Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72509 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahmad Arisa Ardiawan
"Pengukuran bio-impedansi merupakan salah satu metode untuk diagnosis berdasarkan nilai impedansi sebagai fungsi dari frekuensi. Bio-impedansi memanfaatkan karakteristik hambatan dari makhluk hidup dalam menghambat arus yang lewat. Dengan melihat perubahan arus ini maka pengukuran bioimpedansi dapat dilakukan. Pengukuran volume sebuah jaringan atau plethysmography biasanya dilakukan untuk volume gas pada paru-paru. Plethysmography dapat mengamati paru-paru pada saat inspirasi dan ekspirasi yang menunjukkan perbedaan volume. Untuk mendapatkan perbedaan itu, metode pengukuran thoracic atau bagian dada untuk plethysmography sering digunakan. Dengan mengkombinasikan metode thoracic dan Impedance Converter AD5933, pengukuran bio-impedansi untuk plethysmography dapat dilakukan. AD5933 diprogram dengan pengaturan sweep frequency yang dapat mengukur besar impedansi, bilangan real, bilangan imaginer dan fasa. Selanjutnya, pengukuran bio-impedansi untuk plethysmography ini dilakukan dengan mengolah data dari AD5933 terhadap waktu dan menghasilkan sinyal yang merepresentasikan sinyal dari paru-paru dan diperoleh sinyal plethysmography dari tiga subjek volunteer (pria berumur 20-23 tahun) dengan berat yang sama yang dibedakan dari perokok atau tidak perokok dan olahraga.

Bio-impedance measurement is one method for diagnosis based on the value of the impedance as a function of frequency. Utilizing bio-impedance characteristics of living things in the barriers inhibiting the flow through. By looking at the change in the flow of bio-impedance measurement can be performed. Measurement of the volume of a tissue or plethysmography is usually done for the volume of gas in the lungs. Plethysmography can observe the lungs during inspiration and expiration which shows the difference in volume. To get the difference, the method of measurement for thoracic or chest plethysmography is often used. By combining methods and thoracic impedance Converter AD5933, measurement of bio-impedance plethysmography to do. AD5933 is programmed with settings that can measure the frequency sweep large impedance, real numbers, imaginary numbers and phase. Furthermore, measurement of bioimpedance plethysmography for this by processing data from AD5933 to time and produce signals that represent the signal from the lungs and plethysmography signals obtained from three volunteer subjects (men aged 20-23 years) with same weight were distinguished from smokers or not smokers and sport routine.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S56185
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Bouzida
"Tomografi merupakan salah satu pencitraan non-invasif yang banyak dikembangkan saat ini. Tomografi adalah proses visualisasi gambar dua dimensi maupun tiga dimensi yang banyak digunakan di bidang medis maupun industri. Terdapat beberapa cara dalam proses tomografi, salah satunya adalah dengan menggunakan kapasitansi listrik, atau biasa disebut dengan electrical capacitance tomography. ECT terdiri dari tiga komponen utama, yakni sensor yang terbuat dari tembaga tipis, sinyal kondisioning yang digunakan untuk mengukur nilai kapasitansi dan mengubahnya ke bentuk digital, dan komputer yang menerima data digital dari sinyal kondisioning yang kemudian diolah menjadi gambar dua atau tiga dimensi.
Pada penelitian ini, untuk mengukur kapasitansi penulis menggunakan AD5933 Evaluation Board. AD5933 merupakan IC keluar Analog Devices yang dapat digunakan untuk mengukur impedansi. AD5933 dapat mengukur impedansi dengan presisi dan pada jangkauan frekuensi yang luas, karena itu diharapkan dengan menggunakan AD5933 dapat dihasilkan sistem ECT baru yang dapat mengukur frekuensi pada jangkauan frekuensi yang luas secara presisi. Berdasarkan hasil uji pengukuran kapasitor pada sensor ECT 8 Channel nilai spesifitasnya antara 30% sd 46% dan nilai sensitivitasnya antara 24% sd 95%.

Tomography is one of some nowdays developed non-invasif rekonstruction. It‟s two or three dimension visualisation in medicine or industry. There are so many processes in tomography; one of them is using electrical capacitance, or known as electrical capacitance tomography (ECT). ECT has three main components, there are; sensor made from thin copper, signal conditioning that use to measure capacitance value and convert it into digital data, and computer used to receive digital data from signal conditioning and convert it into two or three dimensional image.
