Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20558 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Anton Sumartono
"ABSTRAK
Berawal dari suatu kondisi masyarakat desa dengan latar belakang kehidupan pertanian yang sederhana, masyarakat Desa Sukodono, Jepara, Propinsi Jawa tengah, berkembang menjadi kelompok masyarakat pengrajin seni kerajinan meubel ukir kayu yang handal. Dalam tesis ini hendak dijawab pertanyaan, berkaitan dengan pernyataan di atas, yaitu: Mengapa mereka memilih usaha di bidang seni kerajinan ukir kayu sebagai mata pencaharian pokoknya; bagaimana potensi mereka sehingga mampu mengembangkan kreativitasnya di bidang itu; bagaimana kaitannya dengan sumber daya lingkungan yang ada dan dapat dimanfaatkannya; bagaimana bentuk desain-desain ukir yang diciptakannya, dan; bagaimana fungsi seni kerajinan ukir kayu itu dalam kehidupan mereka sehari-hari?
Untuk mengkerangkai penjelasan terhadap data dan informasi yang dikumpulkan digunakan konsep kebudayaan, kesenian, kreativitas dan kreativogenik seni, serta desain dalam seni ukir. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif, khususnya metode etnografis. Sasaran penelitian mengacu kedua arah yaitu kehidupan para perajin seni kerajinan ukir kayu di Desa Sukodono dan desain ukir yang diciptakannya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pengrajin Desa Sukodono mengawali usahanya sebagai buruh serabutan, tukang kayu atau tukang ukir di industri-industri kerajinan meubel ukir kayu di wilayah kota Jepara. Akan tetapi, karena pada tahun 1965 sampai tahun 1972 mengalami persaingan yang ketat untuk memperoleh peluang pekerjaan tersebut di wilayah kota Jepara, mereka mengambil alternatif untuk pergi merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya untuk bekerja di bidang yang sama di perusahaan industri meubel besar di kota-kota besar tersebut.
Pengalaman pergi merantau di kota-kota besar merupakan pengalaman yang berharga, dan sekaligus menjadi modal besar, bagi masyarakat Desa Sukodono untuk mendirikan usaha industri kerajinan meubel ukir kayu di desanya sendiri. Selanjutnya, industri kerajinan meubel ukir kayu di Desa Sukodono berkembang pesat membentuk sistem jaringan pekerjaan yang dapat memberikan peluang kerja yang menguntungkan bagi warga masyarakat desa. Dengan demikian perekonomian masyarakat setempat pun ikut berkembang dengan baik.
Lingkungan alam yang ada cukup mendukung usaha di bidang kerajinan ukir kayu. Walaupun sekarang bahan alam sudah tidak semelimpah pada waktu.yang lampau, tetapi tampaknya kayu jati dan mahoni masih tetap dapat diperoleh dari wilayah sekitar Jepara, yang relatif kaya akan hutan kayu jati. Selain itu, faktor kesejarahan telah melekat dalam kesadaran orang-orang Sukodono yang merasa bahwa keahlian membuat ukiran kayu merupakan keahlian warisan dari nenek-moyangnya, yang secara khusus merupakan keahlian orang Jepara pada umumnya.
Desain ukir yang berkembang dan dirancang oleh para pengrain Desa Sukodono pada awalnya adalah desain khas Jepara. Namun, sekarang untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin meluas, mereka juga membuat berbagai desain dan corak tradisional berbagai daerah di Indonesia, bahkan corak Eropa, Cina, dan Jepang pun sudah mulai dibuatnya. Barang yang dihasilkan juga semakin beragam. Industri kerajinan ukir Jepara, khususnya Desa Sukodono, telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupari sehari-hari masyarakat Desa Sukodono. Industri kerajinan ukir fungsional bagi pemenuhan kebutuhan hidup mereka, baik secara ekonomi maupun estetis, dan fungsional pula bagi pemenuhan berbagai kebutuhan lainnya.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manulang, Thurman
"Prospek bisnis ritel sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti faktor ekonomi, politik maupun sosial budaya. Hal tersebut dapat diperhatikan dari perkembangan ekonomi dan politik akhir-akhir ini, bisnis ritel mengalami kelesuan dan menghadapi tantangan yang cukup berat. Dalam situasi krisis demikian yang dapat dilakukan para pelaku bisnis ritel adalah bagaimana aktivitas bisnisnya bertahan.
