Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 206850 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agung Hujatnikajennong, 1976-
Jakarta: Marjin Kiri, 2015
709.598 AGU k (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Acep Iwan Saidi, 1969-
Yogyakarta: Isac Book , 2008
730.74 ACE n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Sarla Andrian
"Galeri Nasional Indonesia merupakan lembaga seni rupa modern dan kontemporer di bawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Galeri Nasional Indonesia membuka program magang pada berbagai divisi, salah satunya divisi Kurasi Karya Seni Rupa. saya bekerja sebagai pemagang dalam divisi tersebut dengan tugas membuat deskripsi makna karya seni rupa. Proses magang tidak lepas dari hambatan, saya mengalami berbagai hambatan sehingga memerlukan proses adaptasi terhadap lingkungan kerja, sistem manajemen, interaksi sosial dengan pegawai tetap dan sesama pemagang, serta kurangnya arahan atau bimbingan mentor dalam proses pengkurasian karya seni rupa. Permasalahan tersebut dapat diatasi melalui tiga proses adaptasi yaitu adaptasi perilaku, adaptasi strategi, dan adaptasi proses. Bentuk adaptasi ini diterapkan salah satunya dengan menginisiasi proses pembelajaran secara mandiri dalam menjalankan tugas pengkurasian karya seni rupa. Minimnya arahan dari mentor membuat saya mengeksplorasi ilmu yang didapat selama perkuliahan yaitu menggunakan kerangka kerja semiologi Roland Barthes sebagai bentuk adaptasi strategi dalam proses kurasi. Melalui pendekatan ini, saya membuat pendeskripsian karya seni rupa dengan melihat makna denotatif dan konotatif yang merujuk pada berbagai konstruksi makna dalam kehidupan sosial. Proses-proses yang telah dilalui di atas menjadi rangkaian adaptasi dan pembelajaran bagi saya pada dunia kerja berbasis magang.

National Gallery of Indonesia is a modern and contemporary art institution under the Ministry of Education and Culture. It offers internship programs in various divisions, including the Curation of Fine Art Works. I work as an intern in that division with the task of making a description of the artwork's meaning. During the internship, I experienced various challenges that required a process of adaptation to the work environment, management system, social interaction with employees and fellow interns, and the lack of direction or guidance from mentors in the process of curating fine art works. These problems can be overcome through three adaptation processes, such as behavior adaptation, strategy adaptation, and process adaptation. This form of adaptation is applied, one of which is by initiating an independent learning process while doing the task of curating fine art works. The lack of guidance from the mentor made me explore and apply the concept of Barthes’ semiology in the curation process which I gained during college’s lectures. Through this approach, I made a description of fine art works by analyzing denotative and connotative meanings that refer to various constructions of meaning in social life. The processes that have been passed above have become a series of adaptations and learning for me in the world of apprentice-based work."
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ardiani Harwanto
"Masalah penelitian ini adalah proses kreativitas para perupa kontemporer Indonesia dalam mempertahankan kesehatan jiwa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, pengamatan terlibat dan studi dokumentasi.
Temuan penelitian ini adalah:
(1) Permasalahan kehidupan para perupa yang bersumber pada aspek kebudayaan, psikologis, dan ekologis yang mempengaruhi proses berkarya. Proses berkarya para perupa merupakan strategi untuk mempertahankan kesehatan jiwa. Temuan ini memberikan kontribusi baru dalam seni rupa Indonesia karena pemahaman selama ini proses berkarya hanya selalu dihubungkan dengan seni untuk seni dan art therapy bagi orang yang sakit jiwa. Pemahaman yang kedua hanya bisa digunakan pada cara menyembuhkan orang yang sakit jiwa atau seni rupa orang yang sakit jiwa. Pendapat seni untuk seni semata tidak bisa dipertahankan karena masalah seni bukan hanya dikaji dengan seni semata melainkan dapat juga terkait dengan masalah kesehatan jiwa. Temuan ini diperkuat dengan adanya kecenderungan perkembangan seni yang tanpa sekat dan lintas disiplin (Alisyahbana, 1983). Temuan ini memperkuat pendapat Narol (1962; Lumsden, 1975; McElroy dan Towsend, 1979, Picasso, dalam Soemantri, 1998).
