Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 126523 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Binti Khofifah
"Kusta merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium leprae. Kasus baru kusta saat ini ditemukan di daerah tropis, tetapi distribusi dalam wilayah tidak sama. Tujuan dari penelitian ini adalah menggambarkan distribusi spasial kasus kusta baru berdasarkan orang, tempat dan waktu di tiga wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Lamongan. Kabupaten Lamongan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki jumlah kasus kusta tinggi.
Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasinya adalah seluruh kasus kusta tahun 2012 di tiga wilayah kerja Puskesmas di Kabupaten Lamongan (Turi, Sukodadi, Brondong). Penelitian dilakukan pada April-Juni 2014.
Hasil menunjukkan bahwa kasus kusta terjadi mayoritas pada umur produktif (17-60 tahun) dan berjenis kelamin laki-laki, 68,3 % menderita jenis Multi Baciller, pendidikan rendah, mayoritas pekerjaannya dalam kategori berat. Responden tinggal di daerah pegunungan dan tepi pantai lebih banyak, berpengetahuan buruk, dengan jangkauan fasilitas kesehatan kurang, meskipun dukungan petugas buruk. Sebagian besar responden mendapat dukungan keluarga yang buruk. Oleh karena itu, petugas kesehatan diharapkan meningkatkan pelayanan, terutama survei kontak serumah dan juga dukungan terhadap orang yang mengalami kusta, layanan kesehatan diri dan kesehatan lingkungan serta ploting rutin untuk mendapatkan pola arah persebaran penyakit kusta.

Leprosy is cronic disease, caused by Mycrobacterium leprae. New cases of leprosy are currently found primarily in tropical region is not uniform. Research objective is to discription new case of leprosy to spatial distribution with people, place and time in Lamongan distric. Lamongan distric is one distric in East Java have account high new case of leprosy.
Reseacrh design is cross sectional. Population are all people affected by leprosy at 2012 in distric Lamongan East Java at community of working areas public health center (Turi, Sukodadfi, Brondong). The research was done in April until June 2014. Result indicated that leprosy case in productive ag (17-60 years), most of people affected by leprosy is male(68,3 %), most of them suffer multi bacilly type, the education is low school, with most is their heavy job category. They are live in highlands and seaside, most of them have bad knowledge, they are have bad radius of health facility support, althought support from medical is bad. Most of responden have family support is bad.
Result from this reseach shown that distribution leprosy case still continue, especially in highlands and seaside areas (childrens case of 14,6 %). Therefore, the health worker is is expected to increase their activities in providing service, especially contac survey and take them support, service of self health and sanitation their environment especially their home, and doing to regulary ploting for to know pattern and direction of leprosy distribution.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Rahayuningsih
"Stigma merupakan salah satu faktor tertundanya penanganan penyakit kusta yang membuat penderita merasa malu dan terlambat mencari pengobatan sehingga dan sudah mengalami kecacatan yang berakibat terjadinya penurunan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara perceived stigma dengan kualitas hidup setelah dikontrol umur, jenis kelamin, pendidikan, dan penghasilan.
Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan data primer menggunakan instrumen WHOQOL-BREF, perceived stigma dan format isian karakteristik. Kualitas hidup penderita kusta lebih banyak yang memiliki kualitas hidup kurang (57,45%). Karakteristik responden sebagian besar perempuan (82,98%), berumur 18-40 tahun (72,34%), lama pendidikan 0-6 tahun sebesar 76,60% dan penghasilan dibawah UMR (91,49%). Terdapat hubungan signifikan antara perceived stigma dengan kualitas hidup setelah dikontrol variabel penghasilan.
Untuk meningkatkan kualitas hidup penderita diperlukan penanganan stigma seperti konseling, terapi kelompok, rehabilitasi fisik dan okupasi untuk mencegah timbulnya cacat dan penderita bisa melakukan pekerjaan yang bisa meningkatkan kualitas hidupnya.
