Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32218 dokumen yang sesuai dengan query
cover
R. Moh. Nurgiri
"[Skripsi ini mengaji akses Petani Desa Nunuk atas lahan sawah. Akses atas lahan sawah sebagai perwujudan kemampuan petani untuk mendapatkan manfaat dari lahan sawah menjadi fokus kajian sebab petani sangat menggantungkan hidupnya
pada penghasilan yang diperoleh dari lahan sawah. Sementara itu, luas lahan yang tersedia di dalam wilayah administrasi Desa Nunuk sangat terbatas dan telah
dimiliki oleh petani-petani kaya. Manfaat dari lahan sawah diperoleh melalui dua cara. Pertama, dengan cara menggarap lahan sawah melalui strategi yang diatur dalam pranata perolehan hak garap lahan sawah. Kedua, dengan cara menjadi tenaga kerja atau buruh tani di lahan sawah petani penggarap yang diatur dalam pranata pengaturan kerja yang berlaku. Akses buruh tani atas lahan sawah dipengaruhi oleh keputusan petani penggarap dalam menentukan pengaturan kerja di lahan sawah garapannya. Petani memilih strategi yang paling rasional untuk memperoleh akses atas lahan sawah. Pilihan rasional petani tersebut tidak hanya
dipengaruhi pertimbangan dalam hal ekonomi, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam konteks sosial-budaya masyarakat setempat.

This thesis examines farmers’ access to paddy fields in the village of Nunuk, Lelea District, Indramayu Regency. Access to paddy fields as the ability of farmers to benefit from the paddy fields becomes the focus of study because farmers rely heavily on the revenue generated from the paddy fields. Meanwhile, the available paddy fields is limited and is owned by wealthy farmers. Benefits of paddy fields are obtained in two ways. First, by way of cultivating paddy fields with the access set in the institution of right to cultivate. Second, by way of labour or farm-working in paddy fields, set up in a working arrangements. Farmworkers’ access to paddy fields will be affected by the decision of farmers in determining occupational settings in their paddy fields. Farmers would choose the most rational strategy to gain access to paddy fields. Farmers’ rational choice determining strategy to gain access to paddy fields are not only based in economic
terms, but also influenced by factors that existing in their socio-cultural environment., This thesis examines farmers’ access to paddy fields in the village of Nunuk,
Lelea District, Indramayu Regency. Access to paddy fields as the ability of
farmers to benefit from the paddy fields becomes the focus of study because
farmers rely heavily on the revenue generated from the paddy fields. Meanwhile,
the available paddy fields is limited and is owned by wealthy farmers. Benefits of
paddy fields are obtained in two ways. First, by way of cultivating paddy fields
with the access set in the institution of right to cultivate. Second, by way of labour
or farm-working in paddy fields, set up in a working arrangements. Farmworkers’
access to paddy fields will be affected by the decision of farmers in
determining occupational settings in their paddy fields. Farmers would choose the
most rational strategy to gain access to paddy fields. Farmers’ rational choice
determining strategy to gain access to paddy fields are not only based in economic
terms, but also influenced by factors that existing in their socio-cultural
environment.]
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gemelli Ekaputri S
"ABSTRAK
Kehidupan petani di Indonesia identik dengan kehidupan yang miskin dan
berpendidikan rendah. Skripsi ini memperlihatkan bahwa terdapat masyarakat
bergelar sarjana yang memutuskan untuk berprofesi sebagai petani. Salah satu hal
yang mempengaruhi para lulusan sarjana tersebut adalah proses sosialisasi nilai
budaya bertani yang mereka alami sejak usia dini. Maka tulisan ini mengkaji
mengenai proses sosialisasi nilai budaya bertani yang terjadi di Desa Nunuk
khususnya pada keluarga petani bergelar sarjana. Tulisan ini juga menjelaskan
mengenai agen-agen sosialisasi yang terlibat di dalam proses sosialisasi budaya
bertani tersebut. Selain itu, skripsi ini juga menjabarkan pengaruh tingkat
pendidikan formal yang ditempuh oleh para lulusan sarjana terhadap usaha tani
yang mereka jalankan.
