Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 119799 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ragil Aprilia Astuti
"Batu ginjal merupakan salah satu masalah kesehatan yang terjadi di daerah perkotaan. Pasien yang sudah pernah mengalami batu ginjal memiliki risiko kekambuhan batu ginjal sekitar lima puluh persen pada lima tahun pertama dan tujuh puluh persen pada sepuluh tahun berikutnya. Tingginya angka kekambuhan tersebut dapat dicegah sejak dini yakni melalui discharge planning. Tujuan penulisan ini adalah untuk melakukan analisis evidence based mengenai discharge planning terutama mengenai terapi diet dalam upaya pencegahan batu ginjal berulang. Hasilnyanya pasien memiliki peningkatan kognitif dan juga psikomotor yang baik dalam upaya pencegahan batu ginjal berulang. Rekomendasi kepada pasien dengan batu ginjal untuk memberikan discharge planning sejak pasien dirawat.

Nephrolithiasis is one of the problems in urban health nursing. Patient with nephrolithiasis have a risk recurrent nephrolithiasis about fifty percent in five year and seventy percent in ten year. It can be prevent early by using discharge planning. This article has purpose to analysis evidence based about discharge planning to prevent recurrent nephrolithiasis. The result of discharge planning showed that this can increase patient’s cognitive and good pshycomotor for preventing recurrent nephrolithiasis. Recommendation for next writer is using discharge planning take care patient since first day they are in hospital.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Syafitrah
"Nefrolitiasis merupakan salah satu penyakit yang menjadi masalah di masyarakat perkotaan. Nefrolitiasis menyebabkan beberapa komplikasi, salah satunya adalah pembentukan batu berulang dan gagal ginjal kronik. Pembentukan batu berulang dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup dan pola diet sehat. Perawat berperan penting menjalankan intervensi unggulan edukasi kesehatan pada klien Nefrolitiasis Pasca Pyelolithotomy agar dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap klien dalam menerapkan perilaku hidup sehat.
Karya ilmiah ini bertujuan untuk memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan Nefrolitiasis, khususnya mengenai penerapan edukasi kesehatan untuk mencegah pembentukan batu berulang. Edukasi yang diberikan kepada klien meliputi definisi batu ginjal, penyebab dan faktor risiko, tanda dan gejala, dan pencegahannya.

Nephrolithiasis was the one problem in urban communities. Nephrolithiasis cause some complications, one of which is a recurrent stone formation and chronic renal failure. Recurrent stone formation can be prevented through changes in lifestyle and a healthy diet. Nurses have an important role to provide health education interventions featured on the client Nephrolithiasis Post Pyelolithotomy to improve the knowledge and attitudes of clients in implementing healthy behavior.
This paper aims to provide an overview of nursing care to clients with Nephrolithiasis, particularly regarding implementation of health education to prevent recurrent stone formation. Education provided to clients include a definition of kidney stones, the causes and risk factors, signs and symptoms, and prevention management.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wyckmell Octof Ingratoeboen
"Latar Belakang dan Tujuan: Meskipun PCNL tradisional memiliki stone-free rate yang tinggi, kadang-kadang dikaitkan dengan morbiditas pengobatan yang signifikan. Di seluruh dunia, versi miniatur dari PCNL konvensional (Mini-PCNL) telah digunakan. Menurut literatur yang tersedia, Mini-PCNL memiliki morbiditas yang lebih rendah dan stone-free rate yang serupa dengan PCNL konvensional. Dalam penelitian ini kami bertujuan untuk mendeskripsikan karakteristik pasien yang menjalani mini-PCNL di pusat kami di Jambi, Indonesia.
