Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 200687 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Annisa Fitria Rahayu
"TB (Tuberkulosis) merupakan penyakit menular yang menjadi masalah utama di negara-negara berkembang, dan menjadi penyebab utama kematian . Sampai saat ini penemuan kasus BTA(+) belum dilakukan maksimal di Puskesmas Baja,hanya berdasarkan pasien yang berobat.Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan faktor predisposisi dan faktor penguat pada penderita TB terhadap perilaku pencegahan penularan TB. Desain penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif, pendekatan cross sectional dengan jumlah sampel sebesar 49 orang. Data dikumpulkan menggunakan kuisioner pada bulan Oktober hingga November 2014. Data dianalisis menggunakan univariat dan bivariat (menggunakan uji Chi-square). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perilaku pencegahan penularan penderita TB tergolong cukup baik, dan faktor yang berhubungan dengan perilaku adalah pengetahuan dan pendidikan, sehingga semakin baik pengetahuan dan pendidikan seseorang maka semakin baik pula perilaku pencegahan penularannya. Diperlukan upaya promosi kesehatan dalam meningkatkan pengetahuan penderita TB dalam upaya pencegahan penularan.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease that is a major problem in developing countries, and a major cause of death. Until now the discovery cases of BTA (+) has not performed optimally in Puskesmas Baja, based only on patients who getting treatment. The purpose of this study to find the relationship between predisposing and reinforcing factors in patients with TB to TB transmission- prevention behaviors. This study design use quantitative with cross-sectional approach, and sample size of 49 people. Data were collected through questionnaire to patient of TB from October to November 2014. Data analysis using univariate and bivariate (using the Chi-square test). The results of this study indicate that the behavior of preventing transmission of TB patients is quite good, and the factors associated with the behavior are knowledge and education, so the better a person's knowledge and education they have, the better transmission- prevention behaviors. Health promotion is needed to improve knowledge of TB patients in the prevention of transmission.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S58437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simatupang, Meithyra Melviana
"Mycobacterium tuberculosis dilepaskan oleh penderita saat batuk, bersin bahkan ketika berbicara. Durasi dan lamanya paparan kuman TB merupakan faktor penting dalam penularan, terutama pada ruangan tertutup. Maka, orang yang paling rentan tertular adalah kontak serumah penderita. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perilaku dan kondisi lingkungan rumah terhadap adanya gejala TB pada kontak serumah penderita. Penelitian cross-sectional ini dilakukan dengan mewawancarai 73 penderita TB serta kontak serumahnya dan mengobservasi kondisi lingkungan rumahnya.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya gejala TB pada kontak serumah dipengaruhi oleh penderita yang tidak menutup mulut saat batuk/bersin, membuang dahak sembarangan dan kontak serumah yang tidur di ruangan yang sama dengan penderita. Adapun kondisi rumah yang berpengaruh meliputi pencahayaan dan ventilasi yang tidak memenuhi syarat serta kepadatan hunian yang tinggi.
Kesimpulannya, perilaku dan kondisi lingkungan rumah berkaitan dengan adanya gejala tuberkulosis pada kontak serumah. Agar tidak terjadi penularan pada kontak serumah, penderita dianjurkan untuk menggunakan masker, kontak serumah tidak boleh tidur bersama penderita. Pencahayaaan dan ventilasi rumah juga harus sesuai syarat rumah sehat untuk mencegah perkembangbiakan mikroorganisme di dalam rumah.

Mycobacterium tuberculosis bacteria exhaled by patients when coughing, sneezing, even speaking. Duration and frequency of exposure is important factor of TB transmission, especially in closed room. Therefore, household contact of TB patient is susceptible. This research aimed to find out the influence of behavior and house environment condition to tuberculosis symptoms existence at household contact of TB patient. This cross sectional research collected data by interviewed 73 TB patients and their household contact. Then, observation the house environment conditions.
Results showed that TB symptoms at household contact was affected by patient behavior to covered mouth when coughing sneezing, disposed sputum carelessly and household contact behavior who slept in the same room with the patient. While, house condition that affect was not eligible lighting and ventilation, then high population density.