Bagi peneliti lain disarankan untuk mencoba rancangan longitudinal, teknik analisis lain, menambah variabel, melakukan uji instrumen, mencoba instrumen lain dan membuat perbandingan responden. Masyarakat diharapkan lebih terbuka pada informasi kusta agar menambah pemahaman dan memiliki persepsi yang baik tentang kusta.

Stigma is one factor that delayed treatment of leprosy makes people feel embarrassed and too late to seek treatment and have experience of disability that results in decreased quality of life. The purpose of this study was to determine the relationship between perceived stigma to quality of life after controlling for age, sex, education, and income.
The design used was cross sectional with primary data using the WHOQOL-BREF instrument, perceived stigma and formatting characteristics of the field. Quality of life of leprosy patients more likely to have less quality of life (57.45%). Characteristics of respondents most women (82.98%), aged 18-40 years (72.34%), a study period of 0-6 years at 76.60% and earnings below minimum wage (91.49%). There is a significant relationship between perceived stigma to quality of life after the controlled variable income.
To improve the quality of life of patients required treatment stigma such as counseling, group therapy, physical rehabilitation and occupational therapy to prevent the onset of disability and the patient can do the work that could improve the quality of life.
For other researchers are advised to try the longitudinal design, other analytical techniques, add a variable, test instruments, other instruments to try and make a comparison of respondents. Expected to be more open to the public information in order to increase the understanding of leprosy and has a good perception of leprosy.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T31918
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Leny
"Latar Belakang : Indonesia adalah negara peringkat ke-3 di dunia sebagai penyumbang penderita baru kusta terbanyak dengan jumlah penderita cacat tingkat-2 sejumlah 2.025 atau 10.11% (indikator < 5%). Kabupaten Bogor memiliki proporsi cacat kusta yang tinggi bahkan melebihi angka nasional yaitu 15.18 %. Beberapa studi menunjukkan hubungan bermakna antara perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan perawatan diri dengan kecacatan pada penderita kusta di Kabupaten Bogor tahun 2012 setelah dinkontrol oleh faktor-faktor lainnya.
Metode : Desain penelitian kasus kontrol. Populasi dalam penelitian ini adalah penderita kusta tipe MB usia ≥ 15 tahun yang sudah menjalani minimal 8 bulan pengobatan MDT dan tercatat pada register puskesmas tahun 2012 di 10 kecamatan di Kabupaten Bogor. Kasus adalah sebagian dari populasi yang mengalami kecacatan baik tingkat-1 atau tingkat-2 pada saat penelitian dilakukan yang diambil dari puskesmas yang dipilih secara purposive sedangkan kontrol adalah sebagian dari populasi yang tidak mengalami kecacatan pada saat penelitian dilakukan yang diambil secara purposive dari puskesmas yang terpilih. Jumlah sampel 86 orang terdiri dari 43 kasus dan 43 kontrol. Analisis data dilakukan secara bivariat dan multivariat.
Hasil : Terdapat variabel interaksi antara perawatan diri dengan faktor lama sakit sehingga pada analisis multivariat diketahui bahwa penderita kusta yang melakukan perawatan diri dengan baik dan lama sakitnya < 2 tahun diperoleh OR=0.68 (95% CI: 0.12 ? 3.72). Penelitian ini memberikan hasil bahwa perawatan diri tidak berdiri sendiri dalam mempengaruhi kecacatan penderita kusta melainkan ada interaksi bersama antara perawatan diri dengan faktor lama sakit. Bahwa risiko kecacatan semakin besar pada penderita kusta yang kurang baik dalam merawat diri dan lama sakitnya ≥ 2 tahun dengan OR=10.6 (95% CI: 1.03 ? 109.86).

Background : Indonesia is ranked 3rd in the world as a contributor to the new leprosy patients with the highest number of people with disabilities level-2 or 2.025 (10.11%). Bogor district has a high proportion of deformed leprosy even exceed the national rate is 15.18%. Some studies show a significant relationship between self-care disability in patients with leprosy. This study aims to determine the relationship of self-care with a disability in leprosy patients in Bogor Regency in 2012 after control by other factors.