PT. Sarinah sebagai salah satu BUMN di bawah Depperindag, yang bergerak di bisnis ritel menghadapi berbagai masalah antara lain mengalami penurun tingkat pertumbuhan penjualan, ketatnya persaingan di bisnis ritel baik yang datang dari pengusaha domestik maupun yang datang dari investor asing, diberikannya kesempatan bagi investor asing untuk menanamkan modalnya di bidang ritel sampai di tingkat Kabupaten. Untuk itu PT. Sarinah perlu mempersiapkan suatu strategi bersaing, dan mencari solusi melalui analisis secara komprehensif sehingga diperoleh gambaran posisi bersaing.
Penelitian ini diawali dengan menganalisis kondisi lingkungan internal dan eksternal perusahaan. Dalam menganalisis digunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk membobot derajat kepentingan setiap faktor. Sedangkan untuk menentukan posisi bersaing PT. Sarinah digunakan General Electric Matrix.
Analisis PHA menunjukkan kekuatan bisnis ritel PT. Sarinah terletak pada pangsa pasar, fasilitas, sedangkan daya tank bisnis ritel PT. Sarinah terletak pada ukuran pasar dan kesetiaan pembeli. Dari uji PHA dan GE Matrix diperoleh posisi bersaing PT. Sarinah pada area atau sel V GE Matrix, dengan strategi hold dan maintain. Artinya PT. Sarinah berada pada area atau sel selektif. Untuk itu PT. Sarinah perlu berhati-hati apabila ingin melakukan investasi baru.
Dengan melihat posisi bersaing, kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman diberikan alternatif pemilihan strategi bersaing perusahaan untuk dapat mendukung keberhasilan perusahaan di dalam menghadapi persaingan. Sehubungan dengan itu perlu menggunakan strategi penetrasi pasar dan strategi pengembangan produk."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nugraheni Retnaningsih
"The purpose of research is to figure out the strategy most effective business partnerships that can be
developed at the Village Unit Cooperatives (VUC) Musuk with PT. So Good Food, in Boyolali. The initial steps
are: (1) Identify internal and external factors partnerships between cooperatives Musuk system with PT. So Good
Food, then (2) to analyze SWOT strategic business partnerships between cooperatives Musuk with PT. SGF. The
analytical tool used in this study consisted of External Factor Evaluation (EFE Matrix), Internal Factor
Evaluation (IFE Matrix), Internal External Matrix (Matrix IE), SWOT matrix, and QSP matrix. SWOT matrix to
develop several alternative strategies between cooperatives Musuk partnership with PT. SGF, is to maximize the
benefits and opportunities, and minimize the weaknesses and threats. QSP matrix is used to determine the priority
of the strategy, by evaluating and selecting the best strategy in accordance with the internal and external
environment. IFE matrix analysis results showed a total score of 3.178 indicates that the partnership is the strong
internal position. EFE matrix analysis results showed a total score of 3.073 indicates that the partnership that
exists between VUC Musuk with PT. SGF has a good response to the opportunities that exist. QSPM calculation
results show the value of 6.761 means that the priority of the strategy adopted for the implementation of VUC
Musuk partnership with PT. SGF is to maintain the commitment and loyalty of farmers by fulfilling the basic needs
of dairy farming and attractive price incentives so that the most effective partnership strategy is expected to be
established partnership sustainable and mutually beneficial.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui strategi kemitraan yang paling efektif antara Koperasi Unit
Desa (KUD) Musuk dengan PT. So Good Food, di Kabupaten Boyolali. Langkah awal yang dilakukan adalah (1)
Mengidentifikasi faktor internal dan eksternal sistem kemitraan antara KUD Musuk dengan PT. So Good Food,
kemudian (2) Menganalisis SWOT strategi kemitraan usaha antara KUD Musuk dengan PT. SGF. Alat analisis
yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Eksternal Factor Evaluation (Matrik EFE), Internal Factor
Evaluation (Matrik IFE), Matrik Internal Eksternal (Matrik IE), Matrik SWOT, dan Matriks QSP. Matrik SWOT
untuk menentukan beberapa alternatif strategi kemitraan antara KUD Musuk dengan PT. SGF, yaitu dengan
memaksimalkan keunggulan dan peluang, dan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks QSP digunakan
untuk menentukan prioritas strategi, yaitu dengan mengevaluasi dan memilih strategi terbaik yang paling efektif
yang sesuai dengan lingkungan internal dan eksternal. Hasil analisis matriks IFE menunjukkan total skor 3,178
mengindikasikan bahwa kemitraan tersebut berada pada posisi internal yang kuat. Hasil analisis matriks EFE
menunjukkan total skor 3,073 mengindikasikan bahwa kemitraan yang terjalin antara KUD Musuk dengan PT.