In this research, writer use AD5933 Evaluation Board to measure capacitance. AD5933 is integrated circiut form Analog Devices that use to measure impedance. It can measure impedance precisely and in the wide range frequency, because of it we expected with AD5933 we can get new ECT system that can measure capacitance precisely in wide range of frequency. Based on experiment using capacitor, specificity of capacitance measurement on ECT sensor using AD5933 is between 30% and 46% and its sensitivitiy is around 24% and 95%.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S63288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saaddin Nur Said
"ABSTRAK
Penelitian impedansi buah terhadap waktu simpan telah dilakukan oleh para
peneliti untuk mengetahui sifat buah. Teknik pengukuran impedansi yang
diterapkan menggunakan metode 4 elektroda yang mampu mengurangi impedansi
parasitik yang terjadi pada pengukuran impedansi 2 elektroda. Realisasi teknik
pengukuran tersebut menggunakan AD5933 Evaluation Board yang dihubungkan
dengan Analog Front End yang didesain penulis. Hasil pengukuran impedansi
dilakukan fitting dengan model rangkaian listrik Cole untuk mengetahui kaitan
sifat listrik dan biologis pada buah. Hasil yang didapatkan menunjukan bahwa
impedansi buah pepaya dan mangga menurun seiring bertambahnya frekuensi
sesuai dengan karakteristik listrik pada jaringan biologis. Impedansi pepaya tua
secara umum menurun terhadap waktu simpan, sedangkan untuk pepaya muda,
mangga tua, dan mangga muda secara umum impedansinya tidak berubah
signifikan terhadap waktu simpan.
ABSTRACT
Research of fruit impedance against time storage have been done by researchers
for knowing fruit properties. In this research, Impedance measurement method
using 4 electrode method which can decrease parasitic impedance which is occur
in 2 electrode impedance measurement method. The realization is using AD5933
Evaluation Board which is connect to Analog Front End which is designed by
author. Impedance measurement result was fitted by Cole electric circuit model
for knowing relation between electric and biological properties on fruit.
Measurement result show that papaya and mango impedance decrease against
frequency which fits with the electric properties of biological tissue on fruit. In
general, impedance of old papaya decrease against time storage, whereas, young
papaya, old mango, and young mango impedance does not change significantly
against time storage."
2015
S57760
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wieke Aviandary
"ABSTRAK
Penelitian impedansi speaker sebelumnya menggunakan peralatan sederhana. Pengukuran impedansi speaker dengan impedance analyzer lebih mudah tetapi mahal. Teknik pengukuran impedansi yang digunakan AD5933 dihubungkan dengan Analog Front End. Penulis melakukan pengukuran impedansi menggunakan box dan tanpa box pada frekuensi 50Hz-20kHz. Pengukuran impedansi speaker dengan box dibandingkan dengan LCR meter. Perbandingan hasil impedansi speaker dengan LCR meter memiliki bentuk sama dengan kesalahan relatif pengukuran di setiap frekuensi di bawah 10%. Impedansi loudspeaker tanpa box memiliki nilai yang lebih tinggi yaitu 18.30Ω pada frekuensi 100 Hz dan pengukuran impedansi dengan box yaitu 8.62Ω pada frekuensi 100 Hz dengan selisih 9.67Ω.

ABSTRACT
Research of loudspeaker impedance measurement have been done using simple equipment. Impedance measurement with impedance analyzer easier but great price. Loudspeaker impedance measurement techniques using AD5933 which is connected to Analog Front End. The author did loudspeaker impedance measurement using the box and unboxed at frequency 50Hz-20kHz. Comparing loudspeaker impedance using box with AD5933 and LCR meter. Comparing of loudspeaker impedance using the LCR meter has the same graph which error under 10% at each frequency. Loudspeaker impedance unboxed has higher impedance is 18.30Ω at frequency 100 Hz and impedance loudspeaker using box is 8.67Ω at frequency 100 Hz with difference 9.67Ω."
