Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117913 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mustiana Lestari
"[ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan proses framing terhadap dua
kandidat presiden Indonesia pada Pemilu 2014, yaitu Joko Widodo (Jokowi) dan
Prabowo Subianto. Proses framing ditinjau dari wacana berita Koran Tempo,
khususnya pada berita debat calon presiden. Analisis framing ini memanfaatkan
teori framing Zhongdang Pan dan Gerald M Kosicki (1993). Teori framing
diperkuat dengan analisis makrosintaksis dari van Dijk (1988). Pada praktiknya,
analisis framing ini dilakukan untuk mengetahui kecenderungan dan
keseimbangan berita terhadap pihak-pihak tertentu. Dalam penelitian ini, teori
Entman (2007) mengenai kecenderungan berita diadopsi sekaligus menjadi
jembatan yang menghubungkan antara framing dan kecenderungan atau
keseimbangan antara dua pihak yang terdapat di dalam berita. Hasil sintesis
beragam teori ini memperlihatkan sikap Koran Tempo cenderung positif kepada
Jokowi (capres nomor urut dua) daripada Prabowo (capres nomor urut satu).
Kecenderungan tersebut dibuktikan oleh analisis framing Pan dan Kosicki yang
meliputi analisis struktural, leksikal, headline, dan pendukung berupa insert yang
semuanya dimuat di dalam teks berita.

ABSTRACT,br>
The objective of this study is to reveal the framing process on two Indonesian
presidential candidates in general election 2014, they are Joko Widodo (Jokowi)
and Prabowo Subianto. The framing process is reviewed from news discourse of
Koran Tempo, particularly on the news of presidential candidate debates. This
framing analysis applies the framing theory approach of Zhongdang Pan and
Gerald M Kosicki (1993). The theory is strengthened by macro syntactic analysis
proposed by van Dijk (1988). Practically, this analysis is conducted to find out the
news tendency and balance on certain sides. In this study, Entman theory (2007)
of news tendency is adopted and connects the framing with the tendency or
balance between two sides in news. The synthesis result of the theories indicates
that Koran Tempo shows its more positive posture to Jokowi (presidential
candidate number two) compared to Prabowo (presidential candidate number
one). That tendency is proved by the framing analysis of Pan and Kosicki which is
including structural, lexical, headline, and inserts analysis that are all covered in
news text.;The objective of this study is to reveal the framing process on two Indonesian
presidential candidates in general election 2014, they are Joko Widodo (Jokowi)
and Prabowo Subianto. The framing process is reviewed from news discourse of
Koran Tempo, particularly on the news of presidential candidate debates. This
framing analysis applies the framing theory approach of Zhongdang Pan and
Gerald M Kosicki (1993). The theory is strengthened by macro syntactic analysis
proposed by van Dijk (1988). Practically, this analysis is conducted to find out the
news tendency and balance on certain sides. In this study, Entman theory (2007)
of news tendency is adopted and connects the framing with the tendency or
balance between two sides in news. The synthesis result of the theories indicates
that Koran Tempo shows its more positive posture to Jokowi (presidential
candidate number two) compared to Prabowo (presidential candidate number
one). That tendency is proved by the framing analysis of Pan and Kosicki which is
including structural, lexical, headline, and inserts analysis that are all covered in
news text., The objective of this study is to reveal the framing process on two Indonesian
presidential candidates in general election 2014, they are Joko Widodo (Jokowi)
and Prabowo Subianto. The framing process is reviewed from news discourse of
Koran Tempo, particularly on the news of presidential candidate debates. This
framing analysis applies the framing theory approach of Zhongdang Pan and
Gerald M Kosicki (1993). The theory is strengthened by macro syntactic analysis
proposed by van Dijk (1988). Practically, this analysis is conducted to find out the
news tendency and balance on certain sides. In this study, Entman theory (2007)
of news tendency is adopted and connects the framing with the tendency or
balance between two sides in news. The synthesis result of the theories indicates
that Koran Tempo shows its more positive posture to Jokowi (presidential
candidate number two) compared to Prabowo (presidential candidate number
one). That tendency is proved by the framing analysis of Pan and Kosicki which is
including structural, lexical, headline, and inserts analysis that are all covered in
news text.]"