SGF mempunyai respon yang bagus terhadap peluang yang ada. Hasil perhitungan QSPMmenunjukkan nilai 6,761
ini berarti bahwa prioritas strategi yang diterapkan untuk melaksanakan kemitraan antara KUD Musuk dengan PT.
SGF adalah dengan menjaga komitmen dan loyalitas peternak melalui pemenuhan kebutuhan dasar budidaya sapi
perah dan insentif harga yang menarik. sehingga dengan strategi kemitraan yang paling efektif tersebut diharapkan
dapat terjalin kerjasama kemitraan yang berkelanjutan dan saling menguntungkan."
Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo. Fakultas Pertanian, 2016
630 AGRIN 20:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Gorat, Bataris
"Banyak yang berpendapat, bahwa krisis mata uang Asia Tenggara yang bermula dari jatuhnya nilai mata uang Thailand, tidak akan berpengaruh banyak terhadap perekonomian Indonesia, sebab perekonomian Indonesia memiliki fundamental yang kuat. Kenyataannya, bagi Indonesia, krisis yang semula disebut krisis moneter tersebut, telah berkembang menjadi krisis multi dimensi dan puncaknya adalah krisis kepercayaan terhadap institusi negara dan kepemimpinan nasional. Harus diakui, krisis kali ini telah mengubah tatanan kehidupan sosial, ekonomi dan politik.
Hasil kajian Kaminsky dan Reinhart terhadap indikator makro, seperti pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, neraca pembayaran, sistem keuangan dan perbankan menunjukkan, bahwa fundamental ekonomi Indonesia sebelum krisis ternyata tidak seperti yang diduga banyak orang. Kekuatan ekonomi yang mendapat pujian selama ini, ternyata tidak lebih dari istana pasir. Berbagai laporan tentang hal itu ternyata tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya.
Meskipun sulit mencari akar krisis yang sesungguhnya, ada pendapat yang mengatakan, bahwa praktek, kebijakan dan pendekatan ekonomi yang diterapkan selama ini merupakan salah satu penyebab meluasnya krisis. Praktek, kebijakan dan pendekatan ekonomi yang diterapkan sejak lama, sama sekali tidak mendukung terwujudnya struktur perekonomian yang kuat dan sehat. Sebaliknya, justru melahirkan penggelembungan yang sangat rentan (bubble conomy). Perkembngan dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi semata-mata karena eksploitasi sumber-sumber ekonomi yang berlebihan, bukan karena efisiensi penggunaan.
Ketika krisis terjadi, beberapa kejutan besar segera dialami oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia. Aliran modal yang terus meningkat sebelum krisis, berbalik turun karena hilangnya kepercayaan terhadap lingkungan usaha di Indonesia. Tajamnya depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing serta-merta membengkakkan beban hutang luar negeri sebagian perusahaan, bahkan memacetkan transaksi internasionalnya. Meningkatnya inflasi dan melonjaknya pengangguran membuat daya beli masyarakat merosot secara drastis.
