Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 131753 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Harahap, Atiqa Khaneef
"Penelitian ini dilakukan untuk membongkar hiperrealitas hero yang dilakukan pemasar melalui iklan produk yang menyasar segmen anak. Persaingan sengit membuat produsen mengubah orientasi komunikasi pemasaran dari sekedar memasarkan produk menjadi penciptaan imaji palsu melalui penggunaan mitos untuk mendorong terjadinya konsumsi.Hal itu dilakukanu ntuk mengamankan aliran produksi. Menurut Baudrillard konsumsi pada masyarakat kontemporer bukan sekedar menggunakan, memakai atau mencerna namun konsumsi adalah menyerap tanda-tanda. Masyarakat diarahkan menjadi etalase tanda dan meniadakan refleksi diri.
Penelitian ini adalah penelitian kritis dengan desain kualitatif menggunakan metode semiotika Barthes. Hasilnya, hiperrealitas hero dilakukan dengan menggeser makna hero menjadi jagoan yang diidentikan dengan kepemilikan kekuatan dan pertarungan sementara produk diposisikan sebagai pemberi kekuatan untuk menjadi jagoan.

This research conducted to dismantle hyperreality hero that marketers did through advertising products to targeting children segment. Fierce competition makes producers to change the orientation of marketing communications than just marketing the products into the creation of false images making through the use of myth to encourage consumption. According to Baudrillard, consumption in contemporary society is not merely use, wear, or digest but consumption is absorbing the signs. Community directed into a display case of signs and negate self-reflection.
This research is critical research with qualitative design using the semiotic method of Barthes. The results are hyperreality hero conducted by shifting the meaning of the hero became "jagoan" that identified with ownership of power and the fight while the product is positioned as a giver of power to be the "jagoan".
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T42764
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ivan Oktafianto
"Fungsi media selain sebagai sumber informasi, juga mempunyai kekuatan yang dapat mempengaruhi kesadaran khalayak. Produsen Extra Joss menggunakannya melalui penciptaan simbol atau tanda dalam upaya mempengaruhi kesadaran, yang mencakup pembentukan makna melalui audio, benda-benda, dan aktivitas yang merupakan sistem tanda. Dalam iklan Extra Joss versi laki, nilai-nilai maskulin dikembangkan dalam narasi iklannya. Permasalahan yang diteliti ialah “Bagaimana representasi maskunilitas pada produk minuman energi dalam iklan televisi?” Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis dengan metode semiotika Roland Barthes yang menganalisis pemaknaan dua tahap tanda. Hasilnya, ditemukan adanya konstruksi pesan maskulinitas pada iklan televisi Extra Joss versi laki secara jelas dan terepresentasi dalam iklan Extra Joss versi laki. Terdapat tiga karakteristik maskulinitas tradisional dalam iklan Extra Joss dan tidak dijumpai karakteristik maskulinitas baru atau yang disebut juga metroseksual. Tiga karakteristik maskulinitas tradisional dalam iklan Extra Joss versi laki yang ditemukan adalah bahwa laki-laki tidak boleh mengeluh walaupun dalam kondisi capek. Yang kedua adalah mitos kejantanan laki-laki dan ketiga adalah mitos kekuatan laki-laki. Media pun turut andil dalam membentuk citra maskulin. Iklan sebagai tayangan yang sering tampil di televisi telah memproduksi representasi maskulinitas yang ada di Indonesia.

