Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 71196 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tri Widyastuti Handayani
"ABSTRAK
Prevalensi gangguan muskuloskeletal akibat kerja masih tinggi. Salah satu cara mengatasinya dengan latihan peregangan otot (stretching). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan peregangan otot atau stretching pada pekerja. Metode penelitian menggunakan quasi eksperiment dengan rancangan pre dan post test group design with control group sebanyak 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh latihan peregangan otot terhadap keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja (pvalue 0,007). Faktor yang berkontribusi terhadap keluhan muskuloskeletal akibat kerja adalah lama kerja, IMT, dan latihan peregangan otot. Hasil penelitian merekomendasikan perlu dilakukan latihan peregangan otot sebanyak 5 kali sehari pada pekerja untuk mencegah keluhan ganggguan muskuloskeletal akibat kerja.

ABSTRACT
The prevalence of work related musculoskeletal disorders is still high. One strategy to overcome the problem is by the muscle exercise (stretching). The purpose of this research was to examine the influence of stretching on workers. The method used was quasi experiment pre and post test group with control that involved 60 respondents. The result of this research showed that there was significant influence of stretching on work related musculoskeletal disorders (pvalue 0,007). Factors contributed to this disturbance were work length period, body mass index, and stretching exercise. This research recommended that stretching of five times a day is important to prevent work related musculoskeletal disorders among workers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T41904
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Fajar
"ABSTRAK
Gaya hidup tidak sehat seperti kurang aktifitas fisik, konsumsi makanan tinggi lemak, dan stress, menjadi penyebab masalah hipertensi pada agregat dewasa di masyarakat perkotaan. Latihan Isometrik merupakan salah satu alternatif latihan fisik untuk menurunkan tekanan darah. Tujuan penulisan ini untuk memberikan gambaran keefektifan latihan isometrik dengan dukungan keluarga untuk menurunkan tekanan darah pada keluarga Ibu S. Metode yang digunakan adalah asuhan keperawatan keluarga dan studi kasus mulai dari tahap pengkajian sampai dengan tahap evaluasi. Intervensi latihan isometrik pada keluarga Ibu S dengan hipertensi dapat menurunkan tekanan darah 20 mmHg pada tekanan Sistolik dan 10 mmHg pada tekanan Diastolik. Latihan Isometrik dilakukan dalam rentang waktu 3 menit satu kali sesi sebanyak 21 kali selama 3 minggu. Intervensi latihan isometrik dapat direkomendasikan menjadi salah satu intevensi keluarga dengan hipertensi

ABSTRACT
Unhealthy lifestyle such as luck of physical activity, high fat dietary intake and stress cause hypertension for adult aggregates in urban communities. Isometric Exercise is one of the alternative physical exercise to lower blood pressure. The purpose of this scientific creation to provide an overview of the effectiveness Isometric Exercise with family support to lower blood pressure in the Ms. S family. The methods used are family nursing care and case studies from the assessment stage to the evaluation stage. Isometric Exercise intervention to Ms. S family with hypertension can lower Sistolic Blood Pressure 20 mmHg and Diastolic Blood Pressure 10 mmHg. Isometric Exercise is performed within 3 minutes of one session 21 times for 3 weeks. Isometric Exercise interventions can be recommended to be one of the family interventions with hypertension. "
2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achroma Fora
"

Latar Belakang :

Jumlah kasus Pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) terus meningkat, dan permintaan akan hemodialisis juga semakin melonjak. Arteriovenosa Fistula (AVF) menjadi pilihan utama dalam prosedur hemodialisis dan sering ditempatkan sedistal mungkin, namun tingkat keberhasilan cenderung rendah karena ukuran diameter yang tidak optimal. Latihan isometrik dan terapi Far Infrared (FIR) berpotensi untuk meningkatkan diameter, Peak Sistolyc Velocity (PSV), Volume flow arteri Radialis, serta diameter vena Cephalica pada pasien PGTA yang akan menjalani pembuatan AVF radiocephalica.

Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi korelasi antara pemberian Terapi Far Infra-Red dan latihan isometrik terhadap diameter, PSV, dan aliran volume arteri radialis serta diameter vena cephalica pada pasien-pasien dengan penyakit ginjal tahap akhir yang akan menjalani pembuatan AVF Radiocephalica.

