Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155662 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Santoso Sulastopo
"Pendahuluan : Obesitas merupakan suatu kondisi adanya penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal. Obesitas dapat menimbulkan beberapa penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Beberapa studi mengaitkan antara konsumsi minuman mengandung alkohol dengan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan konsumsi minuman bir dan faktor risiko lainya dengan prevalensi obesitas pada pekerja bagian penjualan sebuah perusahaan yang memproduksi dan menjual minuman bir.
Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan disain potong lintang dengan analisis perbandingan. Data primer diperoleh melalui pengukuran antopometri dan kwesioner sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala pada tahun 2014. Jumlah responden 51 orang yang diperoleh dengan menggunakan metode perhitungan sampel.
Hasil penelitian : Dari 51 responden penelitian didapatkan prevalensi obesitas adalah 64,7 %. Terbukti adanya hubungan yang bermakna antara konsumsi minuman bir lebih dari 285 ml per hari dengan timbulnya obesitas dengan risiko 7 kali lebih besar terjadi obesitas dibandingkan dengan responden yang mengonsumi bir sama dengan dan kurang dari 285 ml perhari (p= 0,003; OR = 7,00 ; 95 % CI = 1,86-26,36). Faktor resiko utama dari prevalensi obesitas pada responden adalah faktor genetik (p=0,000; OR = 13,00; CI95%= 3,24-52,18).

Introduction : Obesity is a complex disorder involving an excessive amount of body fat. It will increases the risk of diseases and health problems such as heart disease, diabetes and high blood pressure. Some study find that there are relation between alcohol consumption with obesity. This research objective is to determine the relation between beer consumption and other risk factor with obesity prevalence among Sales worker on the company that produce and sell beer.
Research methodology : This research are using cross?sectional with comparative method. The primary data are taken from weight and height measurement and questioner, the secondary data are taken from 2014 Medical Checkup. Total sample is 51.
Research result :Obesity prevalence is 64,7 %. There is correlation between beer consumption more than 285 ml per day with obesity and the risk is 7 times higher compare to respondent who consumed beer 285 ml per day and less ( p= 0,003; OR = 7,00 ; 95 % CI = 1,86-26,36).The main obesity risk factor is genetic Your browser security settings don't permit the editor to automatically execute copying operations. Please use the keyboard for that (p= 0,000 ; OR 13,00; CI95% =3,24-52,18
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2014
T58745
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilman, Sander L.
Cambridge, UK: Polity Press, 2008
616.398 GIL f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, Medical, 2008
616.398 OBE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ardian Sandhi Pramesti
"Latar Belakang: Obesitas adalah masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia terutama di negara berkembang. Obesitas dapat mempengaruhi status vitamin D, salah satunya dikarenakan adanya peningkatan penyimpanan vitamin D di jaringan adiposa sehingga mengakibatkan rendahnya bioavailabilitas vitamin D. Selain itu, banyaknya jaringan lemak berkaitan dengan  inflamasi kronis tingkat rendah yang menyebabkan peningkatan penggunaan vitamin D pada sel imun sehingga menyebabkan rendahnya kadar vitamin D pada kasus obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk melihat korelasi antara persentase massa lemak dengan kadar vitamin D serum pada populasi dewasa dengan penyandang obesitas.
Metode: Studi potong lintang ini dilakukan pada subjek dewasa dengan obesitas di Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo, Pengukuran persentase massa lemak menggunakan bioelectrical impedance analysis (BIA) SECA mBCA 525. Pemeriksaan kadar vitamin D serum menggunakan kalsidiol serum dengan metode chemiluminescence immunoassay (CLIA).
Hasil: Sebanyak 90 subjek penelitian memiliki rerata usia 41 tahun dengan jumlah subjek terbanyak adalah perempuan (59%). Sebagian besar subjek tergolong status gizi obesitas derajat II. Median kadar vitamin D serum adalah 13,4 ng/dL dengan sebagian besar subjek tergolong defisiensi vitamin D. Rerata persentase massa lemak subjek adalah 37,2 ± 8,2. Terdapat korelasi negatif antara kadar vitamin D serum dengan persentase lemak tubuh pada pada dewasa penyandang obesitas (r=-0,378, p=0,000).
Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna berkekuatan sedang antara persentase massa lemak dengan kadar vitamin D serum pada subjek dewasa penyandang obesitas.

