Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199744 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Komarasari
"Latar belakang : Reaksi ENL disebabkan oleh ketidakseimbangan imunitas selular dan humoral. Kortikosteroid merupakan obat standar yang digunaktapi dapat menimbulkan efek samping pada berbagai organ. Sehubungan dengan itu perlu dipikirkan terapi ajuvan yang efektif untuk reaksi ENL. Seng merupakan mikronutrien yang berperan penting pada berbagai fungsi enzimatik, aktivasi sel T, efek antiinlamasi, menghambat pembentukan kompleks imun, dan mempunyai efek antioksidan, dipikirkan dapat digunakan sebagai terapi ajuvan untuk terapi reaksi ENL.
Tujuan : Menilai perbandingan perbaikan klinis reaksi ENL pada pasien kusta yang diberikan ajuvan seng dengan yang diberikan plasebo.
Metode : Penelitian ini merupakan suatu uji klinis acak tersamar ganda menggunakan plasebo dengan desain paralel. Dilakukan randomisasi blok untuk membagi subyek menjadi dua kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok plasebo. Evaluasi dilakukan tiap dua minggu selama enam minggu.
Hasil : Pada akhir perlakuan, perbaikan klinis kelompok perlakuan adalah 79,2% dan kelompok plasebo adalah 72,7%. Perbedaan tersebut tidak bermakna secara statistik.
Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbaikan klinis reaksi ENL antara pasien kusta yang diberikan ajuvan seng dengan yang diberikan plasebo.

Background : ENL reaction is caused by imbalance of cellular and humoral immunity. Corticosteroid is the standard drug used to treat ENL, but can cause serious side effects in multiple organs. There for, it is needed to find effective adjuvant drug for ENL. Zinc is essential micronutrient for various enzymatic proceses, T cell activation, antiinflamation effect, inhibiting the formation of immune complexes, and has the effect of antioxidant. Several studies have shown the benefit of addition zinc for ENL reaction.
Objective : To assess the comparative clinical improvement ENL reaction in leprosy patients given adjuvant zinc with placebo.
Methods : Randomized double-blind clinical trial using placebo with parallel design. Block randomization divided the subjects into two groups, namely the treatment group and the placebo group. The evaluation was performed every two weeks for six weeks.
Result : At the end of treatment, the clinical improvement ENL reaction obtained was 79,2% treatment group and the placebo group was 72,7%. The differences were not statistically significant.
Conclusion : There were no significant differences in clinical improvement ENL reaction in leprosy patient treated with adjuvant zinc compared to placebo.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Yulihane
"Erythema Nodosum Leprosum ENL merupakan reaksi kusta tipe 2 yang bukan hanya menyebabkan kesakitan parah pada pasien, tetapi juga dapat menyebabkan kecacatan dan bahkan kematian. ENL lebih banyak terjadi pada pasien kusta tipe Multi Basiler MB. Indonesia memiliki proporsi kasus baru kusta tipe MB yang tinggi dibandingkan proporsi kasus baru MB di India dan Brasil yaitu 84. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ENL di RS. Dr. Sitanala belum diketahui. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian ENL di RS. Dr. Sitanala tahun 2017. Studi cross sectional yang menggunakan data rekam medis di RS. Dr. Sitanala tahun 2017 ini dianalisis dengan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi kasus ENL di RS. Dr. Sitanala tahun 2017 sebesar 21,5. Faktor yang dominan berhubungan dengan kejadian ENL adalah faktor koinfeksi POR 15,034; 95 CI: 7,061-32,007 . Faktor lain yang berhubungan dengan kejadian ENL di RS. Dr. Sitanala tahun 2017 adalah umur.