Kondisi keos segera menyusul ketika arah pemulihan ekonomi tidak dapat diprediksi, bahkan memberi gambaran yang sangat rumit, tidak stabil dan tidaksinambung secara fungsional. Penyimpangan semakin lama semakin membesar dan sering terjadi pengulangan-pengulangan yang sesungguhnya tidak memperbaiki keadaan.
Disisi lain, kondisi perusahaan-perusahaan di Indonesia sebelum krisis yang ekspansif, konglomerasi, tidak peka, batas otoritas dan tanggung jawab yang tidak jelas merupakan penyakit kronis yang makin memperburuk keadaan. Fenomena itu sebenarnya bukan hal luar biasa, sebab lahirnya perusahaan-perusahaan di Indonesia, termasuk perusahaan PMA dan perusahaan PMDN, yang mengklaim dirinya kuat dan berdaya saing, terkait erat dengan pola korporatisme dan kronisme. Mereka tumbuh dan berkembang bukan karena kompetensi.
Memang tidak dapat dipungkiri, bahwa kebijakan pemulihan ekonomi yang blurred turut menambah kebingungan para pelaku usaha dalam menyelamatkan usahanya. Kesulitan mamprediksi arah, tahapan, tujuan dan batas waktu pemulihan semakin meningkatkan risiko negara berkaitan dengan iklim berusaha (country risk).
Sangat berbeda dengan lingkungan usaha sesudah krisis, lingkungan usaha sebelum krisis cukup ramah yang membuat setiap orang ingin melakukan usaha, khususnya para pelaku usaha yang sangat percaya pada hubungan baik. Sekarang ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia telah dihadapkan pada perubahan drastis yang tidak terbayangkan sebelumnya. Berbagai elemen lingkungan usaha yang saling terkait telah berubah secara drastis. Pembalikan kondisi tampak jelas akibat hantaman krisis keuangan yang diperkuat oleh tindakan-tindakan yang sesungguhnya tidak memperbaiki keadaan.
Memang perubahan kondisi lingkungan usaha memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap perusahaan. Akan tetapi, untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian mendasar, perusahaan harus mampu berhadapan dengan lingkungan usaha yang mungkin secara kasar akan memperpendek waktu yang diperkenankan untuk melakukan penyesuaian. Dan pada akhirnya, lingkungan usaha hanya menyediakan ruang dan kesempatan bagi perusahaan yang memiliki kompetensi dan daya saing yang sesungguhnya.
Itulah sebabnya, para pakar organisasi dan manajemen moderen selalu mengatakan, hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif berkelanjutan yang mampu bertahan dan berkembang. Perusahaan kategori ini adalah perusahaan yang secara terus-menerus dapat menilai dengan seksama sifat, arah dan kecepatan perubahan, mengkaji ulang kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengidentifikasi peluang dan hambatan yang ada.
Berbagai konsep dan teori organisasi berusaha menggambarkan bagaimana perusahaan bereaksi apabila mendapat gangguan akibat adanya perubahan. Teori ekologi populasi mengatakan, perusahaan dapat menjaga harmoni dengan lingkungan melalui proses suatu pembelajaran. Menurut teori kontinjensi, kemampuan perusahaan merespons perubahan tergantung pada kemampuannya menciptakan sesuatu yang bernilai khusus. Menurut teori ketergantungan sumber, kendala yang dihadapi perusahaan akibat adanya perubahan akan ditransformasikan ke dalam fungsi-fungsi interen untuk meredam dampak buruknya. Sedangkan menurut teori kelembagaan, perusahaan dapat menyesuaikan diri atau mengendalikan perubahan. Menyesuaikan diri (adaptasi) dilakukan dengan cara menyetujui atau berkompromi, sebaliknya mengendalikan dilakukan dengan cara memanipulasi, menentang atau menghindari perubahan agar tidak merugikan.