Background: Obesity is a global public health issue, especially in developing countries. Obesity can affect vitamin D status due to increased storage of vitamin D in adipose tissue. In addition, low bioavailability of vitamin D. Low levels of chronic inflammation is strongly associated with a large number of adipose tissue, which causes increased use of vitamin D in immune cells and causes low levels of vitamin D in obesity population. This study aims to see the correlation between the percentage of fat mass and serum vitamin D levels in the adult population with obesity.
Methods: This cross-sectional study was conducted on obese adult subjects at Cipto Mangunkusumo Hospital. First, the fat mass percentage was measured using bioelectrical impedance analysis (BIA) SECA mBCA 525. In addition, serum vitamin D levels were examined using serum calcidiol using the chemiluminescence immunoassay (CLIA) method.
Results: A total of 90 research subjects had an average age of 41; most were female. Most of the subjects were classified as obesity class II. The average serum vitamin D level was 13.4 ng/dL, with most of the subjects classified as deficient in vitamin D. The mean proportion of subjects in fat mass was 37.2 ± 8.2. There was a negative correlation between serum vitamin D levels and the proportion of body fat in obese adults (r=-0.378, p=0.000).
Conclusion: There was a significant medium correlation between fat mass percentage with serum vitamin D in the adult with obesity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sendhi Leonita
"Sebuah metode estimasi persentase dan distribusi lemak tubuh pada anak-anak diperlukan untuk menjadi dasar dalam penentuan program penentuan asupan makan dan aktivitas fisik dalam mengatasi masalah obesitas demi meningkatkan produktivitas dan pencapaian keterampilan pada anak-anak. Analisis regresi berganda dilakukan untuk merancang model matematika persentase lemak tubuh berbasis antropometri. Penelitian cross-sectional yang dilakukan pada 155 anak laki-laki Indonesia berusia 7-12 tahun ini menghasilkan model regresi, yang dapat digunakan untuk mengestimasi persentase lemak tubuh serta memprediksi distribusi dominan pada anak laki-laki Indonesia.

A method of estimating percentage and distribution of body fat at boys is required to become a basic in designing dietary and physical activity program in order to overcome obesity problem which can increase children’s productivity and skill attainment. Multiple regression analysis was conducted to design mathematical model of body fat percentage based on anthropometry. This cross-sectional study which has a total of 155 boys aged 7 to 12 years old obtained regression model, that can be used to estimate body fat percentage and predict dominant distribution of body fat at Indonesian boys.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46540
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Dwi Kartika
"Obesitas sentral merupakan salah satu faktor risiko terjadinya berbagai masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan obesitas sentral. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional pada 83 orang karyawan laki- laki bagian produksi di PT. Semen Padang Sumatera Barat pada bulan April- Mei 2017. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, persen lemak tubuh, lingkar perut, dan pengisian kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan 50,6 responden mengalami obesitas sentral. Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa terdapat hubungan bermakna antara IMT, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan energi, asupan protein, asupan lemak, dan asupan serat dengan obesitas sentral.

