Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173397 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gabriela Monik Puspa Wardani
"Skripsi ini membahas mengenai putusnya hubungan perkawinan dengan cara perceraian dan pembatalan perkawinan akibat dari salah satu pihaknya berpindah agama. Penelitian di fokuskan pada analisis yang dilakukan terhadap Putusan Nomor 557/Pdt.G/2013/Pn.Jkt.Sel dan Putusan Nomor 2371/Pdt/2005. Kedua putusan tersebut memiliki inti permasalahan yang sama, akan tetapi menghasilkan putusan yang berbeda, khususnya terkait putusnya hubungan perkawinan tersebut, yaitu dengan cara perceraian dan pembatalan perkawinan. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian yuridis normatif dengan tipologi penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perpindahan agama oleh salah satu pihak di dalam perkawinan dapat menyebabkan putusnya perkawinan baik dengan perceraian dan pembatalan perkawinan.

This thesis discusses the breakup of marriage by way of divorce and annulment of marriage as a result of one of it did religious conversion. The study focused on the analysis of the Decision No.557/Pdt.G/2013/PN.Jkt.Sel and Decision No.2371/Pdt/2005. Both the decision to have the same core issues, it will also produce a different verdict, particularly related to the breakup of the marriage, which by way of divorce and annulment of marriage. This study uses a form of normative juridical research with research typology descriptive and qualitative approach. The results showed that the displacement of religion by either party in the marriage can cause the loss of a good marriage with divorce and annulment of marriage."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S57261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"[Skripsi ini membahas mengenai keabsahan pengangkatan anak yang dilakukan
tanpa melalui penetapan pengadilan serta akibatnya terhadap hak kewarisan anak
angkat. Penelitian difokuskan pada analisis yang dilakukan terhadap Putusan
Nomor 27 K/Pdt/2009/ dan Putusan Nomor 2052 K/Pdt/2010. Kedua putusan
tersebut memiliki inti permasalahan yang sama, akan tetapi menghasilkan putusan
yang berbeda, khususnya terkait hak kewarisan anak angkat yang diangkat tanpa
melalui penetapan pengadilan. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian
yuridis normatif dengan tipologi penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan betapa pentingnya pengangkatan anak dilakukan
dengan penetapan pengadilan guna memberikan suatu jaminan kepastian hukum,
khususnya terkait hak kewarisan., This thesis discusses about legality of adoption that is done without decree of
court and the implications for the inheritance rights of the adopted child. The
focus of this study is to analyze Court Decision Number 27 K/Pdt/2009 and Court
Decision Number 2052 K/Pdt/2010. Both court decision has the same core issue,
but resulted a different decision, particularly about inheritance rights of adopted
children who are adopted without decree of court. This research is normative
juridicial with descriptive typology and qualitative approach. The result of this
research shows how important an adoption be done by decree of court in order to
provide a law assurance of the inheritance rights of adopted child.]"
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S58363
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Refyanto
"Pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wan ita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa Dapat disimpulkan bahwa pada dasamya suatu ikatan perkawinan dimaksudkan untuk membentuk suatu ikatan kekal yang berlangsung untuk seumur hidup akan tetapi dalam kenyataannya suatu perkawinan dapat putus karena beberapa sebab yaitu selain karena perceraian dan kematian putusnya perkawinan juga dapat disebabkan karena putusan pengadilan sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 38 Undang Un dang No 1 tahun 1974 Apabila terjadi suatu perceraian maka akan timbul akibat akibat hukum dari perceraian tersebut Akibat hukum yang pertama adalah akibat hukum terhadap hubungan suami istri kemudian hubungan hukum antara orang tua dan anak anak mereka selain itu juga menimbulkan akibat hukum terhadap harta benda yang mereka miliki selama perkawinan tersebut berlangsung Undang Undang No I Tahun 1974 tidak mengatur secara khusus tentang harta benda perkawinan akibat perceraian atau putusnya perkawinan tetapi mengenai hal tersebut Pasal 37 menyebutkan bahwa apabila perkawinan putus karena perceraian harta bersama diatur menurut hukumnya masing masing Pasal ini memiliki pengertian bahwaapabila terjadi perceraian maka para pihak berhak memilih aturan hukum yang akan digunakan untuk men gurus pembagian harta bersama diantara keduanya baik hukum adat masing masing aturan agama masing masing maupun hukum perdata barat Hal ini kemudian seringkali menimbulkan konflik dimana masing masing pihak tidak setuju atas pembagian harta bersama karena masing masing pihak merasa berhak atas bagian yang lebih besar dari pasangannya Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode penelitian hukum normatif dengan menggunakan data sekunder sedangkan dalam metode analisis data mempergunakan metode pendekatan kualitatif Penelitian ini memberikan hasil sifat deskriptif analitis yang memberikan gambaran secara luas terhadap fakta yang melatarbelakangi pennasalahan kemudian dengan cara menganalisis fakta dengan data yang diperoleh untuk dapat memberikan alternatif pemecahan masalah melalui analisis yang telah dilakukan.