Erythema Nodosum Leprosum ENL is a type 2 leprosy reaction that not only causes severe pain in patients, but also can cause disability and death. ENL is more common in Multi Basiler MB leprosy patients. Indonesia has a higher proportion of new cases of MB leprosy than the proportion of new MB cases in India and Brazil at 84. Factors related to ENL incidence in hospital. Dr. Sitanala is unknown. The purpose of this study is to identify the factors related to ENL incidence in RS. Dr. Sitanala year 2017. Cross sectional study using medical record data at RS. Dr. Sitanala year 2017 is analyzed by logistic regression. The results showed that the proportion of ENL cases in RS. Dr. Sitanala year 2017 of 21.5. The dominant factor associated with ENL events was coinfected POR 15,034 95 CI 7.061 32,007. Other factors related to ENL incidence in RS. Dr. Sitanala year 2017 is age."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salma Oktaria
"Latar belakang: Infeksi cacing merupakan salah satu infeksi komorbid yang dapat ditemukan pada pasien morbus Hansen (MH). Penelitian terbaru telah membuktikan bahwa infeksi cacing dapat mempengaruhi berbagai perjalanan penyakit melalui pengaruhnya pada proses imunoregulasi dan metabolisme. Spektrum klinis MH telah diketahui sangat bergantung pada respons imun pejamu terhadap bakteri M. Leprae, sehingga infeksi cacing usus diduga juga memiliki peranan pada manifestasi klinis MH dan reaksi eritema nodosum leprosum (ENL).
Tujuan: Mengetahui proporsi infeksi cacing pada MH dan hubungannya dengan tipe MH dan ENL.
Metode: Dilakukan penelitian analitik dengan rancangan penelitian potong lintang pada pasien MH tipe pausibasiler (PB) dan multibasiler (MB). Sampel berupa feses dikumpulkan untuk diperiksa menggunakan teknik sediaan langsung, sedimentasi formalin-eter, dan Kato-Katz.
Hasil: Terdapat 81 subjek penelitian (SP) yang diikutsertakan dalam penelitian ini, terdiri atas 20 pasien MH tipe PB dan 61 pasien MH tipe MB. Riwayat atau kejadian ENL didapatkan pada 31 SP. Infeksi cacing ditemukan pada 11 SP (13,6 %) yang seluruhnya termasuk dalam kelompok MB, yaitu Trichuris trichiura (5 SP) dan Strongyloides stercoralis (6 SP). Sebanyak 8 dari 11 SP (25,8 %) yang terinfeksi cacing memiliki riwayat atau sedang mengalami ENL. Terdapat hubungan bermakna antara infeksi cacing dengan tipe MH dan ENL (p= 0,034 dan p=0,018).
Kesimpulan: Terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi cacing dengan tipe MH dan ENL.

Background: Helminth infection is one of many comorbid infections that can be found in leprosy. It has been proved that helminth infections can affect several diseases development through immunoregulation and metabolic processes. Clinical spectrum of leprosy has been known to depends on the host immune response against Mycobacterium leprae, so that helminths may have a role in clinical manifestation of leprosy and erythema nodosum leprosum (ENL).
Purpose: To know the proportion of helminth infections in leprosy and their association with leprosy type and ENL.
Methods: Analytical study was performed with cross-sectional design on pausibacillary (PB) and multibacillary (MB) type leprosy patients. Fecal samples were collected from all subjects, which then analyzed with direct microscopic examination, formalin-ether sedimentation technique, and Kato-Katz.
Results: 81 subjects were enrolled in this study, consists of 20 PB type patients and 61 MB type patients. History or episode of ENL was found in 31 subjects. Helminth infections were found in 11 MB subjects (13,6 %), consists of Trichuris trichiura (5 subjects) and Strongyloides stercoralis (6 subjects). Eight of 11 subjects (25,8 %) with helminth infections had a history or episode ENL. There were significant associations between helminth infections with leprosy type and ENL (p= 0,034 dan p=0,018).
Conclusion: There were significant associations between helminth infections with leprosy type and ENL.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Detia Octrienda Ula
"Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Tidak hanya dari sisi medis, kusta juga menjadi permasalahan sosial. Stigma yang timbul di masyarakat menjadi masalah orang dengan kusta untuk dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pasien kusta yang tidak produktif, dan faktor determinan produktivitas pada pasien kusta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua pasien kusta rawat jalan di RS Kusta Dr. Sitanala, Tangerang, Banten tahun 2012. Penelitian ini menghasilkan faktor-faktor yang berhubungan terhadap produktivitas pasien kusta di RS Kusta Dr. Sitanala adalah jenis kelamin (p=0.044; OR 0.543), status perkawinan (p=0.000;OR 3.681) dan pendidikan (p=0.026; OR 1.9).