Abdominal obesity is one of the risk factors for various health problems such as cardiovascular disease. This study was conducted to assess the association of risk factors for abdominal obesity. This study used cross sectional study design on 83 male employees at PT. Semen Padang Sumatera Barat in April May 2017. Data collection was done by measuring body weight, height, percent body fat, abdominal circumference, and filling questionnaire. The results showed 50.6 of respondents had abdominal obesity. Based on bivariate analysis known that there were a significant relationship between BMI, percent body fat, physical activity, energy intake, protein intake, fat intake, and fiber intake with abdominal obesity."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S66877
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Satria Sumali
"ABSTRAK
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan parameter seorang anak kurus, normal, gemuk ataupun obese. Kegiatan anak mempengaruhi kadar lemak tubuh karena konsumsi karbohidrat yang berlebihan tanpa disertai aktivitas yang seimbang menyebabkan penumpukan lemak sebaliknya bila energi tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan maka lemak akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang mengakibatkan berkurangnya kadar lemak tubuh. Demikian juga dengan distribusi tekanan plantar karena anak obese dengan aktivitas rendah, tekanan plantar lebih tinggi dibandingkan anak obese dengan aktifitas tinggi sehingga aktifitas subyek penelitian harus dihomogenisasi untuk memperoleh hasil yang akurat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan IMT (kurus, normal, gemuk dan obese) dengan lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan pada anak usia 8-10 tahun. Metode : desain penelitian adalah observasional cross sectional / potong lintang dengan jumlah 33 anak sebagai subyek penelitian dengan lifestyle sedentary karena aktifitas mempengaruhi kadar lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar. Penelitian dilakukan dengan mengukur kadar lemak tubuh menggunakan timbangan Tanita dan puncak tekanan (peak pressure) dengan menggunakan alat Matscan. Tekanan plantar diukur saat berdiri dan berjalan. Hasil :. Anak dengan IMT gemuk mempunyai korelasi yang kuat dengan lemak tubuh (r=0,6333) dan anak dengan IMT obese mempunyai korelasi yang sangat kuat terhadap lemak tubuh (r=0,8) sedangkan anak dengan IMT kurus juga mempunyai korelasi terhadap lemak tubuh tetapi korelasinya lemah (r=0,2582). IMT juga berhubungan dengan distribusi tekanan plantar saat berdiri dan berjalan terutama daerah midfoot sedangkan untuk anak kurus ditemukan adanya peningkatan tekanan pada daerah hindfoot sewaktu heelstrike. Kesimpulan : IMT berhubungan dengan kadar lemak tubuh dan distribusi tekanan plantar terutama pada anak dengan IMT gemuk dan obese

ABSTRACT
Body Mass Index (BMI) is a parametric to know wheather a child is underweight, normal, overweight or obese. Children activity affects fat body percentage because consumption excessive carbohydrate with less activity will increase fat deposit. In other words if the energy cannot provide children activity then fat will be used as energy and this will decrease the fat deposit. And so with the plantar pressure distribution because obese children with lower activity , their plantar pressure are higher than obese children with high activity and therefore research subjects had to be homogenized to get an accurate result. This research aims are to know the relation between BMI (underweight, normal, overweight or obese) and plantar pressure distribution during standing and walking in children with age 8-10 years old. Methode: Design of this research is cross sectional with 33 children as research subjects with lifestyle sedentary. The research was done with Tanita’s weigher to measure fat body percentage and Matscan to meassure the peak pressure during standing and walking. Result : overweight children has a stong correlation with fat body (r=0.6333) and obese chidren has a very strong correlation with fat body (r=0.8). Underweight children also has a correlation with fat body but it’s a weak correlation (r=0.2582). BMI also has correlation with plantar pressure distribution during standing and walking expecially midfoot while underweight children has an increase peak pressure at the hindfoot while Conclussion : BMI influence both fat body and plantar pressure distribution expecially in overweight and obese children"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Halimatul Nurhikmah
"Wanita usia remaja dan dewasa awal merupakan populasi yang rentan menghadapi masalah terkait citra tubuh dan status gizi. Wanita menginginkan tubuh ideal kurus yang saat ini menjadi tren, di sisi lain kemajuan teknologi membuat orang malas bergerak sehingga dapat menyebabkan kegemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara citra tubuh dan motivasi untuk menurunkan berat badan pada mahasiswi dengan status gizi normal dan berlebih. Penelitian ini bersifat deskriptif korelasional. Total sampel berjumlah 204, dengan rincian sebanyak 106 mahasiswi dengan status gizi normal dan 98 mahasiswi dengan status gizi lebih menjadi responden dalam penelitian ini. Para responden diminta untuk mengisi kuesioner yang terdiri dari tiga bagian yaitu data demografi, Body Shape Questionnaire (BSQ) dan the Motivation for Weight Lose Scale (MWLS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan citra tubuh pada mahasiswi dengan status gizi normal dan berlebih (p < .001), namun tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan tidak menunjukkan adanya perbedaan (p = .068). Analisis bivariat antara citra tubuh dan tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan menunjukkan adanya hubungan bermakna (p < .001). Mahasiswi dengan status gizi normal memiliki citra tubuh yang lebih positif dibandingkan dengan mahasiswi dengan status gizi berlebih, namun pada tingkat motivasi untuk menurunkan berat badan tidak didapatkan perbedaan yang bermakna. Wanita usia remaja dan dewasa awal perlu mendapatkan pemahaman tentang pentingnya menjaga tubuh dalam kondisi normal, serta bahaya yang dapat ditimbulkan dari berat badan yang kurang atau lebih dari batas normal.