Article I of Law No 1 of 1974 states that marriage is a bond between the inner and outer man with one woman as husband and wife with the intention of forming families households are happy and eternal based on God It can be concluded that in essence a marriage is intended to form an eternal bond that lasts for a lifetime but in reality a marriage can break up for many reasons which in addition to divorce and death rupture of marriage can also be caused due to a court decision as contained in Article 38 of Law No 1 of 1974 In the event of a divorce then there will be legal consequences of divorce As a result of the rust law is the legal effect of the marital relationship then the legal relationship between parents and their children but it also raises legal consequences to their property during the marriage takes place Law No 1 of 1974 does not specifically regulate marital property due to divorce or the breakdown of a marriage but on the subject of Article 37 states that if the marriage broke up because of divorce community property is set according to its own laws This article has the sense that ifthere is a divorce the parties are entitled to choose the law that will be used to take care of the division of matrimonial property between them both their respective customary laws the rules of their religion or civil law west This then often leads to conflicts in which each of the parties do not agree on the division of matrimonial property because each party was entitled to a larger share of their partner The method used in this paper is the method of normative legal research using secondary data whereas the methods of data analysis using a qualitative approach This study provides descriptive nature of the analytical results provide broad overview of the facts underlying the issue then by analyzing the data obtained with the facts to be able to provide alternative solutions to problems through the analysis that has been done."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
S54554
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ramadhanti
"ABSTRAK
Dalam setiap perkawinan semua orang menginginkan keturunan akan tetapi pada kenyataannya tidak semua keluarga mendapatkannya, untuk itu dapat dilakukan
suatu perbuatan hukum yaitu dengan mengangkat anak. Pengangkatan anak
dilakukan dengan mengajukan permohonan penetapan pengadilan sesuai dengan
persyaratan dan tatacara yang diatur dalam perundang-undangan, yang
mengakibatkan timbulnya hak dan kewajiban antara anak angkat dan orang tua
angkat. Namun, bagaimana dengan hak-hak anak angkat tersebut jika terjadi
pembatalan penetapan pengangkatan anak, mengingat tujuan pengangkatan anak
selain untuk mendapatkan keturunan juga untuk mensejahterakan kehidupan anak
serta melindungi hak-hak anak. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai
persyaratan dan tatacara pengangkatan anak sesuai dengan peraturan perundangundangan
yang berlaku serta hak-hak anak dalam hal terjadi pembatalan
penetapan pengangkatan anak. Penelitian ini bersifat yuridis normatif dan
menggunakan metode kepustakaan dan analisis kasus dengan mengumpulkan data
sekunder. Analisa kasus dilakukan terhadap Putusan Pengadilan Nomor
239/Pdt.G/2013/PN.BTM Tentang Pembatalan Pengangkatan Anak, dimana
akibat dari tidak terpenuhinya persyaratan dan tatacara pengangkatan anak yang
diatur dalam perundang-undangan dapat dimintakan pembatalan, selain itu hakhak
dan jaminan masa depan anak angkat juga menjadi pertimbangan hakim
dalam memutuskan perkara tersebut serta akibat dari pembatalan penetapan
pengangkatan anak tersebut mengakibatkan hak dan kewajiban yang timbul antara
anak angkat dan orangtua angkat menjadi hapus dan beralih ke orangtua yang
diangkat oleh hakim sebagai wali melalui putusan pengadilan tersebut.

ABSTRACT
In every marriage everybody wants to have children but in reality, not all families can have it, in order to have it, one may take legal actions which is adopting achild.
