Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 108132 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Inne Yellisni
"ABSTRAK
Salah satu fenomena yang sering ditemukan dalam masyarakat adalah fenomena
waria atau lebih sering dikenal dengan sebutan transgender. Transgender
merupakan keadaan dimana seseorang mengasosiasikan dirinya dengan jenis
kelamin yang berbeda, namun tidak memiliki ketertarikan untuk melakukan
perubahan fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalaman
perubahan identitas diri pada waria. Desain penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan
data dilakukan pada 8 partisipan yang belum merubah bentuk fisiknya dengan
wawancara mendalam. Hasil penelitian didapatkan 7 tema terkait pengalaman
perubahan identitas diri yaitu peran pola asuh permisif dalam perubahan perilaku,
peran lingkungan dalam mendukung perubahan perilaku, krisis identitas,
penolakan keluarga terhadap perubahan perilaku, dampak perubahan perilaku
sosial, penerimaan keluarga, nyaman menjadi perempuan. Sehingga diharapkan
kepada perawat puskesmas untuk meningkatkan kunjungan rumah untuk
mengoptimalkan penyimpangan identitas pada tahap-tahap perkembangan anak.

ABSTRACT
One of phenomenon in the community which always find is Transgender. It is a
condition that man associate his self with opposite sex, but he do not interest to
make changes in phisically performance. The purpose of this study was to
determine the experience of self-identity change in transsexuals. This study used
were qualitative methods with phenomenological approach. Data collection was
performed on the 8 participants who do not change the physical form with indepth
interviews. The results showed 7 theme related experience identity change
such as permissive parenting role in behavior change; the role of the environment
in supporting behavior change; crisis of identity; family resistance to behavioral
change, the impact of changes in social behavior, family acceptance, comfortable
being women. This study recommends community mental health nursing to
increase home visit to optimize identity aberrations at different stages of
childhood development."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T42055
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nangoi Priscilla Francis
"Di Indonesia, Jakarta khususnya, kita kenal dengan keberadaan kelompok individu yang memiliki nama popular waria atau wanita-pria. Waria adalah individu yang memiliki jenis kelamin pria namun mengidentifikasikan dirinya serta berpenampilan selayaknya seorang wanita. Waria dapat disebut atau digolongkan ke dalam istilah transeksual, karena selain memiliki identifikasi sebagai seorang wanita, is juga mengubah penampilannya seperti seorang wanita, baik dari pakaian hingga bentuk tubuh. Hal ini dilakukannya dengan melakukan operasi ataupun melakukan suntikan hormon pada bagian-bagian tubuh tertentu sehingga semakin mirip dengan wanita. Operasi yang pada umumnya dilakukan oleh para waria adalah suntik payudara atau memasang silikon, operasi wajah (tulang pipi, dagu, hidung, dli.), dan juga pada bagian-bagian tubuh lainnya kecuali pada alat kelamin.
Keputusan seseorang untuk menentukan ia menjadi seorang waria ataukah tidak, terkait dengan istilah gender identity atau identitas jender. Identitas jender adalah proses dimana seseorang melakukan klasifikasi terhadap dirinya, apakah ia seorang wanita ataukah pria. Selama seorang anak menjalani proses pembentukan identitas jender, yang paling memiliki peran sebagai pembimbing anak adalah keluarga, terutama orang tua. Ketika anak dalam masa pengenalan jenis kelamin serta perannya, tugas utama dari prang tua adalah memperkenalkan hal-hal yang menunjang pembentukan identitas jender sesuai dengan jenis kelamin anak, seperti misalnya mainan, pakaian, gaga rambut, warna, dan lain sebagainya. Selain pengenalan terhadap obyek, hal lain yang juga sangat penting adalah pengenalan terhadap peran dan perilaku yang sesuai dengan jenis kelaminnya.
Ayah dan ibu sebagai orang tua dalam keluarga memiliki peran penting dalam perkembangan anak. Peran tersebut antara lain adalah untuk merawat anak, menjadi teman/companion bagi anak, mengajarkan anak mengenai nilai-nilai ataupun norma-norma terutama yang berkaitan dengan jender, menjadi tokoh model bagi anak, dan juga sebagai pencari nafkah untuk pemenuhan tuntutan ekonomi keluarga. Selain itu menurut Lamb (1997), hubungan ayah dan ibu sebagai pasangan suami istri dan orang tua juga mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Terpenuhi atau tidaknya peran tersebut dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian anak, terutama identitas jender.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitati f, dengan teknik pengambilan data dengan wawancara dan observasi. Subyek penelitian ini ada 3 orang, yang pengambilan subyek dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian yaitu alat perekam, pedoman wawancara, lembar informed conscent, dan lembar Identitas diri.
