Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143592 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Suntoro
"Latar belakang: Perubahan fungsi seksual perempuan pascapersalinan berkisar 23% - 86% dan mempunyai dampak yang signifikan dalam keharmonisan keluarga. Berbagai studi dan penelitian tentang fungsi seksual perempuan pascapersalinan banyak dilakukan dengan hasil yang berbeda karena adanya perbedaan alat ukur, waktu pengukuran serta pengontrolan variabel perancu. Penelitian ini sebagai konfirmasi dari penelitian sebelumnya serta belum adanya data yang pasti terutama di Jakarta dan Indonesia umumnya.
Tujuan: mengetahui perbandingan dorongan, bangkitan, orgasme, nyeri dan kepuasan fungsi seksual perempuan 3 bulan pascapersalinan spontan dengan seksio sesaria di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Metode: Penelitian observasional, subyek kelompok persalinan spontan dan seksio sesaria, pengukuran fungsi seksualnya 3 bulan pascapersalinan menggunakan kuisioner Female Sexual Function Index (FSFI) desain penelitian cross sectional (potong lintang), pengambilan sampel consecutive sampling. Analisis komparatif katagorik tidak berpasangan dengan chi square atau uji fisher. Analisis variabel perancu dilakukan analisis multivariat regresi logistik.
Hasil: Dari 150 responden 3 bulan pascapersalinan spontan dan seksio sesaria didapatkan 43,3% disfungsi seksual dengan 52 % spontan dan 34 % seksio sesaria. Analisa bivariat terjadinya disfungsi seksual 3 bulan pascapersalinan spontan 1,5 kali lebih besar (IK 95% 1,02-3,19) dibandingkan seksio sesaria. Gangguan hasrat/dorongan seksual 2 kali lebih besar (IK 95% 1,17-3,40) dibandingkan seksio sesaria, sedangkan gangguan orgasme 8 kali lebih besar (IK 95% 1,90-3,58) dengan variable perancu adanya robekan perineum. Gangguan bangkitan seksual, lubrikasi, kepuasan seksual dan nyeri tidak berbeda secara bermakna pada persalinan spontan dengan seksio sesaria. Analisa multivariat variabel persalinan spontan bermakna secara statistik untuk disfungsi seksual pasien 3 bulan pascapersalinan pada variabel disfungsi dorongan seksual dan pencapaian orgasme, dengan nilai p=0,008, RR 2,716 dan p=0,031 RR 6,952, sedangkan variabel usia lebih dari 30 tahun bermakna secara statistik pada disfungsi seksual pada variabel bangkitan seksual dengan p=0,021 dan RR 2,601.
Kesimpulan: persalinan spontan bermakna secara statistik untuk terjadinya disfungsi seksual 3 bulan pascapersalinan, terutama variabel dorongan seksual dan tercapainya orgasme. Sedangkan variabel usia lebih dari 30 tahun merupakan variabel yang berpengaruh pada disfungsi seksual terutama pada variabel bangkitan seksual.

Background: The alteration of postpartum sexual function on female is about 23%-86% and has a significant impact in a family?s tranquility. Many studies and research regarding postpartum sexual function on female were performed by various comparison variables such as Glasner, Barret, Thomson and Rochelle with different results because of the difference of measuring instruments, time of measurement and the control of confounding variables.
Objective: To know the comparison of encouragement, stimuli, orgasm, pain and satisfaction of female sexual function at 3 months post partum between spontaneous and cesarean section in Cipto Mangunkusumo National General Hospital in Jakarta.
Methods: This was an observational research involving subjects starting from identification of spontaneous and cesarean section group, and then their sexual function was measured at three months postpartum with Female Sexual Function Index (FSFI) questionnaire. The study design used was cross sectional with consecutive sampling. Analysis for non-paired of category comparative were chi square or fisher analysis. Analysis for confounding variables with multivariate logistic regression.