Metode penelitian dilakukan dengan rancangan penelitian eksperimental RCT (Randomized Controlled Trial) di ruang hemodialisis RSUPN Ciptomangunkusumo. Selama 4 minggu, kelompok eksperimen diberikan latihan isometrik dan terapi FIR, dan hasilnya kemudian dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya diberikan Latihan isometrik

Hasil: Jumlah total subjek penelitian adalah 46 orang, dengan mayoritas perempuan (65,2%) dan komorbiditas Diabetes Melitus (37%). Median usia subjek adalah 54 tahun dengan rentang usia antara 18 hingga 73 tahun. Tersingkap adanya perbedaan signifikan secara statistik antara diameter arteri radialis (p<0.05), PSV arteri radialis (p<0,05), Volume Flow arteri radialis (p<0,05), dan diameter vena cephalica (p<0,05) pada subjek penelitian sebelum dan setelah menjalani latihan isometrik dan Terapi Far Infrared (FIR). Faktor risiko Diabetes Melitus (p<0,05) dan obesitas (p<0,05) juga terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap diameter vena cephalica.

Kesimpulan: Dapat disimpulkan bahwa aplikasi latihan isometrik dan Terapi Far Infrared (FIR) efektif dalam meningkatkan parameter-parameter seperti diameter arteri radialis, PSV arteri radialis, volume flow arteri radialis, serta diameter vena cephalica pada pasien dengan Penyakit Ginjal Tahap Akhir sebelum prosedur pembuatan AVF radiocephalica.


Background :The number of patients with End Stage Kidney Disease (ESKD) continues to increase, and the need for hemodialysis is also increasing. Arterivenosa Fistula (AVF) is the main access option for hemodialysis and is performed as distally as possible, but the success rate is not very high due to the diameter that is not optimal. The utilization of isometric exercise in conjunction with Far Infrared (FIR) therapy is potentially more effective in enhancing the diameter, Peak Systolic Velocity (PSV), Volume Flow of the Radial Artery, and the cephalic vein diameter in ESKD patients before the creation of radiocephalic AVF compared to using isometric exercise alone.

 

Objective: To determine the difference between isometric exercises combined with Far Infrared therapy and isometric exercise alone on the diameter, Peak Systolic Velocity (PSV), and volume flow of the radial artery, as well as the cephalic vein diameter in End-Stage Kidney Disease patients before radiocephalic AVF creation, compared to utilizing only isometric exercises as the standard procedure..

 

Methods: This study is an RCT (Randomized Controlled Trial) experimental study, conducted in the hemodialysis room of Ciptomangunkusumo Hospital. The study was conducted for 4 weeks of isometric exercise and FIR therapy, the results were compared with the control.

 

Results: The total study subjects were 46 people, mostly female (65.2%), comorbid Diabetes mellitus (37%). Median age was 54 years with a range of 18-73 years. There were statistically significant differences between radial artery diameter (p<0.05), radial artery PSV (p<0.001), radial artery flow volume (p<0.001), cephalic vein diameter (p<0.001) pre and post isometric exercise and FIR. Risk factors of diabetes mellitus (p <0.05) and obesity (p <0.05) have a significant change on the diameter of the cephalic vein.

 

Conclusion: The use of isometric exercise and FIR can increase radial artery diameter, radial artery PSV, radial artery flow volume and cephalica vein diameter in ESKD  patients before radiocephalica AVF creation.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Matrahman
"Nyeri merupakan gejala utama pada pasien dengan Osteoartritis OA , dan berdampak terhadap gangguan fungsional serta penurunan kualitas hidup. Latihan isometrik kuadrisep dan Jalan kaki dapat menjadi alternatif latihan pada pasien OA lutut untuk mengurangi keluhan nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbandingan efektifitas jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep terhadap nyeri dan rentang gerak sendi pada pasien dengan osteoartritis lutut. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental design dengan pendekatan non equivalent control group before - after. Jumlah sampel terdiri dari 17 responden pada masing-masing kelompok dengan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa latihan jalan kaki efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi pasien OA lutut p 0.000. Latihan isometrik kuadrisep efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut pasien OA lutut p 0.000. Namun setelah dibandingkan kedua latihan tersebut menunjukkan bahwa latihan jalan kaki tidak lebih efektif menurunkan nyeri dan meningkatkan rentang gerak sendi fleksi lutut daripada latihan isometrik kuadrisep pada pasien OA lutut p 0.000. Perlu dibuat protap latihan jalan kaki dan latihan isometrik kuadrisep yang terprogram. Pasien dengan obesitas dan derajat OA sedang bisa diarahkan dengan pilihan latihan isometrik kuadrisep. Sedangkan pasien dengan berat badan normal atau indeks masa tubuh kurang dan OA derajat ringan, bisa diarahkan pada latihan jalan kaki, serta pemberian edukasi gaya hidup agar kualitas hidup menjadi lebih baik.