Female adolescence and early adulthood are vulnerable populations that face problems related to body image and nutritional status. Women want a thin ideal body that is currently the trend, on the other hand technological advances that make people lazy to move can lead to obesity. This study aims to investigate the relationship between body image and the motivation to lose weight on female college students with normal and excess nutritional status. This study is a cross-sectional quantitative methods. A total of 204 samples with specification 106 female students with normal nutritional status and 98 female students with excess nutritional status were respondents in this study. The respondents were asked to complete a questionnaire consisting of three parts: demographic data, Body Shape Questionnaire (BSQ) and the Motivation for Weight Lose Scale (MWLS).
The results showed that there are differences in body image on female students with normal nutritional status and excess (p < .001), but the level of motivation to lose weight showed no difference (p=.068). Bivariate analysis between body image and level of motivation to lose weight showed a significant relationship (p < .001). Female college students with normal nutritional status have more positive body image than female college students with exess nutritional status, but there is not significant different in level of motivation to lose weight. Female adolescence and early adulthood need to gain an understanding of the importance of keeping the body under normal conditions, as well as the dangers that may result from weight less or more than the normal range.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S56295
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maggie Nathania
"Latar Belakang: Pegawai kantor dengan obesitas memiliki risiko tinggi mengalami diabetes melitus (DM) tipe 2. Pemeriksaan sensitivitas insulin jarang dilakukan karena kendala teknis dan biaya. Berbagai studi sebelumnya menunjukkan adanya hubungan negatif antara massa lemak tubuh dengan HOMA-IR, namun hasil penelitian di Indonesia menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Indeks TyG disebut sebagai penanda resistensi insulin yang lebih akurat jika dibandingkan dengan HOMA-IR pada populasi Asia. Belum ada penelitian yang menilai hubungan massa lemak tubuh dengan Indeks TyG di Indonesia.
Metode: Studi potong lintang dilakukan pada 89 pekerja kantor dengan obesitas (IMT ≥25 kg/m2) tanpa riwayat DM di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, pada bulan Agustus hingga Oktober tahun 2022. Dilakukan pengambilan data demografis (usia, jenis kelamin, riwayat DM, kebiasaan merokok), antropometri, analisis asupan menggunakan 24-hour food recall 3x24 jam, serta penilaian tingkat aktivitas fisik berdasarkan Global Physical Activity Questionnaire Score. Pengukuran persentase lemak tubuh total dan massa lemak viseral menggunakan multi-frequency bioelectrical impedance analysis (BIA) SECA mBCA-525. Sensitivitas insulin dinilai menggunakan kadar HOMA-IR dan Indeks TyG serum. Analisis korelasi menggunakan uji Spearman dan dilakukan analisis multivariat untuk menilai faktor-faktor yang paling berhubungan dengan sensitivitas insulin.
Hasil: Didapatkan sebanyak 89 subjek dengan proporsi perempuan:laki-laki sekitar 2:1, median usia 40 (21-59) tahun, dan mayoritas memiliki tingkat aktivitas sedang, tidak memiliki riwayat DM pada keluarga, tidak merokok, serta memiliki persentase kecukupan asupan melebihi kebutuhan energi individual dengan persentase makronutrien masih masuk dalam rentang normal. Korelasi persentase lemak tubuh total dengan HOMA-IR menunjukkan korelasi positif lemah yang bermakna (r=0,262, p=0,013). Korelasi massa lemak viseral dengan Indeks TyG menunjukkan korelasi positif lemah yang bermakna (r=0,234, p=0,027). Hasil korelasi persentase lemak tubuh total dengan indeks TyG dan korelasi massa lemak viseral dengan HOMA-IR menunjukkan hasil yang tidak signifikan secara statistik. Persentase lemak tubuh total tidak berhubungan signifikan dengan HOMA-IR setelah disesuaikan dengan variabel jenis kelamin, tingkat aktivitas fisik, indeks massa tubuh, lemak viseral, trigliserida, HDL, lingkar pinggang, dan persentase asupan karbohidrat. Massa lemak viseral tidak berhubungan signifikan dengan Indeks TyG setelah disesuaikan dengan variabel usia, jenis kelamin, lemak viseral, persentase asupan protein, dan HDL.