The function of the media apart from being a source of information, also has the power to influence public awareness. Extra Joss producers use it through the creation of symbols or signs in an effort to influence consciousness, which includes the formation of meaning through audio, objects, and activities which are a sign system. In the Extra Joss Television ad, masculine values ​​are developed in the advertising narrative. The problem studied is "How is the representation of masculinity in energy drink products in television commercials?" The paradigm used in this research is the constructivist paradigm with Roland Barthes' semiotic method which analyzes the two-stage sign's meaning. As a result, it was found that the construction of a masculinity message in the television ad “Extra Joss versi laki” was clearly represented in the television ad “Extra Joss versi laki”. There are three characteristics of traditional masculinity in Extra Joss advertisements and there is no new masculinity characteristic or what is also called metrosexual. Three characteristics of traditional masculinity in the television ad “Extra Joss versi laki” that were found were that men should not complain even when they are tired. The second is the myth of male virility and the third is the myth of male power. The media also took part in forming a masculine image. Advertisements as shows that often appear on television have produced representations of masculinity in Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Ghurron Muhajjalin
"Penelitian ini merupakan penelitian evaluasi formatif terhadap iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dari Komisi Pemilihan Umum RI pada pemilih pemula. Penelitian ini menggunakan model pencapaian tujuan dimana evaluasi dilakukan melalui pengukuran tingkat kesuksesan atau kegagalan dalam mencapai objektif dari program. Melalui kuisioner yang diberikan pada 30 pemilih pemula serta wawancara dengan pihak sosialisasi KPU RI, penelitian ini menunjukkan bahwa iklan televisi sosialisasi Pemilu 2014 dikategorikan sangat efektif dalam hal peningkatan partisipasi pemilih. Kemudian juga dikategorikan cukup efektif dalam hal penyebarluasan informasi, tahapan, jadwal dan program pemilu; serta peningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan masyarakat tentang kepemiluan. Namun, untuk mengatasi beberapa kendala seperti minimnya pemilih muda yang menjadikan KPU sebagai sumber utama informasi, penelitian ini kemudian merekomendasikan KPU RI untuk (1) membangun kerjasama yang sinergis dan berkelanjutan utamanya dalam hal sosialisasi pemilu dengan media massa dan LSM terkait, serta (2) melakukan pemilihan media sosialisasi dengan seksama dan menyesuaikan konten pesan dengan platform media yang dipilih.

This study is a formative evaluation of the television ads outreach programs of the 2014 election Indonesian General Election Commission. This study uses a model of goal-attainment models where the evaluation is done by measuring the level of success or failure in achieving the objectives of the program. Through a questionnaire given to 30 first-time voters as well as interviews with the KPU RI socialization, this study shows that the program has been very effective in terms of increasing voter participation. Then also been effective in terms of information dissemination, stage, and program schedule of the elections; and increasing knowledge, understanding and the ability of the electoral community. However, to overcome some obstacles such as the low number of young voters who make the Commission as the main source of information, this study then recommends KPU RI to (1) build synergistic and sustainable especially in terms of socialization election by the mass media and NGOs, as well as (2) conduct media selection and socialization carefully tailor the message content with selected media platforms.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aloysius Herbanu Prastowo
"Penelitian mengenai strategi pemasaran iklan suatu stasiun televisi swasta ini dilakukan berdasarkan pengamatan situasi pemasaran iklan di Televisi Swasta yang semakin kompetitif dalam merebutkan pangsa anggaran iklan di televisi. Tujuan penelitian skripsi ini adalah mengembangkan alternatif strategi pemasaran jasa penyiaran televisi PT. RCTI dengan menggunakan metoda analisis keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman. Hasil penelitiannya berupa identifikasi faktor keunggulan, kelemahan, peluang dan ancaman, yang kemudian diturunkan strategi marketing mix (produk, harga, distribusi, dan promosi). Dari penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa struktur pasar penyiaran televisi Indonesia berbentuk pasar oligopoli. Acara (programme) adalah produk dari suatu stasiun televisi swasta. PT. RCTI menggunakan differential rate sebagai bentuk penetapan harga berdasarkan segmen waktu. Kegiatan distribusi PT. RCTI sebagian besar adalah dengan distribusi tidak lang sung menggunakan biro iklan. Kegiatan promosi PT. RCTI adalah sebagian besar berupa advertising di media televisi dan media lainnya. Saran yang dapat diberikan adalah PT. RCTI dapat lebih mengarahkan kegiatan pemasarannya, menyempurnakan sistem informasi pemasaran, menawarkan bentuk iklan yang berdurasi 7 detik untuk menarik pemasang iklan beranggaran kecil."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1992
S18451
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asaf Antariksa Riyanto
"Tesis ini ingin mengetahui sejauh mana iklan politik partai pada pemilu legislative 2014 berperan sebagai ruang publik pemilu. Dalam hal ini akan dibahas bagaimana struktur kepemilikan televisi dan iklan politik komersial televisi berpengaruh terhadap pembentukan ruang publik pemilu. Tesis ini menggunakan konsep ruang publik dan analisis diskursus menurut teori tindakan komunikasi Habermas, serta pendekatan ekonomi politik komunikasi untuk mengetahui faktor-faktor struktural yang mempengaruhi ruang publik pemilu.