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu menjadi hal yang mempengaruhi produktivitas. Diperlukan suatu usaha yang mendukung agar pasien tetap produktif, seperti pelatihan keterampilan terhadap pasien dengan pendidikan rendah dan dukungan mental yang lebih untuk pasien yang belum/ tidak menikah.

Leprosy is still one of the important health issues in Indonesia. Not only the medical problem, leprosy is also a social problem. The Stigma that arises in society become a problem of people with leprosy to be able to work as usual. This research aims to know the prevalence of leprosy patients who are not productive, and determinants of productivity factors of leprosy patients.
This research is quantitative research withcross sectional design. The sample used is outpatientof Leprosy at RS Kusta Dr Sitanala, Tangerang, Banten in 2012. This research found that factors related to productivity in leprosy patients at RS Kusta Dr. Sitanala are sex (p=0.044; OR 0.543), marital status (p=0.000; OR 3.681), and education (p=0.026; OR 1.9).
This research shows that individual factors being affecting productivity. It needs an effort to support the patient to keep productive, such as skills training with low education and also mentally support for unmarried patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Endriyani
"Kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang berdampak terjadinya kecacatan dan keterbatasan. Kondisi ini menimbulkan berbagai masalah psikososial yang dirasakan pasien. Stigma yang berkembang di masyarakat meyakini bahwa penyakit kusta sangat menular dan tidak dapat disembuhkan. Mereka harus mengalami penolakan dari masyarakat. Pasien kusta yang telah dinyatakan sembuh harus menjalani hari-hari di rumah sakit tanpa mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mendapatkan gambaran secara mendalam makna kehidupan pasien kusta yang telah dinyatakan sembuh. Metode penelitian kualitatif deskriptif fenomenologi terhadap 8 orang partisipan.
Hasil penelitian didapatkan delapan tema, yaitu : penolakan masyarakat, merasa tidak berarti, penggunaan aspek spiritual danm emosi dalam menghadapi masalah, kehilangan sumber kebahagiaan, dukungan keluarga untuk bertahan hidup, meraih kebahagiaan di masa depan, penghargaan terhadap hidup yang diberikan Tuhan dan kebahagiaan dalam kebersamaan. Penelitian ini menyarankan dikembangkannya standar asuhan keperawatan psikososial bagi pasien kusta.

Leprosy is a chronic infectious disease which affects the disability and limitations. This condition led to various psychosocial problems. Leprosy patients that has been considered recovery might not return to their families. The stigma that develop in society is confident that leprosy disease highly contagious and incurable. They experience rejection by the society. Leprosy patient have to stay in the hospital without getting attention and affection from their family. The purposes of this study was to describe the meaning of leprosy patient?s life. This research a descriptive phenomenology qualitative research methods. Engaging eight people participating.
The results obtained eight themes, there were: the public reject,feeingl meaningless, using spiritual and emotional aspect to cope the problem, loss resources of happiness, family support for keeping a life, reach happiness in the future, appreciate on life, and and happiness in togetherness. Based on the result of this study, it is recommended research to develop the standards of nursing for psychososial aspect leprosy patient.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T35335
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Astutik
"Kusta merupakan penyakit Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menjadi masalah global yang menyebabkan perceived stigma pada orang yang mengalaminya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma dan faktor yang paling dominan mempengaruhinya pada orang yang pernah mengalami kusta di perkampungan kusta Sitanala, Tangerang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dipilih secara purposive sampling. Hasil peneltian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma adalah tingkat pendidikan (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 dan OR2=2,47, 95% CI 0,9-6,82), persepsi pengetahuan, tingkat cacat, dan nilai budaya (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
Terdapat efek modifikasi antara tingkat cacat dengan persepsi pengetahuan, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). Faktor dominan adalah tingkat pendidikan dengan PAR%=38,8%. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi, penyuluhan, dan konseling mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma tentang penyakit kusta sehingga dapat menurunkan perceived stigma.