Methode : Case-control study design. Population in this research is the type of MB leprosy patients aged ≥ 15 years who had undergone at least 8 months of treatment MDT and recorded in the register in 2012 health centers in 10 districts in Bogor Regency. Case is part of the population who have disabilities either level-1 or level-2 at the time of the study were drawn from purposively selected health centers while the control is part of the population who do not have disabilities at the time of the study were taken from the clinic were purposively selected . Number of samples 86 people consisting of 43 cases and 43 controls. Data analysis was performed bivariate and multivariate
Result : There is a variable interaction between self-care with a long illness factor that in multivariate analysis known that leprosy patients who perform self-care and well long illness <2 years obtained OR = 0.68 (95% CI: 0:12 - 3.72). This study provides results that self-care does not stand alone in influencing disability lepers but no interaction with the factor of self-care with a long illness. That the greater the risk of disability in leprosy patients in poor self-care and pain ≥ 2 years old with OR = 10.6 (95% CI: 1.03 - 109.86).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35062
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Detia Octrienda Ula
"Kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Tidak hanya dari sisi medis, kusta juga menjadi permasalahan sosial. Stigma yang timbul di masyarakat menjadi masalah orang dengan kusta untuk dapat bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi pasien kusta yang tidak produktif, dan faktor determinan produktivitas pada pasien kusta.
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel yang digunakan adalah semua pasien kusta rawat jalan di RS Kusta Dr. Sitanala, Tangerang, Banten tahun 2012. Penelitian ini menghasilkan faktor-faktor yang berhubungan terhadap produktivitas pasien kusta di RS Kusta Dr. Sitanala adalah jenis kelamin (p=0.044; OR 0.543), status perkawinan (p=0.000;OR 3.681) dan pendidikan (p=0.026; OR 1.9).
Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor individu menjadi hal yang mempengaruhi produktivitas. Diperlukan suatu usaha yang mendukung agar pasien tetap produktif, seperti pelatihan keterampilan terhadap pasien dengan pendidikan rendah dan dukungan mental yang lebih untuk pasien yang belum/ tidak menikah.

Leprosy is still one of the important health issues in Indonesia. Not only the medical problem, leprosy is also a social problem. The Stigma that arises in society become a problem of people with leprosy to be able to work as usual. This research aims to know the prevalence of leprosy patients who are not productive, and determinants of productivity factors of leprosy patients.
This research is quantitative research withcross sectional design. The sample used is outpatientof Leprosy at RS Kusta Dr Sitanala, Tangerang, Banten in 2012. This research found that factors related to productivity in leprosy patients at RS Kusta Dr. Sitanala are sex (p=0.044; OR 0.543), marital status (p=0.000; OR 3.681), and education (p=0.026; OR 1.9).
This research shows that individual factors being affecting productivity. It needs an effort to support the patient to keep productive, such as skills training with low education and also mentally support for unmarried patients.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47358
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginting, Elyanna M.P.
"Kusta merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting karena Indonesia merupakan negara yang memiliki posisi ketiga sebagai negara terbanyak pengidap kusta. Di Propinsi Jawa Timur penyakit kusta tersebar di 14 Kabupaten/Kota , diantaranya Kabupaten Gresik. Jumlah kasus kusta di Kabupaten Gresik terdiri dad 174 kasus tahun 2004 menjadi 166 kasus tahun 2005. Dilihat dari tipe kusta yang ada di Kabupaten Gresik lebih dominan tipe kusta multibasiler (MB) yang merupakan tipe menular yaitu 84,7% pada tahun 2004 dan 81 % pada tahun 2005, selain itu penderita baru yang ditemukan 12,3% pada tahun 2004 dan 14% pada tahun 2005 sudah mengalami kecacatan tingkat dua.