Hasil studi ini menunjukkan bahwa iklan politik partai pada pemilu legislatif gagal untuk membangun ruang publik pemilu karena didominasi oleh iklan pencitraan, adanya komersialisasi iklan politik dan konsentrasi kepemilikan media. Kelemahan dibidang peraturan hukum dan penegakan hukum terkait dengan penyelenggaraan pemilu ikut menyumbang bagi kemungkinan terjadinya praktik keberpihakan politik media. Dalam hal ini telah terjadi kolonisasi ruang publik pemilu oleh koalisi antara elit politik dan elit media untuk kepentingan politik mereka. Media penyiaran telah gagal berperan sebagai ruang publik untuk membangun demokrasi Indonesia yang berkualitas.

This thesis discusses the political discourse on party political advertising in the 2014 legislative election, to determine wheter the party political advertising can function as a public sphere of election according Habermas’s conception. In addition, it also discusses how the ownership structure of commercial television and commercial political advertising will influence the public sphere of election. The methodology in this thesis uses the concept of public sphere and discourse analysis according to Habermas's theory of communication action, as well as the political economy of communication approach to determine the structural factors that influence the public sphere of election.
The results of this study stated that the party political advertising in legislative election dominated by advertising imagery that failed to build a public sphere of election. Furthermore, the commercialization of political advertising and concentration of media ownership has resulted media bias to a particular political party. Weakness in the field of rule of law and law enforcement related to the election contributed to the political bias of media practices. In this case there has been a colonization of public sphere in the legislative election by a coalition between the party political elite and the media elite for their political interests. Broadcast media have failed to act as a public sphere to build the quality of democracy in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
T42453
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Regina Damayanti Darmadji
"Iklan Layanan Masyarakat "AIDS. Kita Bisa Kena, Kita Juga Bisa Cegah, yang terdiri atas 4 versi, yaitu: Transmission, Confession, Friendship dan Prevention (Domino), merupakan proyek kerjasama Menko Kesra Taskin dengan AusAID. Penayangkan dilakukan sepanjang tahun 1999/2000 melalui RCTI, SCTV, Indosiar, ANTV dan TPI.
Penelitian mengenai "Pengaruh Iklan `AIDS. Kita Bisa Kena, Kita Juga Bisa Cegah' Terhadap Pemahaman dan Sikap" dilakukan untuk rnengetahui apakah pesan iklan tersebut berpengaruh terhadap pemahaman dan sikap remaja tentang HIV/AIDS. Selain itu, diteliti pula variabel-variabel yang diduga turut mempengaruhi persepsi remaja dalam menonton iklan.
Penelitian ini dilakukan atas dasar pentingnya bagaimana menyampaikan pesan persuasif tentang HIV/AIDS melalui iklan di televisi. Melalui pengertian yang baik, diharapkan muncul sebuah pemahaman tentang HIV/AIDS yang benar, yang akan melahirkan sikap positif pemirsa dalam menghadapi issu-issu HIV/AIDS di sekitar lingkungannya.