Results: From 75 respondents of spontaneous and Cesarean Section 43,3% have sexual dysfunction with 52% of spontaneous and 34% of cesarean section. Bivariate analysis of happening of sexual dysfunction at three months spontaneous was 1.5 times higher (IPK 95% 1,02-3,19) compared with cesarean section. Sexual encouragement shows a twice higher value (IPK 95% 1,17-3,40) compared to cesarean section. However, orgasm disturbance was 8 times higher (IPK 95% 1,90-3,58) with confounding variable of perineum rupture. Disturbance of sexual stimuli, satisfaction and pain were not significantly different between spontaneous and cesarean section. Multivariate analysis of vaginal labor was statistically significant for sexual dysfunction at three months postpartum in patient with sexual encouragement dysfunction and orgasm accession, with value of p=0,008, RR 2,716 and p=0,031 RR 6,952. However, more than 30 years old of age variable was statistically significant in sexual dysfunction variable with value of p=0,021 and RR=2,60.
Conclusion: Spontaneous labor is statistically significant for sexual dysfunction at three months postpartum, especially for sexual encouragement variable and orgasm accession. Meanwhile, the variables with the age of 30 years old or older.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Immawanti
"[Perempuan pasca melahirkan adalah kelompok yang berisiko mengalami perubahan pada fungsi seksual. Penelitian ini untuk mengetahui perbedaan fungsi seksual ibu postpartum pervaginam dengan atau tanpa episiotomi dan pasca bedah sesar. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan desain cross sectional. Sampel berjumlah 225 ibu postpartum yang diambil secara consecutive sampling dari bulan April-Mei 2015. Fungsi seksual dinilai dengan Sexual Function Questionnaire (SFQ). Hasil penelitian menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna antara fungsi seksual pada semua jenis persalinan (p=0,977), begitupun hasrat seksual, gairah seksual, dan orgasme. Penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesehatan seksual ibu pada perawatan postpartum yang berkualitas.;The postpartum women is one of group who experience sexual function changes. The aims of the study is to know the comparation sexual function woman after vaginal delivery without episiotomi and post caesarean section. The study was a descriptive study of cross-sectional design. The sample was 225 woman
postpartum was taken by consecutive sampling from April-May 2015. Sexual function was assessed by the Sexual Function Questionnaire (SFQ) score. The results of this study showed there were no significant differences between sexual function and types of delivery (p=0.977), including sexual desire, sexual arousal and orgasm. The results of the study can be used to increase nurses’s service sexual postpartum women for reach quality postpartum care., The postpartum women is one of group who experience sexual function changes.
The aims of the study is to know the comparation sexual function woman after
vaginal delivery without episiotomi and post caesarean section. The study was a
descriptive study of cross-sectional design. The sample was 225 woman
postpartum was taken by consecutive sampling from April-May 2015. Sexual
function was assessed by the Sexual Function Questionnaire (SFQ) score. The
results of this study showed there were no significant differences between sexual
function and types of delivery (p=0.977), including sexual desire, sexual arousal
and orgasm. The results of the study can be used to increase nurses’s service
sexual postpartum women for reach quality postpartum care.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
T44292
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Ajeng Rembulan
"Latar Belakang : Disfungsi seksual dialami oleh 22-86% perempuan pada periode pascapersalinan. Alasan yang dikemukakan untuk menunda hubungan seksual adalah kekhawatiran mengenai nyeri perineum, perdarahan, dan kelelahan. Disfungsi seksual seringkali tidak disadari, baik oleh pasien maupun oleh klinisi. Penelitian ini dilakukan untuk menilai fungsi seksual perempuan dalam waktu enam bulan setelah melahirkan spontan.
Metode : Penelitian ini merupakan studi potong lintang menggunakan kuesioner female sexual function index (FSFI) yang didistribusikan di antara 47 responden dalam periode September-Desember 2012. Tiap hasil individu digunakan untuk menilai fungsi seksual secara umum dan disfungsi seksual per domain. Karakteristik responden kemudian dianalisis bivariat dengan disfungsi seksual.
