Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 86559 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sari Monik Agustin
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui panoptisisme dalam proses konstruksi wacana tubuh normal pada perempuan gemuk khalayak iklan. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan proses konstruksi wacana tubuh normal pada perempuan gemuk, mendeskripsikan dan mengidentifikasi permainan kebenaran atas wacana tubuh normal perempuan, mengidentifikasi mengidentifikasi konsep diri yang dihasilkan dari proses konstruksi sosial atas realitas tubuh normal, dan mengidentifikasi pemain-pemain permainan kebenaran yang dihasilkan dari konsep diri hasil konstruksi sosial atas realitas tubuh normal. Penelitian ini menggunakan kerangka berpikir Michel Foucault mengenai panoptisisme, disiplin tubuh, hubungan relasi kuasa dan wacana, konstruksi realitas sosial dari Berger-Luckman dan interaksionisme simbolik yang dikembangkan Cooley-Mead. Paradigma dalam penelitian ini adalah konstruksionisme kritis dan merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap 6 perempuan gemuk.
Hasil penelitian ini berhasil mengidentifikasi Panoptisisme Patriarki yang ada dalam proses konstruksi wacana tubuh normal, permainan kebenaran atas wacana tubuh normal di media, hadir dalam bentuk wacana tubuh normal dan wacana sehat dalam tampilan media, seperti postingan akun media sosial, tayangan di televisi, iklan cetak di majalah, iklan di billboard, dan iklan televisi, panoptisisme wacana tubuh normal melalui iklan terjadi ketika wacana bersemayam dan mendisiplinkan tanpa terlihat, tanpa disadari dan tanpa paksaan melalui media, proses konstruksi wacana tubuh normal melalui media menghasilkan 3 kategori konsep diri, yaitu normative-confident self, alternative-confident self, dan low-confident self, dan konsep diri tersebut menghasil pemain-pemain permainan kebenaran yang terdiri a...

ABSTRACT
This study aimed to identify panopticism in the construction process of normal body discourse to obese women who were Advertisement Audience. In addition, this study also aimed to describe the construction process of normal body discourse, identify the truth game of the normal body discourse in the media, identify the self-concept, and identify the truth-game players of the discourse. This study uses a framework of Michel Foucault on panopticism, body discipline, power relations and discourse relations, the construction of social reality of Berger-Luckman and symbolic interactionist developed by Cooley and Mead. The paradigm of this research is critical constructionism and is a descriptive qualitative research. Data collection techniques used are depth interviews with 6 obese women.
The results of this study have identified Patriarchy Panopticism in the process of normal body discourse construction, a game of truth above normal body discourse in the media, is present in the form of discourse and the discourse of normal healthy body in appearance media, social media accounts such postings, on television shows, print ads in magazines, advertising in billboards, and television commercials, panopticism of normal body through advertising occurs when discourse and discipline resides invisibly, without realizing it and without coercion through the media, the process of normal body discourse construction through the media of self-concept resulted in 3 categories, namely normative self-confident, alternative-self confident, and low self-confident, and self-concept that produces the truth game players consisting of...
"
2014
D1935
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Indriyani
"ABSTRACT
Skripsi ini membahas tentang perilaku diet penurunan berat badan yang dilakukan terhadap remaja putri di SMAN 34 Jakarta tahun 2014. Penelitian yang ada, masih menunjukkan tingginya perilaku diet, khususnya pada remaja putri. Tujuan dari penelitian skripsi ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi antara faktor individu (status gizi, citra tubuh, penghargaan diri, dan pengetahuan gizi) dan faktor lingkungan (pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh media massa) terhadap perilaku diet penurunan berat badan. Metode yang dilakukan adalah kuantitatif dengan alat ukur kuesioner dan menggunakan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah 187 responden remaja putri di SMAN 34 Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44,4% responden melakukan diet dengan tujuan paling banyak adalah untuk menurunkan berat badan, yaitu sebanyak 68,7%. Cara diet yang paling banyak dilakukan adalah diet sehat, yaitu 57,83% responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor status gizi, citra tubuh, pengaruh keluarga, pengaruh teman sebaya, dan pengaruh media massa adanya hubungan bermakna dengan diet penurunan berat badan. Saran dari peneliti, pemberian edukasi mengenai gizi seimbang dan pengetahuan tentang diet penurunan berat badan yang melibatkan dinas kesehatan dan pendidikan serta menjalin kerja sama dengan media massa.