Skripsi ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang dilakukan
dengan pengamatan terlibat dan wawancara mendalam. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa agen sosialisasi yang berperan penting dalam
mensosialisasikan budaya bertani di Desa Nunuk yakni keluarga, lingkungan
masyarakat Desa Nunuk, dan lembaga pendidikan. Setiap agen sosialisasi
memiliki cara masing-masing dalam mensosialisasikan budaya bertani dan
berupaya untuk tetap menjadikan pertanian sebagai mata pencaharian utama di
tengah perkembangan zaman sekarang ini.

ABSTRACT
Indonesian farmer’s life is identical with proverty and low educated. This
thesis shows that there are some of bechelor’s degree society that decided to
become a farmer as their profession. One of the things that affect them is the
process of farming culture’s socialization that they have been through since
childhood. This thesis examines the process of farming culture’s socialization
especially on bachelor’s degree farmer’s family at Nunuk Village. This thesis also
explainabout the socializations’agent that involved on that farming culture’s
socialization. In addition, this thesis describes the effect of formal education’s
level on doing their job as a farmer.
This thesis use a qualitative research’s method with participant observation
and depth interview. The result of this research showed that the socialization’s
agent that play an important role in socializing farming’s culture at Nunuk Village
are family member, society environment, and educational institutions. Each agent
of socialization has their own way in socializing the farming’s culture and strive
to keep agriculture as the main livelihood in the middle of world development."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S54298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifah Fadlil Ula
"Dalam kehidupan masyarakat Indonesia, semangat tolong menolong masih sangat kuat dan terlihat dalam berbagai aspek kehidupan. Gotong royong sebagai wujud kegiatan tolong menolong antar masyarakat masih menjadi bagian dari tradisi masyarakat dan selalu mengandung bentuk resiprositas yang menuntut nilai seimbang. Skripsi ini mengkaji mengenai bentuk-bentuk resiprositas yang saat ini terdapat di kehidupan sehari-hari masyarakat desa Nunuk khususnya pada kegiatan-kegiatan upacara adat dan beberapa kegiatan lain. Masyarakat desa Nunuk memiliki alasan tertentu dalam melakukan berbagai bentuk hubungan timbal balik. Ada beberapa kegiatan yang dilandasi alasan ekonomi, pilihan dari segi kepraktisan, ada juga suatu bentuk tindakan yang dilakukan hanya karena menjaga keberlangsungan suatu proses tertentu dan bahkan beberapa kegiatan termasuk dalam potlatch. Berbagai bentuk resiprositas ini mengalami perkembangan dan beberapa perubahan, tetapi tidak menghilangkan makna yang terkandung dalam kegiatan tersebut. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif saya melakukan pengumpulan data dengan cara pengamatan terlibat dan wawancara, serta ditunjang oleh data sekunder melalui studi pustaka.

For Indonesian people, spirit of helping each other is very strong and it showed in every aspect of their life. Gotong royong as one of the practice for helping people still become a part of the tradition and always contain with a type of reciprocity that claim the same value. This thesis examines the types of reciprocity that exist in the community‟s life in Nunuk village, Indramayu, especially in custom ceremony and gotong royong. Nunuk people have special motive to do some activities that contain a type of reciprocity. For example, they did it for economic reason, practical reason, and some people did it to keep the process being existed. Some kinds of reciprocity are belong to potlatch. Today, the types were changed but it did not made any different meaning. The research was carried out on the basis of qualitative approach using participant observation and in-depth interview methods. This thesis is also supported by secondary data through literature study.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S55157
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fairina Wulandari
"Skripsi ini menjelaskan mengenai eksistensi sebuah kelompok pertunjukan kesenian tradisional di Desa Nunuk, Indramayu yaitu Egin Ayu. Sebuah kelompok kesenian tradisional seperti Egin Ayu merupakan bagian dari budaya masyarakat Indramayu yang dinamis. Selain menghadapi masyarakat sebagai sebuah kelompok seni pertunjukan, Egin Ayu juga merupakan sebuah kelompok sosial yang terdiri dari anggota-anggota yang memberi pengaruh terhadap eksistensi Egin Ayu. Pengumpulan data dilakukan dengan cara in-depth interview dan observasi untuk menjelaskan peristiwa-peristiwa dan tindakan-tindakan terkait dengan upaya para anggota Egin Ayu dalam mempertahankan eksistensinya. Terjadi penyesuaian atau adaptasi dalam bentuk kesenian yang Egin Ayu tampilkan. Penelitian ini juga ingin melihat motivasi dari para anggota kelompok seni Egin Ayu terkait dengan tindakan.

