Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199653 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nezza Nehemiah
"Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai kemampuan resiliensi dan nilai motivasional, serta berbagai faktor yang mendukung resiliensi penyintas peristiwa di Halmahera, bagian dari konflik di Maluku Utara yang tinggal di Bitung. Resiliensi dapat dipahami sebagai kualitas personal yang memungkinkan seseorang untuk melampaui kondisi sulit yang dihadapi dapat dipahami sebagai resiliensi (Connor & Davidson, 2003). Nilai dijelaskan sebagai konsep atau kepercayaan yang terkait dengan keinginan atau tingkah laku pada situasi spesifik yang mengarahkan pemilihan atau evaluasi dari tingkah laku dan kejadian dalam derajat kepentingan yang berbeda (Schwartz, 1992) yang terdiri dari 10 tipe nilai motivasional.
Penelitian ini menggunakan pendekatan mixed method yang melibatkan 58 partisipan yang mengisi kuesioner Connor Davidson Resilience Scale-10 dan Portrait Values Qouestionaire. Penelitian juga melibatkan 12 partisipan focus group discussion yang membahas tentang pengalaman, hal-hal pendukung dan nilai yang terkait dengan resiliensi.
Hasil temuan menunjukkan bahwa perempuan memiliki kemampuan resiliensi yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Temuan lain menunjukkan perbedaan usia dan jenis kelamin turut menentukan prioritas nilai yang dianut partisipan. Berbagai faktor seperti perhatian keluarga, dukungan sosial, dan keterlibatan dalam aktivitas agama ditemukan mendukung proses adaptasi dan upaya untuk bangkit. Temuan dalam penelitian ini penting untuk dibahas dan dapat digunakan untuk merancang program intervensi untuk membantu pihak lain yang mungkin mengalami pengalaman serupa.

This study aims to provide a better picture about human resilience and motivational values, as well as the other various factors that support resilience in Halmahera incident (connected to Maluku conflict) survivors, who live in Bitung. Resilience refers to personal qualities that enable one to thrive in the face of adversity (Connor & Davidson, 2003). Values are concepts or beliefs that pertain to desirable end states or behaviors which transcend specific situations and guide selection or evaluation of behavior and events that are ordered by relative importance (Schwartz, 1992).
Using a mixed method approach, this study is involving 58 participants using Connor Davidson Resilience Scale-10 and Portrait Values Questionaire. In addition to that, 12 participants took part in the focus group discussion that discussed their experiences, protective factors, and values that help them to become resilience.
Results show that women have a higher resilience than men. Other findings shows age and gender differences also determine the priority of participant's values. Various factors such as family care, social support, and religious beliefs are found to support the adaptation and bounce back process. This study has an important implication to provide a broader picture of resilience and group values that can be used to develop an intervention program to help others who may have similar experiences.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55152
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihite, Lucyana Margareth
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara resiliensi dan nilai pada pengungsi Halmahera di Bitung. Menurut Connor dan Davidson (2003) resiliensi adalah kualitas personal yang memampukan seseorang untuk berjuang menghadapi kesulitan. Pengertian nilai menurut Schwartz (2006) adalah tujuan abstrak yang ingin dicapai dan memiliki tingkat kepentingan yang bervariasi dan digunakan sebagai prinsip dasar yang menuntun kehidupan seseorang. CD-RISC 10 (Connor Davidson Resilience Scale 10 Items) dipakai untuk mengukur resiliensi sedangkan PVQ (Portrait Value Questionnaire) untuk mengukur nilai. Partisipan dalam penelitian adalah 58 orang pengungsi dari Halmahera yang saat ini tinggal di Bitung, Sulawesi Utara. Hasil penelitian terhadap resiliensi menunjukkan terdapat perbedaan resiliensi yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Untuk nilai, ditemukan perbedaan yang signifikan pada nilai security, hedonism dan power antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, ada hubungan yang signifikan antara resiliensi dengan nilai security, conformity dan tradition. Tiga urutan nilai yang paling penting adalah security, tradition, conformity dan benevolence sedangkan tiga nilai yang kurang penting adalah power, hedonism dan achievement. Nilai security, tradition dan conformity sebagai nilai yang berhubungan secara signifikan dengan resiliensi pengungsi Halmahera di Bitung sebaiknya dijaga dan dikembangkan untuk menjaga dan meningkatkan resiliensi mereka.