2015
S59534
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sandi Nugraha
"Latar belakang: Malnutrisi merupakan komplikasi utama anak dengan penyakit ginjal tahap akhir (PGTA) akibat gangguan asupan nutrisi dan metabolisme. Kondisi ini ditandai dengan perubahan cadangan energi dan protein tubuh. Penilaian komposisi tubuh, seperti fat mass (FM) dan fat-free mass (FFM), menjadi indikator penting dalam mengevaluasi status nutrisi. Meskipun antropometri sederhana seperti IMT dan LLA sering digunakan, keduanya memiliki keterbatasan dalam menggambarkan perubahan komposisi tubuh secara akurat. Metode seperti BIA dan ADP merupakan referensi standar dalam menilai komposisi tubuh. Hingga saat ini belum ada studi komposisi tubuh di Indonesia yang mengevaluasi hubungannya dengan antropometri sederhana dan asupan nutrisi, serta membandingkan metode BIA dan ADP pada anak dengan PGTA. Metode: Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang terhadap 40 anak dengan PGTA, usia 5-18 tahun, yang menjalani dialisis di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Evaluasi status gizi dengan pengukuran antropometri sederhana (berat badan, tinggi badan, IMT, dan lingkar lengan atas), penilaian komposisi tubuh (fat mass dan fat-free mass) menggunakan BIA (Tanita RG 753) dan ADP (BodPod), serta penilaian asupan nutrisi dilakukan dengan metode 3-day food record. Hasil penelitian: Mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki dengan median usia 14 tahun, terdapat55%diantaranyamengalamimalnutrisidan52,5% perawakanpendek(52,5%).Korelasi yang kuat ditemukan pada pengukuran BB, IMT dan LLA terhadap FM (BIA r=0,713-0,769 dan ADP r=0,626-0,680; p<0,001) dan pengukuran BB dan TB terhadap FFM (BIA r=0,878-0,897 dan ADP r=0,888-0,899; p<0,001). Korelasi lebih kuat ditemukan pada pengukuran IMT dan LLA terhadap FMI (BIA r=0,672-0,736 dan ADP r=0,527-0,579; p<0,001) dan BB terhadap FFMI (BIA r=0,633 dan ADP r=0,730; p<0,001). Metode BIA dan ADP menunjukkan korelasi kuat dalam pengukuran FM (r=0,728) dan FFM (r=0,878) dengan p<0,001. Uji kesesuaian antara BIA terhadap ADP menunjukkan rerata perbedaan -1,23 kg dengan LoA-6.34 kg hingga 3.89 kg, sedangkan pada pengukuran FFM didapatkan bias sebesar 2.16 kg dengan LoA -6.02 kg hingga 10.34 kg. Tidak terdapat korelasi pada seluruh asupan nutrisi makronutrien dan mikronutrien dengan FM dan FFM.
Kesimpulan:
Antropometri sederhana menunjukkan korelasi kuat dengan komposisi tubuh yang diukur menggunakan BIA dan ADP pada anak dengan PGTA. Kedua metode memiliki kesesuaian baik, meskipun BIA memberikan estimasi sedikit lebih rendah untuk FM dan lebih tinggi untuk FFM dengan variabilitas yang cukup luas. Antropometri sederhana dapat digunakan sebagai deteksi awal terjadinya malnutrisi pada anak PGTA.

Background: Malnutrition is a major complication in children with end-stage renal disease (ESRD) due to impaired nutritional intake and metabolism, marked by changes in body energy and protein reserves. Body composition assessment, including fat mass (FM) and fat-free mass (FFM), is an important indicator for evaluating nutritional status. Although conventional anthropometric measurements such as BMI and mid-upper arm circumference (MUAC) are commonly used, they have limitations in accurately depicting body composition changes. Methods like bioelectrical impedance analysis (BIA) and air displacement plethysmography (ADP) are reference standards for body composition assessment. To date, no studies in Indonesia have examined the correlation between conventional anthropometry and body composition using BIA and ADP, the correlation and agreement between BIA and ADP in measuring body composition, or the correlation between nutritional intake and body composition as assessed by BIA and ADP in children with ESRD.
Methods: This cross-sectional study involved 40 pediatric patients with ESRD aged 6–18 years undergoing dialysis at Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital. Nutritional status was evaluated using conventional anthropometry (weight, height, BMI, and MUAC), body composition assessment (FM and FFM) using BIA (Tanita RG 753) and ADP (BodPod), and macronutrient and micronutrient intake assessment (vitamin D, calcium, phosphate) using the 3- day food record method.