This thesis explains the existence of a traditional performing arts group in a village called Nunuk in Indramayu, named Egin Ayu. A traditional performing arts group like Egin Ayu is a part of Indramayu people’s culture that is dynamic. Aside of confronting people as a traditional performing arts group, Egin Ayu is also a social group that consists of members that affect the existence of this group. Datas are collected through in-depth interview and observation to explain events and acts connected to members’ efforts to maintain Egin Ayu’s existence. Adaptation occurs in the form of the arts the group performed. This research also want to see motivations related to the actions of the members of Egin Ayu.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devita
"Penggunaan pestisida oleh para petani di Desa Nunuk untuk tanaman di sawah mereka bukanlah sebuah hal yang baru. Hal ini sudah sejak lama dilakukan, bahkan berbagai program pengendalian hama terpadu yang bertujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia ini nampaknya tidak membawa banyak perubahan dalam praktik penggunaan pestisida oleh para petani ini. Hal ini bukannya tanpa alasan. Ada kesamaan dalam skema para petani yang melandasi terus dilakukannya praktik ini, skema kognitif yang membuat para petani berada pada kerangka dunia yang disederhanakan, yaitu mengenai bagaimana mereka sendiri membayangkan dunia ini semestinya?terutama terkait padi dan sawah. Ini adalah sebuah proses kognitif, yang kemudian menghasilkan variasi dalam perilaku petani memilih dan menggunakan pestisida. Penelitian skripsi yang melewati tidak kurang dari dua kali masa panen ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan connectionism sebagai kerangka analisisnya. Teknik pengumpulan datanya adalah dengan observasi dan wawancara mendalam kepada para informan di sebuah desa yang menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Pesticide usage by farmers in Nunuk Village is not a new thing. This has been going on for a long time, even the integrated pest management programs with the objective of diminishing chemical pesticides usage among farmers seem to have no significant influence in changing farmers pesticide practices. This isn't without reason. There's a similarity in their schemas which makes this practice continue, a cognitive scheme which makes the farmers exist in such a simplified world, that is about how they imagine what this world should be-mainly about paddy and their rice fields. This, including the various practices in selecting and using pesticides, is a cognitive process. This research which was undertaken through not less than two harvests season uses qualitative method with connectionism as the analytical framework. The data has been collected through observation and in-depth interviews with the informants in a village which administratively is a part of Indramayu district, West Java.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S57577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yura Muhamad Yusup
"Skripsi ini mengaji variasi akses yang dilakukan oleh petani penggarap di Desa Mekarwaru untuk memperoleh keuntungan dari pengelolaan lahan garapan yang secara de jure merupakan lahan milik Negara, akan tetapi secara de facto merupakan lahan yang seakan terbuka dan dapat dimanfaatkan siapa saja. Namun, terdapat aturan tentang pengelolaan lahan dari pemilik lahan yang dipercayakan pada pihak Perhutani. Berarti, lahan yang secara de facto seakan “terbuka” (open access) itu, sebenarnya dikelola oleh pihak yang memperoleh kewenangan dari Negara. Variasi akses yang dilakukan oleh petani penggarap dapat dilihat melalui mekanisme akses berdasarkan hak secara legal dan ilegal, serta melalui mekanisme akses berdasarkan struktural dan relasional. Melalui dua mekanisme tersebut, dapat ditemukan berbagai cara yang dilakukan petani penggarap untuk memperoleh pengelolaan lahan garapan pada kawasan Perhutani. Munculnya variasi akses menunjukkan bahwa kemampuan individu untuk memperoleh keuntungan dapat beragam yang diperoleh melalui berbagai cara, proses, dan hubungan sosial. Setelah memperoleh akses atas pengelolaan lahan garapan, petani penggarap memelihara aksesnya agar tidak berpindah ke pihak lain. Hal itu pun terwujud secara beragam pula.