In conclusion, behavior and house environment condition was influenced the existence of TB symptoms at household contact. To avoid tuberculosis transmission, patients is suggested to wear mask and their household contacts should not sleep with them in the same room. Lighting and ventilation also have to comply healthy house requirement to prevent the proliferation of microorganisms in the house.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47400
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartini Jamiliani
"Menurut WHO, tahun 2013, Indonesia merupakan negara ketiga yang paling banyak pengidap TB dengan angka insiden 185 per 100.000 penduduk dan angka kematian sebesar 27 per 100.000 penduduk. Berdasarkan laporan perkembangan TB di Indonesia Januari s.d. Juni 2011 angka penemuan pasien baru TB (case detection rate/CDR) pada tahun 2010 tercatat 8 provinsi yang mencapai target CDR 70%, salah satunya adalah Provinsi Banten. Kota Tangerang adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Banten dengan pencapaian CDR pada tahun 2010 hanya sebesar 68,2%. Tercatat di Puskesmas Karawaci Baru pencapaian CDR tahun 2010 hanya sebesar 55%, bahkan pada tahun 2014 hanya sebesar 29%. Tingkat pengetahuan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan cakupan penemuan pasien TB didapatkan sebesar 68,4% tahu mengenai penyakit TB, 27,8% cukup tahu mengenai TB, dan 3,8% kurang tahu mengenai TB. Berdasarkan uji statistik, tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara nilai pengetahuan dengan temuan suspek sehingga diperlukan faktor lain untuk meningkatkan cakupan penemuan TB, seperti tingkat kesadaran dan perilaku mencari layanan kesehatan.

According to WHO, in 2013, Indonesia is the third country with TB sufferers accounted 185 incidence rate per 100,000 population and a mortality rate of 27 per 100,000 population. Based on the progress report of TB in Indonesia from January to June 2011, the discovery rate of new TB patients (case detection rate / CDR) in 2010 listed eight provinces achieve the target of 70% CDR, one of which is the Banten Province. Tangerang city is one of the city located in the Banten Province with the achievement of CDR in 2010 only amounted to 68.2%. Recorded in Puskesmas Karawaci baru, attainment CDR in 2010 was only amounted to 55%, even in 2014 only by 29%. The level of knowledge is one factor that can increase the coverage obtained by the discovery of the TB patients 68.4% know about TB disease, 27.8% know enough about TB, and 3.8% less know about TB. Based on statistical test, there was not a significant relationship between the value of knowledge and the findings (suspected) so that other factors are required to increase the coverage of TB, such as the level of awareness and health services seeking behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60264
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Fitri
"Berdasarkan data profil kesehatan Provinsi Riau, Kabupaten Rokan Hulu merupakan peringkat ke-3 tertinggi jumlah kasus penderita TBC Paru dari 12 kab/kota yang ada di Provinsi Riau. Puskesmas Ujung Batu merupakan salah satu puskesmas yang memiliki kasus penderita TBC terbanyak se-Kabupaten Rokan Hulu. Faktor penyebab dari tingginya angka penderita TBC Paru dapat disebabkan oleh praktik perilaku pencegahan penularan penyakit TBC Paru yang rendah sehingga mempercepat penyebaran TBC Paru. Faktor- faktor yang mempengaruhi pencegahan penularan TBC Paru adalah faktor pengetahuan, sikap dan tindakan dari individu. Dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi penderita TBC Paru dalam berperilaku untuk mencegah penularan TBC Paru. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap perilaku pencegahan penularan penyakit pada penderita TBC Paru di wilayah kerja Puskesmas Ujung Batu. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus melalui wawancara mendalam terhadap lima orang informan utama dan lima orang informan kunci. Hasil dari penelitian ini diperoleh mayoritas penderita TBC Paru berjenis kelamin laki-laki yang berusia 30-60 tahun,status sosial ekonomi keluarga berada di level menengah kebawah dengan tingkat pendidikan mayoritas tamat Sekolah Menengah Pertama (SMP), praktik dalam keluarga sebagian besar sudah menerapkan perilaku pencegahan penularan TBC Paru, budaya dalam batuk/bersin sebagian penderita sudah berperilaku menutup mulut dengan tangan/masker namun budaya meludah masih disembarang tempat. Penelitian ini menunjukkan bahwa dukungan keluarga berpengaruh kuat terhadap perilaku pencegahan penularan penyakit pada penderita TBC Paru. Bagi puskesmas sebaiknya mengoptimalkan sosialisasi terkait peran dukungan keluarga bagi penderita TBC Paru, sehingga masyarakat khususnya keluarga dapat berperan aktif dalam memberikan dukungan untuk meningkatkan perilaku pencegahan penularan penyakit pada penderita TBC Paru.

