Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152165 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ikbal Zendi Alim
"Tesis ini membahas uji validitas dan reliabilitas instrumen Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) versi Bahasa Indonesia untuk mengukur kualitas tidur. Kualitas tidur merupakan fenomena yang berhubungan dengan kesehatan fisik dan psikologis. Penelitian dilakukan pada populasi Penyakit Ginjal Kronis dan populasi sehat. Penelitian ini menghasilkan uji konsistensi internal Cronbach's Alpha = 0.79, validitas isi 0.89, validitas konstruksi menunjukkan korelasi komponen dengan skor global PSQI yang baik, known group validity bermakna (p <0.001), nilai sensitivitas adalah satu, spesifisitas 0.81, titik potong 5. Instrumen PSQI terbukti kesahihan dan keandalannya.

This thesis discusses the validity and reliability on the instrument Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Indonesia version to measure sleep quality. Sleep quality is a phenomenon which is related to the physical and psychological health. This study use population of chronic kidney disease and healthy population. This study resulted Chronbach's alpha score 0.79, content validity score 0.89, and construct validity showed correlation between component and global PSQI score, and known group validity was significant (p<0.001), sensitivity is one and specificity is 0.81, with cut off 5. This instrument proved the validity and reliability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T58635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Astiny
"Latar Belakang: Penyakit Parkinson merupakan suatu kondisi neurodegeneratif kronik progresif dengan gejala motorik dan nonmotorik. Gejala nonmotorik yang paling sering ditemukan pada penyakit Parkinson adalah gangguan tidur dengan prevalensi sebanyak 65-95 . Scales for Outcome in Parkinson rsquo;s Disease Sleep SCOPA-SLEEP adalah kuesioner tidur yang terdiri dari skala nighttime scale NS , daytime scale DS , dan skala penilaian kualitas tidur. Kuesioner ini digunakan untuk menapis dan menilai derajat keparahan gangguan tidur pada penyakit Parkinson yang direkomendasikan oleh Movement Disorder Society MDS.
Tujuan: Mendapatkan instrumen SCOPA-SLEEP versi bahasa Indonesia yang valid dan reliabel.
Metode: Tiga puluh tujuh pasien penyakit Parkinson di Poliklinik Neurologi dan Geriatri Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo yang memenuhi kriteria inklusi diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini. Pasien mengisi kuesioner SCOPA-SLEEP sebanyak 2 kali dengan jarak waktu 1 minggu. Konsep yang digunakan untuk uji validitas SCOPA-SLEEP INA adalah validasi lintas budaya menurut metode World Health Organization WHO. Uji reliabilitas dinilai menggunakan nilai alpha Cronbach.
Hasil: SCOPA-SLEEP INA telah melalui validasi lintas budaya menurut WHO dengan nilai koefisien korelasi Spearman berkisar antara 0,479-0,880 pada pemeriksaan pertama dan 0,359-0,899 pada retest. Nilai alpha Cronbach pada pemeriksaan pertama adalah 0,827 untuk skala NS dan 0,723 untuk skala DS. Pada retest nilai alpha Cronbach untuk skala NS adalah 0,853 dan 0,592 untuk skala DS.
Kesimpulan: SCOPA-SLEEP INA valid dan reliabel untuk digunakan sebagai instrumen penapis dan penilai gangguan tidur pada penyakit Parkinson.

Background: Parkinson's disease PD is a chronic progressive neurodegenerative disease with motor and non motor symptoms. Sleep disorders are the most common non motor symptoms in PD with prevalence of 65 95. Scales for Outcome in Parkinson's Disease Sleep SCOPA SLEEP is a sleep questionnaire which consist of nighttime scale NS, daytime scale DS, and quality of sleep scale. It is recommended by Movement Disorder Society MDS to screen and assess the severity of sleep disorders in PD.
Aim: To gain a valid and reliable Indonesian version of SCOPA SLEEP instrument.
Method: Thirty seven PD patients in the Neurology and Geriatric clinic of Cipto Mangunkusumo hospital which fulfilled the inclusion criteria were included in this cross sectional study. These patients answered the SCOPA SLEEP twice with 1 week interval. The concept of validity study test of SCOPA SLEEP INA was transcultural validation based on World Health Organization WHO method. Reliability study test was assessed by Cronbach's alpha score.