This thesis examines the variation of access of Mekarwaru’s landless farmers in order to gain profits from de jure state-owned which could be claimed de facto land and utilized by any farmers. However, in reality, there are regulations of land management which have been defined by the land-owners, Perhutani. Therefore, the de facto-claimed land as an ‘open access’ resources is managed by the authority representing the state. The variation of access gained by landless farmers examined through both legal and illegal access mechanisms, as well as structural and relational mechanisms. These variation of access reveal the individual abilities to gain profits from any existing means, processes, and social relations. Furthermore, once the farmers have gained accesses to utilize the land, they are able to maintain and preserve it to avoid any changes of cultivators. Those mechanisms are, in fact, diverse as well."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Setya Yuni Astuti
"Pembangunan kilang minyak yang dilakukan dengan pengambilalihan lahan pertanian telah memaksa perempuan petani kehilangan penghidupannya (livelihood) dan mendorong mereka pada posisi yang rentan. Perlawanan yang dilakukan perempuan petani merupakan ungkapan dari rasa kecewa atas tindakan sepihak PT. Pertamina Rosneft dalam mengintervensi pengambilalihan lahan di Sumurgeneng. Penelitian ini menggunakan teori ekologi politik feminis untuk menelusuri serangkaian perlawanan dan keterkaitan antara keterbatasan akses dan kontrol atas relasi kuasa yang dialami oleh perempuan petani di Sumurgeneng. Selain itu, dalam memunculkan suara perempuan, penelitian ini menggunakan observasi terlibat dengan pendekatan kualitatif berperspektif feminis sebagai titik acuan untuk mengeksplorasi ruang hidup perempuan petani dengan menggali narasi perempuan petani (herstory) secara mendalam. Melalui lensa ekologi politik feminis, penelitian ini menemukan bahwa hak atas tanah tidak hanya berpengaruh pada akses dan kontrol namun juga berpengaruh pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi yang berkaitan dengan opresi yang dilakukan untuk mengekang dan mengontrol ruang gerak perempuan. Penelitian ini juga memetakan bagaimana perlawanan yang dilakukan perempuan petani yang dilakukan secara mandiri, tetapi tetap tidak terlepas dari perlawanan besar yang dilakukan bersama petani laki-laki.

The construction of oil refineries carried out by expropriation of agricultural land has forced women, and farmers, to lose their livelihoods (livelihood) and pushed them into a vulnerable position. The resistance carried out by women farmers is an expression of disappointment over the unilateral actions of PT. Pertamina Rosneft in intervening in the acquisition of land in Sumurgeneng. This study uses feminist political ecology theory to explore a series of resistances and links between limited access and control over power relations experienced by women farmers in Sumurgeneng. In addition, in raising women's voices, this study uses involved observation with a qualitative approach with a feminist perspective as a reference point to explore the living space of women farmers by exploring the narrative of women farmers (herstory) in depth through the lens of feminist political ecology, this research finds that land rights do not only affect access and control but also affect social, cultural, and economic aspects related to the oppression carried out to curb and control the women's movement. This study also mapped out how the resistance carried out by women farmers was carried out independently, but still could not be separated from the great resistance carried out by male farmers."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puspita Dwi Permatasari
"Tulisan ini merupakan uraian tentang perubahan struktur yang sedang terjadi dalam keluarga TKI di Desa Nunuk. Perubahan struktur ini dilihat melalui hubungan emosional yang terjalin baik dengan sesama anggota keluarga, maupun dengan pihak asing, yang sering disebut sebagai "orang tua angkat". Hubungan emosional terjalin karena adanya sosialisasi pemilihan pekerjaan dalam keluarga TKI di Desa Nunuk yang ternyata melibatkan berbagai pihak di dalamnya, termasuk pihak orang tua angkat tersebut. Dinamika yang terjadi pada hubunganhubungan emosional ini pada akhirnya dapat menunjukkan gejala perubahan dalam keluarga TKI di Desa Nunuk. Data-data yang digunakan dalam tulisan ini diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi terlibat dengan para informan.

