Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 234023 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aries Chandra Ananditha
"Penyakit kronik adalah masalah kesehatan yang terjadi selama lebih dari tiga bulan, yang mempengaruhi aktivitas anak, dan membutuhkan hospitalisasi yang lebih sering, dan perawatan kesehatan dirumah, Contoh dari penyakit kronik adalah penyakit jantung, kanker, penyakit respirasi kronik, gagal ginjal, dan diabetes. Kondisi keterbatasan aktivitas yang terjadi pada anak dengan penyakit kronik adalah seperti sesak saat beraktivitas atau kelemahan otot. Jika anak mengalami gangguan aktivitas maka istirahatnya juga akan terganggu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan aplikasi Self Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) dalam melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kronik yang mengalami masalah pada aktivitas dan istirahat. Penelitian ini menggunakan metode studi kasus pada lima pasien anak yang mengalami masalah pada aktivitas dan istirahatnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masalah keperawatan aktivitas dan istirahat seperti hambatan mobilitas fisik, intoleransi aktivitas, dan gangguan pola tidur, sudah teratasi. Namun ada beberapa yang belum teratasi tetapi sudah menunjukkan adanya perbaikan dari tingkat aktivitas dan kemandirian klien.

Chronic illness is a health problem that occurs for more than three months, affecting the child’s activities, and require ore frequent hospitalization, and home health care. The examples of chronic illness are heart disease, cancer, chronic respiratory disease, renal failure, and diabetes. The conditions of limitation activity are activity limitations tightness on exertion or muscle weakness. If the activity of the child has impaired, the rest also be disrupted. The purpose of this studi is to describe the application of Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) to care the children with chronic illness who have problems in activity and rest. This study used case study method to five pediatric patients that have problems in activity and rest. The result of this study show that the nursing problem of activity and rest, such as physical mobility impaired, activity intolerance, and sleep pattern disruption, has been resolved. However there are some unresolved but has shown that an improvement of the activity and independence level of clients.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Rahman
"Gagal Ginjal Kronik (GKK) merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan. Salah satu masalah yang dialami pasien GGK akibat tidak berfungsinya ginjal adalah masalah kelebihan cairan. Pengaturan pemasukan cairan akan mengurangi penambahan cairan di dalam tubuh di antara dua waktu hemodialisis (HD). Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai pembatasan cairan dalam mengatasi masalah kelebihan volume cairan di antara dua waktu dialisis. Metode penulisan ini adalah studi kasus dan studi literatur. Pembatasan cairan pada pasien ini terbukti optimal dalam mengurangi risiko kelebihan cairan di antara dua waktu dialisis. Rekomendasi penulisan ini ialah agar perawat perlu mengajarkan pembatasan cairan kepada pasien GGK di antara dua waktu dialisis untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan.

Chronic Kidney Disease (CKD) is one of prominent health problem in urban area. Fluid overload is one of problems in CKD. Arrangement of intake fluids will reduce fluids excess in the body inter-dialysis time. This aims to analyze evidence based practice of fluid restriction to treat fluid excess inter-dialysis time. Methode of this paper is case study and literature study The results showed that fluid restriction is optimal to reduce the risk of fluid excess inter-dialysis time. It's important for nurses to teach the patient about restriction to prevent overload/fluid excess in chronic kidney disease.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fadliyana Ekawaty
"ABSTRAK
Penyakit non infeksi merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan dari satu orang ke orang yang lain.. Penyakit ini membutuhkan perawatan lama yang berdampak pada keterbatasan aktivitas anak. Aktivitas dan istirahat adalah suatu kebutuhan yang terintegrasi, keduanya mempunyai pengaruh satu sama lain. Penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran penerapan model self-care Orem dalam asuhan keperawatan pada anak dengan masalah aktivitas dan istirahat serta pencapaian kompetensi selama praktik residensi. Intervensi keperawatan didasarkan pada tujuan untuk meningkatkan kemandirian perawatan diri pasien. Intervensi dilakukan dengan penerapan sleep hygiene. Hasil dari penerapan teori self-care Orem menunjukkan bahwa teori self-care Orem dapat dijadikan sebagai acuan dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit kronis.