Dari data yang didapat serta berdasarkan hasil analisis dapat terlihat bahwa terdapat kontribusi yang tidak sedikit dari peran orang tua terhadap pembentukan identitas jender anak. Pada setiap peran orang tua terdapat salah satu orang tua yang menonjol dalam memenuhi peran mereka. Salah seorang yang menonjol ini kemudian menjadi patokan anak dalam memandang orang tuanya. Pada responden penelitian sangat terlihat bahwa pemenuhan peran yang paling dinilai positif adalah ibu, dimana ibu sebagai orang yang dekat dengan anak, merawat anak, menerima anak, serta menjadi idola serta rontoh dari anak. Padahal mungkin ibu sebenarnya tidak memenuhi perannya dengan baik, namun karena dianggap menguntungkan anak sehingga dinilai positif oleh anak. Seperti misalnya ibu yang menerima keadaan anak apa adanya, atau juga ibu yang menjadi pembela anak. Pada ayah, terlihat bahwa dalam memenuhi perannya ayah lebih cenderung ditakuti karena ayah lebih banyak melakukan kontrol dengan hukuman fisik yang menyebabkan anak takut dan menghindar dari ayah, atau bahkan melawan ayah. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa masing-masing peran orang tua sangat mempengaruhi pembentukan identitas jender anak, seperti pegajaran, pengawasan, kontrol, perhatian, role model, dan Iainnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17423
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zakiyah Mujahidah
"[ABSTRAK
Ibu yang mengalami kematian bayi akan melalui proses kehilangan dan berduka.
Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman kehilangan
dan berduka pada ibu yang mengalami kematian bayi. Penelitian ini menggunakan
metodologi kualitatif dengan desain fenomenologi kepada sepuluh partisipan di
kecamatan Limo kota Depok. Hasil penelitian ini menemukan tujuh tema : penyebab
kematian bayi, tahapan berduka, respon setelah kehilangan, dukungan sistem sosial,
hikmah kehilangan, harapan pasca kehilangan dan strategi koping. Penelitian ini
memberikan saran pada pihka-pihak terkait dalam pendampingan maupun pemberian
asuhan keperawatan kehilangan dan berduka pada ibu yang mengalami kematian
bayi agar ibu dapat bangkit dan melanjutkan hidup kembali.

ABSTRACT
Mothers who experienced the death of a baby would be going through the process of
lost and grieving. The purpose of this research study was to explore the experience of
lost and grieving among women who experienced infant deaths. This research used a
qualitative research method with phenomenological design to ten participants
consisted of mothers in subdistrict Limo Depok city meeting the criteria. The result
of this study revealed seven themes: the causes of infant deaths, the phase of
grieving, responses after loss, social systems support, the lessons of lost, after loss
expectations and coping strategies. It’s recommended that the units should be
actively involved in facilitating and providing nursing care to the mothers to enable
the mothers to cope with the feeling of lost and continues with their happy life., Mothers who experienced the death of a baby would be going through the process of
lost and grieving. The purpose of this research study was to explore the experience of
lost and grieving among women who experienced infant deaths. This research used a
qualitative research method with phenomenological design to ten participants
consisted of mothers in subdistrict Limo Depok city meeting the criteria. The result
of this study revealed seven themes: the causes of infant deaths, the phase of
grieving, responses after loss, social systems support, the lessons of lost, after loss
expectations and coping strategies. It’s recommended that the units should be
actively involved in facilitating and providing nursing care to the mothers to enable
the mothers to cope with the feeling of lost and continues with their happy life.]"
2015
T43304
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marista Christina Shally Kabelen
"Kehidupan manusia tidak dapat dilepaskan dari nilai. Bagi masyarakat Yogyakarta, nilai selalu mengiringi setiap ritual dalam siklus kehidupan manusia. Salah satu bentuk ritual yang masih dilestarikan masyarakat Yogyakarta adalah slametan. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengkaji nilai dalam slametan masyarakat Yogyakarta dalam perspektif Max Scheler. Penelitian ini menggunakan metode interpretasi melalui studi kepustakaan. Hasil penelitian ini adalah sebagai berikut; slametan masyarakat Yogyakarta adalah fenomena yang menekankan pengalaman intuitif terhadap pemahamannya atas Yang Mutlak. Dalam perpektif Max Scheler slametan sebagai ritual memiliki makna simbol dalam sesajinya mengandung empat gugus nilai, yakni: nilai kenikmatan, nilai vitalitas, nilai spiritual, dan nilai kesucian.

