Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 179167 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sania
"ABSTRAK

Salah satu efek samping obat antihipertensi kaptopril adalah batuk kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek samping batuk kering pada pasien rawat jalan yang mendapatkan obat antihipertensi kaptopril di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara prospektif dengan menggunakan data sekunder dari resep pasien dan data primer dari wawancara pasien dengan menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengumpulan data dilakukan dari Maret-Mei 2014 secara total sampling. Penilaian kausalitas reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) batuk kering menggunakan algoritma Naranjo. Total pasien yang memenuhi kriteria sebagai subyek penelitian adalah 31 pasien dari jumlah total 128 pasien yang menggunakan obat kaptopril. Sebanyak 7 pasien (22,6%) mengalami efek samping batuk kering. Berdasarkan analisis algoritma Naranjo, 1 dari 7 ROTD yang terjadi dikategorikan pasti (definite) dan 6 kejadian dikategorikan besar kemungkinan (probable). Hasil analisis secara statistik memperlihatkan bahwa usia, jenis kelamin, suku, lama penggunaan obat, dan merek obat kaptopril tidak memiliki hubungan bermakna dengan efek samping batuk kering. Prevalensi efek samping batuk kering pada penelitian ini tergolong tinggi.


ABSTRACT

One of the side effects of antihypertensive drugs captopril is a dry cough. This study aimed to evaluate the side effects of dry cough in outpatients receiving antihypertensive drugs captopril in RSU UKI. The method used in this study was descriptive analytical. Data was collected prospectively using secondary data from the patient's prescription and primary data from patient interviews using a questionnaire that had been tested for validity and reliability. Data collection was conducted from March to May 2014 by total sampling. The causality evaluation on the adverse drug reaction (ADR) of dry cough using Naranjo algorithm. Total patients who participated in this study were 31 patients from a total of 128 patients using the drug captopril. As much as 7 patients (22.6%) experienced side effect dry cough. Based on Naranjo algorithm analysis, 1 of the 7 ADR which occured was catagorized as definite and six were catagorized as probable. Results of statistical analysis showed that age, sex, ethnicity, duration of medication, and brand of Captopril does not have a significant correlation with the dry cough side effect. The prevalence of dry cough side effects in this study is high.

"
Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S56942
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurin Adlina Putri Jauhari
"Obat golongan statin memiliki salah satu efek samping, yaitu gangguan otot yang ditandai dengan rasa nyeri pada otot. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efek samping nyeri otot pada pasien yang menggunakan obat golongan statin di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia yang dianalisis dengan algoritma Naranjo. Desain penelitian ini adalah deskriptif-analitik dengan pengambilan data prospektif dari resep dan wawancara pasien dengan menggunakan kuesioner yang telah divalidasi. Sampel adalah pasien yang mendapatkan obat golongan statin periode Maret-Mei 2014 dengan lama penggunaan ≤ 3 bulan. Obat golongan statin yang digunakan oleh 66 pasien yang masuk ke dalam kriteria inklusi adalah simvastatin dan atorvastatin. Setelah pengamatan berlangsung, 14 pasien masuk ke dalam kriteria dropout sehingga hanya 52 pasien yang menjadi subyek penelitian. Sebanyak 14 pasien mengalami nyeri otot setelah penggunaan obat golongan statin. Analisis dengan algoritma Naranjo menunjukkan hanya 10 pasien (19,2%) yang dapat dipastikan mengalami nyeri otot akibat reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD). Tidak ada hubungan antara jenis kelamin, usia, suku, serta lama penggunaan obat dengan efek samping nyeri otot, namun ada hubungan antara dosis obat dengan efek samping yang timbul.

Statins have side effects and one of them is muscle disorder that characterized as muscle pain. This study aimed to evaluate the muscle pain side effects in patients taking statins at the Universitas Kristen Indonesia General Hospital and analyzed with Naranjo algorithm. This research design was analytical descriptive with prospective data collection using prescriptions and patient interview with a validated questionnaire. Samples were patients who received statins in the period of March to May 2014 with the duration of medication ≤ 3 months old. Statins that used by 66 patients who entered the inclusion criteria were simvastatin and atorvastatin. After the observations, 14 patients entered into the dropout criteria so the observations continued with only 52 patients. There were 14 patients with muscle pain and after analyzed with Naranjo algorithm, there were only 10 patients (19,2%) that could be ascertained that their muscle pain was an adversed drug reactions (ADR) caused by the use of statins. There were no significant correlations between gender, age, ethnicity, and duration of the medication with muscle pain side effect, but there was a significant correlation between the dose of a drug with that side effect.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inas Fadhilah Hanif
"Efek samping dari obat golongan proton pump inhibitor (PPI) pada gastrointestinal diantaranya diare dan konstipasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persentase besarnya efek samping pada gastrointestinal berupa diare dan konstipasi serta melihat adanya hubungan antara efek samping pada gastrointestinal dengan jenis kelamin, usia, dosis PPI, dan lama pemberian PPI pada pasien rawat inap di RSPAD Gatot Soebroto periode Februari ? April 2016. Penelitian ini adalah studi deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara prospektif terhadap data sekunder dari resep, dan rekam medis pasien serta data primer melalui wawancara pasien menggunakan kuisioener yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Pengambilan data dilakukan dari bulan Februari sampai April 2016 secara total sampling. Analisis kausalitas efek samping pada gastrointestinal dilakukan dengan menggunakan algoritma Naranjo. Sampel adalah pasien dengan usia ≥ 17 tahun yang menerima proton pump inhibitor dan bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan menandatangani Informed Consent. Pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 58 pasien. Sebanyak 19 pasien (32,75%) mengalami efek samping berupa konstipasi dimana 16 pasien (27,58%) dengan kategori mungkin (probable), dan 3 pasien (5,17%) dengan kategori cukup mungkin (possible). Tidak ada pasien yang mengalami efek samping diare. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square dan uji mutlak Fisher menunjukkan tidak ada hubungan antara efek samping pada gastrointestinal dengan jenis kelamin, usia, dosis PPI, dan lama pemberian PPI.