ABSTRACT
The focus of this study is the weight-loss dieting behavior among adolescent girls of SMAN 34 Jakarta 2014. Recents studies show that the numbers of weight-loss dieting have been increased, mostly in adolescent girls. The purpose of this study is to understand the proportion of individual factors (nutritional status, body image, self esteem, and nutritional knowledge) and environmental factors (family, peer, adn media mass influences) to the weight-loss dieting behavior. This study is a quantitative and measured with questionnaire, and using cross sectional design. The study participants included 187 adolescent girls of SMAN 34 Jakarta. The result of this study found that proporsion who are dieting was 44,4% with purpose of that behavior was to lose weight at most (57,83%). Healthy diet is the most common which was 61,4% respondents. The results of analysis showed that nutritional status, body image, influences of family, peer, and media mass are significantly related to the weight-loss dieting behavior. The author suggest the healt institution and school to have a role to do intervention through education to balance nutrition and nutritional knowledge to adolescent girls and also cooperation with media mass."
2014
S56598
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Efrilia
"Skripsi ini mendeskripsikan tentang bagaimana konstruksi nilai-nilai femininitas yang ideal dalam masyarakat perkotaan Jakarta memengaruhi perempuan dalam memandang karakter perempuan yang ideal. Pandangan tersebut menimbulkan reaksi berupa stereotipe negatif terhadap perempuan yang melakukan kegiatan yang dianggap tidak feminin. Kegiatan tersebut salah satunya adalah menekuni olahraga beladiri Taekwondo, beladiri keras asal negeri Korea yang menggunakan kaki sebagai senjata utama dalam menyerang. Skripsi ini menjelaskan bagaimana perempuan taekwondoin yang telah berlatih hingga level senior dalam memandang nilai-nilai feminin yang ideal, serta batas antara femininitas dan maskulinitas dalam diri seorang perempuan. Selain itu, penelitian ini juga menunjukkan bagaimana para perempuan taekwondoin ini memandang citra tubuh mereka sendiri. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun telah mengalami dekonstruksi, perempuan yang berlatih taekwondo sejak usia dini tetap memiliki pandangan yang terkonstruksi oleh budaya mengenai definisi perempuan feminin yang ideal.

This thesis describes how the construction values of ideal femininity in Jakarta urban society affects women’s view of the character of the ideal woman. This view is cause a reaction in the form of negative stereotypes of women who engaged in activities that considered not feminine. One of these activity is to pursue Taekwondo martial arts, origin of Korean’s hard martial art that using leg as a major weapon in attack. This thesis describes how taekwondoin women who have been practicing up to senior level in view of the values of the ideal feminine, and the line between femininity and masculinity in a woman. In addition, this study also shows how women's taekwondoin saw their own body image. The results of this study indicate that despite having deconstruction, women who practice taekwondo in early age still have a culture constructed by the definition of the ideal feminine woman."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S44672
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faridz Aditya Nugraha
"Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Itani, (2011) yang bertujuan untuk melihat hubungan antara body image, self-esteem dan prestasi akademik. Pada penelitian ini partisipan yang digunakan adalah mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (N=99). Pengukuran body image menggunakan alat ukur Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire - Appearance Scale (MBSRQ-AS oleh Cash, dalam Itani, 2011), pengukuran self-esteem menggunakan Rosenberg Self Esteem Scale (RSES oleh Rosenberg, dalam Itani, 2011) sedangkan pengukuran prestasi akademik menggunakan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif signifikan antara body image dan self-esteem pada mahasiswi (r= .215, p <.05). Artinya, semakin tinggi body image para partisipan, maka semakin tinggi self-esteem yang mereka miliki. Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara body image dengan prestasi akademik dan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara self-esteem dengan prestasi akademik. Dari hasil penelitian ini dapat dikembangkan lebih jauh penelitian yang lebih terfokus pada partisipan dalam kelompok middle adolescent, berdasarkan pemikiran bahwa middle adolescent menaruh perhatian lebih besar pada penampilan fisik.