This thesis is aimed to describe the change of structure in Migrant Worker's Family at Nunuk Village. The change is seen through connected-emotional relationship among the member of the family, and also the outsiders, which is called "Step-Parents". The emotional relationship is connected as the effect of job-choosing socialization in migrant worker's family which involved other people, such as the "Step-Parents". Finally, this emotional relationship showed the change of structure in migrant worker's family. The research was conducted in Nunuk Village, to collect the data, the researcher used in-depth interviews and participant observations by performing daily activities with them.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S56291
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprivianti Sugiyo
"ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai perbedaan klasifikasi semantis tanaman padi antara
klasifikasi masyarakat di Desa Lelea dan klasifikasi ilmiah dalam ilmu botani.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengungkapkan taksonomi
masyarakat Desa Lelea terhadap padi melalui kosakata tanaman padi di Desa
Lelea serta memaparkan perbedaan semantis antara klasifikasi ilmiah dan
klasifikasi masyarakat Desa Lelea. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif
dengan strategi studi kasus. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari hasil wawancara dengan petani Desa Lelea sebagai informan utama dan
peneliti tanaman padi serta data tertulis dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
sebagai pembanding. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori
mengenai taksonomi masyarakat yang dikemukakan oleh Berlin (1973). Hasil
penelitian ini berupa perbedaan jenjang dalam bagan taksonomi masyarakat dan
taksonomi ilmiah serta perbedaan klasifikasi semantis tanaman padi antara
masyarakat dan ilmu botani. Penelitian ini dapat dijadikan sumbangan untuk
kamus, baik kamus bahasa daerah maupun kamus istilah pertanian serta dijadikan
prototipe untuk pengembangan penelitian sejenis yang mengaitkan tumbuhan
dengan bidang botani.

ABSTRACT
This thesis observes the difference of paddy semantic classification between Lelea
Village folk classification and scientific classification in botany. The objectives of
the research are revealing Lelea Village taxonomy towards paddy through paddy
vocabulary in Lelea Village and explaining the semantics difference between
scientific classification and Lelea Village folk classification. This is a qualitative
research with case study as a strategy. The data used is obtained from interview
with the farmers of Lelea Village as the main informan, the paddy researcher, and
written data from Balai Besar Penelitian Tanaman Padi as a comparison. This
research uses a folk taxonomy theory which is stated by Berlin (1973). The
findings of this research is a level difference in folk taxonomy chart, scientific
taxonomy, and the difference of paddy semantic classification between the
community and the botany experts. This research is expected to be a philanthropy
for dictionary, both in local language, agriculture terms dictionary and can be
made as prototype for similar research development which connecting crops with
botanical field."
2017
T48753
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edi Dharma Setiawan
"Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara pada tahun 1994/1995 ditetapkan bahwa dalam Repelita VI pembangunan Industri tetap menjadi bagian usaha jangka panjang dalam upaya untuk tercapainya struktur ekonomi yang lebih kokoh dan seimbang yaitu dengan titik berat industri yang didukung oleh pertanian yang tangguh.
Sasaran utama pembangunan kawasan industri yaitu di samping sebagai sarana pengaturan ruang untuk pengalokasian kegiatan industri yang sesuai dengan tata ruang daerah yang telah disusun dan tercapai pula pembangunan yang berwawasan lingkungan sekaligus sebagai sarana percepatan pembangunan industri di daerah.
Setelah diterbitkannya 5K Gubernur KDH tingkat I Jawa Barat No.5931SK.629Bapp11990 sebagai langkah operasional dari Keppres No.53 tahun 1989 tentang kawasan industri, dapat menyebabkan munculnya masalah pembangunan industri di daerah Karawang, Jawa Barat, karena pembangunan industri menuntut penyediaan lahan untuk kawasan industri.
Mengingat lahan disuatu wilayah biasanya telah digunakan sesuai dengan fungsinya seperti untuk sawah, pemukiman, tegalan, perkebunan, industri, hutan dan sebagainya, maka akibat meningkatnya lahan untuk keperluan pembangunan industri tidak menutup kemungkinan akhirnya industri menggunakan lahan pertanian baik sawah berpengairan teknis maupun non-teknis yang telah memiliki jalan penghubung.
Konversi fungsi lahan persawahan menjadi kawasan industri tersebut tentu akan memberikan dampak terhadap kualitas hidup petani pemilik lahan. Konversi fungsi lahan tersebut di atas, menimbulkan pertanyaan dalam penelitian: (1) Adakah pengaruh luas lahan yang dikonversikan dapat memberi dampak terhadap peningkatan pendapatan keluarga petani?. (2) Adakah perbedaan kualitas hidup bekas petani pemilik lahan dengan kualitas hidup perani pemilik lahan yang usahanya tetap? (3) Faktor-faktor apakah yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat bekas petani pemilik lahan.
