Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155948 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Majid Efendi
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh perbedaan penghasilan terhadap keputusan pindah kerja, sekaligus merekam laju perubahan penghasilan berdasarkan alasan pindah kerja dengan membagi individu kedalam kelompok pindah kerja atas dasar terpaksa dan atas dasar sukarela, menggunakan data longitudinal IFLS tahun 2000 dan 2007. Hasil penelitian membuktikan bahwa perbedaan penghasilan menjadi salah satu faktor determinan keputusan pindah kerja. Penghasilan estimasi menunjukkan bahwa rata-rata laju pertumbuhan penghasilan individu pindah kerja lebih besar daripada yang tidak pindah kerja. Selain itu, rata-rata laju pertumbuhan penghasilan individu pindah kerja atas dasar sukarela lebih besar daripada yang pindah kerja atas dasar terpaksa.

This research aims to find out the effect of earning gap on the decision of job mobility, and to record the earning growth based on the reasons of job mobility, be it involuntarily and voluntarily, using panel individuals of IFLS longitudinal data in the year of 2000 and 2007. This research proves that estimated earning gap is one of the determinants of job mobility. The mean of estimated earning shows that individuals-earning of those who participate in job mobility is higher than those who do not, while those who participate on job mobility voluntarily is higher than those involuntarily.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43285
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Harry Akhmadi
"Penelitian ini bertujuan menguji tingkat determinasi pendidikan terhadap mobilitas pekerja di Indonesia. Pendidikan dinilai memiliki peran penting dalam mengatasi kerentanan ini. Menggunakan data Survei Angkatan Kerja Nasional, penelitian ini menganalisis pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan antar sektor formal dan informal. Metode regresi logistik multinomial diterapkan untuk memahami pengaruh pendidikan terhadap mobilitas pekerjaan, dengan mempertimbangkan variabel kontrol seperti demografi, lama bekerja, dan wilayah. Hasil menunjukkan bahwa pendidikan yang lebih tinggi signifikan meningkatkan kemungkinan pekerja berpindah ke sektor formal, diperlihatkan bahwa pekerja lulusan diploma akan 1.7 kali lebih cenderung berpindah ke sektor formal dibanding pekerja yang tidak mengenyam pendidikan.

This research aims to examine the impact of educational determination on worker mobility in Indonesia. Education is considered to have an important role in overcoming this vulnerability. Using National Labor Force Survey data, this research analyzes the influence of education on job mobility between the formal and informal sectors. The multinomial logistic regression method is applied to understand the effect of education on job mobility, taking into account control variables such as demographics, length of work, and region. The results show that higher education significantly increases the possibility of workers moving to the formal sector. It is proven that workers with a diploma are 1.7 times more likely to move to the formal sector than workers who have no education."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Habibulloh Adi Negoro
"Internet dan teknologi telah membuat disrupsi besar arus informasi dan sifat transaksi ekonomi. Studi ini fokus pada bagaimana kejutan mempengaruhi dan membuat perubahan dalam pencarian pekerjaan. Baru-baru ini biaya pencarian pekerjaan telah berkurang dan sekarang lebih mudah bagi pekerja (bahkan pekerja yang menganggur) untuk mencari pekerjaan baru. Kemudahan ini telah membuat pencarian pekerjaan lebih mudah dari sebelumnya dan mudah untuk menemukan lowongan pekerjaan. Dalam studi ini, OLS pooled dan cross-sectional telah digunakan untuk memperkirakan jumlah pemindahan pekerjaan yang dilakukan oleh generasi milenial dan X untuk mendeteksi apakah perbedaan dari hopping pekerjaan signifikan antar generasi. Studi ini menemukan bahwa generasi milenial tidak berpengaruh signifikan terhadap pendahulunya. Namun, generasi milenial memiliki potensi dan kemampuan yang lebih tinggi untuk bergerak lebih dari generasi sebelumnya karena mereka memiliki tingkat pendidikan rata-rata yang lebih tinggi. Studi ini juga menemukan bahwa tingkat pendidikan yang lebih tinggi dapat memberikan kemampuan dan daya tawar yang lebih tinggi kepada pekerja untuk pindah ke pekerjaan lain, di mana kemampuan yang lebih tinggi yang diperoleh dari tingkat pendidikan dimulai dari sarjana.