Pain is known as the main symptom of Osteoarthritis OA which affect on the functional impairment and patient rsquo s quality of life. Alternatively, isometric quadriceps exercise and walking exercise could be employed to reduce the pain among knee OA patients. This study aimed to identify the comparison between walking exercise and isometric quadriceps exercise on pain and joint range of motion in knee osteoarthritis patients. This research was used quasi experimental with non equivalent control group before - after design. The experimental and control group, involved 17 respondents respectively with consecutive sampling technique.
The results showed the walking exercise is significantly reduce pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Similarly, the isometric quadriceps exercise is significantly decrease pain and increase knee flexion range of motion p 0.000. Nevertheless, after being compared showed that walking exercise is no more effective reduce pain and increase knee flexion range of motion rather than isometric quadriceps exercise in knee osteoarthritis patients. A standard operational procedure for walking exercise and isometric quadriceps exercise is programmed. Patients with obesity and moderat OA can be directed by choice of isometric quadriceps exercises. While patients with normal weight or less body mass index and mild OA, can be directed to walking exercise, as well as providing lifestyle education for better quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T50974
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Melania Muda
"Latar belakang: Pramugari merupakan salah satu pekerjaan yang sering terpapar stresor ergonomik sehingga sangat rentan terkena gejala gangguan muskuloskeletal. Salah satu cara untuk mengatasi keluhan muskuloskeletal adalah dengan peregangan otot. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat prevalensi gangguan muskuloskeletal dan pengaruh program latihan peregangan selama 2 mingggu menggunakan video peregangan Kemenkes RI terhadap perubahan intensitas nyeri gangguan muskuloskeletal pada pramugari pesawat komersil di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakanre -post study dengan instrumen Nordic Musculoskeletal Questionnaire dan Visual Analog Scale<.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 92 %  pramugari (n = 75) mengalami gangguan muskuloskeletal pada setidaknya 1 area tubuh dalam 12 bulan terakhir. 34 responden dijadikan sebagai subjek penelitian. Skor tingkat keluhan pada 28 area tubuh sebelum intervensi sebesar median 34 (29-84) dengan intensitas nyeri sebesar median 6 (2-9) masing-masing menjadi median 32 (28 - 67) dan  median 3 (0-9) setelah intervensi.
Kesimpulan: Didapatkan adanya perubahan yang bermakna pada skor tingkat keluhan pada 28 area tubuh yang bermakna pada skor tingkat keluhan pada 28 area tubuh (p < 0,001) serta intensitas nyeri sebelum dan sesudah intervensi latihan peregangan (p < 0,001).

Background: Flight attendant (FA) is a job that often exposed to ergonomic stressors so they are very susceptible to symptoms of musculoskeletal disorders. One of the ways to overcome musculoskeletal complaints is to stretching. The aim of this study was to examine the prevalence of musculoskeletal disorders and the effect of a 2-week stretching exercise program using the Indonesian Ministry of Health's stretching video on changes in the intensity of musculoskeletal pain in FA on commercial aircraft in Indonesia.
Methods: This is a pre-post study with Nordic Musculoskeletal Questionnaire and Visual Analog Scale as instruments.
Results: The results showed that 92% of the FA (n=75) had musculoskeletal disorders in at least 1 area of the body in the last 12 months. 34 respondents were used as subjects. The complaint level score in 28 body areas before the intervention was a median of 34 (29-84) with pain intensity of a median of 6 (2-9) became a median of 32 (28-67) and a median of 3 (0-9) after the intervention, respectively.
Conclusion: The stretching exercise program showed significant changes in the complaint level scores in 28 body areas (p<0.001) and pain intensity before and after the stretching exercise intervention (p<0.001).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Sulastri
"ABSTRAK
Kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana dipengaruhi oleh faktor lingkungan pekerjaan, hubungan dengan kepala ruangan, kondisi pekerjaan, persepsi pekerjaan, serta layanan pendukung keperawatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana dengan gangguan muskuloskeletal akibat kerja. Penelitian ini merupakan penelitian analitik deskriptif dengan desain cross sectional dan memakai teknik consecutive sampling yang melibatkan 80 orang perawat pelaksana. Data dikumpulkan dengan cara membagikan tiga kuesioner kepada responden, yaitu kuesioner karakteristik perawat pelaksana, kuesioner kualitas kehidupan kerja perawat, dan kuesioner Nordic Body Map. Hasil penelitian menemukan 51,3 perawat pelaksana memiliki kualitas kehidupan kerja tinggi, 91,3 perawat pelaksana mengalami gangguan muskuloskeletal kategori rendah, dan tidak ada hubungan antara kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana dengan gangguan muskuloskeletal akibat kerja =0,47,=0,05 . Saran untuk peneliti selanjutnya untuk mempertimbangkan jumlah sampel yang lebih besar dan terdiri dari beberapa institusi pelayanan kesehatan. Kualitas kehidupan kerja perawat pelaksana perlu ditingkatkan dengan mengoptimalkan faktor lingkungan pekerjaan, hubungan dengan kepala ruangan, kondisi pekerjaan, persepsi pekerjaan, serta layanan pendukung keperawatan. Kata kunci: gangguan muskuloskeletal akibat kerja, kualitas kehidupan kerja perawat, perawat pelaksana.