2015
T43310
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fanny Yulia
"Penelitian ini merupakan sebuah analisis terhadap teks berita politik seputar Pilkada Serentak 2015 yang membahas kandidat kepala daerah perempuan. Metode yang digunakan untuk menganalisis teks berita adalah semiotika, dan difokuskan pada bagaimana harian Kompas dan Koran Tempo merepresentasikan politisi perempuan dalam berita politik. Semiotika yang digunakan adalah metodologi semiotika Roland Barthes yakni lima kode pokok untuk menggali mitos dalam narasi literatur. Kerangka konseptual Cultural Studies dan Media Marxist digunakan untuk mengkritisi kultur patriarki yang tercermin dalam bahasa-bahasa yang digunakan media untuk membahas politisi perempuan. Kultur patriarki dianggap menghegemoni ruang redaksi baik pekerja media maupun komunikator massa, yang tercermin dari pemilihan kata-kata serta fakta yang dimunculkan. Masing-masing media memunculkan mitos tersendiri atas perempuan di ranah politik, khususnya yang maju sebagai kandidat kepala daerah. Mitos tersebut masih menerjemahkan hegemoni ideologi patriarki ke dalam bahasa pemberitaan, walaupun dengan derajat yang berbeda.

This research aims to provide analysis about women candidates on 2015 local elections in political news texts. Semiotics method is applied to analyse news, and I focused the research on how Kompas and Koran Tempo are representing women politicians in political news. On this research, I used Roland Barthes’s semiotic; five major codes to reveal myths on narrative literaturs. Cultural Studies and Media-Marxist as the conceptual framework to criticize patriarchy culture that implies on languages to represent women politician in media. Patriarchy culture is considered as hegemony in redactional spaces, either media workers or mass communicators. This hegemony is mirrored from words and facts that chosen into women politician’s narrative news. Each media brings out their own myths upon women on politics, especially whom run for office in 2015 local election. Both media have myths that translated patriarchy ideology hegemony, despite on different levels. The level can be interpretatively measured by different style of narrative  and language explication.

"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fijri Sandra Zakaria
"Media sebagai salah satu alat komunikasi dapat memengaruhi sudut pandang pembaca terhadap informasi yang disampaikan. Kasus penembakan warga negara Georgia Zemlikhan Khangoshvili sebagai salah satu kasus yang mendapat perhatian dari pemerintah Jerman. Kasus ini diduga adanya campur tangan pemerintah Rusia karena Khangoshvili dilaporkan pernah terlibat dalam aksi terorisme di Kaukasus Utara (2004). Pengadilan Berlin kemudian memvonis seorang warga negara Rusia, Vadim Krasikov sebagai tersangka kasus penembakan Khangoshvili. Bias pemberitaan pada putusan dan media pemberitaan kasus Khangoshvili menyebabkan putusan persona non grata terhadap dua orang diplomat Rusia dari Jerman dan sebaliknya. Penelitian ini menggunakan metode analisis framing Pan dan Kosicki untuk mengidentifikasi realitas yang dibingkai oleh suatu media dengan menganalisis struktur sintaksis, skrip, tematik, dan retoris. Media berita yang digunakan adalah DW milik Jerman dan RIA Novosti miliki Rusia, keduanya merupakan media berita yang didanai oleh pemerintah setempat. Hasil penelitian menemukan adanya realitas pada media berita DW tuduhan kepada pemerintah Rusia berupa hubungan kasus Khangoshvili dengan kasus Skripal di Inggris (2017). Berbeda dengan RIA Novosti, RIA menampilkan Khangoshvili sebagai seseorang yang terlibat aksi terorisme di Kaukasus Utara. Tuduhan konsisten yang ditampilkan oleh Jerman menyebabkan putusan yang bersifat bias.