Kesimpulan: Didapatkan korelasi positif lemah antara persentase lemak tubuh total dengan HOMA-IR dan korelasi positif lemah antara massa lemak viseral dengan Indeks TyG pada pegawai kantor obesitas di RSUPN Cipto Mangkunsumo.

Background: Obese office workers have a high risk of developing type 2 diabetes mellitus (DM). Insulin sensitivity tests are rarely performed due to technical and cost constraints. Previous studies have shown a negative relationship between body fat mass and HOMA-IR. However, the results of research in Indonesia have shown inconsistent results. No study has assessed the relationship between body fat mass and the TyG index in Indonesia. In contrast, some research showed that The TyG index is a more accurate marker of insulin resistance in Asian populations.
Methods: A cross-sectional study was conducted on 89 office workers with obesity (BMI ≥25 kg/m2) without a history of DM at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, on August-October 2022. Demographic data were collected (age, gender, history of DM, smoking habits), anthropometry, analysis of energy intake and macronutrients using a 3- days 24-hour food recall, as well as an assessment of the level of physical activity based on the Global Physical Activity Questionnaire Score. The total body fat percentage and visceral fat mass were measured using a multi-frequency bioelectrical impedance analysis (BIA) SECA mBCA-525. Insulin sensitivity was assessed using HOMA-IR levels and serum TyG Index. Correlation analysis used the Spearman test, and multivariate analysis was performed to assess the factors most related to insulin sensitivity.
Results: There were 89 subjects with a proportion of women: men around 2:1, the median age was 40 (21-59) years, and the majority had moderate activity levels, had no family history of DM, did not smoke, and had intakes exceeding individual energy needs with the percentage of macronutrients within normal range. The total body fat percentage correlation with HOMA-IR showed a significant positive correlation with weak strength (r=0.262, p=0.013). The correlation of visceral fat mass with the TyG index showed a significant positive correlation with weak strength (r=0.234, p=0.027). The results of the correlation of total body fat percentage with the TyG index and the correlation of visceral fat mass with HOMA-IR showed results that were not statistically significant. The total body fat percentage was not significantly related to HOMA-IR after adjusting for variables such as gender, level of physical activity, body mass index, visceral fat, triglycerides, HDL, waist circumference, and percentage of carbohydrate intake. Visceral fat mass did not have a significant relationship with the TyG index after adjusting for age, sex, visceral fat, percentage of protein intake, and HDL.
Conclusion: A weak positive correlation was found between the percentage of total body fat and HOMA-IR and a weak positive correlation between visceral fat mass and the TyG index in obese office workers at Cipto Mangkunsumo General Hospital.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nuzulvia Damayanty
"Penelitian dengan desain studi cross-sectional dilakukan pada bulan April-Mei 2013. Penelitian di Kementerian Perindustrian RI melibatkan 122 pegawai. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Variabel dependen pada studi ini ialah obesitas sentral berdasarkan pengukuran lingkar pinggang. Variabel independen ialah jenis kelamin, umur, pendidikan terakhir, pengetahuan gizi, riwayat genetik, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan asupan gizi (energi, protein, lemak, dan karbohidrat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara asupan makanan 2x24 jam. Analisis bivariat, didapatkan hubungan yang signifikan antara umur, Indeks Massa Tubuh (IMT), persen lemak tubuh, asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Perbedaan yang signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dan kebiasaan merokok dengan lingkar pinggang. Para pegawai diharapkan mulai mengontrol asupan makanan dan gaya hidup.

This cross sectional study was held in April-Mei 2013 comprised 122 employee at Ministry of Industry. The objective of study was to determine the association of some risk factors in waist circumference as an abdominal obesity indicator. Dependent variables of this study was abdominal obesity that was measured by waist circumference and the independent variable consist of sex, age, aducational background, nutritional knowledge, genetic history, Body Mass Index (BMI), Body Fat Percentage (BFP), smoking status, physical activity, and nutrient intake (intake of energy, protein, fat, and carbohydrate). Data were collected through waist measurement, Body Fat Percentage, anthropometry, questionnaires, and food models as supporting tools for 2x24 hours food recall. Bivariate analyses showed that age, BMI, BFP, intake of energy, protein, fat, and carbohydrate were correlated with a statistically significant in was circumference. Meanwhile, this study also indicated a significant difference between the sex and smoking status with circumference. It is suggested to employees to start controlling food intake and lifestyle."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52982
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>