Based on health profile data for Riau Province, Rokan Hulu Regency is ranked 3rd with the highest number of cases of pulmonary TB sufferers from 12 districts/cities in Riau Province. Ujung Batu Health Center is one of the health centers that has the most TB cases in Rokan Hulu Regency. The causal factor for the high number of patients with pulmonary tuberculosis can be caused by the low level of practice of prevention of transmission of pulmonary tuberculosis, thereby accelerating the spread of pulmonary tuberculosis. The factors that influence the prevention of transmission of pulmonary tuberculosis are the factors of knowledge, attitudes and actions of individuals. Support from the family is the most important element in increasing the self-confidence and motivation of people with pulmonary tuberculosis in behavior to prevent transmission of pulmonary tuberculosis. The purpose of this study was to determine the description of family support for the behavior of preventing disease transmission in patients with pulmonary tuberculosis in the working area of the Ujung Batu Health Center. Methods This research uses qualitative methods with case studies through in-depth interviews with five key informants and five key informants. The results of this study obtained that the majority of pulmonary TB sufferers were male aged 30-60 years, the socioeconomic status of the family was at the lower middle level with the education level of the majority graduating from junior high school (SMP), most of the practices in the family had implemented behavioral prevention of pulmonary TB transmission, culture in coughing/sneezing, some sufferers have the behavior of covering their mouths with their hands/masks, but the culture of spitting is still everywhere. This study shows that family support has a strong effect on disease prevention behavior in patients with pulmonary tuberculosis. It is better for puskesmas to optimize socialization related to the role of family support for pulmonary tuberculosis sufferers, so that the community, especially families, can play an active role in providing support to improve disease transmission prevention behavior in pulmonary tuberculosis sufferers. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putih Ayu Perani
"TB paru merupakan salah satu prioritas nasional di Indonesia, karena berdampak luas terhadap kualitas hidup dan ekonomi, serta sering mengakibatkan kematian (Riskesdas, 2013). Di Wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara tahun 2013, jumlah penderita TB paru sebanyak 54 orang dan berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor tahun 2013, dari 9.649 rumah masih terdapat 2.588 rumah yang tidak memenuhi syarat rumah sehat yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit tuberkulosis.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah dengan kejadian TB paru di wilayah kerja Puskesmas Bogor Utara. Selain itu, melihat pengaruh faktor karakteristik individu (umur, pendidikan, status gizi dan jenis kelamin) terhadap kejadian TB paru.
Metode : Desain penelitian yang digunakan adalah kasus control. Subjek penelitian pada kelompok kasus adalah penderita TB paru BTA (+) yang berusia 15 tahun keatas yang terdata dalam register Puskesmas (Januari-Desember 2013). Sedangkan, kelompok kontrol adalah sebagian tetangga kelompok kasus yang mempunyai riwayat tidak menderita TB paru dengan karakteristik yang kurang lebih sama dengan kelompok kasus seperti usia, jenis kelamin.
Hasil : Dari hasil penelitian ditemukan bahwa kondisi lingkungan rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru adalah ventilasi (p = 0,011, OR = 5,464), pencahayaan (p = 0,043, OR = 4,030), kelembaban (p = 0,002, OR = 8,143) dan kepadatan hunian (p = 0,043, OR = 4,030). Sedangkan, karakteristik individu yang mempengaruhi kejadian TB paru adalah pendidikan (p = 0,048, OR = 3,778).
Kesimpulan : Terdapat hubungan antara kondisi lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, kelembaban dan kepadatan hunian dengan kejadian TB paru. Selain itu, pendidikan juga memiliki hubungan dengan kejadian TB paru.