Leprosy is a disease of Neglected Tropical Diseases (NTDs) that becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aims to determine the factors and the most dominant factor that related to perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy villages Sitanala, Tangerang in 2013.
This research was conducted with quantitative and qualitative approaches. Using cross-sectional design. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma are level of education (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 and OR2=2,47 95% CI 0,9-6,82), perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
There is effect modification between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). The dominant factor is level of education, PAR%=38,8%. Therefore it is necessary for intervention, counseling to factors related to perceived stigma about the leprosy so as to decrease the perceived stigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elfiyanti
"Tesis ini, menganalisis posisi pelayanan kusta di rumah sakit khusus kusta Dr.Sitanala tahun 2015-2019. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui posisi pelayanan kusta, arah pengembanganya lima tahun kedepan dan strategi yang tepat untuk kondisi tersebut. Merupakan penelitian operasional (operational research) dengan mengunakan langkah-langkah manajemen strategis berdasarkan teori yang disampaikan Fred.R.David dan Duncan. Tahapan penelitian ini, diawali dengan analisis situasi eksternal dan internal rumah sakit, penetapan strategi dengan menggunakan matrik EFE,IFE dan analisis SWOT, penentuan alternative strategi dengan matrik IE dan matrik TOWS, prioritas strategi dengan matrik QSPM dan strategi prioritas diterjemahkan kedalam kegiatan tahunan dengan indikator capaian kinerja berupa KPI.
Hasil penelitian didapatkan posisi pelayanan kusta pada sel V (hold and maintain) dan quadran 2 (Internal Fix-It) yang artinya, RSK.DR.Sitanala memiliki kelemahan internal yang bisa menghambat pelayanan kusta, akan tetapi masih memiliki peluang yang baik dari lingkungan eksternal Rumah Sakit. Strategi yang disarankan adalah melakukan perbaikan internal (product development). Prioritas strategi: Memaksimalkan peranan rehabilitasi kusta paripurna, Meningkatkan layanan bedah kusta, membangun poliklinik kusta dengan konsep pelayanan kusta terpadu (one stop service).

This thesis analyzes the position of leprosy services in Specialized Leprosy Hospital (SLH) Dr. Sitanala, years 2015-2019. The purpose of the study was to determine the position of leprosy services in SLH. Dr. Sitanala this time, to determine the appropriate service strategy for the next five years. This study is the operational research by using strategic management frameworks, proposed by Fred R. David and Duncan.This study begins with an analysis of the external and internal situation of the hospital, followed by the determination of strategies using matrix EFE, IFE and SWOT analysis. Furthermore, the determination of alternative strategies using IE matrix and TOWS matrix. Priority Strategies selected using matrix QSPM, then the priority strategies are translated into annual activities that comes with a Key Performance Indicators (KPI).
The results of this study indicate that the position of leprosy services in SLH Dr. Sitanala currently resides in the cell V (hold and maintanance) and quadran 2 (Internal Fix-It). This position means that the hospital currently has internal weaknesses that inhibit leprosy services, whereas the external side, the hospital still have a chance. This study also resulted in a recommendation strategy is right for a period of five years, which is doing internal repairs (product development). Strategic priorities that need to be done is to Maximize the role of plenary leprosy rehabilitation, improve surgical services leprosy, leprosy clinic and establish the concept of integrated leprosy services (one stop service).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41957
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Destiawan Eko Utomo
"Penyakit kusta merupakan salah satu dari delapan penyakit terabaikan atau Neglected Tropical Disease (NTD) yang masih ada di Indonesia Beban akibat penyakit kusta bukan hanya karena masih tingginya jumlah kasus yang ditemukan tetapi juga kecacatan dan kualitas hidup yang diakibatkannya. Bertujuan untuk mengidentifikasi tentang faktorfaktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien kusta yang mengalami kecacatan di Rumah Sakit Kusta Dr. Sitanala Kota Tangerang. Penelitian kuantitatif non eksperimen menggunakan desain crossectional. Dengan besar sampel yang digunakan adalah 96 responden.