Media as a communication can influence the reader’s perspective on the information conveyed. The shooting case of Georgian citizen Georgia Zemlikhan Khangoshvili is one of the cases that got attention from the German government. In this case, the Russian government suspected there was interference because Khangoshvili was reported involved in acts of terrorism in the North Caucasus (2004). A Berlin court convicted a Russian citizen, Vadim Krasikov, as a suspect in Khangoshvili case. The bias in reporting on the verdict and the media reporting on the Khangoshvili case led to persona non grata against two Russian diplomats from Germany and vice versa. This study uses analysis framing Pan and Kosicki method to identify reality framed by a media by analyzing the syntactic, script, thematic, and rhetorical structures. The news media used are Germany’s DW and Russia’s RIA Novosti, both of which are news media funded by the local government. The results of this study found that there was a reality in DW which accused the Russian government of the relationship between Khangoshvili case and Skripal case in England (2018). Unlike RIA Novosti, RIA shows Khangoshvili as terrorism in North Caucasus. The consistent accusations from Germany led to a biased verdict."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iswandi Syahputra
"Tidak terkecuali radio sebagai media massa, seluruh media memiliki tradisi yang berbeda-beda untuk memproses produksi berita sebelum disajikan ke publik. Proses produksi berita darurat militer di Aceh pada siaran radio Elshinta, itulah yang akan menjadi frame penelitian ini. Lebih fokus dan detail lagi, proses produksi berita yang melibatkan publik atau pengadaan public sphere dalam sajian beritanya Secara deskriptif penelitian ini akan memaparkan bagaimana suatu berita tersusun dari sebuah konstruksi sosial. Dialektika yang dinamis para pelaku sosial melalui tahapan seperti yang disebutkan Berger dan Luckmann sebagai realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi, maka setiap realitas sosial tidak akan pernah berhenti disatu titik sejarah kehidupan manusia. Dia akan dinamis terus bergulir secara interaktif dan dialektif, sehingga tidak ada realitas obyektif dalam anti yang sesungguhnya. Dialektika melalui tahapan eksternalisasi, objektivikasi dan internalisasi tersebutlah yang mengkonstruksi kehidupan sosial kita dan berita, dalam penelitian ini ditempatkan sebagai hasil produksi dan konstruksi sosial tadi.
Penelitian ini memilih menggunakan paradigma konstruktif dengan pendekatan kualitatif. Data penelitian diperoleh melalui depth interviewing, document analysis dan participation observation. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan kerangka evaluasi kesamaan akses dan posisi publik dalam pemberitaan Elshinta, independensi publik, dan rasionalitas publik. Unit yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah document yang memuat, lead berita, narasumber dan waktu siar serta key person yang terdiri dari Pemimpin Redaksi Radio Elshinta, Ivan Haryono dan Eksekutif Produser Radio Elshinta, Haryo Ristamadji.
Dalam proses produksinya, berita radio Elshinta sepanjang menyangkut topik dan masa penelitian ini dipengaruhi-baik secara langsung maupun tidak langsung- oleh apa yang disebut Pamela J. Shoemaker dan Stephen Reese (1996) sebagai 5 faktor yang mempengaruhi produksi isi berita, yaitu idiological level, extramedia level, organizational level, media routines dan individual level. Faktor status darurat militer, persaingan media dan pasar pengiklan, tampaknya faktor yang paling dominan mempengaruhi produksi isi berita Elshinta. Faktor status darurat militer berimplikasi pada pemberlakuan Undang-undang Nomor 23 Prp Tahun 1959 tentang Keadaan Bahaya yang memberikan kewenangan bagi Penguasa Darurat Militer Daerah di Aceh mengadakan tindakan membatasi pertunjukan, percetakan dan penerbitan. Selain itu, penguasa darurat militer juga berhak menguasai perlengkapan pos dan telekomunikasi, termasuk pemancar radio dan televisi. Sehingga, berikutnya faktor extramedia ini juga turut memberi pengaruh pada proses pemberitaan radio Elshinta.
Kendati sebagai radio komersial, namun dalam produksi beritanya Elshinta memiliki potensi untuk menciptakan public sphere yang dalam penelitian ini penulis letakkan sebagai kerangka ideal dan rujukan normatif. Potensi tersebut terletak pada rutinitas redaksi Elshinta yang selalu mengangkat topik aktual untuk didiskusikan pada publik secara bebas, sejajar, independen dan rasional. Dengan segala kekurangan yang dimilikinya, dalam 3 sesi diskusi interaktif yang diteliti dapatlah disebut sebagai ideal communication situation, bila belum dapat disebutkan sebagai manifestasi public sphere.
Sebagai konsep ideal, public sphere tidak dapat berdiri sendiri melawan kekuatan hegemoni negara dan dominasi pasar. Dia membutuhkan suatu kondisi tatanan masyarakat yang madani. Karena itu, dapat tidaknya public sphere diwujudkan akan sangat tergantung pada kuat tidaknya masyarakat sipil (civil society) yang terorganisisr sebagai public body.