The internet and technology has made large shocks of information flows and the nature of economic transactions. This study focus on how the shock affects and made changes in the job search. Recently the searching cost of a job has been decreased and now it’s easier for workers (even unemployed labor) to seek for a new job. This easiness has made job seeking simpler than ever and it’s easy to find job vacancy. In this study, pooled and cross-sectional OLS has been used to estimate the number of job moves done by millennial and X generation to detect whether the difference of job-hopping is significant between generations. This study found that millennial generation does not significantly to their predecessors. Yet, millennial generation has higher potential and ability to move more than the previous generations since they have higher average of education level. This study also found that higher education level could give higher ability and bargaining power to the labor to move to another job, where higher ability gained from the education level starts from bachelor."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Pujo Pangesti
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari bagaimana kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan sebagai faktor penarik yang dapat menjelaskan kecenderungan melakukan mobilitas nonpermanen pada tahun 2017 dan 2023. Pada periode tersebut, pola mobilitas nonpermanen telah mengalami pergeseran yang cukup berarti. Dengan menggunakan data Sakernas 2017 dan 2023, hasil analisis regresi menunjukkan bahwa arah kecenderungan kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan dalam menjelaskan keputusan mobilitas nonpermanen pada tahun 2017 dan 2023 relatif sama. Pekerja yang undereducation cenderung lebih rendah untuk melakukan mobilitas nonpermanen. Sebaliknya, pekerja yang overeducation cenderung lebih tinggi melakukan mobilitas nonpermanen. Hasil ini memberikan temuan bahwa keputusan melakukan mobilitas berbeda pada tingkat pendidikan pekerja yang relatif terhadap kualifikasi pekerjaan yang dibutuhkan. Hasil analisis dekomposisi oaxaca blinder menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik pendapatan menunjukkan kontribusi yang paling dominan dalam menjelaskan perbedaan kecenderungan mobilitas nonpermanen pada kategori match dan undereducation. Sedangkan, perbedaan karakteristik pendapatan antara kategori match dan overeducation tidak signifikan berkontribusi menjelaskan perbedaan kecenderungan melakukan mobilitas nonpermanen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbedaan karakteristik pendapatan tidak selalu dapat menjelaskan perbedaan perilaku mobilitas nonpermanen antar kategori kesesuaian tingkat pendidikan dan pekerjaan. Penyediaan informasi pasar kerja secara komprehensif diperlukan dalam rangka mendukung mobilitas nonpermanen.

This study aims to investigate the relationships between job-education match and non- permanent mobility decisions at the period 2017 and 2023, during which the non- permanent mobility behaviour has been significantly shifted. Using data from the Indonesian National Labor Force Survey (Sakernas) 2017 and 2023, regression analysis shows that undereducation is negatively associated with the probability of non-permanent mobility. In contrast, overeducation is positively associated with the probability of non- permanent mobility. These findings suggest that the nonpermanent mobility decision making depends on individual’s level of education relative to job qualification required. Further analysis using oaxaca blinder decomposition method shows that income characteristics explain the most dominant contribution in explaining disparity in the probability of non-permanent mobility between match and undereducation. Conversely, income characteristics do not successfully explain the disparity in non-permanent mobility behaviour between match and overeducation categories. These findings indicate that income characteristics do not always explain the different behaviors in non- permanent mobility among categories. Better access to comprehensive labor market information is needed to promote non-permanent mobility."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2025
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trophy Endah Rahayu
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perbedaan penghasilan dan variabel demografi lain dalam keputusan pekerja untuk melakukan perpindahan pekerjaan antara tahun 2008-2009. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data Sakernas Panel periode Februari 2008 dan Februari 2009. Metode analisa yang akan digunakan untuk mengetahui pengaruh perbedaan penghasilan terhadap keputusan pindah kerja adalah metode analisa probit. Metode Two- Step Heckman digunakan untuk mengestimasi partisipasi bekerja. Sedang model penghasilan Mincer digunakan untuk mengesrtmasi penghasilan. Pada penelitian ini dapat dibuktikan bahwa gap penghasilan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pekerja untuk pindah pekerjaan. Pekerja yang memiliki peluang pindah kerja tertinggi adalah pekerja dengan laki-laki lulusan PT yang tinggal di perkotaan, berstatus tidak/pernah kawin dan tidak memiliki ART lain yang bekerja (sole breadwinner), Serta bekeija pada sektor formal, di lapangan usaha manufaktur, dan sebagai tenaga jasa.