Results: SCOPA SLEEP INA had transcultural validation based on WHO method with Spearman's correlation coefficient scores ranged from 0.479 to 0.880 in first test and 0.359 0.899 in the retest. Cronbach's alpha score in first test were 0.827 for NS scale and 0.723 for DS scale, respectively. In the retest, they were 0.853 for NS scale and 0.592 for DS scale, respectively.
Conclusion: SCOPA SLEEP INA is a valid and reliable instrument to be used as instrument in screening and assessing sleep disorders in PD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rendy Andika
"Latar Belakang: Penderita penyakit ginjal kronik akan mengalami berbagai stressor dalam kehidupan sehari-hari yang dapat menurunkan kualitas hidupnya. Kualitas hidup yang buruk berkorelasi dengan peningkatan mortalitas dan morbiditas. Penelitian ini bertujuan untuk mengadaptasi kuesioner KDQOL-SF ke dalam bahasa Indonesia dan mengevaluasi reliabilitas dan validitas kuesioner pada subjek sehat di Indonesia.
Metode: Kuesioner KDQOL-SF yang sudah diterjemahkan sebelumnya diberikan kepada 33 subjek sehat di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo. Responden berusia di atas 18 tahun dan mampu berbahasa Indonesia secara lisan dan tulisan. Reliabilitas diukur dengan menggunakan koefisien korelasi intraclass Alpha Cronbach dan reliabilitas konsistensi internal. Validitas dievaluasi menggunakan uji korelasi Pearson.
Hasil: Dari 33 responden, mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki (81%) dengan rerata usia 47,4 13,7 tahun. Skor tertinggi pada aspek dukungan sosial dengan skor rata-rata 99,48 2,95, sedangkan skor terendah adalah aspek vitalitas dengan skor rata-rata 63,28 ± 11,61. Nilai Alpha Cronbach antara 0,580-0,999 dan koefisien korelasi Pearson antara 0,405 0,976 dengan P < 0,05.
Kesimpulan: Kuesioner KDQOL-SF yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia valid dan reliabel untuk digunakan dalam menilai kualitas pasien sebelum transplantasi ginjal di Indonesia.

Background: Patients with chronic kidney disease will endure various stressors in daily living which may decrease their quality of life. Poor quality of life correlates with increased mortality and morbidity. This research aims to adapt the KDQOL-SF questionnaire into Indonesian and to evaluate the reliability and validity of the questionnaire in healthy subjects in Indonesia.
Methods: Previously translated (into Indonesian) KDQOL-SF questionnaire was given to 33 healthy subjects at Dr. Cipto Mangunkusumo General Hospital. Respondents were over 18 years old and were able to speak Indonesian orally and in written form. Reliability was measured using Alpha Cronbach’s intraclass correlation coefficient and internal consistency reliability. Validity was evaluated using Pearson’s correlation test.
Results: Out of 33 respondents, majority of subjects were male (81%) with mean age 47.4 ± 13.7 years old. Highest score was in social support aspects with mean score 99.48 ± 2.95, while the lowest score was vitality aspect with mean score 63.28 ± 11.61. Alpha Cronbach’s score was between 0.580-0.999 and Pearson’s correlation coefficient between 0.405-0.976 with P <0.05.
Conclusions: KDQOL-SF questionnaire, which was translated into Indonesian, was valid and reliable to be used in evaluating patients’ quality of before kidney transplantation in Indonesia.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilani Kumala
"Insiden dan prevelansi penyakit ginjal kronik (PGK) meningkat dari tahun ke tahun baik di negara maju ataupun sedang berkembang. Malnutrisi energi protein (MEP) sering dijumpai pada penderita PGK dengan dialisis (PGK-D) ataupun sebelum mendapat terapi dialisis (PGK-ND). Malnutrisi energi protein pada PGK-ND dapat menurunkan kualitas hidup, meningkatkan morbiditas dan mortalitas serta merupakan prediktor yang kuat terhadap survival penderita PGK-D di kemudian hari. Tujuan penelitian untuk memperoleh parameter komposisi tubuh dan fungsi otot yang dapat mendeteksi kecenderungan terjadinya MEP pada penderita PGK-ND.