Results: The majority of the subjects were male, with a median age of 14 years. Of these, 55% were malnourished and 52.5% were stunted. Stronger correlations were observed between weight, BMI, and MUAC measurements with fat mass (FM) (BIA r=0.713–0.769; ADP r=0.626–0.680; p<0.001), as well as between weight and height with fat-free mass (FFM) (BIA r=0.878–0.897; ADP r=0.888–0.899; p<0.001). Similarly, BMI and MUAC showed stronger correlations with fat mass index (FMI) (BIA r=0.672–0.736; ADP r=0.527–0.579; p<0.001), and weight showed stronger correlations with fat-free mass index (FFMI) (BIA r=0.633; ADP r=0.730; p<0.001). Both BIA and ADP exhibited strong correlations for FM (r=0.728) and FFM (r=0.878; p<0.001). Agreement testing revealed a mean difference of -1.23 kg (LoA -6.34 kg to 3.89 kg) for FM, while FFM showed a bias of 2.16 kg (LoA -6.02 kg to 10.34 kg). Weak correlations were found between macronutrient intake and %FM (r=0.320–0.374; p<0.005), while no significant correlations were observed between micronutrient intake (vitamin D, calcium, phosphate) and body composition.
Conclusion: Conventional anthropometric measurements strongly correlate with body composition assessed using BIA and ADP in children with ESRD. Both methods show strong correlations and good agreement, though BIA tends to underestimate FM and overestimate FFM with wide variability. Macronutrient and micronutrient intake shows no significant correlations with body composition. While conventional anthropometry can be used as an alternative for early nutritional evaluation.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2025
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Silalahi, Janrivai Adiman
"Jasa perbankan memerlukan pelayanan kualitas yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan para pelanggannya. Pelayanan jasa dapat dinilai baik apabila mampu memenuhi harapan pelanggannya. Bank bergerak dibidang jasa yang ingin mengetahui anggapan pelanggan terhadap kualitas pelayanan yang telah diberikan selama ini apakah sudah memuaskan mereka atau tidak, faktor apa yang perlu diprioritaskan untuk diperbaiki. Salah satu metode untuk mengidentifikasi tingkat kualitas pelayanan suatu jasa ialah Metode Service Quality (SERVQUAL), SERVQUAL dirancang untuk mengukur kualitas jasa yang dirasakan oleh pelanggan. SERVQUAL menganalisa kesenjangan (gap) yang terjadi akibat ketidaksesuaian harapan dan persepsi konsumen terhadap kualitas pelayanan yang diterimanya. Pengukuran kualitas pelayanan diperlukan untuk mengetahui keinginan konsumen terhadap pelayanan yang telah diberikan.

Service banking need service of quality matching with requirement and desire of its client. Service activities can access by goodness if can fulfill its expectation. Bank active wish to know client ascription to quality of given service during the time have gratitified them or not, factors what require to be given high priority to be improve. One method to identify the level of quality service of an industry is SERVQUAL. SERVQUAL measure the quality service felf by customer expectation and perception to quality of service accepted. Measurement of service quality needed to know the customers desire of service which have been given."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S63327
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya P.
"Penerapan sebuah sistem penilaian dan perencanaan kinerja merupakan salah satu cara bagi perusahaan untuk mengetahui kondisi dan prestasi yang dimilikinya saat ini beserta potensinya di masa mendatang. Selama ini, penerapannya masih didominasi oleh tolak ukur finansial. Dalam iklim persaingan yang kini kian ketat, tolak ukur tersebut tidak dapat dijadikan sebagai satu-satunya acuan. Untuk itu dibutuhkan sebuah sistem penilaian kinerja yang meliputi tolak ukur finansial maupun non finansial. Sistem penilaian kinerja tersebut adalah sistem penilaian kinerja menggunakan metode Balanced Scorecard.
Model Balanced Scorecard dipakai sebagai kerangka dalam penilaian kinerja sedangkan dalam penentuan skor kinerja menggunakan metode Analytical Hierarchy Process dan Objective Matrix. Dengan Adanya Sistem Penilaian dan Perencanaan Kinerja Perusahaan dengan Metode Balanced Scorecard, proses penilaian dan perencanaan kinerja dapat menyeimbangkan ukuran finansial dan non finansial yang sejalan dengan visi, misi dan strategi perusahaan.

Applying of an performance measurement and planning of performance is one of way of for company to know condition and achievement until now and its potency in the future. Until now, the implementation still dominated by Finance aspect. In competition climate increasingly tight, that measurement cannot be the other one reference. For the purpose, needed measurement system of performance consisted of financial measurement and nonfinancial measurement. That measurement system of performance is measurement system of performance using method of Balanced Scorecard.