Adoption is done by applying for a court decision in accordance with the
requirements and procedures established in the legislation, which resulted in the
emergence of rights and obligations between the adopted child and the adoptive
parents. However, what about the rights of the adopted child in case of adoption
cancellation, given the purpose of adoption in addition to get a descent also for the
welfare of a child's life as well as protecting the rights of children. In this research
will be discussed about the requirements and procedures for adoption in
accordance with the legislation, and also about the rights of the child in case of
adoption cancellation. This study is juridicial normative and using literature and
analysis methods over a case by collecting secondary data. Analysis of the case
conducted from Court's verdict No. 239 / Pdt.G / 2013 / PN.BTM About Adoption
Cancellation, where the effect of the non-fulfillment of the requirements and
procedures for adoption set out in legislation may be requested cancellation, judge
in deciding the case also considered about the rights and guarantee the future of
the adopted child, as well as a result of the adoption cancellation of the
determination resulting in rights and obligations between the adopted child and the adoptive parents be removed and redirected to a parent who was appointed by the judge as a trustee by the court's verdict."
2016
T46615
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Yasmine
"Kasus pembatalan perkawinan terjadi hampir di Pengadilan Agama di seluruh Indonesia, hal ini terjadi karena masing-masing suami isteri memiliki karakter dan keinginan yang berbeda. Pembatalan perkawinan pada pengadilan agama Jakarta Selatan dan Putusan Mahkamah Agung Cimahi Bandung merupakan pembatalan yang tidak bisa dihindari. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam akibat hukum terhadap hak anak akibat pembatalan perkawinan adalah statusnya jelas merupakan anak sah. Sedangkan terhadap hubungan suami-isteri putusan pembatalan perkawinan maka perkawinan mereka dianggap tidak pernah terjadi. Putusan Mahkamah Agung dan Pengadilan Agama tentang pembatalan perkawinan sudah sesuai dengan Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya pembatalan perkawinan adalah mengoptimalkan peran KUA dalam menjalankan perannya yaitu memeriksa kelengkapan administrasi pendaftaran dan melakukan pemeriksaan status atau kebenaran data dan peran majelis hakim dapat mendamaikan suami isteri dengan mengupayakan perdamaian melalui mediasi. Kendala yang dihadapi dalam menghindari pembatalan adalah kendala administratif dan kendala psikologis.

Marriage annulment cases occur almost religious courts in Indonesia, this occurs because the husband and wife each have a different character and desire. Annulment of marriage on religious courts Kediri, South and Supreme Court decisions are unavoidable cancellation. According to Law Number 1 of 1974 concerning marriage and Islamic Law Compilation legal consequences for children's rights is due to the cancellation of marriage status is clearly a legitimate child. While the husband-wife relationship marriage annulment decision then their marriage is considered never happened. Decision of the Supreme Court and Religion of the cancellation of the marriage was in accordance with Islamic law and the Act Number 1 of 1974 On marriage. Efforts to do to avoid the cancellation of marriage is to optimize the role of KUA in their role Checking the completeness of registration and inspection status / accuracy of data and the role of judges to reconcile husband and wife with work for peace through mediation. Constraints faced in avoiding cancellation is administrative constraints and psychological constraints."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2013
T33144
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adil Supatra Akbar
"Perkawinan merupakan hal yang fundamental dalam kehidupan manusia. Salah satu fungsi perkawinan ialah melanjutkan keturunan manusia di muka bumi. Hukum Islam dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan telah mengatur pelaksanaan perkawinan sedemikian rupa agar pelaksanaan perkawinan itu dapat berjalan dengan baik dan teratur. Pengaturan perkawinan salah satunya dilakukan dengan cara menerapkan rukun dan syarat perkawinan. Pelanggaran terhadap rukun dan syarat perkawinan dapat menyebabkan perkawinan tersebut dapat dibatalkan. Skripsi ini akan mengulas perkawinan yang dilakukan tanpa memenuhi salah satu syarat perkawinan dengan studi kasus Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur Nomor: 1899/Pdt.G/2012/PAJT. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perkawinan yang tidak memenuhi syarat berkedudukan sebagai perkawinan yang harus segera dibatalkan dan perkawinan yang tidak sah dapat dibatalkan sesuai prosedur perceraian.