ABSTRACT
Non Communicable disease is defined as a type of disease which is not transmitted by a person to another individual. These require long term nursing treatments which potentially affect to limitation of children?s activities. Both activity and rest are highly integrated, and these have mutual influences. In a case of the children?s activity is predisposed, the rest requirement will be also affected. This scientific writing aims to describe the implementation of Dorothea Orem?s Self-Care Theory in nursing care plan, particularly amongst children with problems of activity and sleep deprivation. This paper is also required to obtain competencies of paediatric nursing. The nursing intervention is referred to the main objective in order to develop the independence of self-care patient. The intervention is also implemented by using sleep hygiene theory. Results could be a reference to provide nursing care for children with chronic diseases.;"
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Nadira
"The recent studies have concluded that older adults with declining health conditions tend to have a negative self perception of aging. On the other hand, social relationship of people nearby can improve self perceptions of aging. Therefore, the purpose of this study is to investigate the correlation between perceived social support and self-perception of aging in older adults with chronic illness. This study hypothesized that perceived social support correlates positively and significantly with self perception of aging. The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) is used to measure perceived social support and Attitudes Toward Own Aging (ATOA) is used to measure self perception of aging. 127 older adults are involved in this study, consisting of 46 males (36,2%) and 81 females (63,8%). Based on statistical analysis using Pearson Correlation, it is found that perceived social support correlate positively and significantly with self perception of aging (r=0,250; n=127; p<0,01, one tailed).

Beberapa penelitian terkini melihat bahwa lansia dengan kondisi kesehatan yang menurun cenderung memiliki persepsi negatif terhadap penuaan. Di sisi lain, adanya hubungan sosial dari orang terdekat dapat meningkatkan persepsi terhadap penuaan yang lebih positif. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara perceived social support dan self perception of aging pada lansia dengan penyakit kronis. Penelitian ini memiliki hipotesis bahwa perceived social support memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan self perception of aging. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat ukur Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) untuk mengukur perceived social support dan Attitudes Toward Own Aging (ATOA) digunakan untuk mengukur self perception of aging. Penelitian ini melibatkan 127 lansia yang terdiri dari, 46 orang laki-laki (36,2%) dan 81 orang perempuan (63,8%). Berdasarkan pengolahan data menggunakan teknik statistik Pearson Correlation, ditemukan bahwa perceived social support berkorelasi positif dan signifikan dengan self perception of aging (r = 0,250; n = 127; p < 0,01, one tailed).
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60292
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Sri Melda Br
"PPola hidup merupakan salah satu penyebab terjadinya penyakit gagal ginjal kronik. Prilaku hidup tidak sehat di Masyarakat perkotaan di Indonesia sangat mempengaruhi terjadinya kasus gagal ginjal kronik. Hemodialisis adalah pengganti fungsi ginjal yang harus di jalani penderita gagal ginjal kronik seumur hidupnya, sehingga dapat menimbulkan stress dan kecemasan. Karya Ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis intervensi terapi psikologis teknik relaksasi guided imagery mengurangi kecemasan pada penderita gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisis di Ruang Rawat IPD, Lantai 7 Zona A, RSUP Ciptomangunkusumo. Metodologi yang digunakan adalah metode studi kasus dan analisa penelitian yang telah ada. Hasil analisa yang didapat menunjukkan intervensi dengan guide imagery dapat menurunkan kecemasan. Teknik relaksasi adalah tindakan madiri perawat yang dapat diakukan kepada pasien yang mengalami masalah psikologis.