Pulmonary tuberculosis is one of the national priorities in Indonesia, because the wide-ranging impact on quality of life and economy, and often result in death. Based on data from Health Center Bogor Utara in 2013, there were 54 people suffered pulmonary tuberculosis and based on the data of Bogor City Health Department in 2013, from 9649 there is still 2,588 houses that not qualify as healthy houses, where it is a risk factor for pulmonary tuberculosis.
Objective : This study aims to determine the relationship between environmental conditions of house (house ventilation, temperature and humidity of house, residential density of house, lighting and type of wall and floor) with the incidence of pulmonary tuberculosis in the work area of Health Center Bogor Utara. Researcher also relates some covariate factors such as characteristics of individual (age, education, nutritional status and gender) to the research.
Method : The design study is a case control with subjects in cases group are patients with pulmonary TB aged above 15 years were recorded in the register data The Health Center (January-December 2013). Meanwhile, the control group are neighbors case’s group who didn’t have a history of suffering from pulmonary TB with more or less have the same characteristics with cases such as age and gender.
Result : From the research found that the environmental conditions of house is at risk on the occurrence of pulmonary tuberculosis is ventilated house (p = 0,011, OR = 5,464), lighting (p = 0,043, OR = 4,030), humidity (p = 0,002, OR = 8,143) and residential density of house (p = 0,043, OR = 4,030).
Conclusion : This study concluded that there is a relationship between the environmental conditions of house (ventilation, lighting, humidity and residential density of house) with pulmonary tuberculosis incidence. Moreover, education also has a relationship with the incidence of pulmonary tuberculosis.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eni Istita
"Tuberkulosis ditetapkan sebagai penyebab kematian akibat agen infeksi tunggal terbesar kedua di dunia pada tahun 2022. Indonesia menempati peringkat kedua kasus tuberkulosis tertinggi di dunia, dengan kasus mencapai 724.309. Pada tahun 2021-2022, terdapat peningkatan 79,61% kasus tuberkulosis di Kecamatan Cilodong, Kota Depok. Kenaikan kasus tersebut mengakibatkan tingginya risiko penularan, sehingga diperlukan perilaku kesehatan untuk mencegah penularan tuberkulosis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilodong tahun 2024. Metode penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain cross sectional. Data dikumpulkan dari lembar kuesioner 100 responden. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata perilaku masyarakat terhadap pencegahan penularan tuberkulosis dalam skala 100 adalah 80,3. Variabel yang berhubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru meliputi jenis kelamin, pendapatan keluarga, pengetahuan, persepsi kerentanan, persepsi keparahan, persepsi manfaat, persepsi hambatan, isyarat untuk bertindak, dan efikasi diri, dengan nilai-p < 0,05. Usia tidak memiliki hubungan dengan perilaku pencegahan penularan tuberkulosis paru. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemberian informasi mengenai tuberkulosis paru kepada masyarakat dengan cakupan lebih luas agar dapat menekan angka kasus tuberkulosis.