Marriage is a fundamental thing in human life. One of the function of marriage is to continue the descent of human on earth. Islamic Law and Law No. 1 of 1974 has arranged in such a way so that the implementation of the marriage can be run properly. To set off the marriage, law has been applying a principles and requirements of marriage. Violation of the principles and the requirements of marriage is a serious matter because violating the principles and the requirements means violating religion norms. This essay will reviewing the marriage that conducted without fulfilling one of the principle and the requirements of marriage. A marriage that does not fulfilling the principle and the requirements of marriage can make the marriage can be annulled, even it can be viewed as a null and void marriage according to the Islamic law."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2015
S59166
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhir Tashin Baaj
"Dengan semakin majunya perkembangan jaman, baik secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan dampak kepada pola pemikiran masyarakat terhadap institusi perkawinan salah satunya perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda. Perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda adalah perkawinan yang terjadi di antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang masingmasing berbeda agama, khususnya laki-laki muslim atau perempuan muslimah yang menikah dengan laki-laki atau perempuan non-Islam. Bukan hanya terkait keabsahannya, namun status hak-hak anak hasil perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda seperti hak nasab, hak hadlonah, hak walayah serta hak waris harus diperhatikan juga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridisnormatif dengan pendekatan konsep serta jenis data adalah data primer melalui wawancara dan data sekunder dengan studi pustaka. Kesimpulan dari penelitian menunjukkan bahwa keabsahan suatu perkawinan harus berdasarkan hukum agama dan hukum negara. Tidak sahnya perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda menjadikan anak hasil perkawinan tersebut tidak sah karena perkawinan orang tuanya tidak sah. Perlindungan terhadap hak anak luar nikah diberikan sesuai kedudukannya secara proposional berdasarkan status keabsahannya.

As the rapid advancement of changing times both directly and indirectly, it can give impact to the mindset of society against the institution of marriage, as example is an interreligions marriage. Marriage between different religions is a marriage between a man and a woman with different religions between each other, especially muslim or muslimah who married to non-Islamic male or female. Not only related of its legitimate , but the status and the rights of children as the results of interreligions marriage, like, the nasab right, the hadlonah right, the walayah right and legacy rights must be considered also. The methods used in this research is juridical-normative with the conceptual approach, and the type of data such primary data is by interviews and secondary data by literature study .The conclusion of research shows that the validity of a marriage should be based on religious law and state law. Illegitimate of interreligions marriage makes their child of its marriage is also illegitimate. Protection against the rights of the illegitimate child given in accordance benefice in proportional based on its legitate status."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2016
S62306
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lina Rahmawati
"Bank sebagai badan usaha melakukan kegiatan usaha, terkait dengan fungsi dan tujuan bank sebagai penyimpan dan penyalur dana kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dalam kegiatan bank sebagai penyalur dana, yaitu pemberi fasilitas kredit, terdapat 2 (dua) pihak yaitu bank sebagai kreditor dan nasabah sebagai debitur. Dalam kegiatan pemberian fasilitas kredit antara bank dan nasabah, kedua belah pihak terikat dalam suatu hubungan hukum dan oleh karena itu perlunya perlindungan hukum bagi para pihak. Pemberian fasilitas kredit oleh bank tidak lepas dari pemberian jaminan oleh nasabah kepada bank atas kredit yang diterimanya. Jaminan kredit yang diberikan dapat berupa emas yang fisiknya dikuasai oleh bank sebagai pemberi kredit. Atas jaminan kredit berupa emas tersebut, bank hanya menguasai fisiknya dan bukan sebagai pemilik. Kepemilikan emas tersebut masih berada pada si nasabah debitur. Dalam praktek pemberian kredit oleh bank dengan jaminan, ditemukan indikasi penyimpangan yang dilakukan oleh pihak bank sebagai kreditor atas perlakuannya terhadap jaminan yang diberikan nasabah debitur. Untuk itu perlu perlindungan hukum terhadap nasabah debitur atas jaminan yang diberikannya kepada bank yang disalahgunakan sehingga menimbulkan peristiwa hukum, yaitu pelanggaran hukum yang merugikan nasabah debitur.

Banks as business entity are doing business activities, which is related with the function and the purpose as the depositary bank and channeling funds to the community in order to improve the living standard of the people. In bank's activities as channeling funds, that is as a credit facilitator, there are 2 (two) parties, that are bank as a creditor and debtor customers. In credit facilities activity between bank and debtor customer, both parties are bound in a relationship of law and therefore need for legal protection for the parties. Provision of credit facilities by banks cannot be separated from the provision of collateral by the customer to the bank for a loan that they have received. Credit assurance or credit collateral that is given to the bank can be form such as gold and the form of the gold is held by the bank as a lender. Gold which is as bank collateral, the bank only has a possesion of the gold physical and not acting as the owner. The ownership of that gold as a credit collateral is still on the debtor customer. On credit facilities activity with collateral, is found the indication of irregularities committed by the banks as creditor for their authority of collateral that is given by debtor customers. Based on that issue, we need legal protection to debtor customers against bank for the collateral that is given to the bank, which is being abused and caused legal events, that is tort law."