Metode. Penelitian dilakukan di Bagian Penyakit Dalam RS Sumber Waras, RS PGI. Cikini, RS Islam Jakarta dan Universitas Tarumanegara dengan rancangan cross sectional. Subyek penelitian: 45 penderita PGK-ND (30 laki=laki, 15 perempuan) dan 45 subyek kontrol yang disepadankan jenis kelamin, usia (PGK-ND 48,2 ≠7,3 tahun, kontrol 47,7 + 6,2 tahun) tinggi badan (PGK-ND 159,4 ≠ 7,5 cm, kontrol 160,6 ≠ 7,6 cm) dan indeks massa tubuh (IMT) (PGK-ND 22,4 ≠ 3,4 kg/m2, kontrol 22,5 ≠ 3,1 kg/m2). Status nutrisi dikelompokkan dalam status nutrisi kurang, normal dan lebih berdasarkan IMT, WHO, 1995. Pada penderita dan subyek kontrol dilakukan penilaian asupan nutrisi (tanya ulang 2 X 24 jam dan pncatatan asupan makanan), pemeriksaan biokimiawi (darah dan urin), pengukuran komposisi tubuh (antropimetri dan bioelectric impedance analysis, BIA). dan fungsi otot (kekuatan genggam tangan).
Hasil. Penderita dan subyek kontrol didapatkan 7 (15,6%) status nutrisi kurang, 28 (62,2%) normal dan 10 (22,2%) lebih. Rerata laju filtrasi glomerulus penderita PGK-ND sebesar 19,3 + 1,7 mL/men/1,73m2, 13 (28,9%) penderita stadium 3, 17 (37,8%) stadium 4 dan 15 (33,3%) stadium 5. Konsentrasi albumin, prealbumin dan insulin like growth factor-1 (IGF-1) penderita PGK-ND tidak berbeda bermakna berdasarkan status nutrisi dan stadium PGK. Konsentrasi transferin didapatkan lebih tinggi bermakna pada penderita PGK-ND status nutrisi lebih dibandingkan dengan status nutrisi kurang dan normal. Konsentrasi C reactive protein (CRP) lebih tinggi bermakna pada penderita PGK-ND status nutrisi kurang dibandingkan dengan status nutrisi baik. Derajat asidosis metabolik (konsentrasi HCO3) penderita PGK-ND tidak berbeda berdasarkan status nutrisi dan stadium PGK. Secara antropometri massa bebas lemak (MBL), indeks-MBL (I-MBL), massa lemak (ML) dan persen (ML penderita PGK-ND tidak berbada bermakna dengan subyek kontrol. Berdasarkan BIA didapatkan MBL, dan I-MBL, persen ML penderita PGK-ND lebih tinggi bermakna dibandingkan subyek kontrol (p < 0,05). Massa bebas lemak (MBL), I-MBL dan ML mempunyai linearitas dengan klasifikasi status nutrisi berdasarkan uji trend analysis. Massa bebas lemak dan I-MBL berkolerasi dengan IMT. Massa bebas lemak, I-MBL, ML dan PGK-ND tidak berbeda dengan subyek kontrol dan berdasarkan status nutrisi serta stadium PGK. Status (KGT) penderita lebih rendah bermakna dibandingkan dengan kontrol, dan KGT penderita dengan status nutrisi kurang lebih rendah bermakna dibandingkan dengan status nutrisi baik. Kekuatan genggam tangan mempunyai korelasi dengan I-MBL dan IMT. Terdapat kesesuaian yang baik antara I-MBL dan KGT dengan IMT untuk penilaian status nutrisi penderita PGK-ND. Dengan uji Receiver Operating Curve didapatkan titik potong I-MBL sebesar 14,23 kg/m2 dan titik potong KGT sebesar 9,7 kg untuk membedakan status nutrisi kurang dan baik.
Kesimpulan. Penelitian ini menunjukkan protein viseral (albumin, prealbumin, transferin dan insulin like growth factor-1) merupakan parameter status nutrisi yang lemah untuk penderita PGK-ND. Indeks massa tubuh mempunyai kolerasi positif dengan I-MBL dan KGT. Indeks-MBL dan KGT dapat membedakan derajat status nutrisi penderita (PGK-ND stadium 3,4 dan 5, dan dapat digunakan sebagai prediktor untuk skrining status nutrisi pada penderita PGK-ND."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
D638
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riselligia Caninsti
"Salah satu penyakit yang terus meningkat persentasenya saat ini dan menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat adalah penyakit ginjal. Kekhawatiran masyarakat muncul karena dalam perjalanan penyakit ginjal, pada tahap awal pasien tidak merasakan keluhan apapun. Walaupun tidak memperlihatkan gejala, penyakit ini akan terns berproses secara bertahap selama bertahun-tahun hingga pada akhimya pasien telah mengalami gagal ginjal pada tahap terminal dan harus menjalani terapi hemodialisa seumur hidup.