Tuberculosis was the second leading cause of death from a single infectious agent globally in 2022. Indonesia ranked second worldwide for the highest number of tuberculosis cases, with 724,309 cases. In 2021-2022, there was a 79.61% increase in tuberculosis cases in Cilodong District, Depok City. This rise led to a high risk of transmission, necessitating health behaviors to prevent tuberculosis transmission. This study aims to analyze factors related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behaviors in the working area of the UPTD Puskesmas Cilodong in 2024. The study used a quantitative method with a cross-sectional design. Data were collected from questionnaires distributed to 100 respondents. The average score for community behavior towards preventing tuberculosis transmission was 80.3 out of 100. Variables related to pulmonary tuberculosis transmission prevention behavior included gender, family income, knowledge, perceived susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, cues to action, and self-efficacy, with a p-value < 0.05. Age did not relate to prevention behavior. Therefore, providing broader information about pulmonary tuberculosis to the society is necessary to help reduce tuberculosis cases. Public awareness and education efforts are crucial to mitigating the spread of this disease."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Fitri
"Untuk menekan lajunya pertumbuhan penduduk di Indonesia maka dibuatlah strategi dari pelaksanaan program KB yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2004 ? 2009 adalah dengan meningkatkan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) seperti IUD, Implant dan sterilisasi. Penggunaan kontrasepsi IUD di Puskesmas Pagaran Tapah Darussalam masih rendah hal ini dapat kita lihat dari 2423 PUS hanya 122 orang yang menggunakan kontrasepsi IUD. Angka ini masih rendah bila dibandingkan dengan kontrasepsi yang lainnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi IUD. variabel yang diteliti adalah Usia, pendidikan, jumlah anak, pengetahuan, sikap, kelengkapan alat kontrasepsi, ketersediaan bidan / petugas KB dan dukungan suami. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua PUS yang aktif menjadi akseptor KB baik IUD maupun Non IUD dengan jumlah 106 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan tekhnik wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi responden yang menggunakan IUD adalah sebesar 41,5% dan Non IUD sebesar 58,5%. Hasil analisis data bivariat menunjukkan variabel yang secara statistik berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi IUD adalah Pengetahuan, Sikap, kelengkapan alat kontrasepsi dan dukungan suami.

To suppress the rate of population growth in Indonesia, then be made the implementation of the KB program (family planning) contained in the medium term development plan in 2004-2009, to improve long-term use of contraceptive methods (MKJP) such as IUD, implant, and sterilization. IUD contraceptive uses in the clinic pagaran Tapah Darussalam is still low, it can be seen from the 2423 health centers, only 122 peoples use the contraceptive IUD, the rate is still low when compared with others contraceptive.
The research purpose is to find out how the knowledges and attitudes of mothers towards the selection of an IUD contraceptive, other than that to know the other factors related to the selection of IUD contraception. the variables were studied such as, age, education, number of children, knowledge, attitude, completeness of contraceptives, the availability of a midwife or attendant KB and husband?s support. The study uses cross-sectional design, the population in this study were all couples of childbearing age (PUS) an active to be KB acceptor which IUD and non-IUD IUD with the number of 106 respondents. The data was collected by direct interview method to respondents using questionnaire.
The results showed that the proportion of respondents used IUD 41.5% and 58.5% of non-IUD results of the bivariate data analysis showed a statistically significant variable associated with the selection of the IUD contraceptive knowledge, attitude, completeness contraceptives and husband's support.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Adelia Trinita
"Tuberkulosis (TB) merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis pada paru-paru dan organ tubuh lain. TB menjadi permasalahan global yang hanya dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur sehingga diperlukan kepatuhan pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat pengetahuan pasien dan menganalisis hubungannya terhadap kepatuhan pengobatan pasien di tiga Puskesmas dengan prevalensi TB tertinggi di Kota Depok. Desain penelitian ini adalah cross-sectional. Metode perolehan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan menggunakan kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas, kartu pengobatan pasien (TB.01), kartu identitas pasien (TB.02), dan SITB. Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder dengan total 82 sampel dan dianalisis menggunakan IBM®SPSS® versi 27. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pasien (50%) memiliki tingkat pengetahuan yang sedang mengenai penyakit dan pengobatan TB, sedangkan hanya 23 pasien (28%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang buruk dan 18 pasien (22%) dengan tingkat pengetahuan baik. Tingkat kepatuhan pasien TB paru di tiga puskesmas menunjukkan bahwa sebanyak 60 pasien (73,2%) sudah patuh sementara 22 pasien lainnya (26,8%) tidak patuh dalam menjalankan pengobatan. Analisis statistik inferensial menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara pengetahuan pasien terhadap tingkat kepatuhan pasien (p=0,000; R=0,652). Semakin baik pengetahuan pasien, semakin patuh pasien dalam menjalankan pengobatan. Oleh karena itu, peran tenaga kesehatan sangat penting dalam mengedukasi pasien TB agar dapat meningkatkan kepatuhannya.