Model of Balanced Scorecard is used as measurement framework of performance while in determining performance score using method of Analytical Hierarchy Process and Objective Matrix. Existence of measurement and planning system of performance in company using method of balanced scorecard, process of performance measurement and planning can balances financial measurement and non financial measurement based on vision, mission, and company strategy.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S48431
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Sinta Murti
"ABSTRAK
Latar Belakang : Kekuatan genggam tangan (KGT) merupakan metode pemeriksaan yang mudah, murah, cepat dan dapat digunakan secara bedside pada pasien yang dirawat. Data mengenai hubungan KGT dengan parameter status nutrisi lain selama perawatan di rumah sakit di Indonesia belum tersedia
Tujuan : Mengetahui hubungan KGT dengan nilai subjective global assessment (SGA), antropometri, analisis bioimpedans dan biokimia pada awal dan akhir perawatan. Metode : Ini merupakan penelitian potong lintang pada pasien yang dirawat inap di ruang perawatan penyakit dalam RS. Cipto Mangunkusumo. Status nutrisi dinilai berdasar SGA. Indeks masa tubuh (IMT), corected arm muscle area (cAMA), arm fat area (AFA) dihitung secara antropometri. Masa otot dan masa lemak tubuh didapat dari analisis bioimpedans. Analisis statistik menggunakan uji anova, pearson dan uji T.
Hasil : Terdapat 131 pasien terdiri dari 102 laki-laki dan 29 perempuan dengan rerata umur 45,6 ± 14.2 tahun. Pada awal dan akhir perawatan didapatkan perbedaan KGT yang bermakna antara status nutrisi baik dan malnutrisi sedang maupun malnutrisi berat tetapi tidak ada perbedaan KGT antara malnutrisi sedang dan malnutrisi berat (p<0.001). Kekuatan genggam tangan berkorelasi dengan cAMA (r=0,47 dan 0,49), masa otot tubuh (r=0,67 dan 0,55) dan albumin (r=0,23 dan 0,28). Tidak ada hubungan antara KGT dengan AFA, masa lemak tubuh dan IMT. Tidak ada perbedaan KGT antara pasien yang mencapai target nutrisi berdasar SGA dan yang tidak (p=0,81).
Kesimpulan : Terdapat perbedaan KGT yang bermakna antara status nutrisi baik dan malnutrisi sedang dan antara nutrisi baik dan malnutrisi berat. Tidak ada perbedaan KGT antara malnutrisi sedang dan malnutrisi berat. Nilai KGT berkorelasi dengan cAMA, masa otot tubuh dan albumin tetapi tidak berkorelasi dengan AFA, masa lemak tubuh dan IMT. Tidak ada hubungan antara pencapaian target nutrisi berdasar SGA dengan nilai KGT

ABSTRACT
Background : Hand grip strength (HGS) is an easy, cheap and quick method and can be used bedside in hospitalized patient. Data about HGS correlation with other nutrition status parameters in hospital are not yet provided in Indonesia Objective : To find relation among HGS with the value of subjective global assessment (SGA), anthropometry, bioimpedance analysis and albumin at the beginning and end of hospitalization.
Methods : This is a cross-sectional study from hospitalized patients at medical ward Cipto Mangunkusumo Hospital. Nutritional status assessed by SGA. Body mass index (BMI), corected arm muscle area (cAMA), arm fat area (AFA) were calculated by anthropometry. Muscle mass and a body fat obtained from the bioimpedance analysis. Data were analyzed using ANOVA, Pearson and T test. Results : There were 131 patients consisted of 102 men and 29 women with mean age of 45.6 ± 14.2 years. At the beginning and end of the hospitalization there is significant HGS differences between good nutritional status with moderately malnourished and severely malnourished, but no HGS differences between moderately malnourished and severely malnourished (p <0.001). Hand grip strength was correlated with CAMA (r=0.47 and 0.49), muscle mass (r=0.67 and 0.55) and albumin (r=0.23 and 0.28) and was not correlate with AFA, body fat and BMI. There was no HGS difference between patients who achieved nutrition targets based on SGA and who did not (p=0.81).
