Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 175287 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Regina Riva
"Pada tahun 2003, pemerintah Indonesia mencanangkan Program Pendidikan Inklusi yang memungkinkan anak penyandang cacat untuk belajar bersama anak non penyandang cacat di sekolah umum/inklusi. Dengan adanya stigma dan labeling negatif terhadap kelompok penyandang cacat selama ini, banyak kalangan yang mengkhawatirkan bahwa akan sulit bagi anak penyandang cacat untuk beradaptasi dan diterima di sekolah inklusi.
Namun berdasarkan pengamatan peneliti, ternyata banyak juga anak penyandang cacat yang tidak mengalami hambatan berarti ketika mereka belajar bersama dengan anak non penyandang cacat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji bagaimana proses adaptasi antarbudaya anak penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi dan menemukan hal-hal apa yang melatarbelakangi kelancaran proses adaptasi tersebut.
Penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivis, pendekatan kualitatif, strategi fenomenologi, serta sifat penelitian deskriptif. Wawancara mendalam dilakukan terhadap 3 informan yang dipilih secara purposeful dengan teknik snowball. Unit analisis adalah siswa penyandang cacat yang bersekolah di sekolah inklusi. Untuk memperkaya data, siswa penyandang cacat terdiri dari yang cacat sejak lahir dan yang cacat saat dewasa.
Peneliti menggunakan model Proses Adaptasi Antarbudaya Daniel J. Kealey dan konsep diri untuk menganalisa dan menginterpretasi data yang terkumpul. Dari hasil penelitian terungkap bahwa secara umum proses adaptasi antarbudaya yang dialami oleh anak penyandang cacat di sekolah inklusi memiliki perbedaan satu dengan yang lainnya. Perbedaan yang ada dipengaruhi oleh tiga aspek berikut: (1) latar belakang kecacatan, (2) hubungan keluarga, dan (3) konsep diri masing-masing anak penyandang cacat.
Di samping itu, hasil penelitian juga mengungkap bahwa keberhasilan proses adaptasi antarbudaya dipengaruhi oleh aspek-aspek berikut: (1) dukungan dan didikan keluarga inti dan lingkungan sosial terdekat anak penyandang cacat, (2) role model yang mampu memotivasi anak penyandang cacat untuk berkembang, dan (3) konsep diri yang positif.

In 2003, the Government of Indonesia initiatied to implement inclusive education program that enables the handicapped children learn in the regular/inclusive school with the non handicapped children. However, negative stigma and labeling on the handicapped have made many people concern that the handicapped can not adapt well and are accepted in the inclusive school.
But based on my general observation, there are many of these children did not find such difficulties. The aim of this research is to study the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school and to find the backgrounds that can smoothen the adaptation process.
This research used a constructivist paradigm, qualitative approach, fenomenology strategy and descriptive dispotition. In collecting data, three informans were selected purposefully through a snowball technique. The analysis units were the handicapped children enrolled in the inclusive schools.
To enrich the research, informans were differentiated by children who born handicapped and children who became handicapped when they were grown up. To analyse and interpret the data, this research used the process of intercultural adaptation theory created by Daniel J. Kealey and self concept.
The research concluded that in general the process of intercultural adaptation of the handicapped in the inclusive school were varied one another. This differences were influenced by three aspects: (1) the background of their disability, (2) relationship within family, and (3) their self concept.
This research also found out that a succesful intercultural adaptation of the handicapped in inlcusive schools were influenced by the following aspects: (1) the support of direct family and the closest social environment, (2) role model as a motivator for the handicapped, (3) a positive self concept."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
"Tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi baik kualitas maupun kuantitasnya. Pembahan pola tidur dapat menlberikan dampak pada fisik maupun psikologis, hal ini dapat terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh atau dampak hospitalisasi terhadap pola tidur klien dewasa yang panama kali dirawat. Metode penelitian yang digunakan adalah metoda korelasi, responden penelitian adalah klien dewasa yang pertama kali dirawat diruang perawatan penyakit dalam pria dan wanita RSUPN Cipto Mangunkusumo. Jumlah responden yang diperoleh dalam penelitian ini sebanyak 30 responden dengan beberapa kriteria. Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini ialah kuesioner yang disusun oleh penelilai dan respnnden menjawab pertanyaaan yang diajukan dengan memberikan tanda (V) pada jawaban yang dipilih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh hospitalisasi terhadap pexubahan pola tidur klien yang pertama kali dirawat.
Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya dampak hospitalisasi terhadap perubahan pola tidur pada klien dengan penyakit tertentu, dengan responden yang Iebih hauyak, dengan kriteria yang Iebih ketat serta dengan menggunakan instrumen dan uji statistik yang lebih lengkap."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2001
TA5063
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Elvi Oktarina
"Perawat merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan professional berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio, psiko, sosio, spiritual untuk mencapai kondisi sehat. Dibutuhkan kemampuan intelektual dan sikap dari upaya profesional perawat untuk memahami hubungan antara manusia, lingkungan dan kesehatan termasuk upaya peningkatan adaptasi dalam mempertahankan keadaan optimal pasien gangguan sistem kardiovaskuler dan tingkat fungsi yang lebih tinggi. Dengan menggunakan teori adaptasi Roy selama praktik, residen menjalankan peran sebagai pemberi asuhan keperawatan, peneliti maupun innovator, dan peran sebagai pendidik terhadap kasus Bedah Jantung, Acute Coronary Syndrome (ACS), Heart Failure (HF), dan aritmia. Penerapan EBN teknik relaksasi Benson pada pasien SKA dalam menurunkan rasa nyeri didapatkan kesimpulan skala nyeri pasien menurun sehingga mampu beradaptasi dengan merasa tenang dan rileks. Checlist monitoring pasien post PCI menjadi inovasi dengan tujuan dapat memantau secara dini komplikasi post PCI serta menjadi jembatan komunikasi antar petugas kesehatan terhadap perkembangan kondisi pasien post PCI.

Nursing, as integral part of health service, provides professional service based on nursing knowledges and nursing ethics in the terms of biopsychososiospiritual aspects to achieve optimal healthy state. Hence, nurse’s intelectual abilities and professional attitudes are required to comprehend human, enviromental and health relationships as well as adaptive skills improvement in maintaining optimal state and improving functional state of patients with cardiovascular disease. By applying Roy’s adaptive theory during clinical residency, resident accomplished nurse roles as care giver, researcher, inovator, and educator in open heart surgeries, acute coronary syndrome (ACS), heart failure (HF), and arrhytmia cases. Evidence based nursing, such as Benson relaxation technique application in relieving ACS patients’ pain revealed that this method might relieve patients’ pain; hence, the patients might adapt relaxingly. Post PCI monitoring checklist was served as inovation in detecting PCI complication earlier and as communication strategies among health care professional in observing post PCI patient's condition.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Aidiah
"ABSTRAK
Penggunaan niqab-yaitu pakaian yang menutupi seluruh tubuh perempuan, termasuk wajah kecuali mata-menjadi perdebatan sengit dan masalah yang kompleks. Pertumbuhan pengguna niqab bergerak progresif melawan derasnya arus informasi media massa yang memosisikan pengguna niqab sebagai ancaman dan berbahaya dengan cara mengaitkannya dengan peristiwa-peristiwa radikalisme dan terorisme. Di Universitas Indonesia (UI), dijumpai dalam jumlah kecil para pengguna niqab, sehingga mereka menjadi minoritas di tengah komunitas yang heterogen. Permasalahan yang akan angkat dalam penelitian ini adalah bagaimana cara para pengguna niqab memaknai pilihan cara berpakaian mereka dan bagaimana para pengguna niqab bernegosiasi dan beradaptasi di dalam lingkungan kampus yang heterogen. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana mahasiswi ber-niqab menyampaikan pemaknaan dan pengalaman mereka ber-niqab di lingkungan kampus. Melalui penelitian lapangan dengan observasi dan wawancara mendalam kepada lima mahasiswi ber-niqab di UI, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa para mahasiswi pengguna niqab memaknai pilihan berpakaian mereka sebagai praktik sunnah, atau keutamaan dalam beribadah. Selain itu, niqab juga mereka anggap sebagai alat pengontrol diri, yang juga memberikan kenyamanan serta rasa aman bagi mereka. Kehidupan dan kegiatan sehari-hari mereka tidak berubah karena menggunakan niqab. Mereka tetap berkegiatan seperti mahasiswi lainnya. Mahasiswi pengguna niqab di UI bernegosiasi dan beradaptasi dengan cara hanya menggunakan niqab di tempat dan suasana yang mendukung.