Tuberculosis (TB) is an infectious disease caused by Mycobacterium tuberculosis infection in the lungs and other body organs. TB is a global problem that can only be cured with regular treatment, so patient’s adherence is required. This study aims to assess the level of patient knowledge and discuss patient treatment adherence at three Community Health Centers with the highest TB prevalence in Depok City. The design of this research was cross-sectional. The sample acquisition method was carried out using a total sampling technique using a questionnaire that had been tested for the validity and reliability, patient treatment cards (TB.01), patient identity cards (TB.02), and SITB. The data collected were primary data and secondary data with a total of 82 samples and analyzed using IBM®SPSS® version 27. The results showed that the majority of patients (50%) had a moderate level of knowledge regarding TB disease and treatment, while only 23 patients (28%) who had a poor level of knowledge and 18 patients (22%) with a good level of knowledge. The compliance level of pulmonary TB patients in the three health centers showed that 60 patients (73.2%) were compliant while 22 other patients (26.8%) were not compliant in carrying out treatment. Inferential statistical analysis shows that there is a strong correlation between patient knowledge and the level of patient compliance (p=0.000; r=0.652). The better the patient's knowledge, the more compliant the patient will be in carrying out treatment. Therefore, the role of health workers is very important in educating TB patients in order to increase their compliance"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Tarida Ulibasa
"Tuberkulosis sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia, terutama di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Indonesia negara tertinggi kedua untuk kasus TB terbanyak, Kabaupaten Tangerang penyumbang paling tinggi di Provinsi Banten, penemuan kasus TB di Kabupaten masih belum mencapai target. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan faktor determinan petugas TB yang berpengaruh dalam pelaksanaan kasus tuberkulosis paru di Puskesmas Kabupaten Tangerang. predisposisi yaitu pengetahuan, motivasi, imbalan, dan pemahaman tugas; faktor pemungkin yaitu sumber daya, tugas rangkap dan pelatihan; maupun faktor penguat yaitu supervisi. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional dengan metode campuran. Populasi penelitian adalah seluruh petugas TB di Puskesmas se-Kabupaten Tangerang dengan total sebanyak 44 orang, maka seluruh populasi diambil sebagai sampel dengan kriteria inkulsi sebanyak 35 orang petugas. Tahapan analisis data yaitu univariat, bivariat dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh sumber daya (p=0,003), supervisi (p=0,001), pelatihan (p=0,027), imbalan (p=0,001), tugas rangkap (p=0,001), tugas rangkap (p=0,001), pemahaman tugas(p=0,001), motivasi(p=0,001) dan pengetahuan (p=0,001) terhadap pelaksanaan penemuan kasus TB. Diharapkan puskesmas perlu berkomitmen dalam mendukung pelaksanaan penemuan kasus TB dengan cara menginstruksikan, melakukan supervisi, memberikan reward. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang agar dapat melengkapi sarana maupun prasarana.

Tuberculosis is still a public health problem in the world, especially in developing countries including Indonesia. Indonesia is the second highest country for the most TB cases, Tangerang Regency is the highest contributor in Banten Province, the discovery of TB cases in the Regency has not yet reached the target. The purpose of the study was to determine the relationship between the determinants of TB officers who had an effect on the implementation of pulmonary tuberculosis cases at the Tangerang District Health Center. predisposition, namely knowledge, motivation, reward, and understanding of the task; enabling factors, namely resources, dual tasks and training; as well as the reinforcing factor, namely supervision. This study used a cross sectional approach with mixed methods. The study population was all TB officers at Puskesmas throughout Tangerang Regency with a total of 44 people, so the entire population was taken as a sample with inclusion criteria as many as 35 people. The stages of data analysis are univariate, bivariate and qualitative. The results showed that there was an influence on resources (p=0.003), supervision (p=0.001), training (p=0.027), rewards (p=0.001), multiple assignments (p=0.001), multiple assignments (p=0.001), understanding of tasks (p = 0.001), motivation (p = 0.001) and knowledge (p = 0.001) on the implementation of TB case finding. It is hoped that puskesmas need to be committed to supporting the implementation of TB case finding by instructing, supervising, and providing rewards. Tangerang District Health Office in order to complete the facilities and infrastructure."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Sri Handayani