(2) perupa kontemporer mempunyai sikap yang menjunjung kebebasan. Setiap perupa bebas menentukan media visual yang akan dipilih dengan lintas batas-batas bahkan cenderung menggabungkannya. Setiap perupa mempunyai karakteristik masing-masing yang dipengaruhi pengalaman hidup, latar belakang pendidikan, latar belakang sosial budaya, dan proses kreativitas termasuk pandangan mereka tentang hidup dan kehidupan. Temuan ini memberikan pemahaman baru terhadap karakteristik seni rupa kontemporer. Temuan ini menolak pendapat (Soedarso, 2000) karena aspek kontemporer menekankan pada kesatuan unsur -unsur visual dan non-visual, dan proses kreativitas yang memberikan kebebasan, serta selalu berhubungan dengan situasi kekinian (Santayana, 1998). Temuan ini memperkuat pendapat Al Hassan (dalam Gombrich,1965: 15);
(3) strategi penanggulangan perasaan tertekan (coping grass) berhubungan dengan pandangan perupa tentang karya, hidup, dan interaksi manusia dan lingkungan. Pandangan tentang berkarya seni dipahami perupa sebagai pemegang otoritas tunggal, kebebasan bereskpresi, pengakuan terhadap eksistensinya, kompensasi atas permasalahan, sarana kornunikasi dengan siapa saja tanpa mengggunakan topeng "apa adanya atau ada adanya", sarana meditasi, media pemberdayaan manusia, ringannya beban, rasa syukur kepada Tuhan, Yang memberi bakat dan ibadah. Temuan ini berbeda dengan Dewey (1964), Langer (1962), Croce (1964)."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T2948
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Proyek Pembinaan Kesenian Departemen P dan K, [date of publication not identified]
759.989 5 SEN (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Proyek Pembinaan Kesenian Departemen P dan K, [date of publication not identified]
R 750.595 8 IND s
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009
959.8 SEJ
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nuragung Pangestu
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S47881
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watie Moerany
"Kajian sejarah mengenai Soekarno telah banyak dilakukan oleh sejumlah peneliti, seperti Adams (1966), Dahm (1966), Legge (1972), Solichin Salam (1981), Giebels (1999), Ayub Ranoh (1999). Masing-masing kajian tersebut cenderung mengungkap dimensi kesejarahan Soekarno dari sisi politik, kepemimpinan kharismatik, kenegarawanan dan tokoh pergerakan nasionali. Sedangkan kajian yang mengarah ke dimensi lain, seperti dimensi kesenian belum banyak dilakukan. Padahal justru pada dimensi inilah sosok Soekarno menampakkan cita dan citranya sebagai manusia yang menyimpan aneka bakat, pengagum keindahan, pemerhati kesenian dan pencipta seni.
Keberbakatan dan keberminatannya pada dunia seni sudah menggejala sejak usia muda hingga akhir hayatnya. Kecintaannya pada karya seni (khususnya lukisan dan patung) semakin menemukan momentum yang tepat ketika diangkat sebagai Presiden Republik Indonesia (1945) hingga kejatuhannya (1967). Selama masa kepresidenannya, telah tercatat hampir 3000 karya seni rupa, meliputi lukisan, patung, porselin dan kriya. Ribuan koleksi tersebut dibukukan dalam tiga jilid buku susunan Dullah, pelukis Istana Presiden (1950-1960), dan lima jilid buku, susunan Lee Man Fong, pelukis Islam Presiden (1961-1966). Ribuan koleksi yang bernilai historis itu keberadaannya tersebar di Istana Merdeka, Istana Negara, Istana Bogor, Istana Batu Tulis, Gedung Agung Jogjakarta, Istana Tampak Siring. Khusus di Istana Bogor, tercatat 479 lukisan dan 155 patung, terdiri dari 28 patung batu, 21 patung kayu, 75 patung perunggu, dan 31 patung marmer.