Unhealthy Life style is one of the leading cause of chronic kidney disease (CKD) among urban citiziens. Hemodialysis acting as the replacement of kidney function is a life time treatment for patient with CKD and often leads to stress and anxiety. This report aims to analyze physichological therapy guided imagery to reduce anxiety in patient with CKD. The method uses in this reportare study case and analysis of existing studies. The analysis shows guided imagery can reduce stress. Relaxation technique is independent."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yusalena Sophia Indreswari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Eksaserbasi pada PPOK mempunyai kontribusi yang besar terhadap derajat keparahan dan progresivitas PPOK. Identifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan eksaserbasi PPOK banyak diteliti di luar negeri. Dengan mempertimbangkan terdapatnya perbedaan karakteristik pasien di Indonesia, maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan eksaserbasi pada pasien PPOK di Indonesia.
Tujuan: Mengetahui prevalensi eksaserbasi pada pasien PPOK di RSCM selama kurun waktu 1 Januari 2010 sampai dengan 31 Desember 2012 serta untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan eksaserbasi pasien-pasien PPOK yang berobat di RSCM baik rawat jalan maupun rawat inap.
Metode: Penelitian ini merupakan studi dengan desain potong lintang pada pasien PPOK yang berobat di RSCM selama tahun 2010–2012. Data klinis dan penunjang selama perawatan diperoleh dari rekam medis. Analisis bivariat dilakukan pada variabel kelompok usia, riwayat merokok, komorbiditas, derajat PPOK, riwayat pengobatan dengan kortikosteroid, dan frekuensi eksaserbasi dalam satu tahun sebelumnya.Variabel yang memenuhi syarat akan disertakan pada analisis multivariat dengan regresi logistik.
Hasil: Sebanyak 184 pasien diikutsertakan dalam penelitian ini. Didapatkan prevalensi eksaserbasi PPOK sebesar 70,7%. Derajat PPOK , riwayat perokok, frekuensi eksaserbasi satu tahun sebelumnya, pengobatan kortikosteroid sistemik, dan komorbid merupakan variabel yang berbeda bermakna pada analisis bivariat. Faktor risiko independen yang bermakna pada analisis multivariat adalah frekuensi eksaserbasi PPOK dalam satu tahun sebelumnya ≥ 2 kali (OR 27,39; IK 95% 3,30 sampai 227,29; p = 0,002), perokok aktif (OR 5,11; IK 95% 1,07 sampai 24,35; p = 0,041), PPOK derajat III dan IV (OR 4,71; IK 95% 1,59 sampai 13,97; p = 0,005), dan komorbid dengan nilai Charlson Comorbid Index lebih dari dua (OR 4,09; IK 95% 1,37 sampai 12,18; p = 0,011). Sedangkan pengobatan dengan kortikosteroid sistemik merupakan faktor proteksi terhadap eksaserbasi PPOK (OR 0,12; IK 95% 0,03 sampai 0,54; p = 0,006).
Simpulan: Prevalensi eksaserbasi pasien PPOK di RSCM pada tahun 2010 sampai dengan 2012 adalah 70,7%. Faktor risiko eksaserbasi PPOK adalah frekuensi eksaserbasi PPOK pada satu tahun sebelumnya lebih dari sama dengan dua kali, perokok aktif, PPOK derajat III dan IV serta komorbid dengan Charlson Comorbid Index . Sedangkan pengobatan dengan kortikosteroid sistemik merupakan faktor proteksi terhadap eksaserbasi PPOK.

ABSTRACT
Background. Exacerbation in chronic obstructive pulmonary disease (COPD) contributes greatly to the severity and progression of COPD. Identification of factors associated with exacerbation of COPD has widely studied abroad with varying results. Due to difference in patient characteristic, it is necessary to study on the factors associated with exacerbation of COPD in Indonesia.
Aim.To determine the prevalence of COPD exacerbations in RSCM during 2010 until 2012. And to identify factors associated with exacerbation of COPD patients who seek treatment at Cipto Mangunkusumo Hospital, both inpatient and outpatient.
Methods. This study was a cross sectional study design in COPD patients who seek treatment at CiptoMangunkusumo Hospital, both inpatient and outpatient, during 2010-2012. Clinical data, supportive data, and outcome (exacerbation or stable) data during treatment were obtained from medical records. Bivariate analyses were performed on age, history of smoking, comorbidity, severity of COPD, history corticosteroids treatment, and frequency of exacerbations in the previous year. Variables that were eligible would be included in the multivariate analysis in the form of logistic regression.
Results. A total of 184 patients enrolled in this study. Prevalence of COPD exacerbation was 70.7%. Severity of COPD, history of smoking, frequency of previous exacerbations, history of systemic corticosteroid treatment, and comorbidity were variables found to be significantly different in bivariate analysis. Independent risk factors that were found to be significant in multivariate analysis were ≥ 2 times of COPD exacerbation in the previous year (OR 27.39; 95% CI 3.30 to 227.29; p = 0.002), current smoker (OR 5.11; 95% CI 1.07 to 24.35; p = 0.041), grade III and IV of COPD (OR 4.71; 95% CI 1.59 to 13.97; p = 0.005), and comorbid with charlson comorbid index value more of two (OR 4.09; 95% CI 1.37 to 12.18; p = 0.011). While treatment with systemic corticosteroid is protective factor against COPD exacerbations (OR 0.12; 95% CI 0.03 to 0.54; p = 0.006).
Conclusion. The prevalence of COPD exacerbations in RSCM during 2010 to 2012 is 70.7%. Risk factors for COPD exacerbation are more than or equal to two times of COPD exacerbation in the previous year, current smokers, grade III and IV of COPD and comorbid with charlson comorbid index value more of two. While treatment with systemic corticosteroid is protective factor against COPD exacerbations.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anderson, Sandra VanDam
St louis: Mosby , 1981
616.044 AND c
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Tatu Meri Marwiyyatul Hasna
"ABSTRAK
Gangguan mineral tulang GMT merupakan salah satu komplikasi pada penyakitginjal kronik PGK . GMT-PGK menyebabkan gangguan sistemik padametabolisme mineral yang mengakibatkanabnormalitaskadar mineral, kelainanturn overtulang dan kalsifikasi pembuluh darah. Pada pasien PGK yang menjalanidialisis rutin GMT dapat meningkatkan angka mortalitas sebesar 20 . Penelitianini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguanmineral tulang pada pasien yang menjalani hemodialisis rutin. Desain penelitian iniadalahcross sectional, menggunakan 72 responden pasien hemodialisis rutin diRSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo Jakarta, dipilih dengan menggunakan TeknikConcecutive sampling. Data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengangangguan mineral tulang ini diperoleh melalui wawancara dan data rekam medikpasiendalam tiga bulan terakhir. Analisis yang digunakan adalahuji chi-square,hasil uji statistik menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara faktor usia,jenis kelamin, status nutrisi: obesitas, lama menjalani hemodialysis dan kepatuhanpenggunaan pengikat posfatdengan GMT p0,05 . Penelitian inimerekomendasikan kepada praktisi kesehatan untuk membuat suatu protokoluntukdeteksi dini terjadinya resiko GMTpada pasien PGKyang menjalani hemodialisisberdasarkan faktor-faktor tersebut.