Dalam konteks lembaga penyiaran yang berbasis pada kekuatan publik, bukan hanya publik diberikan akses berbicara pada lembaga penyiaran, tetapi berimplikasi pula pada kewenangan publik menentukan program, monitoring, pendanaan hingga akuntabilitas publik. Dan publik, oleh publik dan untuk publik. Sehingga, bagi lembaga penyiaran seperti Elshinta yang dalam siarannya nyerempet pada kepentingan publik, tidak secara otomatis dapat disebut sebagai radio siaran yang memberikan ruang publik (public broadcasting). Tetapi lebih tepat bila disebut sebagai radio yang melayani publik (public service broadcasting)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13828
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Guspradana Sesridha Alius
"Sidang sengketa Pilpres 2014 merupakan peristiwa nasional yang diliput oleh banyak media massa. Dari sekian banyak media massa yang meliput, terdapat dua media massa yang petingginya aktif mendukung salah satu pasangan calon, yaitu Media Indonesia dan Koran SINDO. Untuk mengungkap sejauh mana pengaruh keberpihakan dua petinggi media massa terhadap artikel berita sidang sengketa Pilpres 2014 yang terdapat dalam dua media massa tersebut, nilai ciri kebahasaan apa saja yang digunakan untuk menunjukkan keberpihakan ditinjau dari sudut pandang linguistik, dan pelanggaran kode etik jurnalistik apa saja yang dilakukan kedua media massa tersebut, dilakukan penelitian menggunakan metode analisis wacana kritis Norman Fairclough.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dukungan petinggi Media Indonesia dan Koran SINDO berpengaruh pada pilihan kata, tata bahasa, dan struktur berita sidang sengketa Pilpres 2014. Media Indonesia menggunakan rata- rata tujuh ciri nilai kebahasaan untuk menunjukkan keberpihakan. Koran SINDO menggunakan rata-rata tujuh nilai ciri kebahasaan untuk menunjukkan keberpihakan. Pelanggaran kode etik jurnalistik pasal tiga ditemukan dalam dua media massa tersebut

The 2014 presidential election dispute session is a national event that is covered by many mass media. Of the many mass media cover, there are leader of two mass media actively support one candidate, Media Indonesia and Koran SINDO. To uncover the extent of the influence of the mass media leader against two high-ranking news articles disputed 2014 presidential election session contained in two of the mass media, the value of linguistic characteristics are to be used to show the alignments from the point of view of linguistics, and violation of journalism ethics what is being done both the mass media, research conducted using Norman Fairclough method of critical discourse analysis.
From the results of this study concluded that the influence of Media Indonesia and Koran SINDO leader affecting on the choice of words, grammar, and structure of the session of dispute of presidential election 2014. Media Indonesia using seven values linguistic characteristics to show partiality. Koran SINDO using seven values linguistic characteristics to show partiality. Violations of third chapter of journalistic ethics found in the two media."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S61077
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratih S. Puspita
"Pemilu Presiden 2014 lalu menjadi demonstrasi kekuatan media dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat. Isu yang mengemuka ialah hilangnya independensi ruang redaksi yang diduga karena faktor pemilik media yang berafiliasi dengan kelompok politik tertentu atau bahkan aktif dalam percaturan politik Indonesia. Penelitian ini ingin melihat bagaimana kepentingan pemilik media yang mendukung kandidat tercermin dalam pembingkaian berita.
Bedanya, sudut pandangnya dibalik, bukan pemberitaan calon yang didukung tetapi bagaimana media memberitakan kandidat lawan. Untuk mendapatkan gambaran tersebut, peneliti mengambil objek penelitian pemberitaan Koran Sindo yang dimiliki oleh Hari Tanoesoedibjo yang mendukung pasangan Prabowo-Hatta pada pasangan Jokowi-JK. Serta pemberitaan harian Media Indonesia yang dimiliki Surya Paloh di Kubu Jokowi-JK, pada pasangan Prabowo-Hatta.