Salah satu strategi pengelolaan lingkungan usaha adalah dengan melakukan perubahan. Pilihan organisasional dapat didasarkan pada sasaran dan alasan perubahan. Sasaran perubahan dapat ditujukan pada lingkungan interen atau eksteren, sedangkan alasan perubahan dapat bersifat reaktif atau proaktif. Pilihan perubahan juga ditentukan oleh pertimbangan risiko, skala dan investasi. Perubahan interen secara bertahap adalah perubahan yang berisiko rendah dan investasi kecil, sedangkan perubahan eksteren yang radikal adalah perubahan yang berisiko tinggi dan investasi besar.
Ketepatan suatu strategi dalam merespons lingkungan digunakan untuk menjelaskan strategi yang berhasil. Kegagalan sering terjadi bukan karena buruknya strategi, tetapi karena strategi yang digunakan tidak sesuai. Ada dua pendekatan yang sangat populer dan berpengaruh di dalam perumusan strategi berdasarkan pandangannya terhadap faktor sentral pembentukan keunggulan usaha. Masing-masing pendekatan memiliki pandangan yang berbeda mengenai dari mana perumusan suatu strategi seharusnya dimulai. Pendekatan pertama memandang kualitas sumber daya sebagai pertimbangan utama, sedangkan pendekatan kedua memandang daya tarik pasar dan struktur industrinya sebagai pertimbangan utama dalam merumuskan suatu strategi.
Proses perumusan strategi mencakup aspek yang sangat luas, seperti analisis, perencanaan, pengambilan keputusan, visi, misi, budaya dan sistem nilai. Suatu perubahan sering melibatkan berbagai aspek dengan komposisi dan kadar yang tidak terukur. Fenomena ini memberi kontribusi penting bagi berkembangnya berbagai perspektif dan model pengambilan keputusan stratejik.
Sesuai judul tulisan ini, tujuan penelitian adalah untuk memperoleh gambaran umum mengenai respons perusahaan PMA dan perusahaan PMDN terhadap lingkungan usaha di Indonesia dalam kurun waktu 1997-2001, strategi yang digunakan serta ada tidaknya perbedaan respons dan strategi menurut status perusahaan dan bidang usaha.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut, data penelitian yang diperoleh dari lembaga terkait, diolah dan diuji dengan menggunakan metode pengujian statistik nonparametrik, seperti Uji Modus, Uji Perbedaan dan Uji Korelasi Tata Jenjang.
Pengujian dan analisis dilakukan, baik secara kategorial (sub populasi) berdasarkan status perusahaan dan bidang usaha maupun secara keseluruhan sebagai satu populasi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2114
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brech, E.F.L.
Yogyakarta: Kanisius , 1975
658.8 BRE wt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Iskandar Witjaksono
"Industri properti komersial di Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang menarik untuk diamati. Hal ini terlihat dari nilai investasi dalam sektor gedung perkantoran utama di Jakarta yang meningkat lebih dari lima kali dalam lima tahun terakhir dan mencapai Rp. 4,965 trilyun pacta tahun 1992. Ruang perkantoran sebagai salah satu produk properti ternyata telah berkembang menjadi bisnis yang menguntungkan, terbukti dengan banyaknya developer/investor dari kelompok konglomerat bisnis Indonesia yang melakukan diversifikasi dalam industri ini. Minat investasi dalam bidang properti yang cukup tinggi disebabkan oleh adanya capital gain yang besar sehubungan dengan adanya apresiasi nilai tanah dan investasinya yang bersifat high degree of leverage financing dengan debt to equity ratio yang rata-rata lebih besar dibandingkan dengan jenis investasi jangka panjang lainnya.