This research is intended to find out the description of resilience, values and the relationship between resilience and values of IDPs from Halmahera who lives in Bitung, North Sulawesi. Connor and Davidson (2003) theorized that resilience embodies the personal qualities that enable one to thrive in the face of adversity. The Values Theory defines values as desirable, trans-situational goals, varying in importance that serves as guiding principles in people’s lives (Schwartz, 2006). This research used CD-RISC 10 (Connor-Davidson Resilience Scale 10 Items) to measure resilience and PVQ (Portrait Values Questionnaire) to measure values. Participants of this research are 58 IDPs who live in Bitung, North Sulawesi. The results show that there are significant differences between males and females n resilience. There are significant differences of security, hedonism and power values between males and females. There are significant relationships between resilience and security, between resilience and conformity and between resilience and tradition values. Furthermore, the most important values of IDPs from Halmahera in Bitung are security, tradition, benevolence and conformity while the most unimportant values are power, hedonism and achievement. Security, tradition and conformity as some values which have significant relationship with resilience should be kept and developed among IDPs to enhance their resilience. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56798
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Elan Wicaksana
"Penelitian ini mengeksplorasi peran cognitive absorption dan motivational affordance terhadap in-game purchase intention dalam permainan di kalangan pemain game komputer Generasi Z di Jakarta dengan fokus khusus pada game Valorant. cognitive absorption adalah tingkat keadaan psikologis dimana seseorang terlibat dalam melakukan tugas tanpa menyadari bahwa waktu telah berlalu, yang baik bagi para pemain game karena mereka mencoba mendapatkan XP. motivational affordance merujuk pada karakteristik dalam permainan yang membuat pemain kembali bermain atau melakukan pembelian dalam permainan (pembelian dalam permainan). Topik ini didekati melalui Metode Penelitian Kuantitatif, di mana pengumpulan data dilakukan dengan mendistribusikan survei online kepada para pemain Valorant dalam demografi tertentu. Hasilnya menunjukkan bahwa cognitive absorption secara signifikan berpengaruh positif dengan niat pembelian dalam permainan, sehingga dapat dikatakan bahwa jika seseorang semakin terlibat dalam permainan, maka kesediaannya untuk membayar meningkat. Demikian pula, motivational affordance secara signifikan berkorelasi dengan niat pembelian, menunjukkan bahwa elemen permainan yang meningkatkan motivasi juga efektif dalam mendorong pengeluaran mikrotransaksi. Hasil ini menunjukkan bahwa skenario permainan harus dibuat menarik dan memuaskan untuk meningkatkan perputaran dari transaksi uang nyata. Studi ini lebih jauh berkontribusi dengan mengungkap perilaku pemain esports yang belum pernah dilaporkan sebelumnya berdasarkan tinjauan literatur yang mendalam dan menawarkan saran praktis yang efektif bagi para praktisi dalam merancang permainan, serta wawasan tentang strategi monetisasi permainan yang ditargetkan pada pasar Generasi Z di Jakarta.

This research explores the role of cognitive absorption and motivational affordance on intention to in-game purchase behavior among Generation Z computer game players in Jakarta by putting specific attention upon Valorant game. Cognitive absorption i.e. when games draw the player deep without one realizing and reaching a state of immersion while playing whereas motivational affordance refers to characteristics within a game that try to get player(s) back into gameplay or purchase something (in-game purchases). This study was approached through a Quantitative Research Method where data collection happens with the help of distribution of online surveys to the Valorant players from a specific demographic. Results show a positive and statistically significant relationship between cognitive absorption and in-game purchase intention such that players demonstrating high levels of immersion are more likely to spend money on the game. Likewise, motivational affordance was significantly related to purchase intention, indicating that aspects of the game which raise levels of motivation also successfully lead to spending money on microtransactions. Such results stress the need to create immersive and rewarding game scenarios in order to raise turnover from real-money transactions. This research expands the boundaries of what is known about player behavior through an understanding of e-sports and provides practitioners with practical insights when developing games, as well as insight into in-game monetization strategies for Generation Z in Jakarta. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Sihombing, Rocky Ramly Andarjuangsyah
"ABSTRAK
Kebiasaan merokok dimulai pada umur belasan (Baum dkk,
1985; Sarafino, 1990; Kaplan dkk, 1993). Menurut perkiraan WHO sepertiga
perokok di dunia adalah remaja dan 800 juta diantaranya berada di negara
berkembang (Kompas, 19 juni 1998). Seffrin (dalam Sweeting, 1990)
mengatakan bahwa masalah pendidikan kesehatan dewasa ini yang paling
berkaitan dengan nilai adalah masalah merokok.
Havighurst (dalam Rice, 1990) mengatakan bahwa salah satu tugas
perkembangan remaja adalah memperoleh kumpulan nilai dan suatu
sistem etika sebagai pedoman dan pandangan hidup dalam tindakan-
tindakannya. Dalam hubungannya dengan konsep nilai, banyak ahli
(psikolog, sosiolog, antropolog) yang berpendapat bahwa nilai
mempunyai arti yang sangat penting dibandingkan dengan konsep-
konsep yang lain. Para ahli itu memandang nilai sebagai kriteria yang
digunakan manusia untuk menyeleksi dan membenarkan tindakan.