Human's life can not be detached from value. For Yogyakarta?s society, value always accompanied each rituals in human's life cycle. One form of ritual still preserved by Yogyakarta?s society is slametan. The purpose of this research is to assess the value in slametan of Yogyakarta?s society in Max Scheler's perspective. This research using interpretation method through literature review. The outcome of this research are; The Yogyakarta?s society?s slametan is a phenomena that stressed the intuitive experiences on its comprehension of The Absolute. In Max Scheler's perspective, slametan as ritual has symbol meaning in its sesaji (offerings) consists four values, which are: pleasure value, vitality value, spiritual value, and holiness value."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
T42260
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Alhial
"Penelitian ini berfokus pada pengalaman tiga orang Pilot in Command dalam menyelamatkan pesawat dari situasi kritis. Aspek yang ingin dilihat dari penelitian ini adalah tema-tema pengalaman yang muncul sekaligus pemaknaan subyektif Pilot in Command tersebut terhadap peristiwa penyelamatan yang dilakukannya itu. Mengingat fenomena yang akan dibahas adalah hal yang kompleks dan membutuhkan pemahaman yang komprehensif maka penelitian ini akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif fenomenologis. Proses pengambilan data akan dilakukan akan melalui wawancara metode nondirective dan proses analisis data wawancara akan dilakukan melalui metode fenomenologis milik Kruger (1981). Wawancara sendiri dilakukan pada tiga orang pilot yang memenuhi syarat penelitian.
Dari analisis terhadap hasil wawancara, dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada 13 tema pengalaman yang sama yang muncul pada ketiga partisipan (mencoba menenangkan diri dalam menghadapi masalah, bertindak sesuai prosedur yang berlaku, bekerjasama dengan pihak di luar unit kerja, dsb.); 2) Ada beberapa variasi tema pada ketiga partisipan dan 3) Ketiga partisipan memaknai pengalaman secara berbeda-beda, baik dalam aspek hidup yang terpengaruh maupun intensitasnya.

The focus of this study is the experience of three Pilot in Commands in saving their airplane from a critical situation. This study wants to examine the main themes of their experience and the subjective meanings of the experience to them. This experience is a complex phenomenon and needs a comprehensive understanding, therefore it is conducted with a phenomenological qualitative approach. The information is acquired from a non-directive interview and the method of interpretation is based on Kruger?s (1981) phenomenological interpretation method. The interview is conducted to three pilots who fulfill these study requirements.
The following are the research results: 1) there are 13 exact themes that came up from the three participant?s experience (try to calm their self down, procedure based actions, using help from outside work unit, etc.); 2) there are several various themes that came up from the three participant?s experience and; 3) the three participants give different subjective meanings to their past experience, namely in what kind of life aspects and their intensity."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apollo
"Studi fenomena bukan hal baru, semenjak Yunani klasik. istilah itu berasal dari kata fenomena, dapat diterjemahkan sebagai penampilan dan menunjukkan indera (doxa Platon atau garis dua membagi, Platon, Politeia 534a3 bentuk metafora alegori untuk mencapai ["idea Yang Baik"] yakni: (a) Matahari (Sun), (b) Dua Garis Membagi (Divided Line), (c) Gua (Cave) sebagai proses bolak balik. Demikian halnya dengan fenomena Aristotle menyebutnya “Ousia” adalah istilah untuk konsep filosofis tentang esensi atau substansi atau 1 substansi dan 9 kategori. Di sisi lain, fenomenologi terdiri dari kata logos, yang berarti kata, ucapan atau pengajaran. Istilah fenomenologi mencakup tren filosofis saat ini, yang muncul pada awal abad ke-18 di Friedrich Christoph Oetinger dan Filsafat Johann Heinrich Lambert..."