Pendekatan spasial di sektor kesehatan merupakan pendekatan baru yang berarti pembangunan kesehatan berorientasi problem dan prioritas masalah kesehatan (lingkungan) secara spasial. Mengacu pada terminology spasial bahwa penyakit tidak mengenal batas administrasi namon lebih mengenal ekosistem maka dilakukan penelitian spasial kejadian kusta di Kabupaten Gresik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebaran penyakit kusta di wilayah Kabupaten Gresik tahun 2004-2005 dan mengetahui bagaimana hubungan faktor risiko dengan penyebaran penyakit kusta di wilayah Kabupaten Gresik.
Desain penelitian ini merupakan studi korelasi ekologi dengan pendekatan spasial dengan variabeI penelitian berdasarkan kondisi demografi (kepadatan penduduk), kondisi sosial ekonomi (keluarga miskin), kondisi hunian (lantai tanah), kasus kontak intensif, dan kerapatan jaringan jalan di Kabupaten Gresik tahun 2004-2005. Populasi penelitian adalah seluruh kecamatan di wilayah Kabupaten Gresik kecuali dua kecamatan di kepulauan terpencil, sehingga tidak dilakukan pemilihan sampel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tahun 2004-2005 semua wilayah endemis penyakit kusta. Iklim di Kabupaten Gresik merupakan iklim tropis basah dengan suhu rata -rata 28,51 °C ( 2004) dan 28,63 °C ( 2005) dengan kelembaban 74,17% ( 2004) dan 74,8 % (2005). Pola spasial demografi, penyebaran penyakit kusta banyak terdapat di daerah dengan kepadatan penduduk > 3000 jiwalkm2. Pola spasial kondisi rumah human, kusta banyak terdapat di rumah yang berlantai tanah > 2000 rumah di daerah utara dan selatan Gresik. Pola spasial sosial ekonomi, penyebaran kusta banyak terdapat di kecamatan yang memiliki banyak keluarga miskin > 3000 KK yaitu di utara, tengah dan selatan Gresik. Pola spasial kusta kontak intensif dengan penyebaran kusta banyak terdapat di Kecamatan Panceng, Cerme (2004) dan Kecamatan Panceng dan Wringin Anom (2005). Pola spasial kerapatan jaringan jalan, kasus kusta banyak terdapat di kerapataiA jaringan jalan sedang. Pola spasial potensi penyebaran kusta, seluruh wilayah berpotensi sedang kecuali Kecamatan Menganti, Gresik dan Kebomas berpotensi tinggi.

Leprosy is the important public health problem because Indonesia is a country which has the third position of the most country that has many lepers. Leprosy disease is spread over at 14 sub-provinces in province of East Java, one of them is sub-province of Gresik. Leprosy cases number in sub-province of Gresik are 174 cases in 2004 and became 166 cases in 2005. Seen from leprosy type that exists in sub-province of Gresik, multibasiler (MB) is more dominant. It is an infectious disease that is 84,7 % in 2004 and 81 % in 2005, besides found a new patient as the second handicap that is 2,3 % in 2004 and 14 % in 2005.
Spatial method in health sector is a new method which means a health development is a problem oriented and a problem priority of health (environment) spatially. According to terminology spatial that disease does not recognize an administration limit but it is more recognize an ecosystem, therefore it is conducted a spatial research of leprosy occurrence in sub-province of Gresik. This research purposes to find a spreading of leprosy disease in sub-province of Gresik, 2004-2005 and a relationship between risk factor and spreading of leprosy disease in sub-province of Gresik.
This research used an ecology correlation study design by a spatial method with research variable based on condition of demography (massive population), economic social (poor family), dwelling (ground floor), intensive contact case, and closeness of road network in sub-province of Gresik, 2004-2005. Research population is all of districts in sub-province of Gresik except two districts in outlying archipelago, so it is not conducted a sample election.