Penelitian ini menggunakan perangkat-perangkat framing analisis oleh Gamson-Modigliani. Akan dilihat apakah media massa membuat simplifikasi berita dari para pasangan kandidat. Apakah media massa memberikan prioritas/ranking tertentu pada salah satu pasangan kandidat, dan juga apakah media massa membentuk struktur tertentu dalam berbagai isu yang berkembang selama masa kampanye para pasangan kandidat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kedua media itu memiliki agenda tersendiri untuk memengaruhi khalayak dalam memandang calon presiden. Dalam konteks konseptual penelitian ini seakan membuktikan bahwa isi media bukanlah sebuah cermin dari realitas yang sebenarnya, tetapi isi media dibentuk oleh berbagai faktor yang menghasilkan berbagai versi yang berbeda dari realitas.

Presidential election in 2014 become media power to influence political community. Issues were discussed is the loss of independence of space editor who allegedly because factors media owners who is affiliated with certain political group or even active in the political map of Indonesia. This study want to see how the interests of the owner of the media that supports candidates reflected in the news framing.
The difference is look at it behind angles, not the news of a candidate who supported, but how media candidates opposed to preaching. To get the picture, i took the object of research which is owned by Hari Tanoesoedibjo (Sindo) that supports the couple Prabowo-Hatta to couple Jokowi-Jusuf Kalla. And the Media Indonesia owned Surya Paloh who support Jokowi-JK to the couple Prabowo-Hatta.
This study using devices out there framing analysis by Gamson-Modigliani. Would be seen whether the mass media made simplify news from the candidate. Whether mass media give priority ranking at any one candidate, and also whether the mass media form a definite structure in various issues that develops during the campaign of candidates.
This research shows that the media has its own agenda to affect others to the presidential candidates. In the context of a conceptual this research seems to prove that the contents of the media is not a mirror of reality that actually, but the contents of the media formed by various factors that produce a variety of a different version of reality.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43644
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Aviandy
"Disertasi ini membahas bagaimana pembingkaian isu glasnost dan perestroika di harian Kompas pada kurun waktu 1986-1991 digunakan sebagai tempat untuk mengkritik pemerintahan rezim otoritarian Orde Baru. Riset ini menemukan bahwa upaya bernegosiasi Kompas dengan kekuasaan sentralistik otoritarian Orde Baru dilakukan oleh Kompas melalui artikel tajuk rencana dalam balutan isu glasnost dan perestroika. Relasi hubungan bilateral Indonesia dan Rusia mengalami penurunan yang signifikan pada era rezim Orde Baru dibandingkan dengan era Orde Lama. Akan tetapi, pada kurun waktu 1986-1991, pemberitaan mengenai Rusia (Uni Soviet) masif diberitakan. Hal ini tidak lepas dari terwujudnya gerakan pembaharuan glasnost dan perestroika di Uni Soviet yang menjadi semangat zaman saat itu. Disertasi ini menemukan bahwa Kompas bertendensi secara implisit untuk mengkritisi rezim Orde Baru dengan menggambarkan bahwa suatu negara otoritarian dan militeristik dapat berubah apabila ada kemauan kuat dari internalnya. Disertasi ini menggunakan metode pembingkaian (framing) dalam membedah artikel tajuk rencana harian Kompas kurun waktu 1986-1991. Hasil dari riset ini adalah strategi pembingkaian media perlu digunakan secara komprehensif dalam menghadapi rezim pemerintahan otoritarian. Dengan demikian, kritik dapat disampaikan oleh media tanpa harus mengalami pembredelan. Negosiasi dengan kekuasaan perlu digunakan untuk tetap mempertahankan peran media sebagai salah satu pilar utama demokrasi dalam mengkritisi kekuasaan.

This dissertation examines how the Glasnost and Perestroika issues were framed in Kompas daily newspaper from 1986 to 1991 to criticise the authoritarian New Order regime. This research found that Kompas's efforts to negotiate with the New Order's authoritarian centralised power were conducted through editorial articles under the Glasnost and Perestroika issues. Compared to the Old Order era, bilateral relations between Indonesia and Russia declined significantly during the New Order government. However, from 1986 to 1991, there was massive news about Russia (Soviet Union). It was inseparable from the realisation of the Glasnost and Perestroika reform movements in the Soviet Union, which defined the era’s spirit. This dissertation found that Kompas implicitly criticised the New Order regime by articulating how an authoritarian and military state could change if it had a solid internal will. This dissertation applies a media framing analysis to dissect Kompas editorial articles from 1986 to 1991. This research demonstrates that comprehensive media framing strategies are required when dealing with authoritarian political regimes. Thus, the media can express criticism without the risk of being banned. Negotiations with the power are necessary to sustain the media's role as one of the primary pillars of democracy in terms of power criticism."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Armaini
"Penelitian ini bertujuanuntuk menganalisis konstruksi berita di empat koran nasional,
Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, dan Koran Sindo tentang dugaan korupsi Ketua
SKK Migas Rudi Rubiandini. Berita dalam penelitian ini dipandang sebagai hasil konstruksi
dari wartawan dengan segala latar belakang, pengetahuan, dan ideologinya masing-masing.