This study is a replication of a study conducted by Itani,(2011) which aims to find relationship between body image, self-esteem and academic achievement. Participants of this study are female students of the Faculty of Psychology, University of Indonesia (N=99) who are late adolescents. Body image was measured by Multidimensional Body-Self Relations Questionnaire - Appearance Scale (MBSRQ-A by Cash, in Itani, 2011), self-esteem was measured by Rosenberg Self Esteem Scale (RSES by Rosenberg in Itani, 2011) while academic achievement was measured by using Grade Point Average (GPA).
The results of this study indicate that there is a significant positive relationship between body image and self-esteem in female student (r= .215, p <.05). It means that the higher the participant’s body image, the higher the self-esteem they have. Then, another result from this research indicate that there is no significant correlations between body image and academic achievement and there is no significant correlation between self-esteem with academic achievement. From the result of this research further research can be developed to focus on middle-adolescent participants, based on previous results that middle adolescents paid more attention to physical appearance.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57652
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eda Arthaputri
"Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara body image dengan kepuasan seksual pada wanita dewasa madya. Penelitian ini termasuk ke dalam tipe penelitian korelasional, dan kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional study, retrospektif, dan non eksperimental. Partisipan dalam penelitian ini adalah 51 wanita dewasa madya yang sudah mengalami menopause dan yang memiliki pasangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan incidental sampling. Melalui korelasi Pearson, hasil penelitian menunjukkan adanya korelasi signifikan antara body image dengan kepuasan seksual pada wanita dewasa madya.

The purpose of this research is to find the correlation between body image and sexual satisfaction among middle aged women. This study belongs to the type of correlational and quantitative research designed with cross-sectional studies, retrospective and non-experimental studies. Participants in this study were 51 middle aged women in the menopausal status who still have spouse. This research uses incidental sampling as the sampling technique. Using Pearson Correlation, the result shows significant correlation between body image and sexual satisfaction among middle aged women."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S44608
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Kartika
"Teori objectified body consciousness dan teori objektifikasi diri mengungkapkan bahwa basil penelitian di budaya Barat mengobjektiifikasi perempuan melalui konstruksi bahwa tubuh perempuan yang sangat kurus adalah ideal. Bila perempuan tidak dapat mencapai ukutan ideal itu akan timbul ketidakpuasan dalam diri perempuan. Di Indonesia terdapat budaya yang majemuk, dimana kurus tidak sellllu menjadi acuan ukuran tubuh yang ideal. Budaya Jakarta, sebagaimana budaya Barat pada umumuya. mencitrakan tubuh perempuan kurus sebagai sesuatu yang ideal. Sebalikuya budaya Bugis menganut tubuh perempuan yang 'berisi' sebagai tubuh ideal.
Berdasarkan hal itu peneliti berpendapat bahwa petempuau yang berlatar belakang budaya Bugis dan tinggal di Jakarta diduga mengbedapi dua budaya yang menyangkutpautkan tubuh ideal yang bertolak belakang. Melalui studi kualitatif dengan mctode wawancara terhadap empat partisipan yang bersuamikan suku Bugis di Jakarta, penelitian ini mendapatkan bahwa keempat partisipan terbukti menghadapi dua budaya yang saling bertentangan di dalam kehidupau dewasa mudanya Sebagian besar partisipan menganut tubuh ideal kurus. Penemuan lainnya adalah perempuan yang berasal dari Bugis menunjukkan kepuasan atas tubuhnya, sebaliknya perempuan yang tidak berasal dari Bugis melapurkan ketidakpuasan terhadap tubuhnya. lni menunjukkan bahwa ketidakpuasan dapat dijelaskan dengan mengetahui budaya mana yang diinternalisasikan secara dominan oleh individu.

Objectified body consciousness and Self-objectification theory stated that many researches found that Western culture objectifies women by cons/meting super thinness as an ideal body for women Consequently, when women cannot meet the ideal, they probably fee/less satisfied with their awn body. However, Indonesia has many various cultures, and therefore every culture has their own body standard for woman. Culture in Jakarta, like any other cultures in big cities. set the very thin body as an ideal. On the other hand, in Bugis tradition, women are expected to have a more plump or fat body, specially the married women.
