses enkulturasi seni ukir berlangsung, meliputi: unsur-unsur maupun proses-proses dan cara-cara serta pola-pola enkuturasi (pembudayan) dari generasi ke generasi terhadap berbagai sarana atau instisirsi sosial yang terkait satu sama lain dalam kerangka kebudayaan masyarakat setempat.
Penulisan ini bersifat deskripstif dan analisis. Model penjelasan mengacu pada konsep enkulturasi (Herkovits, 1964: 325; Theodorson, 1979: 131; Seymour, 1992: 92-93) kerangka proses enkulturasi konsep Fortes (dikutip Koentjaraningrat, 1990: 229-231) dan teori pola enkulturasi ((Devault, 1971: 315; Baumrind,1963: 479; Jaeger, 1977: 96).
Penelitian bersifat kualitatif, dilakukan dengan field voile research, menggunakan metode survey, pengamalan dan pengamatan terlibat (participant observation) serta wawancara mendalam (indepfh interview) terutama dalam menghimpun individual life history.
Hasil studi menunjukkan bahwa
1. Hal-hal yang melatarbelakangi proses enkulturasi nilai seni ukir berlangsung terus menerus dari generasi ke generasi, telah didasari oleh motif ekonomi dan kesadaran sosial terutama para pewaris (pihak pembudaya) yang dilandasi oleh faktor historis masyarakat setempat (budaya).
2. Sarana proses berlangsungnya enkulturasi dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan. Golongan pertama adalah proses enkulturasi yang bersifat langsung (eksplisit) dan golongan kedua adalah proses enkulturasi yang bersifat tidak langsung (implisit). Sarana proses enkulturasi yang bersifat langsung terjadi di sekolah dan di tempat magang seni ukir. Samua proses enkulturasi yang bersifat tidak langsung terjadi melalui: institusi keluarga, kelompok sebaya atau peer group, tempat pekerjaan, lembaga agama seperti masjid, dan media massa.
3. Sistem magang merupakan sarana proses berlangsungnya enkulturasi secara langsung dan efektif yang membentuk pribadi perajin seni ukir, Nilai-nilai seni ukir yang dienkulturasikan pada instltusi ini ada empat, yakni nilai keindahan, nilai teknik dan nilai kegunaan yang dilandasi oleh nilai ekonomi. Proses enkulturasi melibatkan dua peran, pertama peran orang yang belajar yaitu melalui tahapan: meniru [mitas), identifikasi, internalisasi dan eksternalisasi; kedua peran pendidik ukir sebagai, pembimbing yang memberikan: instruksi, persuasi, rangsangan dan hukuman. Cara enkulturasi melibatkan anak langsung ke dalam kegiatan praktek sehari-hari di tempat magang, baik sistem magang model ginaon maupun model ngenek,
4. Keseluruhan dalam proses mengenkulturasikan nilai-nilai, pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dalam proses pembudayaan seni ukir, pola yang diterapkan adalah bervariasi dan cenderung berbeda pada setiap model sistem magang. Pola enkulturasi merupakan perpaduan, dan bukannya menggambarkan pada satu pola tertentu. Pola-pola tersebut adalah: (1) pola otoriter demokratis, (2) pola otoriter-dominan demokratis (3) pola demokratis. Pola yang diterapkan pada pewaris generasi terdahulu dengan pola enkulturasi yang diterapkan pada generasi sekarang telah mengalami perubahan, yakni dari pola yang semula demokratis bergeser ke pola perpaduan antara otoriter demokratis, hal ini sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang merupakan motif dominan mereka di dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, dengan melalui seni ukir sebagai medianya."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>