Metode: Ini adalah studi deskriptif yang melibatkan pasien batu ginjal yang diobati dengan mini- PCNL selama 2017 – 2021 di Jambi, Indonesia. Pemilihan subjek penelitian menggunakan metode total sampling. Semua pasien memiliki riwayat medis yang diambil dan pemeriksaan fisik dilakukan sebelum operasi. Prosedur dilakukan oleh tiga operator di satu rumah sakit kabupaten rujukan. Hasil: Selama periode 2017 hingga 2021, pusat kami telah melakukan 188 prosedur mini-PCNL untuk pengangkatan batu ginjal. Namun, hanya 186 kasus yang dimasukkan dalam studi ini setelah mengesampingkan 2 kasus karena data yang tidak lengkap. Dari 186 kasus tersebut, sebanyak 165 pasien menjalani prosedur mini-PCNL. Usia rata-rata pasien dalam penelitian ini adalah 49,3 tahun (berkisar antara 12-87 tahun) dengan mayoritas laki-laki (101/165). [61,21%]). Waktu operasi rata- rata adalah 113,5 ± 50,5 menit, dan rata-rata lama tinggal di rumah sakit adalah 2,8 ± 1,3 hari. Dari 186 kasus, sebanyak 175 kasus tidak memiliki sisa batu dan hanya 11 yang memiliki sisa batu (stone- free rate [SFR] 94,08%). Sebagian besar pasien mengalami hidronefrosis, dan penempatan DJ stent dilakukan pada 44 dari 186 kasus. SFR menurun seiring dengan peningkatan ukuran batu Kesimpulan: Mini-PCNL terbukti menjadi pilihan yang baik untuk mengelola batu ginjal, terutama untuk batu berukuran sedang dan keras, memberikan hasil yang lebih baik dan mengurangi komplikasi pasca-operasi.

Background and Aim: Although traditional PCNL has a high stone-free rate, it is sometimes associated with significant treatment morbidity. Worldwide, a miniaturized version of a conventional PCNL (Mini-PCNL) has been used. According to the available literature, Mini-PCNL has lower morbidity and a similar stone-free rate to conventional PCNL. In this study we aim to describe the characteristics of patients undergoing mini- PCNL at our center in Jambi, Indonesia.
Methods: This is a descriptive study involving patients with kidney stones treated with mini-PCNL during 2017 – 2021 in Jambi, Indonesia. The selection of the study subjects was using total sampling method. All patients had a medical history taken and a physical examination performed prior to surgery. The procedure was performed by three operators in one referral district hospital.
Results: From 2017 to 2021, a total of 188 mini-PCNL procedures were performed at our center for the removal of kidney stones. However, only 186 cases were included in this study after excluding 2 due to incomplete data. The mean age of patients in this study was 49.3 years old (ranging from 12–87 years old) with the majority being a male (101/165 [61.21%]). Of 186 cases, a total of 175 cases having no residual stone and only 11 having residual stone (stone-free rate [SFR] 94.08%). Most patients presented with hydronephrosis, and DJ stent placement was performed in 44 out of 186 cases. The SFR decreased as the stone size increased.
Conclusion: Mini-PCNL proves to be a valuable choice for managing kidney stones, especially for medium-sized and hard stones, leading to enhanced patient results and reduced post-operative complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agriana Mulyadaning
"Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan pentingnya layanan discharge planning sebagai upaya preventif relapse pasien yang telah dipulangkan dari rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan mengenai layanan Discharge Planning mulai dari perencanaan hingga pada gambaran proses pelayanan Discharge Planning bagi pasien dengan gangguan jiwa di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada Mahakam Samarinda Kalimantan Timur. Teori Kesehatan Mental, Pelayanan Institusional, Rumah Sakit Jiwa, Discharge Planning, Kerja Tim dalam Psikiatri digunakan dalam penelitian ini sebagai bahan kajian. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2021, memiliki tujuh (7) informan dengan latar belakang dari profesi multidisiplin. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Teknik pemilihan informan adalah dengan metode non-probabilitysampling. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan studi literatur, observasi, dan wawancara secara mendalam untuk pengambilan data secara mendalam dengan masing-masing informan. Wawancara yang dilakukan sebagain secara daring dan sebagian wawancara secara langsung dengan penyesuaian dan protokol kesehatan. Selain itu, saat melakukan wawancara secara langsung penelitian memiliki kesempatan untuk melakukan observasi secara langsung di Rumah Sakit Jiwa Atma Husada terutama saat tahapan edukasi dan administrasi saat keluarga menjemput paisen. Hasil dari penelitian ini adalah discharge planning merupakan layanan yang diterima pasien sejak pasien masuk rumah sakit berfokus dalam membantu pasien dan keluarga dalam memiliki rujukan ke perawatan selanjutnya, pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam memperbaiki serta mempertahankan kondisi kesehatan pasien agar dapat kembali ke masyarakat serta mampu mengembalikan keberfungsian sosial dan kesejahteraan pasien. Tahapan layanandischarge planning terbagi menjadi 2 tahapan: Pertama, proses perencanaan yang dilakukan oleh tim kesehatan multidisiplin dimulai sejak pasien masuk rumah sakit dan melalui clinical pathway dan mendapatkan assessment mengenai gejala klinis dan penegakkan diagnosis pasien, selain itu informasi yang dibutuhkan dari keluarga mengenai tempat tinggal pasca rumah sakit, siapa yang akan bertanggung jawab atas pasien. Kedua, informasi yang didapatkan dalam proses perencanaan akan diterapkan dalam proses pelayanan mulai dari edukasi dan konseling keluarga sampai pada kediatandropping dan home visit. erdasarkan hasil penelitian menunjukkan Discharge Planningdirasa kurang optimal dalam penerapannya di Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam, hal ini disebabkan rumah sakit belum memiliki profesi pekerja sosial yang berdampak pada kurang optimalnya dalam proses pelayanan discharge planningkhususnya dalam assessment masalah pasien serta dalam pelaksanaan kegiatan home visit.