This research aims to find out the effect of earnings gap and the other demographic variables on worker?s job mobility decision in 2008-2009. This research uses Sakernas Panel data on February 2008 and February 2009. Profit analysis is used to know the effect of earnings gap on job mobility decision. The Two Step Heckman selection procedure is used to estimate work participation. Mincerian Earnings model is used to estimate earning of those estimated as workers. This research proves that earnings gap has a positive and significant effect on job mobility. Workers who have the highest probability to change job are men with college education who lived in urban area, never/had married, sole breadwinner, and working in manufacture, formal sector, as service worker."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2010
T33216
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifky Mahessa
"Penelitian ini menganalisis peran ethical leadership dan abusive supervision dalam proses turnover. Penelitian ini dilakukan terhadap 120 Pegawai Industri Jasa Perbankan di Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dan Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa ethical leadership mempengaruhi tingkat kepuasan kerja, dimana selanjutnya mempengaruhi intentions to quit atau proses turnover dan berdampak terhadap job search behavior. Sebaliknya, abusive supervision, yang bertentangan seacara konseptual dengan ethical leadership, mempunyai pengaruh negative terhadap kepuasan kerja dengan dampak yang sesuai dengan proses turnover dan job search behavior. Namun, tidak seperti ethical leadership, yang tidak secara langsung mengarah terhadap terhadap job search behavior, abusive supervision mampu secara langsung membuat pegawai tidak nyaman dan mengarah terhadap job search behaviors. Lebih lanjut lagi, ditemukan juga bahwa bahkan tingkat abusive supervision yang rendah sekalipun dapat menetralkan tingkat ethical leadership yang tinggi. Implikasi bagi manajemen di industri keuangan yaitu sistem reward dan punishment, mengadakan training untung mengembangkan pemimpin agar memiliki ethical leadership yang tinggi, serta mengingatkan kembali kepada para pemimpin bahwa sesedikit apapun tingkat abuse yang diterima karyawan akan menutupi tingkat ethical leadership yang tinggi sekalipun.

This study examined the roles which ethical leadership and abusive supervision play in turnover process. This study was conducted on 120 banking industries? employees in Jakarta. This study using descriptive analysis and Structural Equation Modeling (SEM). The central conclusion of this study is that ethical leadership influences job satisfaction, which then influences intentions to quit, which then impacts job search behaviors. Conversely, abusive supervision, which is the conceptual opposite of ethical leadership, has a negative influence on job satisfaction with corresponding impacts on intentions to quit and job search behavior. But, unlike ethical leadership, which does not directly lead to job search behavior, abusive supervision can also directly make people so upset that they initiate job search behaviors. Moreover, findings indicate that even low levels of abusive supervision can neutralize high levels of ethical leadership. Implications for financial industries? management are rewarding ethical behavior and punishing unethical behavior system, develop ethical leaders for a potential decrease in employee turnover behaviors, and warning for leaders in general and human resource management leaders in particular who depend on or even engage in abusive supervision that even a few instances of abuse can overshadow high sustained levels of ethical conduct.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
S63359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Oesch, Daniel
New York: Oxford University Press, 2013
331.123 OES o
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
M Awan Satyabudi Djuanda
"Penelitian ini mengkaji fenomena mobilitas sosial intragenerasi yang dialami oleh penerima manfaat program bantuan sosial pemerintah di salah satu kecamatan termiskin di Jakarta Timur (Kecamatan Cakung). Studi-studi terdahulu telah menempatkan kebijakan sosial (seperti program bansos, rumah layak huni, dan kredit mikro) sebagai salah satu faktor pendorong mobilitas sosial dan pengentasan kemiskinan. Penelitian ini berargumen bahwa Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) yang berhasil mengalami mobilitas sosial intragenerasi naik adalah mereka yang mampu memanfaatkan dengan baik bantuan sosial tersebut untuk meningkatkan status sosial-ekonomi mereka serta mampu terhindar dari berbagai efek negatif dari bantuan sosial tersebut. Kemampuan mereka ini pun tak bisa lepas dari faktor seperti sifat individu serta karakteristik sosial-ekonomi mereka yang dapat mendorong maupun menghambat proses mobilitas sosial. Penelitian ini juga menyoroti pentingnya memperhatikan pemahaman subjektif dari para penerima manfaat kebijakan terkait perpindahan status-ekonomi yang mereka alami. Untuk itu, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus; dengan metode pengumpulan data berupa wawancara mendalam dan studi dokumen. Informan kunci dalam penelitian ini adalah 8 orang perempuan anggota KPM Transisi (telah menerima bantuan lebih dari 5 tahun) yang merupakan penerima langsung dari PKH. Perempuan (khususnya ibu) dalam masyarakat kita umumnya juga memiliki peran sosial lebih dalam mengurus keluarga, sehingga bisa jadi memiliki pemahaman lebih terkait kondisi sosial-ekonomi keluarganya.Hasil Penelitian menemukan adanya KPM PKH yang mengalami proses mobilitas intragenerasi naik (movers), mobilitas turun (fallers), dan tetap (always poor/never poor). KPM yang berhasil mengalami mobilitas intragenerasi naik adalah mereka yang secara objektif mampu memanfaatkan dengan baik bantuan sosial tersebut untuk meningkatkan status sosial-ekonomi (peningkatan pendapatan, pengembangan usaha) serta secara subjektif telah menilai bahwa dirinya telah mengalami peningkatan (misal: tidak lagi membutuhkan bantuan sosial). Keberhasilan tersebut pun tak lepas dari faktor-faktor di luar pelaksanaan kebijakan sosial (PKH) seperti sifat individu serta karakteristik sosial-ekonomi dari KPM.