Selain itu untuk mengevaluasi orang (termasuk self) dan kejadian-kejadian
(Rokeach; Williams; Kluckhon, dalam Schwartz, 1992). Oleh karena itu
penelitian mengenai nilai ini menjadi sangat penting untuk mengetahui
nilai yang berperan dalam tingkahlaku seseorang untuk merokok atau
tidak merokok.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan nilai
antara remaja perokok dan bukan perokok. Teori nilai yang digunakan
adalah teori nilai Schwartz. Schwartz mempostulasikan nilai ke dalam
struktur nilai yang sirkular. Struktur nilai ini terbentuk dari 56 nilai
tunggal. Ke-56 nilai tunggal itu terbagi dalam sepuluh tipe nilai., yaitu
power, achievement, hedonism, stimulation, universalism, benevolence, tradition,
conformity dan security. Struktur terbagi lagi dalam dua dimensi yang
saling berlawanan, yaitu pertama dimensi Oppenness to Change berlawanan
dengan dimensi Conservative dan kedua dimensi Self-Transendence
berlawanan dengan dimensi Self-Enhancement.
Subyek penelitian adalah remaja berusia 15-18 tahun dan tinggal di
Jakarta. Jumlah responden sebanyak 96 orang, subyek pria 55 orang
sedangkan subyek wanita 41 orang. Bardasarkan aktivitas merokok dan tidak merokok, jumlah pria perokok sebanyak 33 orang sedangkan wanita
perokok sebanyak 21 orang. Jumlah pria bukan perokok sebanyak 22
orang dan wanita bukan perokok sebanyak 20 orang. Secara keseluruhan
jumlah perokok adalah 54 orang dan bukan perokok sebanyak 42 orang.
Data diperoleh dengan membagikan kuesioner secara insidental lalu
diolah dengan mengunakan t-test untuk melihat perbedaan dua
kelompok.
Hasil penelitian menunjukkan perbedaan remaja perokok dan bukan
perokok terdapat pada tipe nilai hedonism. Remaja perokok lebih
mementingkan tipe nilai itu dibandingkan remaja bukan perokok.
Dalam diskusi, hasil penelitian ini dikaitkan dengan teori nilai
Schwartz, dan penelitian tentang remaja serta teori merokok yang
dikaitkan dengan nilai.
Saran yang dapat diajukan untuk penelitian berikutnya adalah selain
menggunakan kuesioner gunakan juga wawancara untuk memperkaya
hasil, memperbanyak sampel, mengkaitkan nilai dengan variabel lainnya,
seperti konsep diri, sikap. Selain itu perlu diteliti nilai tunggal mana yang
menjadi bagian tipe nilai tertentu yang khas Indonesia."
1999
S2555
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hart, Samuel L.
New York: Philosophical Library, 1949
170 HAR t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Josef Prasetjo
Depok: Universitas Indonesia, 1990
S2298
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ella Andalusia
"Tesis ini membahas pembelajaran di tempat kerja sebagai metode untuk meningkatkan kompetensi dengan motivasi belajar dan persepsi dukungan organisasi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan melibatkan 228 karyawan instansi pemerintah yaitu Badan PPSDM Kesehatan sebagai responden. Hasil analisa data menggunakan model persamaan struktural menunjukkan bahwa kompetensi karyawan dipengaruhi oleh pembelajaran di tempat kerja, dan hanya persepsi dukungan organisasi sebagai faktor yang mempengaruhinya. Motivasi belajar karyawan walaupun dipengaruhi oleh persepsi dukungan organisasi namun tidak mempengaruhi pembelajaran di tempat kerja secara signifikan. Hasil penelitian menyarankan bahwa komponen pembelajaran di tempat kerja (formal, informal dan insidental) jika dipadukan akan berdampak pada kompetensi karyawan namun pelaksanaannya perlu mendapat dukungan dari organisasi.

The focus of this study is workplace learning as a method for improving competencies with motivation to learn and perceived organizational support as factors that influence it. This research is a quantitative study involving 228 employees of the Agency for Development and Empowerment Human Resources of Health as respondents. Results of the data analysis using structural equation modeling (SEM) showed that the competence of employees affected by workplace learning and perceived organizational support only as factors that influence it. Employees motivation to learn although influenced by perceived organizational support but does not affect workplace learning significantly Results of the study suggest that the components of workplace learning (formal, informal and incidental) if combined would have an impact on employee competence but need the support from the organization."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T43564
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>