Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57001 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gita Frasiska
"Tesis ini membahas tentang Orientalisme yang muncul pada wacana Novel Shi no Hana. Berisi interaksi tokoh utama Hinobe sebagai orang Jepang berinteraksi dengan tokoh lainnya yang berbeda bangsa yaitu bangsa Eropa khususnya Belanda. Saat itu Jepang menginvasi Indonesia. Di satu sisi, negara Jepang adalah termasuk bangsa Timur, tetapi di sisi lain, Jepang telah berideologi Barat.
Tesis ini memakai penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif, teori Orientalisme Edward Said dan teori Orientalisme Jepang. Hasil penelitian ini adalah ternyata wacana Orientalisme terbukti dalam konteks Asia Timur yaitu dalam novel Shi no Hanakarya Abe Tomoji.

This thesis discusses the discourse of Orientalism that appear on the Novel Shi no Hana. Contains lead character interaction as the Japanese Hinobe interact with other characters of different nations, namely the Europeans, especially the Dutch, while the Japanese invaded Indonesia. On the one hand, Japan is the country including East nation, but on the other hand, Japan has the ideology of the West.
This thesis wearing descriptive quantitative research methods, theory and the theory of Orientalism Edward Said's and Japan Orientalism. The results of this study turns the discourse of Orientalism is proven in the context of East Asia, namely in the novel Shi no Hana Abe Tomoji work.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vlady Pratama
"Wacana kolonial merupakan representasi kuasa kolonial yang mempengaruhi konstruksi pandangan dan tindakan individu dalam memposisikan peradaban Barat sebagai superior. Penelitian ini membahas novel berjudul Bandoeng-Bandung karya F. Springer (1993) menggunakan teori orientalisme Edward W. Said tahun 1978. Penelitian ini memperlihatkan bagaimana wacana kolonial mempengaruhi pandangan dan tindakan melalui pengalaman tokoh-tokoh dalam novel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan konstruksi wacana kolonial pada tokoh-tokoh yang digambarkan melalui pengalaman masa kolonialisme dalam novel Bandoeng-Bandung. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan poskolonialisme (orientalisme). Poskolonialisme adalah sebuah teori kritis yang ditulis berdasarkan reaksi terhadap kondisi kehidupan yang menggambarkan masa kolonialisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh dalam novel memiliki pandangan dan tindakan yang memandang peradaban Barat lebih superior dibandingkan peradaban Timur melalui bentuk fisik, kebiasaan, dan pendidikan.

Colonial discourse is a representation of colonial power that influences the construction of individual views and actions in positioning Western civilization as superior. This research discusses a novel entitled Bandoeng-Bandung by F. Springer (1993) using Edward W. Said's 1978 theory of orientalism. This research shows how colonial discourse influences views and actions through the experiences of the characters in the novel. The purpose of this study is to reveal the construction of colonial discourse on the characters depicted through the experience of colonialism in the novel Bandoeng-Bandung. The method used is descriptive qualitative with a postcolonialism (orientalism) approach. Postcolonialism is a critical theory written based on the reaction to the living conditions depicting the colonialism period. The results show that the characters in the novel have views and actions that view Western civilization as superior to Eastern civilization through physical forms, habits, and education."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wawat Rahwati
"Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan bagairnana interaksi antara tokoh perempuan dengan slam, dan bagaimana gambaran metafor air sebagai salah satu unsur alam serta perannya terhadap tokoh perempuan dalam menghadapi penindasan dari patriarki.
Dengan menggunakan perspektif ekofeminisme kultural, didapati bahwa dalam novel tersebut mengandung bentuk-bentuk interaksi antara perempuan dengan alam secara empiris dan biologis. Hentuk interaksi secara empiris digambarkan melalui komunikasi antara tokoh Kaoru dengan irama ombak laut yang menyatu dalam hatinya melahirkan energi dan spirit pada diri Kaoru. Interaksi antara Kaoru dengan laut juga digambarkan melalui pembenaman tubuh Kaoru ke dalam air laut. Hentuk interaksi seperti ini tidak hanya bersifat empiris, tetapi juga bersifat biologis karena tubuh Kaoru yang berada di dalam air dapat diumpamakan sebagai bentuk spesies yang hidup dalam rahim seorang Thu yang disebut dengan janin (fetus). Melalui interaksi antara Kaoru dengan air laut tersebut, maka dapat diketahui pula bahwa air memiliki peranan panting yaitu sebagai proses revitalisasi pads diri Kaoru. Air telah memberikan perubahan pada diri Kaoru, yaitu semangat dan keyakinan bare untuk dapat menghadapi berbagai tekanan dari masyarakat patriarki, salah satunya mengalahkan Kepala Polisi di pengadilan. Air yang telah melahirkan semangat pada tokoh Kaoru, secara metaforis tidak hanya digambarkan sebagai media penghapus dosa, tetapi juga dipersonifikasikan sebagai sesuatu yang hidup, memiliki spirit dan dapat bergerak sesuai dengan iramanya. Terciptanya berbagai interaksi antara perempuan dengan alam melalui tokoh Kaoru dalam novel Hana wo Hakobu Imouto ini, menunjukkan sebuah gagasan kritis terhadap budaya patriarki yang bersifat dualistis dan hierarkis dengan menekankan kebudayaan perempuan yang selama ini dianggap rendah oleh masyarakat patriarki.