Research result indicated that all of endemic areas were leprosy diseases in 2004-2005. Sub-province of Gresik is a wet tropical climate with mean temperature is 28,51 °C (2004) and 28,63°C (2005), damp is 74,17 % (2004) and 74,8 % (2005). Spatial design of demography, spreading of leprosy disease found at area with a massive population are more than 3000 peoplelkm2. Spatial design of dwelling house condition, leprosy found at house with ground floor are more than 2000 houses in the north and south of Gresik. Spatial design of economic social, spreading of leprosy found at district owning many poor families are more than 3000 KK that is in the north, and south of Gresik. Spatial design of intensive contact leprosy, spreading of leprosy found at district of Panceng, Cerme (2004) and district of Panceng and Wringin Anom (2005). Spatial design of closeness of road network, leprosy cases found at closeness of road network of Spatial potency spreading of leprosy, all regions have potency except district of Menganti, Gresik and Kebornas have high potency.
"
Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Sam Askari Soemadipradja
"Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah dilaksanakannya Program Pemberantasan Penyakit Kusta dan kesepakatan global Eliminasi Kusta Tahun 2000. Kusta merupakan penyakit menular menahun dengan menimbulkan "sligina" dan dampak sosial negatif akibat cacat yang ditimbulkannya. Kabupaten Sumedang tidak terlepas dengan problematika kusta. Bila dibandingkan dengan kabupaten yang berbatasan dengan Kabupaten Sumedang yaitu Subang, Indramayu dan Majalengka cakupan penemuan kasus kusta masih rendah. Prevalensi kusta yang rendah di Kabupaten Sumedang mungkin belum menunjukkan angka yang sesungguhnya. Karena pada penemuan kasus baru, tipe multibasiler yang potensial sebagai sumber penularan juga disertai kecacatan tingkat 2, relatif lebih banyak daripada tipe pausibasiler.
Penelitian deskriptif analitik, menggunakan desain penelitian dengan metode pendekatan potong lintang serta pengukuran kuantitatif dan kualitatif, dilaksanakan di Kabupaten Sumedang. Populasi penelitian adalah seluruh petugas pemberantasan penyakit kusta puskesmas di Kabupaten Sumedang.
Penelitian menghasilkan sebagian besar petugas mempunyai kinerja yang buruk. Dari 13 variabel bebas yang diteliti terdapat 3 variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja petugas, yaitu motivasi petugas, insentif yang didapat petugas dan pembinaan serta dukungan yang didapat petugas. Hubungan antara kinerja dan ketiga variabel bebas diatas secara simultan tidak bermakna.
Disarankan agar dalam meningkatkan kinerja petugas, memperhatikan faktor motivasi petugas, insentif bagi petugas dan pembinaan maupun dukungan terhadap petugas yang berkesinambungan.

The Program of Leprosy Control and the Global Plan of Action for the Elimination of Leprosy by the Year 2000 are efforts towards the improvement of public health. Leprosy is a chronic infectious disease causing stigma and generating negative social impact due to the deformities resulted.
Sumedang shares problems attached to the leprosy, even though in comparison to the neighboring regencies : Subang, Indramayu and Majalengka, the number of leprosy cases is low. However, the low prevalence of leprosy in Sumedang cannot significantly be determined as an indication of the real number since new case findings suggest that more multibacillary types, which have the potential to become the source of contagion along with disability grade 2, have been found rather than the paucibacillary.
This analytic descriptive research was conducted at the Sumedang Regency. The research was designed with a crsoss-sectional approach, and was quantitatively and qualitatively measured. The population of the research was all of the public health center fieldworkers of Leprosy Control Program in Sumedang.
The hypothesis is that there is a correlation between the performance of the Public Health Center fieldworkers of Leprosy Control and the internal factors (individual) and the external factors (environment).
Evidence reveals low performance among a large number of the fieldworkers. Out of 13 independent variables, 3 variables indicate significant correlation with the performance of the fieldworkers. The variables are motivation of the fieldworkers (p:0.04422), incentive received by the fieldworkers (p:0,01210), and guidance as well as support for the fieldworkers ( p:0,029-18). Nevertheless, from a simultant perspective, the correlation between the performance and the three variables is not significant.