Hasil : Dalam enam bulan setelah persalinan spontan, 44 responden (93,6%) telah memulai kembali aktivitas seksual. Dari 47 responden, 27 (57,5%) menderita disfungsi seksual. Nilai p untuk analisis bivariat antara kelompok usia, tingkat pendidikan, paritas, derajat robekan perineum, status menyusui dan disfungsi seksual secara berturut-turut, yaitu: 0,064; 0,437; 0,836; 0,761; 0,723.
Kesimpulan : Tidak ada perbedaan bermakna antara berbagai variabel yang dianalisis dengan disfungsi seksual, baik secara umum maupun per domain, dalam periode enam bulan pascapersalinan spontan.

Background : Sexual dysfunction is experienced by 22-86% women after giving birth. The reasons to delay resuming sexual intercourse is due to anxiety about perineal pain, bleeding, and fatigue. Sexual dysfunction is usually unnoticed either by patients or clinicians. This study was conducted to assess sexual function in women during six months period after spontaneous delivery.
Methods : This was a cross-sectional study using female sexual function index (FSFI) questionnaires which were distributed among 47 subjects during period of September-December 2012. Each individual results was assessed for general sexual function and per domain sexual dysfunction. Subjects characteristics were analyzed bivariately with sexual dysfunction prevalence.
Results : During six months after spontaneous delivery, 44 subjects (93.6%) had resumed sexual activity. Out of 47 subjects, 27 (57.5%) suffered from sexual dysfunction. P value for bivariate analysis between patients? age group, education level, parity, perineal rupture, breastfeeding and sexual dysfunction status were respectively 0.064; 0.437; 0.836; 0.761; 0.723.
Conclusion : There was no significant difference between various variables analyzed and sexual dysfunction, either general or per domain, in six months period after spontaneous delivery.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aurelia Maria Prajna Saraswati
"Latar belakang: Depresi pasca persalinan merupakan komplikasi neuropsikiatrik yang paling sering terjadi pada ibu pasca bersalin. Depresi pasca persalinan memiliki insidensi 10-15% di dunia dan prevalensi 2,32% sampai 22,35% di Indonesia. Depresi pasca persalinan seringkali luput didiagnosis sehingga ibu dengan depresi beserta bayinya tidak mendapatkan tata laksana yang sesuai. Depresi pasca persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor dimana salah satunya adalah operasi Caesar.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan depresi pasca persalinan dengan operasi Caesar.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross-sectional). Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling melalui kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dan pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS versi 20. Uji analisis menggunakan uji Chi Square dan Fisher’s exact test.
Hasil dan simpulan: Secara statistik, hubungan depresi pasca persalinan dengan metode persalinan secara Caesar tidak signifikan (OR=1,575; IK 95%=0,484- 5,123; p=0,448). Faktor lain yang diteliti (usia, status pekerjaan, status pendidikan) juga secara statistik tidak signifikan (p>0,05).

Background: Postpartum depression is the most prominent neuropsychiatric complication in postpartum mothers. The incidence of postpartum depression is 10-15% around the world, meanwhile the prevalence in Indonesia is 2,32% to 22,35%. Postpartum depression diagnosis is usually missed which causes inadequate treatment for mothers and their baby. Postpartum depression is influenced by many factors, one of which is Caesarian section.
Goal: This study aims to identify the relationship between postpartum depression and Caesarian section.
Method: This study uses cross-sectional study design. Sample is obtained by consecutive sampling using Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) questionnaire and the data is processes through SPSS version 20. Statistical analysis test used in this study are Chi Square test and Fisher’s exact test.