Tujuan penelitian ini adalah dibatasi untuk mengetahui: (1) Adanya konversi lahan pertanian menjadi kawasan industri. (2) Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap kualitas hidup bekas petani pemilik lahan. (3) Adanya perbedaan kualitas hidup bekas petani pemilik lahan dengan kualitas hidup petani pemilik lahan (tetap bertani).
Penelitian ini dilakukan di desa Teluk jambe dan di desa Purwadana, Kecamatan Teluk jambe, di mana di kedua desa tersebut telah banyak mengalami konversi penggunaan lahan, khususnya lahan persawahan sebagian besar telah beralih fungsi menjadi kawasan industri.
Pengambilan sampel melalui pendekatan terhadap masyarakat bekas petani pemilik lahan dan sebagai kontrol dilakukan penelitian terhadap masyarakat petani pemilik lahan yang lahan usaha taninya tidak beralih fungsi (tetap).
Pengambilan contoh responden dilakukan dengan cara sistematik yaitu untuk bekas petani pemilik lahan di desa Teluk jambe dan di desa Purwadana masing-masing dipilih sebanyak 60 responden. Sebagai kontrol diambil 80 responden petani pemilik lahan di desa Pinayungan.
Pengolahan data dilakukan media Personal Computer dan dianalisis dengan deskriptif. Pengujian hipotesis menggunakan uji Chi-square (X2)
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan, sebagai berikut: (1) Faktor luas lahan yang dikonversikan berpengaruh balk terhadap kualitas hidup bekas petani pemilik lahan. Semakin luas lahan yang dikonversikan, semakin baik kualitas hidupnya. (2) Faktor besar uang ganti rugi berpengaruh baik terhadap kualitas hidup bekas petani pemilik lahan. Semakin besar uang ganti kerugian yang diterima, semakin baik kualitas hidupnya. (3) Terdapat perbedaan yang nyata antara kualitas hidup bekas petani pemilik lahan petani dengan yang tidak mengkonversikan lahan pertanian menjadi lahan industri masih tetap sebagai petani pemilik lahan.
Indikator-indikator yang menguatkan derajat kehidupan masyarakat bekas petani pemilik lahan dapat diungkapkan dari tingkat ekonomi keluarga, pendidikan, kualitas perumahan, tingkat kesehatan, dan kesempatan kerja umumnya lebih baik apabila di banding dengan masyarakat petani pemilik lahan.
Sedangkan indikator pendidikan di desa Teluk Jambe tidak berpengaruh nyata terhadap kualitas hidup bekas petani pemilik lahan, hal ini disebabkan bahwa sebagian besar masyarakat yang diteliti mempunyai tingkat pendidikan yang rendah dengan usia rata-rata di atas 54 tahun.
Sungguhpun pembangunan kawasan industri pada saat ini telah berhasil memberi manfaat pada peningkatan kualitas hidup bekas petani pemilik lahan, namun perlu dipikirkan langkah-langkah penanganan lebih lanjut terhadap kemungkinan terjadinya dampak negatif terhadap kualitas hidup petani khususnya, maupun kualitas lingkungan pada umumnya di masa yang akan datang.
Apabila diperhatikan dalam Peta Rencana Umum Tata Ruang Kecamatan Teluk jambe tahun 1991 (Peta No.4) bahwa terdapat kecenderungan pembangunan kawasan industri di masa yang akan datang akan mengkonversikan sebagian besar jenis penggunaan lahan persawahan produktif, tentunya hal ini akan menambah semakin sempitnya lahan usaha tani, dan akan berakibat semakin banyaknya pengangguran petani yang sekaligus akan menambah menurunnya produksi di sektor pertanian.
Dengan dibangunnya kawasan industri, tentu membutuhkan sarana dan prasarana penunjang lainnya seperti perumahan, sekolah, pasar, kantor dan lain-lain yang berarti membutuhkan pula lahan, tidak menutup kemungkinan akan mengalihkan lahan produktif atau setengah produktif.