Hasil penelitian menunjukan tidak ada hubungan secara signifikan antara umur (p 0,253), jenis kelamin (p 1,000), pendidikan (1,000), penghasilan (p 1,000), tingkat kecacatan (p 0,397), proses penyakit (1,000), Pengetahuan (0,626), stigma (p 0,955) dengan kualitas hidup. Ada hubungan yang signifikan antara keterbatasan aktivitas fungsional (p 0,002), koping (p 0,006) dan dukungan sosial (0,002) terhadap kualitas hidup. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kualitas hidup adalah keterbatasan aktivitas fungsional. Penyusunan standar asuhan keperawatan pasien kusta yang mengalami kecacatan diharapkan mempertimbangkan keterbatasan fungsional, koping individu dan dukungan sosial.

Leprosy is one of the eight neglected tropical diseases (NTD) that still exist in Indonesia. Although the disability rate declines but the impact on quality of life remains. The purpose of this study was to explain the factors related to quality of life in leprosy patients with disabilities in Leprosy Hospital Dr Sitanala Kota Tangerang. The method of this research is non-experimental quantitative method and crossectional study design. The sample was 96 respondents of leprosy patients with disability.
The results showed no significant relation age (p 0.253), sex (p 1,000), education (1,000), income (p 1,000), disability rate (p 0.397), disease process (1,000), knowledge (p 0.626) , stigma (p 0.955) on quality of life. There are significant relationship among functional activity limitations (p 0.002), coping (p 0.006) and social support (0.002) on quality of life. Conclusion: There are relationship between the limitations of functional activity, individual coping and social support with quality of life. Implication standard care should involved disability, limited functional, coping and social support.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51249
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia Siskawati
"Latar belakang: Multidrug therapy (MDT) merupakan kombinasi obat yang aman dan efektif untuk pengobatan kusta, yang antara lain bertujuan untuk mencegah resistensi obat. Resistensi obat MDT, khususnya rifampisin, penting karena dapat menggagalkan program pengendalian penyakit kusta oleh WHO. Diduga salah satu faktor pencetusnya adalah kepatuhan pengobatan pasien yang buruk, sehingga perlu dilakukan penelitian guna mengetahui kejadian resistensi rifampisin pada pasien kusta tipe MB berdasarkan kepatuhan pengobatan baik dibandingkan kepatuhan kepatuhan pengobatan buruk.
Tujuan: Mengetahui perbandingan kejadian resistensi rifampisin pada pasien kusta tipe MB berdasarkan kepatuhan pengobatannya.
Metode: Dilakukan penelitian analitik dengan rancangan penelitian comparative cross sectional pada pasien kusta tipe multibasiler. Sampel diambil dari kerokan kulit pada pemeriksaan slit skin smear, kemudian dilakukan analisis dengan teknik PCRsequencing.
Hasil: Terdapat 57 subyek penelitian (SP) yang diikutsertakan pada penelitian ini. Pada kelompok kepatuhan pengobatan baik (29 SP), resistensi rifampisin terjadi pada 1 SP (3,4%). Sedangkan pada kelompok kepatuhan pengobatan buruk (28 SP), ditemukan 8 sampel (28,6%) dengan M. leprae yang resisten terhadap rifampisin. Kejadian resistensi M. leprae terhadap rifampisin pada kepatuhan pengobatan buruk lebih tinggi dibandingkan dengan kepatuhan pengobatan baik (OR= 11,2; 95% IK=1,296-96,787; p=0,012).
Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan kejadian resistensi M. leprae terhadap rifampisin pada kepatuhan pengobatan buruk 11 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kepatuhan pengobatan baik.

Background: Multidrug therapy (MDT) is a combination of safe and effective drugs for the treatment of leprosy which have additional aim to prevent drug resistance. MDT resistance, especially to rifampicin, is very important as it could prevent the target to eliminate leprosy by the WHO. One of the suspected causes of resistance is poor drug compliance by the patient; therefore it is necessary to perform a study to assess the prevalence or rifampicin? resistance on multibacillary (MB) type leprosy patients based on good compare to poor drug compliance.