ABSTRACT
Quality of nursing work life of associate nurses is influenced by work environment, relationship with manager, work condition, job perception, and support service of nursing care. The aim of study is to identify the relationship between quality of nursing work life with work related musculoskeletal disorders among 80 associate nurses. This study was a cross sectional design and used a consecutive sampling technique. Data were collected by distributing the three questionnaires were characteristic associate nurses questionnaire, a Brooks 39 Quality of Nursing Work Life Questionnaire, and the Nordic Body Map questionnaire. This study resulted that 51.3 of associate nurses had a high quality of nursing work life, 91.3 of associate nurses experienced low musculoskeletal disorders, and there was no correlation between the quality of nursing work life with work related musculoskeletal disorders 0.47, 0.05 . This study also suggests for future researchers to consider with larger sample quantities and consist of several health care institutions. Quality of nursing work life can be increased by optimalizing the factors of work environment, relationship with manager, work condition, job perception, and support service. Keywords work related musculoskeletal disorders, quality of nursing work life, associate nurse."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Fajri
"Skripsi ini membahas tentang faktor risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka (Gotrak) akibat kerja di industri manufaktur PT Croda Indonesia tahun 2022. Penelitian bertujuan untuk menganalisis hubungan antara faktor individu, faktor pekerjaan, dan keluhan Gotrak, dilakukan pada buan Februari – Mei 2022 dengan menggunakan kuesioner SNI 9901;2011, RULA, REBA, dan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya. Desain studi cross-sectional dengan melibatkan seluruh pekerja sebanyak 58 orang. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian mendapatkan 41% pekerja memiliki tingkat risiko Gotrak sedang, dengan keluhan paling banyak dirasakan berturut-turut pada bagian leher (52%), punggung bawah (45%), dan punggung atas (43%). Terdapat hubungan antara faktor individu yaitu indeks massa tubuh, faktor kerja yaitu postur kerja, gerakan berulang, dan kejadian Gotrak. Pola hidup sehat utamanya menerapkan pola makan sehat, gizi seimbang dan menu bijak sesuai kondisi kesehatan dan pola kerja sehat utamanya postur tubuh tidak menyimpang dari garis tubuh, perlu ditingkatkan untuk meminimalisir keluhan Gotrak.