To improve performance of the fieldworkers, it is suggested that there should be more significant consideration towards factors of motivation, incentive, continuous guidance and support for the fieldworkers.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T8447
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erni Astutik
"Kusta merupakan penyakit Neglected Tropical Diseases (NTDs) yang menjadi masalah global yang menyebabkan perceived stigma pada orang yang mengalaminya. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma dan faktor yang paling dominan mempengaruhinya pada orang yang pernah mengalami kusta di perkampungan kusta Sitanala, Tangerang tahun 2013. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
Desain yang digunakan adalah cross-sectional. Sampel dipilih secara purposive sampling. Hasil peneltian menunjukkan faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma adalah tingkat pendidikan (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 dan OR2=2,47, 95% CI 0,9-6,82), persepsi pengetahuan, tingkat cacat, dan nilai budaya (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
Terdapat efek modifikasi antara tingkat cacat dengan persepsi pengetahuan, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). Faktor dominan adalah tingkat pendidikan dengan PAR%=38,8%. Oleh karena itu perlu dilakukan intervensi, penyuluhan, dan konseling mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perceived stigma tentang penyakit kusta sehingga dapat menurunkan perceived stigma.

Leprosy is a disease of Neglected Tropical Diseases (NTDs) that becomes a global problem and causes the perceived stigma in people affected by leprosy. This study aims to determine the factors and the most dominant factor that related to perceived stigma in people affected by leprosy in leprosy villages Sitanala, Tangerang in 2013.
This research was conducted with quantitative and qualitative approaches. Using cross-sectional design. Samples were selected by purposive sampling. The results of the study showed that factors related to perceived stigma are level of education (OR1=3,45 95% CI 1,08-11,06 and OR2=2,47 95% CI 0,9-6,82), perception of knowledge about leprosy, level of disability, and cultural values (OR=3,36, 95% CI 2,02-5,61).
There is effect modification between the level of disability and perception of knowledge about leprosy, OR1=4,82(95% CI 1,26-18,34) dan OR2=1,18(95% CI 0,2-6,98). The dominant factor is level of education, PAR%=38,8%. Therefore it is necessary for intervention, counseling to factors related to perceived stigma about the leprosy so as to decrease the perceived stigma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T36867
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibagariang, Renta Nilawati
"ABSTRAK
Stigma terhadap penderita kusta masih mempakan masalah utama di
Indonesia, dimana hal ini secara program berdampak pada keterlambatan pendedta
untuk diobati dan secara individu bcrdampak negatif pada kondisi fisik, mental,
sosial, dan ekonominya. Namun sampai saat ini masih sangat sedikit penelitian yang
menggali masalah stigma masyarakat terhadap penderita kusta.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi yang mendalam
tentang pcngetahuan, persepsi, kepercayaan, sikap masyarakat terhadap pendenta
kusta yang berhubungan dengan teljadinya stigma terhadap penderita kusta.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Simpenan Kabupaten Sukabumi dengan
menggunakan metode kualitatiil dimana pengumpulan data dilakukan dengan telaah
dokumen, Focus Group Discussion (FGD), dan wawancara rnendalam. lnforman
kunci terdiri dari wasor kusta, juru kusta, tokoh masyarakat, penderita kusta, mantan
penderita kusta, dan infonnan terdiri dari petugas kcschatan di puskesmas dan
masyarakat non pcnderita kusta.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa teljadinya stigma bcrhubungan dengan
pengetahuan yang rendah temang cara penularan pcnyakit kusta, persepsi bahwa
penyakit kusta adalah penyakit yang sangat menular dan dapat menyebabkan
mutilasi bahkan kematian. Terjadinya stigma di Kecamatan Simpenan juga
berhubungan dcngan sikap masyarakat yang takut tertular dan ketika melihat
kecacatzm yang mengerikan yang ditimbulkan oleh penyakit kusta. Ditemukan juga
bahwa penderita kusta yang cacat mendapatkan perlakuan negatif yang Iebih berat dibanding dengan penderita yang lidak cacat Selain itu ditemukan juga bahwa
penderita kusta dcngan tingkat kecacatan yang sama namun bcrbeda status sosial
ckonominya, akan mendapatkan perlakuan negatif yang berbeda pula. Dengan
demikian disarankan untuk meningkatkan pengetahuan melalui KIE dcngan metode
dan media yang diinginkan kepada seluruh lapisan masyarakat dan petugas
kesehatan. Lcbih lanjut, penemuan dan pengobatan penderita secara dini oleh
petugas kesehatan dan dibantu dengan peranserta tokoh masyarakat mennpakan hal
yang esensial.