Purpose: To compare the prevalence of rifampicin? resistance on MB type leprosy patients based on drug compliance.
Methods: Analytical study was performed with comparative cross sectional design on MB type leprosy patients. Samples were taken from skin smear on slit skin smear examination, which then analyzed with PCR sequencing technique.
Results: 57 study subjects were enrolled in this study. On good drug compliance group (29 subjects), only 1 resistance (3,4%) was found. Meanwhile on poor drug compliance group (28 subjects), there are 8 resistance (28,6%) cases found. Mycobacterium leprae resistance to rifampicin? was found significantly higher on poor compliance patient group compared to the good compliance group. (OR= 11,2; 95% IK= 1,296-96,787; p=0,012).
Conclusion: This study revealed that the prevalence of Mycobacterium leprae resistance to rifampicin? group of patients with po.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leny
"Latar Belakang : Indonesia adalah negara peringkat ke-3 di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak dengan jumlah penderita cacat tingkat-2 sejumlah 2.025 atau 10.11% (indikator < 5%). Kabupaten Bogor memiliki proporsi cacat kusta yang tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 15.18 %. Beberapa studi menunjukkan hubungan bermakna antara perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Bogor tahun 2012 setelah dinkontrol oleh faktor-faktor lainnya.
Metode : Desain penelitian kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB usia ≥ 15 tahun yang sudah menjalani minimal 8 bulan pengobatan MDT dan tercatat pada register puskesmas tahun 2012 di 10 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kasus adalah sebagian dari populasi yang mengalami kecacatan baik tingkat-1 atau tingkat-2 pada saat penelitian dilakukan yang diambil dari puskesmas yang dipilih secara purposive sedangkan kontrol adalah sebagian dari populasi yang tidak mengalami kecacatan pada saat penelitian dilakukan yang diambil secara purposive dari puskesmas yang terpilih. Jumlah sampel 86 orang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat variabel interaksi antara perawatan diri dengan faktor lama sakit sehingga pada analisis multivariat diketahui bahwa penderita kusta yang melakukan perawatan diri dengan baik dan lama sakitnya < 2 tahun diperoleh OR=0.68 (95% CI: 0.12 ? 3.72). Penelitian ini memberikan hasil bahwa perawatan diri tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kecacatan penderita kusta melainkan ada interaksi bersama antara perawatan diri dengan faktor lama sakit. Bahwa risiko kecacatan semakin besar pada penderita kusta yang kurang baik dalam merawat diri dan lama sakitnya ≥ 2 tahun dengan OR=10.6 (95% CI: 1.03 ? 109.86).

Background : Indonesia is ranked 3rd in the world as a contributor to the new leprosy patients with the highest number of people with disabilities level-2 or 2.025 (10.11%). Bogor district has a high proportion of deformed leprosy even exceed the national rate is 15.18%. Some studies show a significant relationship between self-care disability in patients with leprosy. This study aims to determine the relationship of self-care with a disability in leprosy patients in Bogor Regency in 2012 after control by other factors.
Methode : Case-control study design. Population in this research is the type of MB leprosy patients aged ≥ 15 years who had undergone at least 8 months of treatment MDT and recorded in the register in 2012 health centers in 10 districts in Bogor Regency. Case is part of the population who have disabilities either level-1 or level-2 at the time of the study were drawn from purposively selected health centers while the control is part of the population who do not have disabilities at the time of the study were taken from the clinic were purposively selected . Number of samples 86 people consisting of 43 cases and 43 controls. Data analysis was performed bivariate and multivariate
Result : There is a variable interaction between self-care with a long illness factor that in multivariate analysis known that leprosy patients who perform self-care and well long illness <2 years obtained OR = 0.68 (95% CI: 0:12 - 3.72). This study provides results that self-care does not stand alone in influencing disability lepers but no interaction with the factor of self-care with a long illness. That the greater the risk of disability in leprosy patients in poor self-care and pain ≥ 2 years old with OR = 10.6 (95% CI: 1.03 - 109.86).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>