Result and conclusion: Statistically, the relationship between postpartum depression and Caesarian section is not significant (OR=1,575; IK 95%=0,484- 5,123; p=0,448). Other factors that were included in this study (age, employment status, and education) are also statistically not significant (p>0,05).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Dzakira Edwar
"Disfungsi seksual perempuan merupakan gangguan yang terjadi pada fungsi seksual perempuan sehingga dapat mengganggu kegiatan seksual dan menyebabkan tekanan intrapersonal. Disfungsi seksual perempuan secara umum memiliki prevalensi sebesar 40,9% pada perempuan pre-menopause di dunia. Disfungsi seksual pasca persalinan dapat terjadi setelah proses persalinan dan mengganggu fungsi seksual perempuan serta berdampak pada psikologis dan hubungan dengan pasangan. Disfungsi seksual pasca persalinan dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah operasi Caesar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan disfungsi seksual dengan pasca operasi Caesar.
Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling menggunakan Female Sexual Function Index (FSFI-6) dan pengolahan data dilakukan menggunakan SPSS versi 20. Uji analisis menggunakan uji Chi Square dan Fisher’s exact test.
Secara statistik, hubungan disfungsi seksual dengan metode persalinan secara Caesar tidak signifikan (OR=2,750; IK 95%=0,771-9,808; P=0,111). Faktor lain yang diteliti (usia, status pendidikan, dan status pekerjaan) juga secara statistik tidak signifikan (p>0,05).
Hubungan disfungsi seksual dengan metode persalinan secara operasi Caesar secara statistik tidak signifikan. Namun, berdasarkan nilai OR operasi Ceasar memiliki risiko 2,750 kali lipat meningkatkan kejadian disfungsi seksual.

Female sexual dysfunction is a disorder that occurs in a woman's sexual function that can interfere with sexual activity and cause intrapersonal distress. Female Sexual dysfunction has a prevalence of 40.9% in pre-menopausal women in the world. Postpartum sexual dysfunction can occur after childbirth and have an impact on psychological and relationships with partners. Postpartum sexual dysfunction is influenced by many factors, one of which is the Caesarean section.
This study aims to identify the relationship between sexual dysfunction and post- Caesarean section.
This study uses cross-sectional study design. Sample is obtained by consecutive sampling using Female Sexual Function Index (FSFI-6) questionnaire and the data is processes through SPSS version 20. Statistical analysis test used in this study are Chi Square test and Fisher’s exact test.
Statistically the relationship between sexual dysfunction and delivery method by Caesarean isnot significant (OR = 2.750; 95% CI = 0.771-9.808; P = 0.111). Other factors studied (age, educational status, and employment status) are also statistically insignificant (p> 0.05).
The relationship between sexual dysfunction and delivery method by caesarean section is not statistically significant. However, based on the OR value, Caesarean surgery has a 2,750-fold risk to increased the accident of female sexual dysfunction.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Astuti
"Pelayanan nifas sangat bermanfaat untuk mengetahui kondisi ibu, sehingga bila tejadi morbiditas postpartum segera dapat ditangani dan kematian ibu dapat dicegah. Namun pemanfaatan pelayanan nifas di Indonesia masih sangat rendah dan dibawah target, kunjungan nifas lengkap sekitar 32 persen, angka ini masih jauh dari yang ditargetkan yaitu sebesar 90 persen pada tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional dengan data sekunder Riskesdas 2013. Populasi dalam penelitian ini adalah 497 kabupaten/kota, dan sampel penelitian ini sebanyak 192 kabupaten/kota. Analisis dilakukan dengan uji regresi logistic ganda.
Hasil penelitian didapatkan faktor yang paling dominan menentukan status Kunjungan Nifas lengkap adalah persentase K4 antenatalcare (B=-0,056). Penelitian ini menyarankan untuk pengkajian ulang standar pelayanan minimal di kabupaten/kota, peningkatan kualitas antenatalcare, peningkatan program home visit dan Komunikasi, Informasi dan Edukasi.

Postpartum care is very useful to know the condition of the mother, so that when the immediate postpartum morbidity occurred can be handled and maternal deaths can be prevented. However, postnatal care utilization in Indonesia is still very low and below target, postpartum visits about 32 percent, this figure is still far from the target is equal to 90 per cent in 2015. This study used cross sectional method with secondary of Riskesdas 2013. The population 497 districts / cities, and the sample as much as 192 districts / cities. The analysis was performed by multiple logistic regression.