ABSTRACT
Stigma related to leprosy is still a big problem in Indonesia, where regarding
to leprosy control program it influences to patient delay for treatment and regarding
to person affected it aH`eets negatively to his/her physical, mental, social and
economic status. Particularly, studies that have explored stigma in community
toward people aifected leprosy are rare.
The purpose this study was to get deep information of knowledge, perception,
belief, attitude of community toward people affected leprosy relating to occurrence
of stigma. It is based on qualitative study conducted at Simpenan, in Sukabumi
district where data collecting were obtained through document observation, Focus
Group Discussion (FGD), and in-depth interview. Key informant of this study
consists of district leprosy supervisor, leprosy health worker, community leader,
people affected leprosy, ex-leprosy patient and others informant are health worker at
hea.lth center and community (non people affected leprosy).
This study shows that the occurrence of stigma are related to lack of
knowledge about the course of infection of the disease, perception that leprosy is
very contagious disease and might caused mutilation and death. The occurrence of
stigma in Simpenan also related to community attitude who afraid of to be contracted
and Scare t0 the appearance of terrible impainnent due to leprosy. Also found that
people affected with disability get more negative treatment from community
compare to people affected without disability. it is highlight further that even with
similar grade of disability, social-economical differentiation makes significant difference on treatment by community. Therefore it suggests to improve knowledge
of community and health workers through IEC which use appropriate media and
method. One most important in preventing of disability is to find and treat patient
timely by health worker with community leader participation.

"
2007
T34519
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H.M. Afif Kosasih
"Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuningan, tepatnya di 3 kecamatan yaitu Kecamatan Ciawigebang, kemantren Japara dan Kecamatan Keramatmulya.
Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap terhadap kusta dari kepala keluarga dan tokoh masyarakat dan hubungannya dengan karateristik menurut umur, jenis kelamin, pendidikan dan pekerjaan.
Penelitian ini merupakan penelitian survei terhadap kepala keluarga dengan pendekatan "Cross Sectional" dan penelitian kualitatif terhadap tokoh masyarakat dengan menggunakan diskusi kelompokterarah (Fokus Group Diskusi).
Pengambilan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner tertrukstur terhadap 120 kepala keluarga yang dipilih secara acak. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisa ditribusi frekuensi dan Chi-Square dengan menggunakan program komputer SPSS/PC. Sedangkan pengambilandata kualitatif dilakukan dengan menggunakan diskusi kelompok terarah (Fokus Group Diskusi) terhadap 6 kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 6 sampai 8 peserta. Data yang diperoleh dari hasil diskusi diolah dan kemudian dijelaskan berdasarkan analisa isi.
Hasil penelitian kuantitatif menunjukan bahwa karateristik berdasarkan jenis keiamin, umur, tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan mempunyai hubungan yang bermakna secara statistik dengan pengetahuan tentang penyakit kusta. Sedangkan terhadap sikap, hanya karateristik berdasarkan umur dan tingkat pendidikan yang bermakna karateristik.
Dari hasil kelompok diskusi terarah (Fokus Group Diskusi) diketahui bahwa sebagian besar tokoh masyarakat mempunyai pengetahuan yang baik dan sikap positif terhadap penyakit kusta.