This research is aim at showing how woman character interact with nature, and how water as one of the elements signifies it many meanings metaphoric and than what role it plays to woman character in facing patriarchal oppression.
By employing the cultural eco-feminism perspective, it is found that the novel contents forms of empirical and biological interaction between woman and nature. The empirical interaction has been illustrated through communication between Kaoru as a woman character and the rhythm of waves which has become united in her which in turn produces energy and spirit. Interaction between Kaoru and the sea is portrayed by her submergence in to the sea. This kind of interaction is not only empirical, but also biological, as her submergence in to the sea can be compared to the species that dwell in the mother's womb called fetus. Through Kaoru's interaction with the sea it can be inferred that water plays a significant role as a revitalization process in Kaoru; spirit and new confidence to face the oppression of patriarchal society, for example defeating the police chief in court. Water that has given spirit to Kaoru, metaphoric is not only portrayed as a medium for purifying sin, but also personified as a living thing that possesses spirit and can move according to its rhythm. The interaction between woman and nature through Kaoru in this novel shows a critical idea toward dualistic and hierarchical patriarchal culture with the emphasis on woman culture that has been look down upon for generations by patriarchal society."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2007
T19653
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Ambar Wahyuningtyas
"Skripsi ini membahas tentang krisis identitas yang dialami oleh Niki Jumpei, bagaimana ia memecahkan masalah itu, sampai ia berhasil mendapatkan identitas baru selama berada dalam tawanan dan menjadi pekerja paksa di sebuah desa miskin di daerah berpasir dalam novel Suna no Onna karya Abe Kobo. Penelitian dilakukan dengan menggunakan pedekatan strukturalisme dan metode penelitian kepustakaan.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah Niki Jumpei mengalami sebuah keruntuhan identitas, dan ia mendapatkan sebuah kebebasan seorang individu yang berkuasa atas dirinya sendiri sebagai bentuk identitas barunya.
The focus of this study is crisis in identity of Niki Jumpei, how he solved the problem, until he found a new identity when he is trapped and done a communal slavery in the poor village at the desert in Abe Kobo?s novel, Suna no Onna. This research is descriptive analysis, and the data were collected by the theory of strukturalism.
The result of this research are the protagonist, Niki Jumpei, has a crisis of identity and then he can find his new self. He becomes free and has a freedom to do anything and the others can not interfere with his decision.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S13703
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Slotkin, Richard
New York: Henry Holt and Company, 2000
813.54 Slo a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Luthfiah Rahmawati
"Setelah Indonesia menyatakan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, perjuangan bangsa Indonesia melawan Belanda dan sekutu tidak langsung usai. Belanda kemudian melancarkan Agresi Militer I dan mengerahkan pasukan khusus yang salah satunya dipimpin oleh Letnan Satu Raymond Paul Pierre Westerling untuk memberantas tokoh-tokoh yang masih memperjuangkan kemerdekaan. Peristiwa pemberantasan itu kemudian diadaptasi menjadi sebuah film yang dirilis pada tahun 2020 berjudul De Oost. Walaupun film ini berlatarkan Indonesia yang telah merdeka, kemunculan Orientalisme masih dapat dilihat. Dampak dari adanya Orientalisme mempengaruhi persepsi penonton mengenai keseluruhan jalan cerita film. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan wacana Orientalisme dalam film De Oost. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa di dalam film De Oost, Orientalisme dapat dilihat melalui latar tempat, perilaku dan tutur kata bangsa Eropa yang merendahkan pribumi, serta ujaran yang merendahkan Hindia-Belanda. Dari film ini juga diketahui bahwa wacana Orientalisme tidak hilang begitu saja walaupun Indonesia telah merdeka.