The result showed that the most dominant factor determining the status of postpartumcare Visits is the percentage K4 antenatalcare (B = -0.056). This study suggests for the review of minimum service standards in the district / city, antenatalcare quality improvement, increase in home visit program and Communication, Information, and Education.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
T44223
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ponsinah
"ABSTRAK
Rumah sakit berperan dalam menunjang keberhasilan menyusui melalui
pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung. Penelitian ini bertujuan
mengidentifikasi perilaku menyusui pada ibu dengan persalinan normal dan
sectio caesaria selama dirawat gabung di RSUD Pasar Rebo. Penelitian ini
merupakan penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif. Sampel penelitian
adalah ibu nifas yang sudah dilakukan rawat gabung bersama bayinya dengan
jumlah 90 orang. Hasil penelitian menunjukan seluruh ibu yang melahirkan
normal, menyusui dengan memberi ASI saja, sedangkan ibu yang melahirkan
dengan operasi selain memberi ASI masih ada yang memberi tambahan susu
formula. Saran untuk penelitian selanjutnya menggunakan desain korelasi
sehingga dapat diketahui perilaku menyusui dengan faktor yang berhubungan.

Abstract
A hospital has an important role in supporting a succesful breasfeeding through
the early initiation of breasfeeding and rooming in. This study aimed to identify
the breasfeeding behavior of mother with spontaneus and caesarean section
delivery while taken care at rooming-in unit Pasar Rebo District General
Hospital. This research was a quantitative study with descriptive design. The
research samples were 90 rooming-in postpartum mothers. The result showed that
all mothers with normal delivery provided only breast milk, while most mothers
with caesarean section delivery gave breast milk and few of them add formula
milk. It is suggested that the further research would use correlative design so that
the factors that influence breastfeeding behavior during hospitalization could be
identified."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43136
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hesty Mellissa
"Latar Belakang: Meningkatnya angka kehamilan remaja berkorelasi dengan meningkatnya dampak buruk terhadap ibu atau pun bayi. Selain peningkatan kematian ibu atau pun bayi yang diakibatkan kehamilan remaja, depresi pascapersalinan dan gejalanya meningkat secara bermakna pada kehamilan remaja. Prevalensinya berkisar antara 26 % sampai lebih dari 50%. Depresi pascapersalinan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain status pernikahan, status sosial-ekonomi, kepercayaan diri, depresi antenatal, kurangnya dukungan sosial, stresor, gangguan emosi pada masa anak, kehamilan yang tidak diinginkan, depresi terdahulu.
Tujuan: Untuk mengetahui prevalensi depresi pascapersalinan pada kehamilan remaja di RSUPN Ciptomangunkusumo dan Puskesmas jejaring serta untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan pasangan, dukungan orangtua, status pernikahan, kehamilan yang tidak diinginkan, stresor psikososial, luaran janin, penyulit obstetri dengan depresi pascapersalinan.
Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik observasional dengan desain cross sectional yang menggunakan kuesioner Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) dengan tujuan untuk mengetahui prevalensi dan hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya depresi pascapersalinan di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta  dan puskesmas jejaring dalam 6 bulan (Februari 2019 hingga Juli 2019).