Jakarta: PT Nas Media Indonesia, 2023
142.7 APO f
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Mukaromah
"Penelitian ini menggambarkan arti dan makna pengalaman psikososial remaja penyandang skoliosis, di wilayah karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif dengan wawancara mendalam. Partisipan sebanyak 7 remaja putri (14-20 tahun) dan diperoleh melalui metode purposive sampling. Tujuh tema teridentifikasi dalam penelitian ini, yaitu pemahaman terhadap skoliosis, respon psikologis, kemampuan beradaptasi terhadap skoliosis, kemampuan beradaptasi terhadap terapi skoliosis, dukungan penyelesaian masalah, harapan kesehatan yang optimal, dan kekhawatiran terhadap masa depan. Support keluarga dan teman sebaya sangat dibutuhkan remaja untuk meminimalkan stress psikososial. Peningkatan pelayanan kesehatan melalui program pendidikan kesehatan dan skrining skoliosis di masyarakat sangat diharapkan skolioser remaja.

This study describes the significance and meaning of adolescent psychosocial experience of people with scoliosis, in the residency of Surakarta, Central Java. This study used descriptive phenomenological approach with in-depth interviews. Participants were 7 girls (14-20 years) and obtained through purposive sampling. Seven themes identified in this study, namely an understanding of scoliosis, a psychological response, adaptability to the scoliosis, the ability to adapt to the treatment of scoliosis, support for problem solving, optimal health expectations, and concerns over the future. Family and peer support are needed to minimize adolescent psychosocial stress. Improved health care through health education and screening programs in the community is expected adolescents with."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siregar, Laksmi Gondokusumo
"Disertasi ini mengungkapkan penelusuran mencari hakikat/makna yang tersembunyi di dalam perwujudan karya arsitektur. Penampakan karya arsitektur menimbulkan kesadaran akan sesuatu yang terkandung di dalamnya, sehingga penelusuran dilakukan untuk menjawab permasalahan yang muncul yaitu: 1) Bagaimana menemukan kembali kekayaan makna karya arsitektur seperti sebelum hampir dua abad terakhir? 2) Apakah imajinasi yang terwujud dalam produk suatu karya arsitektur dapat diungkapkan secara esensial? 3) Apakah suatu kesadaran intensional dapat mengungkapkan makna dalam berbagai manifestasi arsitektur? 4) Apakah arsitektur sebagai keterpaduan seni dan teknologi dapat menciptakan lingkungan buatan yang sesuai untuk tempat menghuni ? Penelusuran dilakukan dengan menggunakan cara berpikir filosofis dan metode fenomenologi.
Kesimpulan :
Dengan pemahaman dan pemikiran yang ketat dan cermat manusia dapat menemukan kekayaan makna wujud arsitektur. Pengungkapan makna suatu imajinasi manusia di dalam wujud arsitektur yang diciptakannya dapat ditemukan dengan cara pikir kritis yang memiliki jenjang kesadaran intensionalitas dan mereduksi. Penampakan fenomena karya arsitektur menyadarkan kemampuan simbolis dan kemampuan persepsi manusia dalam memahami wujud arsitektur untuk menyampaikan dan menerima pesan-pesan yang tersirat. Dengan cara memadukan antara seni dan teknik secara holistik maka akan terciptalah suatu tempat menghuni bagi manusia yang memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya dalam menjalani kehidupan. Penataan lingkungan buatan mempengaruhi penghayatan bagi penghuni karena harus memenuhi kedua kebutuhan hakiki tersebut.

This thesis will see through an inquisition to disclose the significance /spirit behind the architectural works concretization. The disclosure of architectural works inspired the intentional awareness towards the content born in it, that the research is intended to answer upcoming issues namely: 1) How to gain back the prosperity of the architectural work significance like as it was prior to the previous almost two centuries? 2) Are the imagination materialized in the product of an architectural works could be inherently revealed? 3) Will an intentional awareness be able to reveal the essence of various architectural manifestations? 4) is architecture as a synthesis of art and technology is able to constitutes an build environment suitable as a place to dwell ? Tracking will use a philosophical way of thinking and a methodology named phenomenology.