This thesis discusses the risk factors for Work-related Musculoskeletal Disorders (WMSDs) on Manufacturing Workers at PT Croda Indonesia in 2022. The study aimed to analyze the relationship between individual factors, work factors, and work-related musculoskeletal, conducted in February – May 2022 using the SNI 9901;2011 questionnaire, RULA, REBA, and secondary data obtained from the previous study. The design of the study was cross-sectional involving all 58 workers. Data analysis using chi- square test. The results of this study found that 41% of workers had a moderate risk level of Gotrak, with the most complaints felt consecutively in neck (52%), lower back (45%), and upper back (43%). There is a relationship between individual factors, namely body mass index, work factors, namely work posture, repetitive movements, and Gotrak incident. A healthy lifestyle mainly applies a healthy diet, balanced nutrition, and a wise menu according to health conditions and healthy work patterns, especially posture does not deviate from the body line, needs to be improved to minimize Gotrak complaints."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Dani Lestari
"Gangguan otot rangka akibat kerja (gotrak) menjadi salah satu masalah kesehatan serius di berbagai industri yang diderita oleh pekerja. Walau tidak fatal gotrak cenderung mengurangi efisiensi kerja dan kualitas hidup. Keluhan gotrak yang dialami pekerja railway maintenance umumnya dirasakan pada bagian leher, punggung dan lutut, dimana keluhan tersebut disebabkan oleh postur janggal, bekerja di tempat yang sempit, berat beban dll. Pekerjaan railway maintenance memiliki faktor risiko yang dapat berpengaruh terhadap keluhan gotrak yaitu faktor risiko individu, fisik, psikososial, lingkungan dan organisasi. PT X merupakan BUMD di bidang perkeretaapian yang diantaranya mencakup pekerjaan railway maintenance. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor risiko dari pekerjaan railway maintenance yang berpengaruh terhadap keluhan gotrak pekerja. Penelitian ini berjenis kuantitatif menggunakan desain cross sectional. Jumlah sampel menggunakan total populasi pada pekerja railway maintenance khususnya pada departemen yang menangani rolling stock maintenance (Departemen RSM dan Departemen RSIT) berjumlah 109. Departemen RSM mencakup light maintenance, sedangkan Departemen RSIT mencakup heavy maintenance. Manajemen data menggunakan SPSS 25, analisa data mengunakan analisa deskriptif, bivariat (uji chi square dan uji regresi logistik sederhana) dan multivariat menggunakan metode enter (uji regresi logistik ganda). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas dan lembar Rapid Entire Body Assesment (REBA). Hasil menunjukkan gambaran aktivitas pekerjaan di Departemen RSM terdiri dari pekerjaan di bagian rooftop, carbody, interior, underfloor dan di dalam kantor. Sedang pada Departemen RSIT terdiri dari pekerjaan di bagian carbody, pantograf, valve, brake, air compressor, motor traksi, bogie, elektrikal, AC, dan didalam kantor. Keluhan gotrak dirasakan oleh 62 pekerja railway maintenance di PT X (63.9%), dimana keluhan yang paling banyak dirasakan pada bagian leher, punggung bawah, kedua bahu, pergelangan tangan kanan dan punggung atas. Tingkat risiko ergonomi dari pekerjaan railway maintenance pada 2 departemen tersebut bervariasi mulai dari diabaikan hingga sangat tinggi, dimana penyumbang skor disebabkan oleh adanya postur janggal pada bagian leher, punggung, lengan atas, kedua kaki, dan berat objek. Faktor risiko yang berpengaruh terhadap keluhan gotrak yaitu dukungan sosial (OR 3.39, 95% CI 1,29-8.88). Intervensi yang dilakukan untuk mengurangi tingkat risiko ergonomi dari pekerjaan tersebut menggunakan hierarki pengendalian, sedangkan untuk mencegah keluhan gotrak yang berasal dari faktor risiko psikososial Upaya berfokus pada pengurangan tenaga manusia saat bekerja, peningkatan reward, peningkatan kepuasan kerja dan pengelolaan distres di tempat kerja.