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
T39357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marini Henni Clementin
"Pembatalan perkawinan memiliki akibat bagi pihak-pihak tertentu, termasuk terhadap anak. Pembatalan perkawinan diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Skripsi ini menjelaskan status anak yang lahir dari suatu perkawinan yang dibatalkan, yang dikaji Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Selain itu, skripsi ini juga akan menjelaskan ada atau tidaknya pertentangan antara Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam tentang Perkawinan dalam mengatur mengenai pembatalan perkawinan. Dibahas juga kesesuaian penerapan hukum oleh hakim dengan ketentuan Undang-Undang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam dalam putusan nomor 0554/Pdt.G/2009/PA.TA. Skripsi ini dibuat dengan metode studi pustaka dan wawancara dengan salah seorang hakim di Pengadilan Agama Depok. Dari hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa (1) tidak ada pertentangan antara Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dengan Kompilasi Hukum Islam dan (2) terdapat kesalahan penerapan hukum oleh hakim dalam putusan nomor nomor 0554/Pdt.G/2009/PA.TA.

The nullification of marriage brings effect to the child. The nullification of marriage is ruled by the Law Number 1 Year 1974 about Marriage and The Compilation of Islamic Law. This minithesis explain the status of the child who born cause by the marriage that nullified, which is explained from the perspective of Islamic Law and Law Number 1 Year 1974 about Marriage. Other than that, this minithesis will explain about the existence of the diference of rules between The Compilation of Islamic Law and Law Number 1 Year 1974 about Marriage. This minithesis will also explain about the application of law by the judges in the case number 0554/Pdt.G/2009/PA.TA. This minithesis is created with the literature study method and interview with a judge of the Religious Court of Depok. The research get the conclusion that (1) there is no contradiction between Law Number 1 Year 1974 about Marriage and The Compilation of Islamic Law and (2) there is a mistake which done by the judge on the case number 0554/Pdt.G/2009/PA.TA."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S56318
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggi Maisarah
"Di Indonesia, murtadnya salah satu pihak sepanjang perkawinan sering kali menimbulkan permasalahan hukum. Hal ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini, yang menelaah secara mendalam seperangkat peraturan yang mengatur tentang akibat murtad terhadap perkawinan, yaitu berdasarkan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Penelitian yuridis normatif ini juga menganalisis akibat murtad terhadap perkawinan pada putusan Pengadilan Agama Nomor 2390/Pdt.G/2013/PA.Dpk dan Nomor 695/Pdt.G/2012/PA.JP berdasarkan pada ketentuan yang diatur dalam norma hukum yang dimaksud. Berdasarkan pada Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan tidak diatur secara eksplisit akibat murtadnya salah satu pihak dalam perkawinan. Namun, Pasal 27 (2) undang-undang ini dapat disimpulkan bahwa orang yang telah menjadi muallaf ternyata mengakui tidak pernah muallaf, itu artinya secara Islam dikatakan murtad. Inilah yang menjadi dasar bahwa murtad berakibat pembatalan perkawinan jika peralihan agama itu adalah sebuah kebohongan. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam, akibat murtad terhadap perkawinan yaitu pembatalan perkawinan dan perceraian. Akibat murtad dalam pembatalan perkawinan dan perceraian ini adalah status dan pemeliharaan anak, harta bersama, masa tunggu dan nafkah keluarga. Oleh karena kedua pasangan dalam putusan tersebut belum memiliki anak, maka akibat hukum yang timbul bagi para pihak yaitu mengenai pembagian harta bersama dan masa idah. Pembagian harta bersama dibagi masing-masing seperdua atau berdasarkan pada hukum lain yang ditentukan atau diperjanjikan lain. Masa tunggu yang berlaku terhadap istri adalah 90 (sembilan puluh) hari setelah adanya putusan yang berkekuatan hukum tetap jika keduanya telah berhubungan dan tidak ada masa idah jika keduanya belum pernah berhubungan badan."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2014
S55985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>