Based on those facts. the researcher assumed that women with Bugis background and living in Jakarta face two cultures with contradictory body standard. By qualitative study and interview with four wives of Bugis husbands, this research found, as expected, that four participants are proved lo face the contradictory cultures in their young-adult life. Most of the participants adopted that thinness as their ideals body. Also, iJ is found that the wives from Bugis showed their body-satisfaction, hut the Non-Bugis wife did not report any body-satisfaction. This result shows us that body-dissatisfaction can be explained by finding out which culture is dominantly internalized by individuals.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T33700
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pattiasina, Amanda Daphne D.
"Dalam kehidupannya, setiap manusia terutama kaum wanita, ingin selalu tampil cantik dan menarik. Memang tidak dapat disangkal, individu yang berpenampilan menarik akan lebih dihargai dan populer, mendapat perlakuan istimewa serta atribut yang positif dari lingkungannya (Hatfield dan Sprecher, dalam Stein, 1996). Oleh karena itu, manusia akan berusaha semaksimal mungkin untuk memiliki penampilan fisik yang menarik.
Adapun konsep tentang penampilan fisik yang menarik, selalu berubah sejalan dengan waktu dan budaya setempat. Wisman et.al (dalam Heinberg, 1996) menyimpulkan bahwa bentuk tubuh yang ideal pada massa kini cenderung kurus, seperti layaknya bentuk tubuh para model. Standar ideal tersebut akan mempengaruhi persepsi, penilaian dan penghargaan terhadap tubuh yang dimilikinya, atau dengan kata lain akan mempengaruhi citra tubuh (body-image) yang dimiliki. Citra tubuh didefinisikan sebagai gambaran yang dimiliki oleh seseorang mengenai bentuk fisiknya.
Pada masa remaja, terjadi perubahan fisik yang besar. Perubahan tersebut akan mempengaruhi penampilan fisik, yang tentu akan berpengaruh pada konsep diri dan pada akhirnya akan berpengaruh pada citra tubuh yang dimiliki. Perubahan yang terjadi juga dapat menimbulkan rasa ketidakpuasan bila perubahan tidak sesuai dengan standar ideal yang berlaku.
Remaja putri adalah kelompok yang paling rawan terhadap ketidakpuasan pada citra tubuhnya. Biasanya mereka menginginkan bentuk tubuh kurus, ramping dan proporsional seperti Iayaknya tubuh seorang model. Dan berbagai usaha dilakukan untuk mencapai keinginan lersebut, tanpa memperhitungkan resikonya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana perbandingan kepuasan citra tubuh antara remaja putri yang berprofesi sebagai model, yang tubuhnya menjadi patokan standar ideal, dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model ?
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan tipe penelitian studi komparatif yaitu membandingkan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model. Dan untuk mengukur kepuasan citra tubuh akan digunakan alat Multidimensional Body-Self Relation Questionnaire (Cash, 1994), yang terdiri dari 10 subskala : evaluasi penampilan, orientasi penampilan, evaluasi kebugaran, orientasi kebugaran, evaluasi kesehatan, orientasi kesehatan, orientasi tentang penyakit , kepuasan area tubuh, kategori berat badan dan kecemasan akan kegemukan. Dalam pengolahan data penelitian dilakukan independent sample t-test untuk melihat apakah ada perbedaan kepuasan citra tubuh antara kelompok model dan bukan model.
Hasil menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan dalam hal kepuasan citra tubuh pada kelompok remaja putri yang berprofesi sebagai model dan kelompok remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Dalam arti remaja putri yang berprofesi sebagai model lebih merasa puas dengan tubuhnya dan merasa dirinya Iebih menarik, dibandingkan dengan remaja putri yang tidak berprofesi sebagai model. Hanya empat aspek dan sepuluh subskala yang ternyata berbeda secara signifikan, yaitu evaluasi penampilan, orientasi penampilan, kategori berat badan dan kepuasan area tubuh.