Musculoskeletal Disorders (MSDs) are one of the serious health problems in various industries suffered by workers. Although not fatal, MSDs tends to reduce work efficiency and quality of life. Complaints experienced by railway maintenance workers are generally felt in the neck, back and knees, where the complaints are caused by awkward posture, working in narrow places, heavy loads etc. Railway maintenance work has risk factors that can affect MSDs complaints, namely individual, physical, psychosocial, environmental and organizational risk factors. PT X is a BUMD in the field of railway which includes railway maintenance work. This study aims to determine the risk factors of railway maintenance work that affect MSDs workers complaints. This study was quantitative using a cross sectional design. The number of samples using the total population of railway maintenance workers, especially in departments that handle rolling stock maintenance (RSM Department and RSIT Department) amounted to 109. The RSM Department covers light maintenance, while the RSIT Department covers heavy maintenance. Data management using SPSS 25, data analysis using descriptive analysis, bivariate (chi square test and simple logistic regression test) and multivariate using enter method (multiple logistic regression test). The instruments used in this study were questionnaire sheets that had been tested for validity and reliability and Rapid Entire Body Assessment (REBA) sheets. The results show a picture of work activities in the RSM Department consisting of work on the rooftop, carbody, interior, underfloor and inside the office. While in the RSIT Department consists of work in the carbody, pantograph, valve, brake, air compressor, traction motor, bogie, electrical, air conditioning, and in the office. MSDs complaints were felt by 62 railway maintenance workers at PT X (63.9%), where the most complaints were felt in the neck, lower back, both shoulders, right wrist and upper back. The level of ergonomic risk of railway maintenance work in the 2 departments varies from negligible to very high, where the contributor to the score is caused by awkward posture on the neck, back, upper arms, both legs, and the weight of the object. Risk factors that influence gotrak complaints are social support (OR 3.39, 95% CI 1.29-8.88). Interventions carried out to reduce the level of ergonomic risk of the work use a hierarchy of control, while to prevent complaints of fatigue derived from psychosocial risk factors Efforts focus on reducing human labor while working, increasing rewards, increasing job satisfaction and managing stress at work."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tri Widyastuti Handayani
"ABSTRAK
Pekerja merupakan salah satu agregat yang berisiko mengalami masalah kesehatan. Salah satu masalah kesehatan yang dapat dialami oleh pekerja adalah gangguan muskuloskeletal akibat kerja. Strategi intervensi keperawatan komunitas yang dapat dilakukan adalah pendidikan kesehatan, pemberdayaan, kemitraan, proses kelompok, dan intervensi keperawatan profesional langsung. Salah satu bentuk intervensi yang dilakukan sebagai inovasi dalam upaya mencegah dan menurunkan angka keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja adalah model intervensi Dentervalon. Model ini terdiri dari kegiatan identifikasi, intervensi, dan evaluasi ergonomi. Sasaran pelaksanaan model intervensi ini adalah pihak manajemen, individu pekerja, kelompok pekerja, dan keluarga pekerja. Evaluasi dari model ini dapat meningkatkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tim ergonomi, petugas kesehatan klinik, kelompok pekerja, serta keluarga pekerja tentang ergonomi. Model ini juga dapat meningkatkan kemandirian keluarga, menurunkan angka keluhan gangguan muskuloskeletal akibat kerja, dan menurunkan jumlah kunjungan pekerja yang mengalami keluhan ke klinik perusahaan. Model intervensi ini diharapkan dapat dilanjutkan dan dijadikan program rutin perusahaan dalam upaya meningkatkan status kesehatan pekerja.

ABSTRACT
Workers area the the aggregate in the communitythat are profoundly at risk of work related musculosceletal disorders. Community nurses has significant role to address this problem. The strategies can be used by the nurses may include health education, empowerment, partnership, group process, and direct professional nursing interventions. Dentervalon intervention model was introduced as an innovative strategy to prevent and reduce the incidence of work related musculosceletal disorders. Comprising of the activities of ergonomics hazard identification, intervention, and evaluation. The targets of the implementation of this intervention were managers, ergonomics teams, union, workers and workers? family members. The evaluation results demonstrated an increase in knowledge, attitude, and skills of the targeted participants. In addition, the model improved the family autonomy, reduced the incidence of work related musculosceletal disorders and increased the number of visits to the company clinic. It is strongly recommended to continue the implementation of Dentervalon intervention model in regular basis to enhance the workers health status.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Jayantini
"Dokter gigi memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami gangguan otot dan tulang rangka dikarenakan aktivitas pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja pada dokter gigi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – November 2022 yang melibatkan 111 dokter gigi yang bekerja di Puskesmas Wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data antara lain form Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF), Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) dan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara; kebiasaan olahraga, faktor fisik pada tangan dan siku, serta tuntutan pekerjaan terhadap gejala gotrak akut dan kronis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan intervensi lebih lanjut untuk mengurangi risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka pada dokter gigi.

Dentists are at risk for musculoskeletal disorders due to daily work activities. The purpose of this study was to analyze risk factors of work-related musculoskeletal disorder in dentist. This research was conducted in January to November 2022 involved 111 dentists working at the South Jakarta primary health care. This study used a cross sectional study design. The instruments used for data collection included the Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) form, the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) and the Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). The results of this study indicated that there is a significant relationship among exercise habits, physical factors on the hands and elbows, as well as work demands on acute and chronic symptoms of musculoskeletal disorder. Therefore, it is necessary to carry out further control and intervention to reduce the risk of musculoskeletal disorders in dentist."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>