Conclusion:
Through a mindful and "rigorous" thinking humankind are able to find the significance of the architectural form prosperity. Unraveling the meaning of the human imagination in the form of architecture they create could be discovered by a critical way of thinking having an intentional and reducing awareness path. Phenomenon of architectural work awakens symbolization and humankind perception ability to comprehend architectural shape to convey and receive messages implied. By synthesizing between art and technology a holistically pattern will constitutes a dwelling territory for mankind to fulfill their physical and spiritual needs for their lives. The build environmental arrangement influences the adoption for the inhabitant since they have to fulfill the two basic needs."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
D520
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mansyuri
"Realitas sosial akan kekerasan bernuansa agama di masyarakat adalah fenomena tidak terbantahkan. Diakui atau tidak, fenomena kekerasan bernuansa agama kerap terjadi ketika terdapat persinggungan dan pergesekan antar ideologi dan keyakinan. Klaim atas keabsolutan agama, kekhawatiran akan merosotnya wibawa agama, menjaga dan mempertahankan kesucian agama, telah membawa mereka pada tindak kekerasan, baik fisik maupun simbolik. Kesemuanya itu termotivasi atas keinginan dan kerinduan untuk kembali kepada kehidupan murni yang kekal sebagaimana telah berlangsung pada masa awal agama.
Ajaran agama mempunyai status sebagai entitas suci bagi manusia yang mengandung moralitas dan etika yang luhur. Ia diyakini sebagai manifestasi kebaikan, kebahagiaan, kedamaian dan hukum normative yang kekal. Ia melingkupi seluruh kehidupan manusia. Maka ajaran agama sesungguhnya tidak mengajarkan kekerasan, namun fenomena kekerasan bernuansa agama itu adalah kepastian.
Melalui peneltian fenomenologi yang dihubungkan dengan ?The Myth of Eternal Return? dari Mircea Eliade ini, digunakan untuk mengungkap maknamakna yang tersirat maupun yang tersurat dari fenomena kekerasan bernuansa agama. Esensi dari itu semua diharapkan dapat mengurai problem yang dihadapi dewasa ini.

The Social reality of violence nuanced religion in society is a phenomenon indisputable. Recognized or not, the phenomenon of violence nuanced religious often occurs because the ideology and beliefs have been friction. The Claims of absolute religion, the anxiety about the decline of religious authority, to preserve and defend the sacredness of religion, those were led them to violence, both physical and symbolic. All of them motivated for a desire and longing to return for living as pure eternal place in the early days of the religion.
The religion?s wisdom have a status of sacred entity which containing a noble morality and ethics to the human being. It is believed to be manifestations of goodness, happiness, peace and eternal normative law. It surrounds the whole of human life. So, religion?s wisdom did not teach the violence, but the phenomenon of violence nuanced religion is certainty.
Through the study of phenomenology associated with "The Myth of Eternal Return" from Mircea Eliade was used to uncover the meanings of implicit or explicit from the religious violent phenomenon. The essence of phenomenology in this writing is expected to unravel the problems this time and the future."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
T29647
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Firman Hidayat
"ABSTRAK
Perbedaan identitas dan gaya komunikasi selalu ditemui seorang guru ketika dia ditugaskan untuk mengajar di daerah dengan budaya yang berbeda. Penelitian ini berusaha untuk menelaah peran identitas dan gaya komunikasi dalam pembentukan konsep diri guru. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap guru peserta SM3T Universitas Negeri Jakarta yang telah bertugas selama satu tahun di berbagai daerah terdepan, terluar dan tertinggal (3T) di Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep diri guru yang mengajar di daerah 3T tidak terbentuk begitu saja, namun berkembang dari proses negosiasi identitas sebagai kelompok minoritas dan akomodasi perbedaan gaya komunikasi. Peran identitas dan gaya komunikasi dalam pembentukan konsep diri selain memperkuat konsep diri yang telah ada juga membentuk serta mengembangkan konsep diri yang belum disadari oleh guru di daerah 3T. Selain itu hasil penelitian menunjukkan identitas dan gaya komunikasi terjalin antara satu dan yang lainnya dalam pembentukan konsep diri guru di daerah 3T.

ABSTRACT
The difference of identity and communication style will be always experienced by teachers if they are assigned to teach in areas with different cultures. The aim of the study is to examine how identity and communication styles differences play role in the formation of their self concept. This is a qualitative research with phenomenology method. Data collection was gathered by depth interviews with participating SM3T teachers from Jakarta State University who have served in various 3T (frontier, outermost and disadvantaged) regions in Indonesia for one year.
The results shows that the self concept of teachers who taught in 3T regions is not formed in instant, but it evolves from the negotiation identity process as a minority and accommodation differences in communication styles. The role of identity and style of communication in the formation of self-concept in addition to strengthening existing self-concept, it is also formed and developed the concept of self that has not been recognized by the teachers. In addition, the results also show that the identity and communication style cooperate together in the formation of self-concept of the teachers.
"
2016
T45775
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>