ABSTRACT
The wearing of niqab, which is a type of clothing that covers the whole part of a woman s body including the face except the eyes, has been the centre of discussions and a complex issue. The growth of niqab wearers is moving progessively against the rapid flow of information in the mass media which places niqab wearers as a threat and dangerous, in line with the intense radical incidents and terrorism. In the University of Indonesia (UI), a small number of niqab wearers is found, and therefore represent a minority group among a heterogeneous community. The issue that will be raised in this research is how the niqab wearers interpret their choice of dress and how the niqab wearers negotiate and adapt within a heterogeneous campus environment. This research aims at explaining how niqab wearers explain the meaning of niqab and their experiences in the campus area. Through observation and interviews with five students that wear niqab in UI, the result of the research shows that the students who wear niqab explain their choice of clothing as the practice of sunnah, or priority in the worship. And also as a mean of self control, which gives them feeling of comfort and a sense of security for them. Their daily lives and activities doesnt change by using the niqab. They keep doing their activities like other normal students. These students negotiate and adapts in the use of their niqab only in places and conditions that are supporting in Universitas Indonesia."
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Indiana Kusuma Putri
"ABSTRAK
Budaya kolektif sudah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat Korea Selatan. Ini ditunjukkan dalam proses adaptasi mereka di Bali. Adaptasi tersebut dilatarbelakangi oleh alasan dan strategi yang berbeda-beda. Strategi adaptasi yang dilakukan terbagi ke dalam tiga dimensi diantaranya adaptasi budaya (akulturasi), adaptasi sosial (asimilasi), dan adaptasi ekonomi. Rumusan masalah dalam penulisan ini yaitu bagaimana bentuk strategi adaptasi orang Korea di Bali. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode kualitatif dengan teknik wawancara mendalam (depth interview) dengan informan orang Korea yang memiliki latar belakang bisnis pariwisata yang berbeda. Melalui penulisan ini ditemukan bahwa orang Korea di Bali mempertahankan nilai-nilai budayanya dan mampu beradaptasi dengan baik sehingga mereka bertahan hidup dalam kelompoknya. Dari tiga dimensi adaptasi yang digunakan dalam penulisan, adaptasi budaya dengan budaya kolektif menjadi faktor utama yang merujuk pada strategi adaptasi orang Korea di Bali. Hasil yang didapat menunjukkan bahwa adaptasi sosial dan adaptasi ekonomi perannya tidak sedalam dan seintens adaptasi budaya bagi orang Korea dalam kesehariannya tinggal di Bali.

ABSTRACT
Collective culture has become a part of South Korea s life. This is shown in the process of their adaptation in Bali. The adaptation is motivated by different reasons and strategies. The adaptation strategy is divided into three dimensions including cultural adaptation (acculturation), social adaptation (assimilation), and economic adaptation. The formulation of this paper is how to form a strategy for the adaptation of Koreans in Bali. The research method used in this writing is qualitative method with depth interview techniques with Korean informants who have different tourism business backgrounds. Through this writing it was found that Koreans in Bali maintain their cultural values and are able to adapt well so that they survive in groups. Of the three dimensions of adaptation used in this paper, cultural adaptation of collective culture is the main factor that refers to Korean adaptation strategies in Bali. The results of this paper shows that social adaptation and economic adaptation are not as deep and as intensive as cultural adaptation for Koreans in their daily lives in Bali."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"Proses adaptasi psikologis pada childbering berhubungan dengan
perubahan fungsi peran merupakan masalah yang cukup serius pada keluarga
pada tahap childbering, dimana keluarga pada tahap ini banyak sekali mengalami
kesulitan dalam beradaptasi dengan peran bam terkait dengan kelahiran anak
pertama terutama pada ayah, Cronenwett (1982).Permasalah serius yang tidak
dapat terpecahkan karena kegagalan adaptasi terhadap peran baru tersebut dapat
mengakibatkan teujadinya kontlik yang berkepanjangan dalam keluarga, Martle
(1996).