ABSTRACT
Mineral and bone disorder MBD is complications which may occur in chronickidney disease CKD . CKD MBD is characterized by systemic disorder of mineralmetabolism which leads to abnormality of blood mineral level, alterationof boneturnover, and calcification blood vessels that may result in an increased morbidityand mortality. MBD may increase mortality rate of CKD patients undergoingregular hemodialysis up to 20 . This study aimed to identify factors affectingmineral andbone disorder among patients undergoing regular hemodialysis. Thestudy design wascross sectionalwith total sample of 72 patients undergoingregular hemodialysis in RSUPN. DR. Cipto Mangunkusumo selected by consecutivesampling. Data regarding factors affecting mineral and bone disorder wereobtained through interview and medical record of the past three months. The datawere analyzed by chi square test. The result suggested that there was a significantcorrelation between age, sex, nutritional status obesity, time since firsthemodialysis and adherence to phosphate binder regimen and MBD p0.05 . Developing a protocol for early detection of complications dueto bone and mineral disorder is recommended for patient with CKD undergoingregular Hemodialysis."
2017
S67990
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Santun Setiawati
"Karya Ilmiah Akhir ini merupakan gambaran pelaksanaan praktik ners spesialis keperawatan anak selama 2 semester. Karya Ilmiah Akhir ini memfokuskan pada aplikasi Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) yang dikembangkan oleh Orem pada klien anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. SCDNT terdiri dari 3 teori yang saling berhubungan yaitu teori self-care, self-care deficit, dan nursing system. Asuhan keperawatan dimulai dengan pengumpulan data. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan berdasarkan pada therapeutic self-care demands dan keadekuatan dari self-care agency. Prescriptive operations dibuat dengan melibatkan klien anak dan keluarga sehingga dapat ditetapkan nursing of methods yang tepat berdasarkan nursing system yang dibutuhkan klien anak. Residen melaksanakan regulatory operations dan menerapkan Family Centered Care (FCC). Selanjutnya residen melakukan control operations, dimana dari kelima kasus yang dikelola oleh residen 3 klien telah teratasi dan 2 klien belum teratasi (masih dirawat di rumah sakit). Berdasarkan hal tersebut residen merekomendasikan bahwa SCDNT dapat diaplikasikan pada klien anak dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.

This Final Scientific Work describes of specialist nursing practice in pediatric nursing for 2 semesters. This Final Scientific Work focuses on the application Self-Care Deficit Nursing Theory (SCDNT) developed by Orem on the child client with fluid imbalances. SCDNT consists of three interrelated theories, namely the theory of self-care, self-care deficit, and nursing system. Nursing care begins with data collection. Nursing diagnosis is determined based on therapeutic self care demands and the adequacy of self-care agency. Prescriptive operations made with the involvement of children and families so that clients can set the proper nursing of methods based on the nursing system required the child client. Resident had done regulatory operations and implement Family Centered Care (FCC). The next resident to control operations, which of the five cases are managed by the resident 3 clients have been resolved and 2 clients have not been resolved (still being treated in hospital). Based on the resident recommended that SCDNT can be applied to a client meeting the needs of children with fluid imbalances.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>