Conclusion : There are significant HGS differences between good nutritional status and moderate malnutrition and good nutritional status and severe malnutrition. There is no HGS differences between moderately malnourished and severely malnourished. Hand grip strength was correlated with cAMA, muscle mass and albumin but did not correlate with the AFA, body fat and BMI. There was no corelation between nutritional achievement based on SGA with HGS value"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendras Dwi Wahyudi
"Peningkatan keamanan dalam pengendaraan sepeda motor terkait dengan pengukuran kemiringan rodanya akan sangat membantu masyarakat. Akan tetapi sampai saat ini belum ada alat yang bisa digunakan untuk mengukur kemiringan roda sepeda motor secara akurat. Oleh karena itu, dengan konsep alignment yang mengacu pada metode spooring pada mobil, dirancang alat untuk mengukur kemiringan roda sepeda motor yang dilakukan dengan memperhitungkan 2 parameter, yaitu camber angle pada arah vertikal roda, dan slip angel pada arah horizontal roda. Swing arm dan shaft roda digunakan sebagai acuan kelurusan badan motor secara keseluruhan.
Salah satu komponen alat ukur yang berfungsi sebagai sensor, akan mengalami defleksi akibat kemiringan roda. Kemampuan defleksi komponen dipengaruhi oleh kemampuan bending yang bergantung pada dimensi komponen dan sifat material dari yang dijadikan bahan baku. Aluminium dijadikan pilihan supaya didapatkan komponen yang elastis namun sensitif untuk mendeteksi kemiringan roda. Pemasangan strain gage sebagai sensor dilakukan setelah alat uji selesai dibuat, selanjutnya dilakukan kalibrasi untuk pengukuran. Tujuan dari perancangan ini adalah memperoleh hasil pengukuran yang cukup akurat untuk menentukan kemiringan roda.

The improvement of riding motorcycles security, related with the wheel's misalignment measurement will be very helpful to people. However, there's still no measuring equipment that could assure the accuracy of that kind of measurement. Therefore, using alignment concept based on car's spooring method, a measurer was designed as it's considering 2 parameters ; camber angle which is at vertical axis and slip angle which is at horizontal. The swing arm and the wheel's shaft are used as the representatives of the vehicle's alignment.
One of the components of the measurer, which is functioning as a sensor, will be deflected as a result of miss-alignment of the wheel. Its deflecting ability is effected by the bending ability which is very dependent on the component's dimension and the material properties of its basic material. Aluminium has been chosen as the basic material so that the component will be elastic and sensitive enough to detect the deflection of the wheel. Strain gage as a sensing instrument is being installed after miss-alignment measurer have been manufactured. Calibration procedure is being held for the next measurement.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50695
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Gustina
"Sebagaimana pada perbankan konvensional, kegiatan operasional yang dilakukan oleh bank syariah menghadapi potensi risiko kerugian. Bank syariah dinilai perlu untuk melakukan perhitungan terhadap tingkat nilai risiko operasional. Sebagai studi kasus, perhitungan terhadap tingkat risiko operasional pada Bank XYZ Syariah dihitung dengan menggunakan metode Advanced Measurement Approach dengan pendekalanActuarial model metode analisis.
Dalam studi kasus ini, data yang digunakan adalah historical data pada Bank XYZ Syariah, pada periode 1 Januari 2004 sampai dengan 31 Desember 2004. pendekatan dengan metode Advanced Measuruement Approach dipilih dengan pertimbangan keakuratan basil dari metode yang diterapkan.
Hasil perhitungan yang dilakukan dengan actuarial model menunjukan nilai VaR dari kejadian human dan proses yang hampir mendekati nilai Annual Loss Distribution. Setelah diujikan dengan menggunakan uji Backtesting Kupiec Test menunjukkan bahwa model dapat diterima untuk digunakan dalam perhitungan risiko operasional Bank XYZ Syariah.

Just like in conventional banking, operational activities done by sharia banking also faced a potential risk of loss. Sharia banking also need to measured about the scale or the impact of operational risk. As a case of study, the measuring of operational risk in XYZ Sharia Bank calculated using Advanced Measurement Approach method with Actuarial model analysis.
In this study, we use an historical data from XYZ Sharia Bank, for the period of 1 January 2004 until 31 December 2004. This Advanced Measurement Approach method selected by the author with the consideration of result accurateness.
The result of the calculation using actuarial model show that Value at Risk (VaR) from event type human and process are close to their Annual Loss Distribution scores. And after doing a test using Backtesting-Kupiec Test show that the method accepted to be implemented in the measuring of operational risk XYZ Sharia Bank.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T18709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>