"Background : Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri yang menyebabkan TBC. WHO mengatakan angka TBC dunia meningkat sejak tahun 2014-2017. TBC adalah masalah kesehatan dunia saat ini. Propinsi Bengkulu mengalami peningkatan angka kasus TBC dari tahun 2015-2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Scar BCG dengan kejadian TBC pada pasien TBC. Penelitian ini menggunakan metode case control. Populasinya adalah semua pasien yang berkunjung di Puskesmas Basuki Rahmad selama tahun 2016-2017 dengan teknik sampel random sampling. Penghitungan besar sampel 2 proporsi dengan P1 peneliti terdahulu memakai rumus Najma didapat hasil kasus 63 kontrol 63 1:1 total sampel 126. Dari 126 pasien TBC yang tidak ada Scar sebanyak 54 (42,9%) dan yang ada Scar BCG sebanyak 72(57,1%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 69(54,8%) orang dan jenis kelamin perempuan sebanyak 57(45,2%) orang, pasien yang memiliki status gizi kurang sebanyak 38(30,2%) orang dan status gizi baik sebanyak 88(69,8%) orang, pasien TBC yang memiliki pendidikan rendah sebanyak 50(39,7%) orang dan yang memiliki pendidikan tinggi sebanyak 76(60,3%) orang, pasien yang kontak serumah sebanyak 58(46,0%) orang dan pasien yang tidak kontak sebanyak 68(54,0%), pasien umur <15-50 tahun sebanyak 111(88,1%) orang dan pasien berumur >50 tahun 15(11,9%) orang. Ada hubungan yang signifikan antara Scar BCG, status gizi, jenis kelamin dengan kejadian TBC paru pada tahun 2016-2017 dengan p = 0,000 p = 0,000 dan p = 0,000. Dan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur, pendidikan, kontak serumah dengan kejadian TBC pada tahun 2016-2017. Confounding Scar BCG terhadap kejadian TBC adalah status gizi, jenis kelamin, umur dan kontak serumah.
Kesimpulan: Ada hubungan antara Scar BCG, status gizi, jenis kelamin dengan kejadian TBC paru dan confounding Scar BCG dengan kejadian TBC ada 4 variabel di Puskesmas Basuki Rahmad Kota Bengkulu. Rekomendasi: Pencegahan TBC dapat dilaksanakan dengan imunisasi BCG, minum obat secara teratur.

Background: Mycobacterium tuberculosis is the bacterium that causes tuberculosis. WHO said the world TB rate had increased since 2014-2017. TB is a world health problem today. Bengkulu Province experienced an increase in the number of TB cases from 2015-2017. This study aims to determine the relationship between Scar BCG and the incidence of tuberculosis in TB patients. This study uses a case control method. The population is all patients who visited Basuki Rahmad Health Center during 2016-2017 with a sample random sampling technique. Calculation of sample size of 2 proportions with P1 of previous researchers using the Najma formula obtained results of 63 cases of control 63 1: 1 total sample 126. Of the 126 patients who had no Scar TB as many as 54 (42.9%) and there were 72 Scar BCG (57 , 1%), male sex as many as 69 (54.8%) people and female sex as many as 57 (45.2%) people, patients who have a malnutrition status as many as 38 (30.2%) people and status good nutrition as many as 88 (69.8%) people, TB patients who had low education as many as 50 (39.7%) people and those who had higher education as many as 76 (60.3%) people, patients who had as much household contact as 58 (46 , 0%) people and patients who did not contact 68 (54.0%), patients aged <15-50 years were 111 (88.1%) people and patients aged> 50 years 15 (11.9%) people. There is a significant relationship between Scar BCG, nutritional status, gender with the incidence of pulmonary tuberculosis in 2016-2017 with p = 0,000 p = 0,000 and p = 0,000. And there is no significant relationship between age, education, household contact with TB incidence in 2016-2017. Confounding Scar BCG for TB incidence is nutritional status, gender, age and household contact.
Conclusion: There is a relationship between Scar BCG, nutritional status, gender with the incidence of pulmonary tuberculosis and confounding Scar BCG with TB incidence there are 4 variables in the Basuki Rahmad Community Health Center, Bengkulu City. Recommendation: Prevention of TB can be carried out by BCG immunization, taking medication regularly."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T54314
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>