This study is based on the importance of discharge planning services as an effort to prevent relapse of patients who have been discharged from the hospital. The purpose of this study is to explain about Discharge Planning services starting from planning to the proses of discharge planning services for patients with mental illness at Atma Husada Mahakam Samarinda Mental Hospital, East Borneo. The study utilized the mental health theory, institutionalized services at mental hospital, and perspectives on discharge planning and interdisciplinary teamwork in Psychiatry. This research was conducted in 2021 and involved seven(7) informants with backgrounds from multidisciplinary professions. The study benefits from the use of qualitative approach and the descriptive method, purposive sampling in selecting the informants. This qualitative research was conducted with data collection methods using literature study, observation and in-depth interviews with each informant. Interviews were conducted partly online and partly in- person interviews with health adjustments and protocols. In addition, when conducting direct interviews, the study had the opportunity to make direct observations at the Atma Husada Mental Hospital, especially during the education and administration stages when the family picked up the patient.The results of this study shows the discharge planning at Atma Husada Hospital consist of a service received by patients from the time the patient enters the hospital focusing on helping patients and their families to have referrals for further treatment, gain knowledge, skills and attitudes in improving and maintaining the patient's health condition so that they can return to their community and be able to restore social functioning and patient well-being. The discharge planning service are divided into 2 stages: First, planning process carried out by a multidisciplinary health team starts from the time patient enters the hospital and goes through the clinical pathway and gets an assessment of clinical symptoms and patient diagnosis, in addition to the information needed from the family regarding the place of residence post-hospital, also who will be in charge of the patient through the treatment. Second, information obtained in the planning process will be applied in the service process starting from family education and counseling until dropping the patient and home visits. However, the findings indicate that discharge planning is considered less than optimal in its implementation at the Atma Husada Mahakam Regional Mental Hospital dute to lack of social worker’s engagementin the process that contributes to implementation of discharge planning services, especially in assessing patient problems and in carrying out home visit activities that felt not optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Aryani
"Intervensi keperawatan merupakan bagian dari proses discharge planning. Proses discharge planning yang meliputi edukasi, konseling dan koordinasi tim diharapkan dapat meningkatkan self efficacy pada pasien gagal jantung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh discharge planning terhadap self-efficacy pada pasien gagal jantung. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain quasi eksperimen dengan rancangan pre-test and post-test nonequivalent with control group design. Besar sampel 21 responden (11 responden kelompok intervensi dan 10 responden kelompok kontrol).
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan selisih self efficacy antara kelompok kontrol dan intervensi (p=0,02) walaupun tidak terdapat perbedaan self efficacy antara kelompok kontrol dan intervensi secara statistik (p=0,515). Hal ini bisa terjadi karena minimnya jumlah sampel sehingga mengakibatkan power penelitian yang setelah dihitung ulang adalah sebesar 55%. Namun demikian dapat disimpulkan secara klinis bahwa discharge planning mempengaruhi nilai self efficacy selisih antara kelompok kontrol dan intervensi. Rekomendasi hasil penelitian ini perlu adanya penelitian ulang dengan jumlah sampel yang lebih banyak.

Nursing intervention is a part of discharge planning process. Discharge planning process that consist of education, conseling and tim coordination can be expected to improve self efficacy in heart failure patients. This study aims to examine the effect of discharge planning on self efficacy in heart failure patients. This study was a quantitative research with quasi experiment, using pre-test and post-test nonequivalent with control group design. The number of samples was 21 respondents (11 respondent in intervention group and 10 respondent in control group).