After Indonesia declared independence on August 17, 1945, the struggle of Indonesian peoples against the Netherlands and the Allies was not over yet. The Netherlands then launched Operation Product and mobilized a special force, one of which was led by First Lieutenant Raymond Pail Pierre Westerling to eradicate figures who were still fighting for Indonesia’s independence. That eradication was adapted as a film titled De Oost which was released in 2020. Even though this film was set after Indonesia’s independence, Orientalism can still be seen in it. The impact of Orientalism in the film affects the viewers’ perception about the whole film. This research aims to explain Orientalism in the film De Oost. The result of this research shows that Orientalism can be seen in how the places are shown, Europeans’ behaviors and speech that degrade the natives, as well as speech that degrades Dutch East Indies. From this film it is also known that Orientalism didn’t just disappear after Indonesia declared independence."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Armiwati
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2002
T203
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Akutagawa Ryuunosuke adalah salah satu dari sekian banyak pengarang Jepang yang berhasil. Rashomon, Nana dan Fume no Ito adalah tiga dari sekian banyak karyanya. Ketiga karya Akutagawa Ryuunosuke ini mengandung unsur egoisme. Dalam Rashomon dikisahkan seorang genin yang harus memilih antara tetap hidup tetapi berbuat jahat ataukah mati. Keputusan genin, akhirnya sangat dipengaruhi oleh ucapan tokoh lain yaitu seorang nenek. Tentu saja pengambilan keputusan tersebut dipengaruhi kadar egoisme yang terdapat dalam diri genin. Dalam Rana dikisahkan bagaimana seorang pendeta yang masih mempunyai egoisme, padahal seharusnya memikirkan penyampaian ajaran agama. Di sini Akutagawa menyatakan bahhwa di dalam diri manusia ada perasaan yang saling berlawanan. Di satu pihak tidak akan tega melihat kesu_litan orang lain tetapi di pihak lain juga tidak suka melihat orang yang kesulitan itu terlepas dari lilitan_nya. Dalam kumo no Ito dikisahkan seorang penjahat besar bernama Kandata yang ditolong benang Laba-laba untuk keluar dari neraka. Namun karena Keegoisannya is jatuh kembali ke neraka. Melalui kisah ini, Akutagawa Ryuuno_suke menyampaikan bahwa egoisme bukan saja akan merugikan orang lain, tetapi juga dapat merugikan diri sendiri."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S13489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esti Erastiany
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas Karya sastra Cina terjemahan melalui telaah terhadap perwatakan tokoh dan titik tinjau Tujuan penelitian ini untuk mengetahui amanat dari Nanren de yiban shi nuren Metode penulisan yang digunakan adalah metode analisa intrinsik yang hanya terbatas pada analisa perwatakan dan titik tinjau/sudut pandang (point of view).

"
1996
S12983
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Sabrina
"Persaudaraan laki-laki di Senegal memiliki posisi yang kuat dalam berbagai aspek sehingga kebebasan perempuan Senegal belum sepenuhnya terlepas dari batas-batas yang dibentuk oleh sistem kasta dan tradisi. Melalui novel Celles qui attendent (2010), salah satu penulis perempuan Senegal, Fatou Diome, menunjukkan upaya perempuan untuk keluar dari stereotip gender dengan menuliskan narasi yang berpusat pada empat tokoh perempuan dan keempatnya hanya menunggu laki-laki yang pergi untuk berimigrasi. Artikel ini bertujuan untuk membahas bagaimana wacana gender dalam novel Celles qui attendent (2010) karya Fatou Diome menunjukkan ambivalensi. Metode yang digunakan adalah analisis struktural dengan teori naratologi Genette, Barthes, dan Greimas, serta didukung oleh konsep ambivalensi gender Glick dan Fiske sebagai konsep kunci. Temuan artikel ini menunjukkan bahwa diskusi tentang ambivalensi wacana gender yang dihadirkan dapat dimaknai sebagai kritik terhadap implementasi gagasan kesetaraan gender yang belum benar-benar memberikan ruang bagi pemberdayaan perempuan, khususnya di Senegal. Ide dasar ideologi patriarki hanya dipahami secara parsial dan posisi sebagai laki-laki dijadikan alasan untuk membenarkan penindasan terhadap perempuan.

Brotherhood in Senegal has a strong position in various aspects so that the freedom of Senegalese women has not been completely separated from the boundaries formed by the caste system and tradition. Through the novel Celles qui attendent (2010), one of the female Senegalese writers, Fatou Diome, shows women's efforts to get out of gender stereotypes by writing a narrative centered on four female characters and the four of them are just waiting for men who go to immigrate. This article aims to discuss how gender discourse in the novel Celles qui attendent (2010) by Fatou Diome shows ambivalence. The method used is structural analysis with Genette, Barthes, and Greimas’s theory of narratology, supported by Glick and Fiske’s concept of gender ambivalence as the key concept. The findings of this article show that the discussions about the ambivalence of gender discourse that have been presented can be interpreted as criticism of the implementation of gender equality’s idea which has not really provided space for women's empowerment, especially in Senegal. The basic idea of patriarchal ideology is only partially understood and the position as a man is used as an excuse to justify the oppression of women."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>