Sedangkan dari hasil tambahan diketahui bahwa berat badan, selisih berat badan dan indeks Massa Tubuh mempunyai hubungan negatif yang signifikan dengan kepuasan citra tubuh. Makin kurus seseorang, maka makin tinggi kepuasan yang dimiIiki. Selain itu ditemukan pula terdapat distorsi dalam mempersepsi ukuran tubuh yang dimiliki. Banyak responden yang sebenarnya mempunyai berat badan kurus tetapi masih merasa dirinya kelebihan berat badan.
Saran yang diberikan adaiah dilakukannya pelatihan atau diadakan seminat untuk meningkatkan citra tubuh dan peningkatan konsep diri untuk para remaja putri. Selain itu disarankan pula untuk mempublikasikan di media massa dampak negatif dan ketidakpuasan terhadap citra tubuh yang dimiliki."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1998
S2583
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meirina Khoirunnisa
"Remaja perempuan dengan Ketidakpuasan Citra Tubuh (KCT) melakukan perilaku diet yang tidak sehat dan mengalami kekurangan asupan protein. Studi cross-sectional ini menganalisis hubungan antara KCT, Perilaku Diet, dan asupan protein pada siswi SMA di Kota Depok, Indonesia. Ketidakpuasan Citra Tubuh adalah pikiran seseorang mengenai ukuran, bentuk, dan otot tubuh diri sendiri secara umum yang diukur dengan selisih antara tampilan tubuh yang dirasa dimiliki dan tampilan tubuh yang dirasa ideal, menggunakan Body Dissatisfaction Scale yang terdiri atas sembilan gambar tubuh yang dihasilkan oleh komputer mulai dari tubuh sangat kurus (tubuh 1) hingga sangat gemuk (tubuh 9). Skor Perilaku Diet didapatkan melalui daftar 15 perilaku yang terdiri atas perilaku yang sehat dan yang tidak sehat. Data asupan makanan didapatkan melalui metode wawancara recall 24 jam 3 hari non-konsekutif. Total 211 siswi SMA berpartisipasi dalam studi ini. Dari semua peserta, 39.8% merasa tidak puas dengan tubuh mereka dan ingin menjadi lebih kurus, sedangkan 19.4% dari total peserta ingin menjadi lebih gemuk. Indeks Massa Tubuh yang lebih tinggi berkorelasi signifikan dengan KCT. Skor KCT yang lebih besar berkorelasi signifikan dengan asupan protein yang lebih rendah (r=-0.155, N=211, p=0.025). Ketidakpuasan Citra Tubuh dan Perilaku Diet “makan dengan porsi sangat kecil” ada faktor prediktor terkuat untuk asupan protein. Intervensi dengan edukasi gizi mengenai KCT, Perilaku Diet, dan asupan protein yang tepat perlu dilakukan untuk mencegah risiko kesehatan di masa depan

Adolescent girls with Body Image Dissatisfaction (BID) have been reported to practice unhealthy Weight Control Behavior and have inadequate protein intake. This cross-sectional study investigated the relationship between BID and protein intake among High School girls in Depok, Indonesia. Body Image Dissatisfaction is a person’s thought about their body size, shape, and muscle tone that is measured by a discrepancy between one’s perceived actual body and perceived ideal body using the Body Dissatisfaction Scale that consists of nine computer-generated figures ranging from very thin (body 1) to very obese (body 9). WCB was assessed using a list of 15 items consisting of healthy and unhealthy behavior. Dietary intake data was collected using a 3-days non-consecutive 24Hr recall interview. A total of 211 female high school students participated in this study. Among all participants, 39.8% were dissatisfied with their body and wanted to be slimmer while 19.4% of participants wanted to be heavier. Higher BMI was significantly shown to be correlated with a higher BID score. A higher BID score was significantly correlated with lower protein intake (r=-0.155, N=211, p=0.025). In this population, BID and the WCB “eating a very small portion” were the strongest predictors of protein intake. Nutrition education intervention aimed to improve BID, WCB, and protein intake is needed to prevent future health risks."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezka Zulistia Kartika
"Distres psikologis pada tahun pertama dapat memengaruhi terbentuknya tingkah laku bermasalah dan menurunnya performa akademik. Salah satu hal yang memengaruhi distres psikologis adalah body image dissatisfaction. Tahun pertama dalam perkuliahan merupakan masa dimana mahasiswi mengalami perubahan besar dalam pola makan dan body image dissatisfaction. Perceived social support memiliki peran buffering yang dapat melindungi individu dari dampak body image dissatisfaction terhadap distres psikologis. Penelitian ini memiliki tujuan untuk melihat peran perceived social support terhadap hubungan antara body image dissatisfaction dan distres psikologis. Partisipan dalam penelitian ini merupakan mahasiswi yang sedang berada di tahun pertama antara usia 18-21 tahun (N = 319). Setelah memperoleh data, peneliti melakukan analisis moderasi menggunakan PROCESS dari Hayes. The Kessler 10-item questionnaire (K10) digunakan untuk mengukur distres psikologis, The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) digunakan untuk mengukur perceived social support, dan Appearance Evaluation (AE) serta Body Areas Satisfaction Scale (BASS) digunakan untuk mengukur body image dissatisfaction. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswi tahun pertama cenderung puas dengan tubuhnya dan memiliki perceived social support serta distres psikologis yang sedang hingga tinggi. Lalu, ditemukan bahwa body image dissatisfaction memiliki hubungan yang lemah dan signifikan dengan distres psikologis, namun perceived social support tidak memoderasi hubungan di antara keduanya.