This study examines the phenomenon of intragenerational social mobility experienced by beneficiaries of a governmental social assistance program in one of the poorest sub-districts in East Jakarta (Cakung District). Previous studies have placed social policies (such as social assistance programs, livable housing, and microcredit) as one of the factors driving social mobility and poverty alleviation. This research argues that Beneficiary Families of the Family Hope Program (KPM PKH) who are successful in experiencing upward intragenerational social mobility are those who can make good use of this social assistance to improve their socioeconomic status and can avoid its various negative effects. Their abilities cannot be separated from factors such as their individual characteristics and socio-economic characteristics which can encourage or hinder the process of social mobility. This research also highlights the importance of noticing the subjective understanding of policy beneficiaries regarding the shift in economic status that they experience. For this reason, this research uses a qualitative approach with a case study type of research; with data collection methods in the form of in-depth interviews and document studies. The key informants in this research were 9 female members of Transition KPMs (who had received assistance for more than 5 years) who are direct recipients of PKH. Women (especially mothers) in our society generally also have more social roles in taking care of the family so that they may have a better understanding of their family’s socio-economic conditions. Research results found that there are KPM PKH who experience a process of intragenerational upward mobility (movers), downward mobility (fallers), and immobility (always poor/never poor). KPMs who are successful in experiencing intragenerational upward mobility are those who are objectively able to make good use of social assistance to improve their socio-economic status (e.g. increased income or business development) and subjectively assess that they have experienced improvement (e.g. no longer need social assistance). This success cannot be separated from factors outside the implementation of social policy (PKH), such as KPM's individual and socio-economic characteristics."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Indah Mulyani
"Lahan yang mahal di pusat kota membuat pekerja bergeser ke luar dan mengakibatkan munculnya mobilitas pekerja. Salah satu dampak yang dihasilkan adalah konsumsi energi meningkat yang berdampak pada lingkungan buruk dan krisis energi di kasus yang lebih parah. Dengan demikian, penting untuk memahami hubungan dari mobilitas pekerja dan konsumsi energi. Penelitian ini mengevaluasi dampak dari mobilitas pekerja yang terbagi menjadi pekerja komuter dan sirkuler terhadap konsumsi energi total, listrik, dan BBM. Digunakan extended Stochastic Impacts oleh model Population, Affluence, and Technology (STIRPAT).
Hasil utama didapatkan menggunakan metode IV dengan data panel dari 33 provinsi dari tahun 2013 sampai 2018. Diperoleh hasil berupa: (1) pekerja komuter tidak signifikan berdampak terhadap konsumsi energi total dan BBM, tapi berdampak signifikan terhadap listrik; (2) pekerja sirkuler memiliki dampak yang signifikan terhadap peningkatan konsumsi energi total, BBM, dan listrik.
Faktor lain yang terpengaruh dari mobilitas pekerja adalah tingkat kesehatan yang menurun dan perbedaan pada kehidupan sosial pekerja. Meskipun demikian, terdapat manfaat yang dihasilkan di sektor ekonomi individu, keluarga, dan regional. Guna menentukan apakah mobilitas pekerja di Indonesia perlu didorong atau tidaknya, diperlukan analisa komprehensif dari sisi ekonomi, lingkungan, dan sosial negara. Mobilitas pekerja dapat didorong dengan cara meminimalisir cost yang dihasilkan dari dampak lingkungan dan sosial