Sehubungan dengan penyakitnya, pasien yang menjalani terapi hemodialisa menghadapi masalah-masalah dalam menjalani hidupnya karena membawa beberapa dampak pada individu, diantaranya adalah dampak tisik, dampak sosial dan dampak psikologis. Dampak psikologis yang dirasakan pasien tampaknya kurang menjadi perhatian bagi para dokter ataupun perawat. Pada umumnya, pengobatan di rumah sakit difokuskan pada pemulihan kondisi fisik tanpa memperhatikan kondisi psikologis penderita. Keterbatasan dokter dan perawat dalam menggali kondisi psikologis pasien membuat hal ini terkesan kurang diperhatikan.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode yang sederhana untuk mengetahui kondisi psikologis dalam setting klinis yang nantinya dapat membantu dokter saat berhadapan dengan pasien. Salah satunya adalah menggunakan Alat Ukur Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) yang telah dirancang untuk digunakan dalam setting rumah sakit dan hanya terdiri dari 14 item. HADS terdiri dari dua subskala, yaitu anxiety (kecemasan) dan depression (depresi). Item-item dalam HADS terdiri dan 7 item berhubungan dengan anxiety (kecemasan) dan 7 item lainnya berhubungan dengan depression (depresi).
Dengan menggunakan HADS, diharapkan pasien dapat lebih mudah memberikan respon sesuai dengan kondisi yang ia rasakan. Alat ukur HADS yang semula menggunakan bahasa Inggris akan diterjemahkan terlebih dahulu ke dalam bahasa Indonesia. Dengan adanya penelitian ini maka dapat diketahui gambaran kecemasan dan depresi pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat kepada pasien."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Retta C.
"ABSTRAK
Pemilihan obat antidiabetik oral (OAD) pada pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dengan penyakit ginjal kronik (PGK) sangatlah penting karena sebagian besar OAD diekskresikan melalui ginjal sehingga diperlukan penyesuaian dosis. Di Indonesia, sulfonilurea (SU) kerja pendek umum dipakai untuk pengelolaan DMT2 dengan PGK. Tinjauan pustaka ini membahas perbandingan efektivitas dan keamanan beberapa jenis SU dengan OAD lainnya pada pasien DMT2 dengan PGK. Golongan obat yang dievaluasi adalah SU, tiazolidindion (TZD), penghambat DPP-IV, dan penghambat SGLT-2. Sulfonilurea kerja pendek (gliklazid dan glipizid) dan penghambat SGLT-2 (empaglifozin dan canaglifozin) dapat menghambat progresi PGK pada DMT2. Pioglitazon dan sitagliptin dikaitkan dengan progresi PGK yang lebih tinggi, sementara linagliptin berefek netral terhadap perburukan PGK. Namun, sitagliptin dan linagliptin memiliki risiko lebih rendah dalam menyebabkan hipoglikemia dibandingkan SU kerja pendek. Dengan demikian, dapat disimpulkan OAD golongan SU kerja pendek, seperti gliklazid dan glipizid masih dapat menjadi pilihan utama untuk pengelolaan glukosa darah pada pasien DMT2 dengan PGK di Indonesia."
Jakarta: Bidang Penelitian dan Pengembangan Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
610 JPDI 5:3 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Situasi pandemi COVID-19 dan proses pembelajaran daring merubah pola harian mahasiswa, salah satunya adalah tidur. Perubahan lain yang ditemukan saat pandemi COVID-19 ialah perubahan chronotype dan prestasi akademik mahasiswa. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif asosiatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran dan hubungan kualitas tidur, chronotype, dan prestasi akademik mahasiswa Universitas Indonesia asal non-Jabodetabek selama pembelajaran jarak jauh. Penelitian ini dilakukan secara online dengan 245 sampel, diambil menggunakan teknik convenience sampling. Kualitas tidur diukur menggunakan Pittsburgh Sleep Quality Index, chronotype diukur dengan Morningness-Eveningness Questionnaire, dan prestasi akademik diukur dengan nilai IPK. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan chronotype (p 0,047 α 0,05), tidak adanya hubungan antara chronotype dengan prestasi akademik (p 0,469: α 0,05), dan tidak terdapat hubungan antara kualitas tidur dengan prestasi akademik (p 0,593: α 0,05). Penelitian ini merekomendasikan mahasiswa untuk mengubah pola waktu tidur-bangun dan aktivitasnya menjadi lebih awal daripada jam waktu tidur-bangun sebelumnya dan pelayanan keperawatan untuk melakukan kegiatan promotif dan pemberian asuhan keperawatan yang tepat kepada mahasiswa dengan masalah tidur.