Psychological distress in the first year of university can influence the formation of problematic behaviors and decreased academic performance. Body image dissatisfaction affects psychological distress. First year in university is a time when students experience major changes in eating patterns and body image dissatisfaction. Perceived social support has a buffering role that can protect individuals from the impact of body image dissatisfaction on psychological distress. This study aims to examine the role of perceived social support in moderating the relationship between body image dissatisfaction and psychological distress. 319 first-year female college students between the age of 18-21 were involved. To measure psychological distress, The Kessler-10 Item Questionnaire was used (K10), The Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS) was used to measure perceived social support, and to measure body image dissatisfaction, Appearance Evaluation AE and Body Areas Satisfaction Scale (BASS) were used. The result of this study showed that first year female students tend to be satisfied with their bodies and have moderate to high levels of perceived social support and psychological distress. This study also showed that body image dissatisfaction has an association with psychological distress, but perceived social support does not moderate the relationship between the two.

"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Mayasari
"Tesis ini mengkaji novel berjudul The Bell Jar, sebuah novel autobiografis yang ditulis oleh Sylvia Plath, dengan perspektif feminis. Pembahasan tesis menjawab permasalahan subjektivitas perempuan di tengah-tengah budaya patriarkal, yang mengkonstruksinya ke dalam kriteria-kriteria tertentu yang membatasi, bahkan mengopresi tubuh perempuan. Tokoh utama novel ini, Esther Greenwood, meresistensi norma-norma sosial patriarkis yang dikenakan kepada tubuh perempuan, menggunakan tubuhnya.
Analisis menunjukkan bahwa subjektivitas tubuh perempuan Esther Greenwood memiliki kompleksitas yang satins sekaligus agresif dalam meresistensi ideologi patriarki. Otoritas Esther terhadap tubuhnya ditunjukkan melalui perlakuan terhadap tubuhnya, yang memapankan subjektivitasnya sebagai perempuan. Perlakuan terhadap tubuh yang dilakukan Esther Greenwood, baik dalam hubungan seksual, upaya bunuh diri, dan merendam tubuh dengan air panas, merupakan sarkasme sebagai bentuk pertahanan dan perlawanan tubuh perempuan di tengah budaya patriarkal yang dominan di masyarakat.

This thesis analyzes Sylvia Plath's autobiographical novel entitled The Bell Jar using feminist perspective. It discusses the problem of female subjectivity in patriarchal culture, which constructs women into categories that often limits and oppresses their bodies. Esther Greenwood, the main character of this novel, constantly resists the dominant ideology implemented in social norms using her (female) body.
The analysis shows that Esther's subjectivity bears satirical complexity that functions as resistance on one hand, and her agressive struggle on the other. Esther's authority over her body is demonstrated in such a way to establish her subjectivity as a woman. This research finds her bodily acts, such as sexual intercourse, suicide attempts, and hot bath, as defense and resistance of the female body towards patriachy, as the dominant ideology.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
T26003
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>