Prevalances of crohn?s disease and ulcerative colitis in the world are still increasing. These two diseases are categorized as inflammatory bowel disease (IBD). Even there has been some theurapetic option for patient with these diseases, but surgery still the only option to treat fibrotic strictures. Tetrandrine was chosen as drug in this research because of its antifibrotic effect. This research was conducted to develop and evaluate calcium pectinate beads exploiting pH sensitive property for colon-targeted delivery of tetrandrine. Beads were prepared by ionotropic gelation method followed by enteric coating with HPMCP HP-55 or CAP. Uncoated beads were evaluated for particle size, shape, morphology, swellability, process efficiency and encapsulation efficiency. From evaluation, beads with concentration of calcium chloride 5% (formula 1) was chosen as formula for coating. First formula were more spherical in shape, not too sticky, and smaller in size when compared with beads using calcium chloride concentration 10% (formula 2) and 15% (formula 3). Encapsulation efficiency of the three formula, 65.67 ± 0.39%, 68.03 ± 0.12%, 56.28 ± 0.2% respectively. After coating process, beads were used in in vitro drug release and targeted test. The studies showed that coated calcium pectinate beads were sufficient to resist tetrandrine released in acidic medium, but was unsuccessfully in targeting colon."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63759
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Syarah Sartika
"Monitoring efek samping obat perlu dilakukan terutama untuk antibiotik golongan aminoglikosida dengan indeks terapi sempit sehingga dapat meminimalisir masalah terkait obat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan monitoring efek samping obat pada pasien yang mendapatkan antibiotik aminoglikosida di Instalasi Rawat Inap RSUP Fatmawati periode Maret-Mei 2017. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan pengambilan data secara prospektif menggunakan data primer dari wawancara pasien serta data sekunder dari resep pasien dan rekam medis. Data dikumpulkan secara total sampling.
Analisis kasualitas efek samping dilakukan dengan menggunakan algoritma Naranjo. Total pasien yang memenuhi kriteria inklusi sebagai subjek penelitian adalah 33 pasien. Sebanyak 14 pasien 42,4 mengalami efek samping nefrotoksik dan 5 pasien 15,2 mengalami ototoksik. Berdasarkan analisis algoritma Naranjo, 5 kejadian 15,15 dikategorikan mungkin probable . Hasil uji chi square menunjukkan tidak ada hubungan antara usia P = 0,726 dan jenis kelamin P = 0,620 dengan efek samping obat.