Lumrah bila isi dan pembingkaian keempat surat kabar tersebut berbeda dalam pemberitaan
tentang dugaan korupsi Ketua SKK Migas Rudi Rubiandini. Menggunakanpendekatan
kualitatif dan metode penelitian analisis ini, penelitian ini menemukan tiga hal. Yakni, saat
ini korupsi sudah menjadi komoditas berita, termasuk dalam kasus dugaan korupsi Ketua
SKK Migas Rudi Rubiandini di negeri ini sudah menjadi komoditas. Kedua, tuduhan korupsi
menjadi senjata paling ampuh merontokkan lawan-lawan politiknya. Ketiga, teks berita
merupakan representasi dari kekuasaaan sebagai mana disinyalir oleh Michel Foucault.
Adanya hubungan antara kekuasaan dan pengetahuan secara langsung menjelaskan
representasi dari hubungan ?power-knowledge?. Knowledge is power mengkontrol tatanan
sosial politik. Di pihak yang berseberangan adalah power is knowledge yang bermakna
kekuasaan menumbuhkan pengetahuan. "
Jakarta: Lembaga Riset Univ Budi Luhur, 2014
384 COM 5:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Derektorat Jenderal Pembinaan Pers dan Grafika, 1984
070.172 KOR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aldine Azhar Adinda
"Dunia menyaksikan sebuah konflik baru ketika Rusia memutuskan untuk melakukan agresi militer terhadap Ukraina pada 24 Februari 2022. Bahasa yang digunakan oleh portal berita memainkan peran penting dalam membantu menggambarkan masing-masing pihak yang berkonflik dan menyebarkan informasi terkait perang. Makalah ini menganalisis keberadaan bias spesifik aktor melalui pembingkaian dan atribusi kata dari portal berita Amerika Serikat dengan menggunakan analisis wacana kritis dan alat semantic tagger USAS. Beberapa artikel yang diterbitkan oleh New York Times dan CNN digunakan sebagai sampel. Dalam analisis, teori bias pelaporan spesifik aktor Baum dan Zhukov (2016) dan teori jurnalisme perang Johan Galtung (1965) digunakan untuk membahas data tersebut. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam pelaporan berita, bias aktor-spesifik terjadi terhadap Rusia karena kedua media menggambarkannya sebagai pemrakarsa konflik dan mengaitkan kata-kata yang berhubungan dengan militer terhadap aktor politik tersebut. Yang membedakan penelitian ini adalah bagaimana pola pemberitaan selektif yang ditampilkan mengikuti konsep jurnalisme perang. Tidak hanya itu, penggunaan semantic tagger USAS sebagai alat anotasi semantik juga menunjukkan bagaimana alat ini dapat digunakan untuk menilai korpora yang besar dan menentukan bidang semantik yang dominan untuk setiap kata.

The world witnessed another conflict when Russia decided to put on military aggression against Ukraine on February 24, 2022. Language used by news outlets plays an important role in helping to portray each of the conflicting parties and disseminating information related to the war. This paper analyses the existence of actor-specific bias through framing of and word attribution of US Media outlets by using CDA and USAS semantic tagger. By doing so, several articles published by the New York Times and CNN are used as samples. In the analysis, Baum and Zhukov’s actor-specific reporting bias theory (2016) and Johan Galtung’s war journalism theory (1965) are used to discuss said data. The result shows that in news reporting, actor-specific bias occurs against Russia as both media portray it as the conflict initiator and attribute military-associated words to the political actor. What makes this study different is how the patterns of selective reporting are shown to follow the concept of war journalism. Not only that, the usage of the USAS semantic tagger as a semantic annotation tool also shows how this tool can be used to assess large corpora and determine dominant semantic fields to each word."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>