Pertumbuhan industri properti sangat dipengaruhi oleh kondisi perekonomian makro, dimana pergerakan penawaran dan pennintaannya.akan selalu mengikuti gejolak perekonomian yang terjadi seperti pertumbuhan ekonomi nasional (PDRB), perkembangan investasi dalam negeri (PMDN) maupun asing (PMA), kebijakan moneter dan fiskal yang dikeluarkan pemerintah, jumlah kredit yang disalurkan perbankan, jumlah uang yang beredar dan suku bunga investasi. Dengan laju pertumbuhan ekonomi yang stabil dalam jangka panjang, maka perkembangan industri ini juga akan semakin baik. Kondisi perekonomian yang menurun dalam tahun 1993 akibat tight money policy juga berdampak dengan lesunya bisnis ruang perkantoran Jakarta, yang ditandai dengan kondisi oversupply dan penurunan harga sewa secara drastis. Kondisi ini tentunya memicu iklim persaingan yang semakin ketat dan menuntut para pelah.'U industri properti untuk lebih dapat mengenali dan mengantisipasi perilaku pasar properti agar tetap dapat bertahan dalam industri ini.
Karya akhir ini mencoba untuk menelaah pasar ruang perkantoran utama (prime office space) Jakarta da!am upaya unn1k dapat memberikan gambaran, araban dan indikasi secara garis besar dalam industri ini, melalui evaluasi dan analisis struktur industri, perilaku ekonomis dan preferensi lokasional.
Tinjauan terhadap pasar ruang perkantoran Jakarta diarahkan untuk dapat mengenali pertumbuhan, pelaku-pelaku, pola pembiayaan dan pengelolaan industri ini. Dilihat dari pertumbuhan pasarnya, kelihatannya pasar properti Jakarta dewasa ini menunjukkan tingkat pertumbuhan yang semakin mendekati pasar negara-negara Asia lainnya seperti Cina dan Malaysia.
Meningkatnya tingkat persaingan dalam pasar ruang perkantoran Jakarta membuat para investor/developer berupaya melakukan beberapa terobosan baru dalam bidang pemasaran dan pola pendanaannya, seperti penggunaan sistem strata-title dalam memasarkan produknya dan alternatif penggunaan secondary mortgage dan menerbitkan convertible bond dalam membiayai pembangunan produk propertinya.
Analisis terhadap perilaku ekonomis pasar ruang perkantoran Jakarta yang dilakukan dalam upaya untuk dapat memperkirakan pola permintaan, penawaran, tingkat hunian dan harga sewa^ memperlihatkan bahwa siklus bisnis properti secara signifikan dipengaruhi oleh variabel-variabel makro ekonomi seperti PDRB, jumlah uang beredar, pertumbuhan investasi dalam negeri (PMDN) maupun investasi asing (PMA), jumlah kredit perbankan dan tingkat bunga dengan pertimbangan masa konstruksi {time lag) 2-4 tahun.
Model-model prediksi yang telah dibangun menunjukkan bahwa dampak kelesuan yang terjadi dalam bisnis ruang perkantoran utama pada tahun 1993 diperkirakan masih akan berlanjut sampai tahun 1994, tetapi pertumbuhan permintaan akan menguat kembali dalam tahun 1996 dengan tingkat hunian diperkirakan akan mencapai 95%.
Mengingat fimgsinya sebagai penunjang kegiatan bisnis, lokasi menjadi determinan utama dalam menarik konsumen suatu ruang perkantoran. Oleh sebab itu analisis preferensi lokasional dilakukan dalam upaya untuk mencari pangsa pasar lokasi dan peluang pasar ruang perkantoran terhadap wilayah Segitiga Emas berdasarkan kriteria aksesibilitas, ketersediaan fasilitas dan utilitas urnum, harga lahan serta peraturan Pemda. Hasil analisis yang dilakukan merhperlihatkan bahwa kawasan Sudirman dan Kuningan merupakan kawasan yang paling diminati oleh pelaku-pelaku bisnis ini, disusul oleh kawasan Thamrin dan Gatot Subroto yang memiliki banyak kendala dalam pengembangan produk propertinya. Tetapi jika dilihat dari besarnya peluarig pembangunan ruang perkantoran di masa yang akan datang dapat diketahui bahwa kawasan Kuningan merupakan lokasi yang memiliki prospek lebih baik dibandingkan dengan Sudirman."