Keberadaan koleksi tersebut hingga kini masih dalam status kurang jelas, yaitu antara milik pribadi Soekarno atau sudah dihibahkan menjadi koleksi negara (state collection). Hal ini disebabkan antara lain situasi akhir pemerintahan Presiden Soekarno yang chaos, hingga akhirnya ia meninggalkan Istana tanpa membawa barang-barang milik pribadinya. Selain itu juga tidak ada wasiat dan Presiden Soekarno secara tertulis (eksplisit) tentang penghibahan karya seni yang telah dikoleksinya. Dan hingga kita juga belum ada payung hukum yang memberikan status jelas tentang koleksi tersebut.
Ribuan koleksi lukisan dan patung tersebut, diperoleh dart berbagai upaya Soekarno, karena dilandasi minat dan apresiasi Soekarno yang tinggi pada karya seni. Pengoleksian karya seni itu dilakukan dengan cara membeli langsung ke seniman pembuatnya, barter, atau merupakan hadiah dari sejumlah seniman maupun sahabat-sahabatnya dari luar negeri. Sebagian besar koleksi lukisannnya cenderung berkaitan dengan perasaan romantisnya pada alam, kecantikan wanita, kebudayaan dan kisah perjuangan bangsa Indonesia. Sedangkan koleksi patungnya paling banyak berupa wanita telanjang (mrde). Ia pada dasarnya memang pengagum visi keindahan Mooi Indie (Hindia Belanda Jelita), yaitu suatu faham keindahan atau seni yang cenderung mengekploitasi eksotika panorama alam dan kehidupan manusia di Hindia Belanda.
Koleksi Soekarno baik secara tekstual (estetis) maupun kontekstual menggambarkan perkembangan dunia seni rupa mulai abad ke-20 hingga era pemerintahan Soekarno. Dari koleksi tersebut terbaca bahwa sebelum era Soekarno, perkembangan seni rupa berkaitan dengan perkembangan sosial, politik dan kultural, baik pada zaman kolonial Belanda (1900-1942) dan Jepang (1942-1945). Pada zaman kemerdekaan dan sesudahnya, perkembangan seni rupa berkaitan dengan situasi perjuangan dan semakin gencarnya perdebatan wacana seni rupa, baik dalam tataran ideologis dan praksis. Di samping itu, berkat motivasi Soekarno sebagai seorang patron yang sangat berpengaruh, mulai tumbuh medan sosial seni rupa, yaitu pendidikan formal, sanggar, galeri dan kolektor.
Dilihat dari tujuan dan manfaatnya, secara praktis, penelitian ini memberikan kontribusi pada usaha pendokumentasian, pemeliharaan, penampilan, perlindungan dan penyelamatan benda-benda seni bernilai sejarah. Dari segi teoritis, kontribusinya terletak pada penelusuran sejarah pengoleksian lukisan dan patung yang dilakukan oleh Presiden Soekarno dan menempatkan koleksi tersebut dalam perspektif sejarah seni rupa Indonesia.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian sejarah dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analitik. Sumber primer diperoleh dari buku Koleksi Lukisan dan Patung Presiden Soekarno, buku inventaris lukisan dan patung di Istana Bogor, artefak (lukisan dan patung) di Istana Bogor. Sumber sekunder berupa sejumlah tulisan-tulisan pendek dan risalah seputar informasi Soekarno dan seni, yang dipublikasikan di berbagai media massa dan diterbitkan secara khusus. Sumber-sumber lain yang mendukung diperoleh dari buku sejarah seni rupa Indonesia dan diperkuat hasil wawancara dengan informan kunci yang dinilai mengetahui seputar sejarah seni rupa Indonesia dalam kaitannya dengan Soekarno sebagai patron, kolektor atau maesenas seni rupa Indonesia."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T11719
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1997
S7578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>