Sleep Quality, Chronotype, and Academic Achievement of Students of Indonesian University from non-Jabodetabek During Online Learning. The COVID-19 pandemic situation and the online learning changed students' daily patterns, one of which is sleep. The other changes found during the COVID-19 pandemic were changes in chronotype and student academic achievements. It is associative descriptive study which aims to determine the description and relationship of sleep quality, chronotype, and academic achievement of Indonesia University students from non-Jabodetabek during online learning. This study was conducted by online with 245 samples, recruited using convenience sampling technique. Sleep quality is measured using Pittsburgh Sleep Quality Index, chronotype measured using Morningness-Eveningness Questionnaire, and academic achievement measured using GPA scores. The results showed that there is a relationship between sleep quality and chronotype (p 0.047 0.05), there is no relationship between chronotype and academic achievement (p 0.469: 0.05), and there is no relationship between sleep quality and academic achievement (p 0.593: 0.05). This study recommends students to change their sleep-wake time pattern and their activities to be earlier than the previous sleep-wake time, and nursing services to carry out promotive activities and provide appropriate nursing care to students with sleep problems."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Mustikowati
"ABSTRAK
Kualitas tidur buruk biasa terjadi pada sebagian besar pasien gagal ginjal terminal yang menjalani hemodialisis pada waktu dan jam-jam tertentu seumur hidupnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan kualitas tidur pada pasien yang menjalani hemodialisis pada shift pagi dan sore. Desain penelitian adalah deskriptif potong lintang, dengan melibatkan 120 orang responden yaitu pasien hemodilisis di RSUD Tarakan Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengalami kualitas tidur buruk baik pada hemodialisis shift pagi maupun sore. Responden yang menjalani hemodialisis shift sore menunjukkan kualitas tidur baik yang lebih banyak dibandingkan dengan responden yang menjalani hemodialisis shift pagi. Akan tetapi hasil analisis chi square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kualitas tidur responden yang menjalani hemodialisis shift pagi dan sore. Faktor yang paling dominan mempengaruhi kualitas tidur pasien hemodialisis adalah nyeri dengan p value 0.004 dan OR 4.973.. Rekomendasi dari penelitian ini adalah perlu dipertimbangkan untuk meneliti efektivitas nocturnal hemodialisis terhadap perbaikan kualitas tidur pasien hemodialisa.
ABSTRACT
Bad sleep quality is common occur in most end stage renal disease who to undergoing hemodialysis at certain time and hours of their lifetime. the purpose of this study was to determine the difference in sleep quality in patient undergo hemodialysis in the morning and afternoon shift. the research design was descriptive with cross sectional design with 120 respondents consisting of hemodialysis patient in Tarakan General Hospital Jakarta. The result showed that most respondent experienced poor sleep quality both in morning and afternoon shift hemodialysis. Result showed the patients in the afternoon shift had better sleep quality than morning shift, however with chi square analysis showed that there was no significant difference sleep quality between morning and afternoon shift hemodialysis. the most dominant factor affecting sleep quality of hemodialysis patients is pain with p value 0.004 and OR 4.973 pain is the most dominant factor distinguishing the patients sleep quality. the recommendtion of this study is that is necessary to consider the effectiveness of nocturnal hemodialysis on improving patients sleep quality "
2018
T49239
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
NIH by Gardiner-Cardwell SynerMed under an educational grant from the Upjohn Company,
1209000006 (VHS)
Multimedia  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Andriyani
"Latar belakang: Gangguan tidur pada penderita penyakit Parkinson merupakan masalah yang paling sering muncul namun jarang sekali terdeteksi. Gangguan tidur merupakan gejala non motorik dengan prevalensi 40% sampai 95% pada seluruh populasi pasien PP di dunia. Evaluasi pola tidur seharusnya menjadi bagian evaluasi rutin penyakit Parkinson. SCOPA SLEEP INA menjadi salah satu pilihan untuk mendeteksi gangguan tidur pada pasien PP dengan sensitivitas 90% dan spesifitas 88% dalam penapisan gangguan tidur.