The Factor Related To The Knowledge Attitude Of The Heads Of Household And The Community Leaders On Leprosy In Kuningan Regency, The Province Of West JavaThe research employ quantitative and qualitative research method. Survey technique is employed as quantitative research method, while focus group discussion is used to collect qualitative information.
The Purpose of the research is to obtain the description on the relationship between age, sex, education and occupation characteristics to the knowledge and attitude of the community on the idea of leprosy disease and to examine knowledge and attitude of the community leader.
The primary data obtained from the survey collected from respondent who are selected through the random sampling technique. The data gathering is carried out through the used of interview, using structured questionaries. The data they are arranged and organized, after they have been given codes and scores, by using the computer programme SPSSIPC.
The research conducted in 3 sub districs of Kuningan Regency i.e. Kecamatan Keramat Mulya, Kemantren Japara and Kecamatan Ciawi gebang The sample for survey were 120 heads of households, while focus group discussion were carried out among community leaders.
The research result implies that the age based characteristics is statistically associated significantly to the knowledge on how leprosy spreads. and the attitude of the respondents when any member of their families or neighbor has skin disorder, and their attitude when there is a member of the community suffers from leprosy.
The level of education has statistically significant association with the knowledge on leprosy including the first symtom, how the disease spreads, the appropriate place of medicinal treatment, how to get the medicine, and the regularity of taking the medicine.lt is also associated significantly with the respondent, attitude on the problem of isolating the leprosy sufferers, the communities attitude when there is a member of them who suffers leprosy, and their attitude to a leprosy sufferer who sells food.
The types of occupation are associated with the knowledge on the first symtom of leprosy, how the disease spreads, the place of medicinal treatment, and how to get the medicine. In addition, the types of occupation are visa associated with the attitude of taking the medicine regularly and in facing leprosy sufferers.
It can be know from the result of FGD that most of the figures of the community have understood what leprosy is and its symtoms. On the other hand, their knowledge on how the disease spreads seems to be insufficient. Mean white, the result of FGD indicated that the attitude of the respondents is negative ( they are afraid of being infected).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T3737
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Masduki
"Penelitian ini merupakan penelitian survei dengan pendekatan "cross sectional" dengan teknik analisis data kuantitatif. Pengambilan data dilakukan dengan penelusuran kartu penderita di Puskesmas serta melakukan wawancara terstruktur menggunakan kuesioner. Data yang diperoleh kemudian diolah secara statistik menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi, uji Chi-Square, Phi, serta analisis Regresi Logistik.
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Kuningan, dengan unit analisis para penderita kusta, baik yang masih aktif berobat maupun penderita yang telah pasif berobat dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku kepatuhan berobat penderita kusta di Kabupaten Kuningan, untuk mengetahui pengaruh faktor kharakteristik, faktor non perilaku, serta faktor perilaku penderita terhadap kepatuhan berobat.
Hasil penelitian didapat bahwa 83.5% dari responden ternyata patuh berobat dan sebanyak 16.56 tidak patuh berobat. Berdasar analisis bivariat ternyata ada hubungan antara faktor-faktor pendidikan, pekerjaan, jenis kelamin, pengetahuan, persepsi dan faktor cacat akibat penyakit kusta dengan kepatuhan berobat di Kabupaten Kuningan. Sedangkan faktor umur, sikap penderita terhadap pengobatan penyakit kusta, serta faktor adanya bercak dikulit penderita tidak ada hubungannya dengan kepatuhan berobat. Begitu pula dengan analisis regresi logistik, dari 9 (sembilan) faktor yang diduga ada pengaruhnya ternyata hanya 6 (enam) faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan berobat. Dari analisis ini pula diketahui bahwa faktor adanya cacat akibat penyakit kusta memberikan kontribusi yang paling besar pengaruhnya diantara ke 6 faktor yang berpengaruh tersebut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>