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Fuad Hadziq
"ABSTRAK
UMKM memberikan sumbangsih perekonomian yang sangat besar terhadap perekonomian Indonesia, bark dari sisi asset, somber daya manusia, laba , dan lain sebagainya. Tujuan penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap program pemberdayaan ekonomi pelatihan Iaporan keuangan sederhana akan memberikan dampak multifacfor terhadap pemahaman didalam laporan keuangan, sehingga terjadi peningkatan terhadap hasil usaha UMKM: Metode yang digunakan adalah regresi berganda. Adapun sampelnya adalah UMKM yang berada di Kota Tangerang Selatan di bawah BMT University Muhammadiah Jakarta. Sampelnya menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi melalui pelatihan pelaporan keuangan sederhana dari faktor materi pelatihan, fasilitas, proses dan hasil dari pelatihan telah memberikan basil yang sangat signifikan terhadap dampak usaha UMKM. Sehingga kemampuan UMKM meningkat dalam membuat Iaporan keuangan sederhana. Hal ini berakibat terhadap omset keselurhan barang yang terjual."
Jakarta: Program Studi Kajian Wilayah Timur Tengah dan Islam (PSKTTI), 2017
300 MEIS 4: 2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Diyana Theresia Berlian
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai perkara dalam Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 09/KPPU-M/2012 yang memberikan sanksi denda sebesar Rp 4.600.000.000,00 kepada PT. Mitra Pinasthika Mustika atas keterlambatannya melakukan kewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham. Penelitian ini juga membahas sistem pemberitahuan pengambilalihan saham di Indonesia yang dilakukan setelah pengambilalihan berlaku efektif secara yuridis atau yang biasa disebut pemberitahuan pasca akuisisi (post merger notification). Penelitian ini menganalisis efektivitas dan efisiensi kewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham di Indonesia yang menganut sistem pemberitahuan pasca akuisisi dengan contoh kasus keterlambatan pelaksanaan kewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham oleh PT. Mitra Pinasthika Mustika dalam Putusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 09/KPPU-M/2012. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yang mengggunakan metode eksplanatoris. Dari hasil dari penelitian ini ditemukan bahwa kewajiban pemberitahuan di Indonesia hanya dilakukan oleh pelaku usaha yang akuisisinya menyebabkan nilai aset dan/atau nilai perusahaan melebihi batas tertentu setelah akuisisi; didapatkan juga hasil bahwa pengaturan kewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan dalam hukum persaingan usaha di Indonesia adalah tidak efektif dan efisien; dan didapatkan hasil bahwa PT. Mitra Pinasthika Mustika sesuai dengan peraturan mengenai kewajiban pemberitahuan di Indonesia terbukti terlambat melakukan kewajiban pemberitahuan akuisisi, namun ketentuan di Indonesia sendiri tentang kewajiban pemberitahuan pengambilalihan saham perusahaan tidak tepat.

ABSTRACT
This thesis explains about the case in the Decision of Business Competition Supervisory Comission Number 09/KPPU-M/2012 which sentenced Rp 4.600.000.000,00 amount fine to PT. Mitra Pinasthika Mustika for its delay to fulfill its acquisition notification duty. This research also explains the system of acquisition notification duty in Indonesia which set to be done after the acquisition legally valid or usually called post merger notification. This research is aimed to analyzes the effectiveness and efficiency of explains the system of acquisition notification duty in Indonesia which applies the post merger notification system with the delay of acquisition notification duty did by PT. Mitra Pinasthika Mustika in the Decision of Business Competition Supervisory Comission Number 09/KPPU-M/2012 as the case example. This research is a normative juridical research using exlanatory method. From the reult of this research, found that acquisition notification duty in Indonesia only have to be done by entrepreneur whose acquisition caused his company?s sell value and/or asset value has more value than the threshold after the acquisition done; from the result also found that the regulation of acquisition notification duty in competition law in Indonesia is ineffective and inefficient; and found the result that PT. Mitra Pinasthika Mustika was proved belated in submission of its acquisition notification according to the regulation of acquisition notification duty in Indonesia, but the regulation of acquisition notification duty in Indonesia itself is not appropriate."
2013
S45898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>