Metode penelitian: Penelitian ini dilakukan desain penelitian potong lintang untuk mengetahui gambaran gangguan tidur pada penderita PP dan gambaran distribusi gangguan tidur pada pasien PP pada pasien yang kontrol dan berobat di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo pada bulan Oktober 2020- Mei 2021. Subyek penelitian terdiri dari 25 subyek namun yang memenuhi kriteria inklusi terdiri dari 23 subyek. Dua puluh tiga subyek yang diambil data demografis, data depresi dengan mempergunakan HRDS (Hamilton Rating Deppresion Scale), SCOPA SLEEP (Scale For Outcome in Parkinson Disease – Sleep) - INA DS (day scale) dan NS (night scale). Penelitian ini dilakukan secara wawancara terpimpin dengan video virtual. Kuesioner dibagikan sebelum dilakukan wawancara terpimpin. Kemudian hasil dari kuesioner dihitung untuk melihat proporsi gangguan tidur.
Hasil: Penelitian ini didapatkan subyek dengan gangguan tidur pada SCOPA SLEEP – INA terdapat 7 dari 23 subyek (30,43%). Dari ketujuh subyek tersebut, didapatkan gangguan tidur NS saja sebanyak 2 orang (8,7%), gangguan tidur DS saja sebanyak 3 orang (13,04%), sedangkan yang menderita gangguan tidur NS dan DS sebanyak 2 orang (8,7%). Tidak didapat adanya perbedaan faktor demografi antara subyek gangguan tidur dan tanpa gangguan tidur. Kelompok pasien dengan gangguan tidur lebih banyak mengalami depresi dibanding subyek yang tidak memiliki gangguan tidur.
Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan subyek dengan gangguan tidur berdasarkan SCOPA SLEEP – INA secara keseluruhan terdapat 7 dari 23 subyek (30,43%). Di antara ketujuh subyek tersebut, didapatkan gangguan tidur NS sebanyak 2 orang (8,7%), gangguan tidur DS sebanyak 3 orang (13,04%), sedangkan yang menderita gangguan tidur NS dan DS sebanyak 2 orang (8,7%). Proporsi depresi pada PP yang mengalami gangguan tidur lebih tinggi daripada kelompok tanpa gangguan tidur.

Background: Sleep disturbances in patients with Parkinson's disease are the most common problems but are rarely detected. Sleep disturbance is a non-motor symptom with a prevalence of 40% to 95% in the entire population of PP patients in the world. Evaluation of sleep patterns should be part of the routine evaluation of Parkinson's disease. SCOPA SLEEP INA is an option for detecting sleep disturbances in PP patients with a sensitivity of 90% and a specificity of 88% in screening for sleep disorders.
Research method: This study was conducted in a cross-sectional design to determine the description of sleep disorders in PP patients and the distribution description of sleep disorders in PP patients in patients who control and seek treatment at the Cipto Mangunkusumo National Central General Hospital in October 2020-May 2021. Research subjects consisted of 25 subjects but who met the inclusion criteria consisted of 23 subjects. Twenty-three subjects were taken demographic data, depression data using HRDS (Hamilton Rating Depression Scale), SCOPA SLEEP (Scale For Outcome in Parkinson's Disease – Sleep) - INA DS (day scale) and NS (night scale). This research was conducted by means of guided interviews with virtual videos. Questionnaires were distributed prior to the guided interview. Then the results of the questionnaire were calculated to see the proportion of sleep disorders.
Results: This study found that subjects with sleep disorders in SCOPA SLEEP – INA were 7 of 23 subjects (30.43%). Of the seven subjects, there were 2 people with NS sleep disorders (8.7%), 3 people with DS sleep disorders (13.04%), while 2 people with NS and DS sleep disorders (8.7%) ). There was no difference in demographic factors between subjects with sleep disorders and without sleep disorders. The group of patients with sleep disorders experienced more depression than subjects who did not have sleep disorders.
Conclusion: In this study, the subjects with sleep disorders based on SCOPA SLEEP – INA were 7 out of 23 subjects (30.43%). Among the seven subjects, there were 2 people with NS sleep disorders (8.7%), 3 people with DS sleep disorders (13.04%), while 2 people with NS and DS sleep disorders (8.7%). The proportion of depression in PP with sleep disturbances was higher than in the group without sleep disorders.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>