Expensive land in the city center forces workers to shift outward and results in the emergence of mobility. One of the impacts that being resulted is the increase of energy consumption which has an impact on the bad environment and an energy crisis in more severe cases. Therefore, it is crusial to understand the relationship between labor mobility and energy consumption. This study evaluates the impact of labor mobility divided into commuter and circular workers on total energy, electricity and fuel consumption. It uses Stochastic Impacts by Regression on Population, Affluence, and Technology (STIRPAT) model.
The main results were generated using IV method with balanced panel data from 33 provinces from 2013 to 2018. The results obtained are: (1) commuter workers do not have a significant impact on total energy consumption and fuel, but have a significant impact on electricity; (2) circular workers have a significant impact on increasing total energy consumption, fuel, and electricity.
Other factors affected by labor mobility are declining health levels and differences in the social life of workers. Nonetheless, there are benefits to be generated in individual, family, and regional economic sectors. In order to determine whether labor mobility in Indonesia should be encouraged or not, a comprehensive analysis is required from the country's economic, environmental and social perspectives. Labor mobility can be encouraged by minimizing costs resulting from environmental and social impact.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Weni Lidya Sukma
"Saat ini pasar kerja didominasi oleh pekerjaan informal sedangkan kondisi pekerjaan mereka cenderung tidak layak, sehingga diperlukan upaya untuk menyediakan pekerjaan layak. ILO melalui  Recommendation 204 menyampaikan tentang pentingnya formalisasi pekerjaan informal sebagai salah satu upaya menciptakan pekerjaan yang layak untuk semua. Namun memasuki pekerjaan formal dari pekerjaan informal tidak dapat terjadi dengan mudah. Mereka harus menghadapi beberapa halangan berupa regulasi yang kaku, pajak, dan pelayanan sektor publik yang tidak baik. Hal ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan kesempatan bagi pekerja informal untuk mengakses keuangan, barang modal, maupun akses infrastruktur yang menunjang. Melalui kerangka pilihan pekerjaan, penelitian ini akan menganalisis pengaruh dari pekerjaan orang tua terhadap pekerjaan anak. Dalam hal ini, yang akan dianalisis adalah pengaruh mobilitas status pekerjaan dari pekerjaan informal ke pekerjaan formal dan sebaliknya. Dengan menggunakan data dari Indonesian Family Life Survey (IFLS), gambaran tenaga kerja Indonesia menunjukkan sebagian besar pekerja adalah orang yang tidak mengalami mobilitas pekerjaan. Hasil marginal effects dari regresi logistik multinomial menunjukkan bahwa hanya pengalaman mobilitas status pekerjaan ayah yang dapat memengaruhi mobilitas status pekerjaan anak. Ayah yang menjadi stayer dan mengalami upward mobility akan memberikan  peluang lebih besar bagi anak untuk menjadi stayer dan peluang lebih kecil untuk melakukan downward mobility. Selain itu juga ditemukan bahwa karakteristik perkawinan dan keberadaan anak dalam rumah tangga akan memengaruhi mobilitas status pekerjaan anak yang tinggal bersama ibunya dan tidak memberikan pengaruh pada mobilitas status pekerjaan anak yang tinggal bersama ayahnya. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa tantangan struktural masih tetap terjadi untuk melakukan transisi ke pekerjaan formal. Dari generasi orang tua sampai dengan generasi anaknya, masalah akses ke pekerjaan formal masih tetap bertahan.

This time, the labor market is dominated by informal jobs while their jobs are decent. Required feasible to provide decent work, ILO through Recommendation 204 conveys the importance of formalizing informal work as one of the efforts to develop decent work for all. But moving formal jobs from informal jobs cannot be done easily. They have to deal with several obstacles consisting of rigid regulations, taxes, and bad public service. This can lead to an imbalance of opportunities for informal workers to access finance, capital goods, and also access supporting infrastructure. Through job choice, this study will analyze the work of parents on children's work. In this case, what will be used is work mobility status from informal jobs to formal employment and vice versa. Using data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS), the description of Indonesian workforce shows more than half of workers were stayers. The results of the marginal effects on multinomial logistic regression only indicate the father's mobility status which can affect the child's mobility status. Fathers who is stayer and experience in upward mobility will provide greater opportunities for children being stayer and less opportunities to downward mobility. In addition, it is also found that the marital status and children existence in the household will affect the mobility status of children living together with mother and not affect the mobility status of children living together with father. This study conclude about the structural challenges that are still being made to make the transition to formal work. From the generation of parents to generations of their children, the problem of access to formal employment still persists."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
T54712
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>