The result showed that there was significant mean difference in self efficacy on both groups after providing discharge planning intervention (p=0,02) although there was no difference in self efficacy on both groups (p=0,515). This could be caused by small sample size that make this research power 55%. However, there was conclusion that discharge planning influence self efficacy mean diferenceon both groups. This study recommends further research to examine the effect of discharge planning on self efficacy with larger samples size.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35554
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Fitri Wulandari
"Perencanaan Pasien Pulang (P3) merupakan suatu proses yang kompleks yang bertujuan untuk menyiapkan pasien dalam masa transisi di rumah sakit sampai pasien tersebut kembali ke rumahnya, dimana pelaksanannya harus dibuat sejak awal pasien datang ke pelayanan kesehatan. Namun pelaksanaannya di rumah sakit,P3 telah selesai dilakukan sebelum pasien pulang, atau sebelum pasien keluar dari unit layanan. Diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan pelaksanaan P3 di rumah sakit.Untuk itu peneliti melakukan Intervensi Manajemen P3 dengan menambahkan skrining Blaylock Risk Assessment Screening Score (BRASS) pada tahap pengkajian oleh perawat.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh intervensi manajemen P3 pada lama rawat dan kepuasan pasien di rumah sakit. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperiman. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dengan melibatkan masing masing 46 pasien rawat inap sebagai kelompok kontrol dan kelompok intervensi, sehingga jumlah sampel sebanyak 92 responden.
Kelompok intervensi diberikan intervensi manajemen P3 dan kelompok kontrol dibeikan P3 sesuai standar rumah sakit. Pada kedua kelompok diukur lama rawat dan kepuasan pasien sebelum dan setelah intervensi. Lama rawat dilihat dari rekam medis pasien dan dibenadingkan dengan clinical pathway yang ada di rumah sakit. Instrument kepuasaan pasien menggunakan modifikasi dari Satisfication Sub Scale of Newcastel Satisfication to Nursing Scale (NSNS).
Hasil penelitian didapatkan bahwa pelaksanaan manajemen intervensi P3 pada kelompok intervensi meningkatkan kesesuaian lama rawat pada penyakit DM, TB Paru dan DBD (p = 0,0001) dengan standar lama rawat rumah sakit dan meningkatkan kepuasaan pasien di rumah sakit (p= 0,002).
Rekomendasi: Pelaksanaan P3 perlu dilakukan pengembangan di rumah sakit, melalui pembaharuan metode pemberian P3, selain itu perlu dilakukan pelatihan atau sosialisasi terhadap pelaksanaan metode pemberian P3 yang efektif.

Discharge Planning is a complex process that aims to prepare patients in the transition period at the hospital until the patient returns to his home, where the implementation must be made from the beginning the patient comes to health services. However, the implementation in the hospital, discharge planning was completed before the patient returned home, or before the patient left the hospital. Various efforts are needed to improve the implementation of discharge planning in hospitals. For this reason, the researcher conducted a Management Discharge Planning Intervention by adding a screening Blaylock Risk Assessment Screening Score (BRASS) at the assessment stage by the nurse.
The purpose of this study was to identify the effect of discharge planning management intervention on length of stay and patient satisfaction at the hospital. This research is a quasi- experimental study. This study used purposive sampling by involving each of 46 inpatients as a control group and intervention group, so the number of samples was 92 respondents.
The intervention group was given a discharge planning management intervention and the control group was given discharge planning according to hospital standards. In both groups measured length of stay and patient satisfaction before and after intervention. The length of stay is seen from the patient's medical record and is compared with the clinical pathway in the hospital. Instrument satisfaction of patients using a modification of the Satisfication Sub Scale of Newcastle Satisfaction to Nursing Scale (NSNS).
The results showed that the implementation of discahrge planning management interventions in the intervention group increased the length of stay in DM, pulmonary TB and DHF (p = 0,0001) with the standard hospital stay and increasing patient satisfaction at the hospital (p = 0,002).
Recommendation: Implementation of discharge planning needs to be developed in a hospital, through renewal of the method of giving discharge planning, in addition it is necessary to conduct training or outreach on the implementation of an effective discharge planning method.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T54515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Misfatria Noor
"Penyakit gagal jantung merupakan suatu keadaan patologis dimana jantung gagal mempertahankan sirkulasi adekuat untuk kebutuhan tubuh meskipun tekanan pengisian cukup. Gagal jantung merupakan penyakit kronis sehingga akan menimbulkan kecemasan, depresi dan resiko kekambuhan serta kurangnya pengetahuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap pengetahuan dan mekanisme koping yang dirasakan oleh pasien gagal jantung.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non equivalent control group design. Jumlah sampel 68 orang terbagi atas 34 kelompok intervensi dan 34 orang kelompok kontrol yang dilakukan di Rumah Sakit Achmad Mochtar Bukittinggi.