Hasil: Dari 6 bulan (Februari 2019-Juni 2019) terdapat 77 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Prevalensi depresi pascapersalinan di RSUPN Cipto Mangunkusumo dan 5 puskesmas jejaring adalah 45%. Terdapat hubungan bermakna antara dukungan pasangan, status pernikahan, kehamilan yang diinginkan, stresor psikososial, dan komplikasi obstetrik terhadap terjadinya depresi pascapersalinan melalui analisis bivariat dengan nilai signifikansi p<0,001 (p<0,05), sedangkan untuk faktor dukungan keluarga, status pernikahan, kehamilan yang tidak diinginkan, dan luaran janin didapatkan hasil analisis bivariat mempunyai hubungan tidak bermakna dengan kejadian depresi pasca persalinan. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa dukungan suami, stressor psikososial, dan komplikasi obstetrik menjadi 3 faktor utama sebagai pendukung terjadinya depresi pascapersalinan. Terdapat hubungan antara tidak adanya dukungan suami dengan peningkatan depresi pasca persalinan yang terjadi di 31 (93.9%) pasien yang tidak mendapat dukungan suami dengan OR=64,3. Terdapatnya stresor psikososial terbukti pula mempunyai hubungan dengan peningkatan kejadian depresi pascapersalinan pada 14 (93.9%) pasien yang terdapat stressor psikososial dengan OR=67,2. Kesulitan obstetrik yang dialami pasien juga didapatkan hasil analisis yang bermakna terhadap peningkatan kejadian depresi pascapersalinan pada 32 (86.5%) pasien yang mengalami kesulitan obstetrik dengan OR=36,3.
Kesimpulan: Berdasarkan temuan penelitian maka faktor-faktor pengaruh dukungan suami, stres psikososial dan kesulitan obstetrik terhadap depresi sebesar 86,6%, sisanya 13,4% dipengaruhi faktor lain. Faktor tersebut penting dalam memprediksi depresi pascapersalinan pada kehamilan remaja, karena memiliki pengaruh yang signifikan. Hal tersebut penting sebagai pertimbangan untuk melakukan skrining awal dan menentukan tatalaksana yang lebih jauh.
Kata kunci: Kehamilan remaja, depresi pascapersalinan, faktor-faktor

Background: Increasing numbers of adolescent pregnancy correlates with increasing adverse effects on mother or baby. In addition to an increase in maternal or infant mortality due to teenage pregnancy, postpartum depression and symptoms increase significantly in teenage pregnancy. The prevalence ranges from 26% to more than 50%. Postpartum depression is influenced by various factors, including marital status, socio-economic status, self-confidence, antenatal depression, lack of social support, stressors, emotional disturbances in childhood, unwanted pregnancy, previous depression.
Objective: This study aims to find out the prevalence of postpartum depression in adolescent pregnancy at Ciptomangunkusumo General Hospital and network primary helath care and to find out whether there is a relationship between partner support, parental support, marital status, unwanted pregnancy, psychosocial stressors, fetal outcomes, obstetric complications and postpartum depression.
Methods: This study is descriptive observational analytic with cross sectional study design using the Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) questionnaire with the aim to determine the prevalence and relationship of factors that influence the occurrence of postpartum depression at Dr. Hospital. Cipto Mangunkusumo Jakarta and network primary helath care in 6 months (February 2019 to July 2019)
Results: From 6 months (February 2019-June 2019) there were 77 patients who met the inclusion criteria. The prevalence of postpartum depression in Cipto Mangunkusumo General Hospital and 5 networked primary helath care 45%. There was a significant relationship between partner support, marital status, unwanted pregnancy, psychosocial stressors, and obstetric complications of postpartum depression through bivariate analysis with a significance value of p <0.001 (p <0.05). As for the factors of family support, marital status, unwanted pregnancy, and fetal outcomes obtained bivariate analysis results have no significant relationship with the incidence of postpartum depression. The results of multivariate analysis showed that the support of husbands, psychosocial stressors, and obstetric complications were 3 main factors supporting the occurrence of postpartum depression. There was a relationship between lack of husband support with an increase in postpartum depression that occurred in 31 (93.9%) patients with lack of husband support with OR = 64.3. The presence of psychosocial stressors has also been shown to be associated with an increased incidence of postpartum depression in 14 (93.9%) patients with presence of Universitas Indonesia psychosocial stress with OR = 67.2. Obstetric difficulties experienced by patients also obtained results of a meaningful analysis of the increased incidence of postpartum depression in 32 (86.5%) patients with obstetric difficulties with OR = 36.3.