Subjek penelitian berjumlah 114 orang, terdiri atas remaja putra dan putri kelas II yang dipilih secara acak dari empat SMU di Jakarta. Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner pretest posttest. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen "before-crier control group design" untuk melihat apakah ada perubahan pemahaman dan sikap pada diri subjek setelah menonton iklan. Dan yang digunakan adalah versi Prevention dan versi Confession. Sementara teori tentang perubahan pemahaman dan sikap berpijak pada hasil penelitian Petty dan Cacioppo serta berbagai hasil penelitian para ahli mengenai message learning approach.
Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang HIV/AIDS cukup memadai. Selain masih cukup banyak remaja yang menganggap AIDS adalah penyakit kaum homoseksual, mereka juga membutuhkan informasi cara pencegahan agar tidak tertular HIV. Perubahan pemahaman dan sikap yang signifikan ditunjukkan oleh Iklan Layanan Masyarakat "AIDS. Kita Bisa Kena, Kita Bisa Cegah" versi Prevention. Sementara variabel-variabel yang berpengaruh pada persepsi menonton iklan versi Prevention terhadap pemahaman adalah pertemanan mandiri dan punya pengalaman terpapar iklan. Melalui analisa data diketahui bahwa iklan versi Prevention dipersepsikan lebih baik daripada iklan versi Confession. Atas dasar temuan ini, disarankan untuk menerapkan model penjadwalan fighting dengan berpijak pada teori "sleeper effect" dan "delayed action effect" pada program televisi yang disukai remaja, yakni: film dan musik melalui stasiun-stasiun televisi swasta favorit remaja."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12100
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Busch, H. Ted
London: Macmillan, 1980
659.143 BUS m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Direktorat Televisi, 1980
659.14 Ind l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Kusmardiani Kosim
"Mengiklankan sebuah produk obat adalah pekerjaan yang memerlukan perhatian lebih. Produsen dan biro iklan harus menciptakan pesan yang menarik, informatif dan tidak menyesatkan. Iklan dengan informasi yang tidak jelas sangat mungkin menimbulkan salah persepsi yang kemudian bisa saja berdampak lebih besar bagi masyarakat. Mengingat pentingnya kesehatan manusia membuat beberapa institusi memperhatikan produk-produk yang diiklankan lewat media secara lebih khusus.
Ada beberapa produk obat baru yang saat ini digolongkan sebagai produk obat tradisional yakni Fitofarmaka. Produk-produk ini sudah dibuat, dipasarkan dan diiklankan di media di mana beberapa di antaranya menciptakan kontroversi. Permasalahan yang dimunculkan dari iklan-iklan tersebut adalah anggapan menyesatkan atau tidak etis.
Untuk mengetahui faktor-faktor yang memegang peranan penting dalam penentuan iklan, penelitian ini menggunakan model hirarki dari Shoemaker & Reese. Kondisi realitas masyarakat Indonesia dan karakterisitik iklan juga menjadi kajian utama yang dilihat untuk memahami penyebab timbulnya ketidaksesuaian antara iklan dengan masyarakat luas.
Ada beberapa institusi terlibat dalam proses pembuatan ikian. Dalam kasus ini, peranan mereka sangat penting sebagai penilai dan penyensor. Keberadaan mereka adalah untuk melindungi masyarakat di antaranya dari kesalahan informasi. Bagaimanapun, mereka belum berhasil mengurangi kontroversi dari iklan-iklan yang ditonton masyarakat dan hal ini terjadi karena kurangnya koordinasi antara mereka semua.
Pada akhirnya bagaimana pun kreativitas, perlindungan konsumen dan juga masalah komersial merupakan hal-hal yang harus dipertahankan dalam setiap iklan. Untuk itulah sangat diperlukan koordinasi secara memadai antara seluruh komponen dalam sistem ini demi sebuah titik temu agar kepentingan seluruh pihak terlindungi.

Deciding TV Commercial Process: Describing the Roles of Related Elements in Traditional Medical AdvertisingAdvertising a medical product is a delicate work. Producers and advertising agencies should create a message which is attractive, informative and yet, not misleading. Advertising with vague information on the media could create misperception, which later could cause a greater impact in the society. Owing to the importance of people's well being, some institutions give special attention to the medical products advertised in the media.