Di samping itu dengan adanya pabrik-pabrik di kawasan industri dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup balk langsung ataupun tidak langsung pada masyarakat sekitarnya seperti adanya limbah industri, polusi udara, kebisingan dan lain-lain. Maka dalam penelitian ini disarankan agar darnpak-dampak negatif dimaksud dapat menjadi bahan pertimbangan yang positif dalam rangka mencari pemecahan yang terbaik secara proporsional di masa mendatang.

The State Guideline of the fiscal year 1994/95 stipulated that during Repelita V development was aimed at industrial development stressing on heavy industry supported by a strong agricultural sector. The main objective was to achieve a solid and well balanced economic structure.
The main objective of setting up an industrial estate is to accelerate industrial development in the region. Besides, this policy is also aimed at allocating industrial activities in line with the existing space allocation policy and at the same time environmental friendly in national.
After the promulgation of the decree of the Governor/Regional Head of West Java No. 5931SK.6291Bapp11990 which is the operational guidance of the Presidential decree No 53 year 1989 on industrial zone, industrial development may problems come into being in the Karawang area, West Java, in particular in relation with a demand for land for that purpose.
Since land in some region is already used as paddy field, settlements, pasture, horticulture, industry, forest etc, increase in land demand for the purpose of industrial development has to be met by the use of agriculture land, both technically and non-technical irrigated with interconnecting channels. The conversion of paddy field into an industrial zone will certainly produce impacts upon the quality of life of farmers who originally own the land.
Conversion of land function as stared above resulted in problems, which can be put into questions as follows :(1) What is the influence of land size and amount of money received by the farmers upon their quality of life? (2) What is the difference between the quality of life of farmers still owning and working on their land and those whose land was transformed into industrial zone? (3) What factors are at work in promoting the farmer?s community's quality of life, which were land owning farmers before?
The objective of this study is to know: (1) The presence of agriculture land conversion into an industrial zone, (2) Factors influencing the quality of life of former land-owning farmers, and (3) The presence of different of quality of life between former land-owning farmers and farmers who are still wadding on their land.
This study was carried out in Teluk Jambe and Purwadana villages. It was in Teluk Jambe sub-district, where conversion of land use take place, especially from agriculture land into an industrial zone.
The sample was taken from among former land-owning farmers with land-owning farmers whose land has not been changed in functions as control group.
Systematic sampling was carried out in Teluk Jambe and Purwadana villages with 60 respondents respectively. The control group consisted of 80 respondents who are land-owning farmers in Pinayungan village.
Data processing was carried out by using Personal Computer and the results analyzed descriptively. Hypothesis testing was carried out by using the Chi Square test.
The results of this study concluded that : (1) The size of land converted seems to have a great influence upon the quality of life of farmers land-owning farmers. The bigger the size converted, the better the quality of life. (2) The amount of money has good influence upon the quality of life of former land-owning farmers. The bigger the amount of money received, the better their quality of life. (3) There is significant difference between the quality of life of former land-owning farmers and those who did not converse their agriculture land into industrial use and remain as land-owning farmers.
Indicators that supported the living standard of former land-owning farmers can be disclosed by observing the family economic standard, education, quality of housing, health and working opportunities, which are in general, better than land-owning farmer community.
In Teluk Jambe village, education as indicator has no obvious influence upon the quality of life of former land-owning farmers. This is due to the fact that the majority of the community studied were on the average more than 54 years of age with low level of education.
Although industrial zone development, at present, succeeded in providing benefit towards promoting the quality of life of former land-owning farmers, policies have to be considered to address the possibility of negative impact upon environmental quality in general, the quality of life of farmers in particular in the year to come.
Going over the map of General Spatial Plan of Teluk jambe subdistrict of the year 1991 (Map No. 4), there seems to be a tendency of industrial zone development in the future and thus the conversion of greater portion of productive paddy field which will results on ever decreasing productive farming land. This will be followed by an increasing number of unemployment and at the same time a decline in the production within the agriculture sector.
By establishing an industrial zone, supporting infra-structure will certainly be needed, such as housing, schools, market, office space etc. This in turn needs land also; hence, another conversion of productive or half productive land will take place.
The presence of factories in the industrial zone might cause negative impacts upon the living environment, both directly and indirectly in the form of industrial waste, air pollution, noise etc. Hence, it is suggested the negative impacts in question should be serious considered within the framework of solving the problem proportionally in the future.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>