Adapun tujuan penelitian adalah mengetahui faktor internal yang mempengaruhi
proses adaptasi psikologis pada ayah, mengetahui falctor internal yang dominan
mempengaruhi proses adaptasi pada ayah, dan bagaimana faktor dominan
mempengaruhi proses adaptasi pada childbering. Desain yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Deskriptif perbandingan, dengan metode pengambilan
sampel secara pourposive sampel dengan jumlah sampel 31. variabel dalam
penelitian adalah variabel dependen yaitu faktor internal yang mempengaruhi
adaptasi yang terdiri atas tiga sub variabel riwayat terbentuknya keluarga,
pengalaman keluarga dan riwayat kehamilan dan persalinan, sedangkan variabel
independen yaitu adaptasi ayah terhadap kelahiran bayi pada childbering.
Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 2 Januari 2003 sampai dengan
tanggal 5 Januari 2003 di keluarah Beji kecamatan Beji kabupaten Depok.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hubungan yang signifikan
antara faktor internal dengan adaptasi, dimana dengan tingkat kemaknaan 95%
dari 31 total responden diperoleh data sebanyak 17 responden (54,8%) adaptif
dan 14 responden (45,2%) maladaptif. Dengan sub variabel yang paling dominan
mempengaruhi adaptasi adalah Riwayat terbentuknya keluarga dengan Odds
Ratio (OR) 40,0 dengan p value 0,001. Riwayat kehamilan dan persalinan Odds
Ratio 11,91 dengan p value 0,007. Pengalaman keluarga Odds Ratio 28,00
dengan p value 0,001.Kesimpulan penelitian yang diperoleh bahwa ada
hubungan yang signiifikan antara faktor internal dengan adaptasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5228
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Gieshania Pitaloka Gumilang
"Penelitian ini berfokus pada proses adaptasi antarbudaya slow tourist di Bali. Dengan menggunakan framework integrasi budaya oleh Anantamongkolkul et al (2019), penelitian ini melihat adaptasi sebagai konsekuensi dari proses akulturasi. Dengan menggunakan paradigma interpretif, penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan makna slow tourism dan slow tourist bagi para pelakunya di Bali, serta bagaimana proses akulturasi berjalan bagi slow tourist agar mereka dapat beradaptasi dengan lingkungan dan budaya masyarakat Bali. Studi kualitatif deskriptif ini pun dilakukan terhadap pelancong yang telah menghabiskan waktu yang panjang di Bali, yang mencari pengalaman kehidupan lokal, terlibat, serta berinteraksi dengan masyarakat, budaya, dan komunitas lokal. Metode wawancara mendalam pun dilakukan terhadap lima informan muda yang mewakili tiga negara Barat (Prancis, Spanyol, dan Belanda). Penelitian ini menemukan bahwa slow tourist memaknai perjalanan mereka sebagai perjalanan jangka panjang yang melibatkan keterlibatan tinggi dalam budaya dan masyarakat lokal, berbeda dengan perjalanan wisata mainstream pada umumnya. Kemudian, penelitian mengidentifikasi strategi integrasi budaya oleh para slow tourist dalam beradaptasi yang dibagi menjadi empat tahap, mulai dari tahap penyesuaian setibanya di destinasi tujuan dengan orientasi pencarian pengalaman hingga pembentukan destinasi tujuan sebagai rumah kedua dengan orientasi pembangunan kehidupan. Terakhir, penelitian ini pun menentukan faktor-faktor pendukung adaptasi slow tourist di Bali.

This research focuses on the process of intercultural adaptation of slow tourists in Bali. Using the cultural integration framework by Anantamongkolkul et al (2019), this study sees adaptation as a consequence of the acculturation process. By using an interpretive paradigm, this study aims to understand and describe the meaning of slow tourism and slow tourist in Bali, as well as how the acculturation process occurs so that they can adapt to the environment and culture of the Balinese people. This descriptive qualitative study was conducted on travelers who have/had spent a long time in Bali, who seek to experience local life, engage, and interact with local people, culture, and communities. In-depth interviews were conducted with five young informants representing three Western countries (France, Spain, and the Netherlands). This study found that slow tourists interpret their trips as long-term travel that includes high involvement in local culture and society, in contrast to mainstream tourism in general. Then, the research identified cultural integration strategies by slow tourists, which are divided into four stages, starting from the adjustment stage upon arrival at the destination (with the orientation to travel) to the establishment of the destination as a second home (with the orientation to build a life). Finally, this study also determines the factors that support the adaptation of slow tourists in Bali.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>