Some manufacturers of medical products produce some new traditional medicine which can be put in the category of Fitofarmaka. Several products from this category have been manufactured, marketed, and advertised in the media. However, some media campaign has created controversy. This controversy happens because the messages seem to be misleading or unethical.
To look the factors that play important roles in creating a commercial, this research used the Shoemaker & Reese's hierarchical of model. The reality of Indonesian people and commercial's characters are also the main concern to understand the reasons for this controversy. Some institutions are involved in the process of creating a commercial message. In the case of Fitofarrnaka products, these institutions play important roles as filters. Their existence is meant to protect the public from being misinformed. However, the institutions involved have not succeeded in reducing controversial commercials that people see on TV and this happens because of the lack of coordination among them.
Creativity, consumer protection and commercial values should somehow be maintained in every commercial. To realize this, the institutions involved in the process of creating a commercial break should have strong coordination among them. Hence, the misperception of message by consumers could be minimized and people become better informed about the product being advertised."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 3844
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adwin Wibisono
"Persaingan antar stasiun televisi swasta di Indonesia dalam mencari pelanggan dari biro iklan makin marak dengan munculnya banyak stasiun televisi swasta baru. Para pengelola stasiun televisi harus mencari pendekatan yang baru selain dengan perang harga yaitu pendekatan pemasaran relasional. Tingkatan tertinggi dalam hubungan relasional ini adalah tingkatan struktural (Berry, 1995), dan salah satu elemen penting pada terciptanya hubungan ini adalah adanya tujuan bersama (mutual goals) (Wilson, 1995). Oleh Aaker (1996), biro iklan dianggap sebagai pihak yang paling cocok untuk mengemban tugas pengembangan merek (brand building). Penulis menduga brand building dapat menjadi mutual goal antara biro iklan dan stasiun televisi swasta.
Masalah yang diangkat dalam tulisan ini adalah apakah brand building mempengaruhi persepsi agency terhadap kualitas hubungannya dengan stasiun televisi. Sebagai kelanjutannya adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan akan kepentingan brand building di antara pelaku media yang berlatar belakang planning dan buying. Masalah kedua ini berguna karena pemahaman stasiun televisi swasta akan pelanggannya - para biro iklan - akan membantu dalam pembentukan hubungan relasional dengannya.
Populasi yang diteliti adalah biro iklan yang berlangganan data dan software Telescope dan AdWatch dari Nielsen Media Research di Jakarta. Sampel yang diambil dengan cara tak acak. Analisis yang dipakai adalah analisis faktor dan regresi untuk menguji hipotesis pertama dan analisis diskriminan untuk menguji hipotesis kedua. Kesimpulan dari penelitian ini adalah brand building dapat menjadi mutual goals antara biro iklan dan stasiun televise dan memang ada perbedaan antara pelaku media yang berlatar belakang planning dan buying

Competition between commercial television stations is becoming rife with the emergence of many new commercial stations in Indonesia fighting for the advertising agencies billings. Television stations should find a new approach to agencies other than one based solely on price, that of relationship marketing. The highest level of relationship is the structural bond (Berry, 1995) and an important element in this relationship is that both parties share a mutual goal (Wilson, 1995). Aaker (1996) argues that the agency should be the guardian of the brand. The author suspects that brand building may be a mutual goal between agencies and television stations.
The case presented in this thesis is whether brand building can be considered a mutual goal between television stations and advertising agencies. Following that is the question whether there lay a difference between media buyers and media planners within the media departments. This information is important as television stations need to understand their clients in order to establish a good relationship with them.
The population for this study is agencies subscribing Nielsen Media Research's Telecope and AdWatch data and software in Jakarta. The sample was gathered non-randomly. Factor and regression analyses were used to test the first hypothesis and discriminant analysis was used for the second. The conclusion of this study was that brand building can be seen as a mutual goal between advertising agencies and television stations and that there is a difference between media planners and buyers.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T20536
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>