Hasil penelitian ini didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap pengetahuan (p value 0001:α 0.05) dan mekanisme koping (p value 0.001;α 0.05) pasien gagal jantung. Hasil penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang komprehensif dapat diterapkan di pelayanan klinik untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien gagal jantung.

Heart failure is a pathological state where the heart fails to maintain an adequate circulation for the body needs although filling pressures is sufficient. Heart failure is one of chronic diseases so that can lead to anxiety, depression, and risks of recurrence as well as lack of knowledge. This study aimed to determine the effect of discharge planning application on knowledge and coping mechanisms perceived by patients.
This research used quasi experiment design with non equivalent control group approach. A number of 68 heart failure patients in Achmad Mochtar Bukittinggi Hospital were involved and divided into intervention and control groups.
The results identified that there was a positive influence of discharge planning application on patients knowledge (p=0.001; α=0.05) and coping mechanism (p=0.001; α=0.05). This finding implies that a comprehensive discharge planning should be applied in clinical service to improve the quality of nursing care and patients? quality of life.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34924
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roma Radiah
"Kanker rektum merupakan jenis kanker yang sering terjadi di masyarakat saat ini. Saat individu terdiagnosis kanker rektum, eliminasi fekal dapat terganggu sehingga diperlukan alternatif untuk eliminasi berupa pembuatan kolostomi. Tindakan kolostomi merupakan pengalaman baru bagi pasien sehingga pasien membutuhkan dukungan untuk penyesuaian diri bahkan sejak awal perawatan. Tujuan penulisan ialah menganalisis pelaksanaan edukasi perencanaan pulang yang dilakukan oleh perawat pada pasien dengan rencana pembuatan kolostomi. Perencanaan pulang telah dilakukan dalam bentuk edukasi dengan beragam strategi edukasi dan berlangsung pada periode pre-operatif dan periode post-operatif. Evaluasi pelaksanaan edukasi pada periode pre-operatif ialah pasien memahami kondisinya, siap menjalani prosedur pembedahan, serta mengetahui kondisinya setelah operasi. Evaluasi edukasi pada periode post-operatif ialah pasien memahami praktik perawatan stoma serta bentuk penyesuaian aktivitas sehari-hari dengan kolostomi. Rekomendasi penulisan perlunya pelaksanaan edukasi perencanaan pulang pada pasien rencana pembuatan stoma sejak awal perawatan dengan materi yang terstruktur dan strategi yang beragam.

Rectal cancer is a common type of cancer in today's society. Patient with rectal cancer has impaired elimination and need another alternative to maintain elimination function by formatting a colostomy. Colostomy is a new experience for patients so that they need support for adjustment from the beginning of treatment. The purpose of writing is to analyze the implementation of discharge planning education for patient with colostomy surgery schedule. Discharge planning education is done with several strategies and from the preoperative until postoperative period. Evaluation of the education in the preoperative period is the patient understands the condition, ready to undergo surgical procedure, and knows the condition after surgery. The evaluation education in the postoperative period is the patient understands the practice of stoma care as well as the form of adjustment of daily activities with colostomy. Recommendation to further discharge planning education is underdone from the beginning of treatment with structured materials and diverse strategies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Wahyuni
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner.
Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi.
Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
600 UI-JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Aria Wahyuni
"Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu bentuk gangguan pembuluh darah koroner yang termasuk dalam ketegori arterosklerosis. Ketidaksiapan pasien PJK pulang dari rumah sakit akan berdampak terhadap rawatan ulang sebagai akibat dari pelaksanaan program discharge planning yang belum efektif selama dirawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner. Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment dengan pendekatan non-equivalent post test only control group design. Jumlah sampel 32 orang yang terbagi atas 16 orang kelompok kontrol dan 16 orang kelompok intervensi dan dilakukan di tiga rumah sakit di Kota Bukittinggi. Hasil penelitian didapatkan adanya pengaruh penerapan discharge planning terhadap kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner yang terdiri dari status personal, pengetahuan, kemampuan koping, dan dukungan (p= 0,001; α= 0,05). Penelitian ini merekomendasikan discharge planning yang baik dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan dan kualitas hidup pasien penyakit jantung koroner."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
610 JKI 15:3 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>