Conclusions: Based on the above findings, the factors influencing husband's support, psychosocial stress and obstetric difficulties for depression were 86.6%, the remaining 13.4% were influenced by other factors. This factor is important in predicting postpartum depression in teenage pregnancy, because it has a significant effect. This is important as a consideration for conducting initial screening and determining further management.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Anjali
"Dukungan sosial yang dipersepsikan ibu dan paritas merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan depresi pasca persalinan pada perempuan pasca melahirkan. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan mengidentifikasi hubungan antara dukungan sosial yang dipersepsikan oleh ibu dengan risiko depresi pasca persalinan khususnya pada ibu primipara di provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan metode consecutive sampling untuk mengambil 111 sampel ibu primipara. Kuesioner yang digunakan terdiri dari karakteristik responden dan versi bahasa Indonesia dari Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) serta Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Berdasarkan data hasil penelitian diketahui sebanyak 67.6% ibu primipara di DKI Jakarta mempersepsikan dukungan sosial yang tinggi (dari keluarga 90,1%; suami 88,2%; dan peer/teman 46,8%) dan sebanyak 34.2% ibu primipara cenderung mengalami depresi pasca persalinan di DKI Jakarta. Hasil uji bivariat menggunakan uji Chi Square ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan sosial yang dipersepsikan ibu dengan risiko depresi pasca persalinan pada ibu primipara (nilai p = 0,001; α < 0,05). Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan kepada perawat, suami, dan/atau keluarga untuk selalu memberikan dukungan sosial kepada ibu pasca kelahiran bayi.

Social support perceived by the mother and parity is one of the factors that can cause postpartum depression in postpartum women. Therefore this study aims to identify the relationship between social support perceived by the mother and the risk of postpartum depression, especially among primiparous mothers in the province of DKI Jakarta. This study used a cross-sectional design with consecutive sampling methods to take 111 samples of primiparous women. The questionnaire used consisted of the characteristics of the respondents and the Indonesian version of the Edinburgh Postpartum Depression Scale (EPDS) and the Multidimensional Scale of Perceived Social Support (MSPSS). Based on research data, it is known that 67.6% of primiparous mothers in DKI Jakarta perceive high social support (90.1% from family; 88.2% of husbands; and 46.8% of peers/friends) and as many as 34.2% of primiparous mothers tend to experience depression postpartum in DKI Jakarta. The results of the bivariate test using the Chi Square test found a significant relationship between social support perceived by the mother and the risk of postpartum depression in primiparous women (p value = 0.001; α <0.05). Based on the research results, it is recommended that nurses, husbands, and/or families always provide social support to mothers after the birth of a baby."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rajagukguk, Ningsih Tresia
"Ibu mengalami perubahan suasana hati selama periode postpartum. Perubahan suasana hati seperti sering menangis, sedih, marah, lelah dan sulit tidur disebut postpartum blues. Postpartum blues dapat terjadi pada ibu persalinan pervaginam dan sectio caecaria (SC). Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik dan kejadian postpartum blues pada ibu persalinan pervaginam dan SC. Sampel pada penelitian ini berjumlah 91 orang. Teknik sampel yang digunakan yaitu consecutive sampling. Hasil menunjukkan kejadian postpartum blues pada persalinan SC sebesar 88,1% dan pervaginam sebesar 71,9%. Oleh karena itu, petugas kesehatan sebaiknya lebih memperhatikan kondisi ibu postpartum khususnya pada ibu persalinan SC.

Women experience mood swings during the postpartum period. Mood swings such as frequent crying, sadness, anger, fatigue and difficulty sleeping are called postpartum blues. Postpartum blues can occur in vaginal delivery and caecarean section (SC). This research used descriptive design to identify characteristics and the incidence of postpartum blues at vaginal delivery and caecarean section. The participants of this research were 91 postpartum. Sampling technique used in this research was consecutive sampling. The result of this research showed the percentage postpartum blues at caesarean section 88,1% and vaginal delivery 71,9%. Therefore, medical team needs to observe the condition of postpartum, in particular postpartum at caesarean section.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S46089
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>