Monitoring of drug side effects needs to be done especially for aminoglycoside antibiotic with narrow therapeutic index to minimize drug related problems. The purpose of this research was to monitor the side effects of patients who received aminoglycoside antibiotics at the Inpatient Installation of Fatmawati Hospital from March to May 2017. The method of this research was analytical descriptive with prospective data were collected from primary data through patient interview and secondary data through patient prescription and medical record. Data were collected by total sampling.
Causality analysis of side effects was done by using Naranjo Algorithm. Total patients who participated for the study were 33 patients. Fourteen patients 42.4 experienced nephrotoxicity and 5 patients 15,2 experienced ototoxicity. Based on Naranjo algorithm analysis, five 15,15 were catagorized as probable. The result of chi square test showed there was no correlation between age P 0.726 and sex P 0.620 with drug side effects.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69222
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marscha Iradyta Ais
"Latar Belakang: Jumlah kasus KPKBSK diperkirakan 85% dari seluruh kasus kanker paru dan 40% diantaranya adalah jenis adenokarsinoma. Sebanyak 10%-30% pasien adenokarsinoma mengalami mutasi EGFR dan mendapatkan terapi EGFR-TKI. Mayoritas pasien KPKBSK memiliki respons dan toleransi baik terhadap terapi EGFR- TKI tetapi sebagian kecil pasien mengalami penyakit paru interstisial akibat EGFR- TKI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi gambaran penyakit paru interstisial pada pasien KPKBSK dengan terapi EGFR-TKI di RSUP Persahabatan.
Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendeketan kohort retrospektif yang dilakukan bulan Januari 2021 hingga Juni 2022. Subjek penelitian adalah pasien KPKBSK yang mendapatkan terapi EGFR-TKI. Subjek penelitian dipilih sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Pengambilan data melalu data sekunder berupa rekam medis dan hasil CT scan toraks pasien yang kontrol di poliklinik onkologi RSUP Persahabatan.
Hasil: Pada penelitian ini diperoleh 73 subjek penelitian, pasien KPKBSK dengan mutasi EGFR yang mendapatkan terapi EGFR-TKI di RSUP Persahabatan. Sebanyak 12 dari 73 subjek penelitian mengalami gambaran ILD yang dievaluasi berdasarkan CT scan toraks RECIST I dan II dengan karakteristik jenis kelamin laki-laki (22,2%), kelompok usia 40-59 tahun (19,4%), perokok (24,1%), indeks brinkman berat (42,9%) dan mendapatkan terapi afatinib (26,1%). Proporsi gambaran ILD pada pasien KBPKBSK dengan terapi EGFR-TKI adalah opasitas retikular (58,3%), parenchymal band (33,3%), ground-glass opacities (25%), traction bronchiectasis (25%) dan crazy paving pattern (8,3%). Hasil analisis bivariat dan multivariat menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, jenis EGFR-TKI, riwayat merokok, indeks brinkman, riwayat penyakit paru dan tampilan status terhadap gambaran ILD.
Kesimpulan: Gambaran ILD pada pasien KPKBSK dengan terapi EGFR-TKI meliputi opasitas retikular, parenchymal band, ground-glass opacities, traction bronchiectasis dan crazy paving pattern. Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara faktor-faktor yang memengaruhi terhadap gambaran ILD.

Background: The number of cases of NSCLC is estimated around 85% of all lung cancer cases and 40% among them are adenocarcinoma. Approximately 10%-30% of adenocarcinoma patients have EGFR mutations and receive EGFR-TKI therapy. The majority of NSCLC patients have a good response and tolerance to EGFR-TKI therapy, but a small group of patients experience EGFR-TKI induced interstitial lung disease. This study aims to determine the proportion of features of interstitial lung disease ini NSCLC patients treated with EGFR-TKI at Persahabatan Hospital.
Methods: This study was an analytic observational with a retrospective cohort approach that was conducted from January 2021 until June 2022. The subject were NSCLC patients who received EGFR-TKI treatment. The inclusion and exclusion criteria were used to determine which subjects will be included in the study. Data collection through secondary data from medical record and chest CT scan results of patients controlled at oncology polyclinic at Persahabatan Hospital.
Result : In this study, there were 73 subjects of NSCLC with EGFR mutations and received EGFR-TKI therapy at Persahabatan Hospital. There were 12 out of 73 subjects had ILD features which were evaluated based on RECIST I and II chest CT scan with predominant of male (22.2%), age group 40-59 years old (19.4%), smokers (24.1%), severe Brinkman index (42.9%) and received afatinib (26.1%). The proportion of ILD features in NSCLC patients with EGFR-TKI therapy are reticular opacities (58.3%), parenchymal bands (33.3%), ground-glass opacities (25%), traction bronchiectasis (25%) and crazy paving pattern (8.3%). The results of bivariate and multivariate analyzes showed that there was no differences between factors such as sex, age, type of GEFR-TKI, smoking history, Brinkman index, history of lung disease and performance status with features of ILD.
Conclusion: Features of ILD in NSCLC patients with EGFR-TKI therapy include reticular opacities, parenchymal bands, ground-glass opacities, traction bronchiectasis and crazy paving pattern. There is no statistically significa
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Margareth Christina Halim
"Penggunaan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) sebagai antihipertensi dapat menyebabkan efek samping berupa batuk kering. Penelitian ini bertujuan untuk menilai risiko penggunaan ACEi, yaitu kaptopril sebagai standar dibandingkan ACEi lain terhadap kejadian batuk kering pada pasien hipertensi di RSUD Cengkareng Jakarta Barat dan RSUD Tarakan Jakarta Pusat. Desain penelitian ini adalah kohort prospektif. Kriteria inklusi adalah pasien hipertensi rawat jalan yang mendapatkan terapi obat golongan ACEi selama ≤ 3 bulan dan bersedia untuk diikutsertakan sebagai sampel dalam penelitian di RSUD Cengkareng Jakarta Barat dan RSUD Tarakan tahun 2014.
Sampel terdiri dari 54 pasien yang mendapat kaptopril dan 54 pasien yang mendapat obat ACEi bukan kaptopril yang diambil secara consecutive sampling pada bulan Januari-Juli 2014. Alat pengumpul data menggunakan wawancara terstruktur dan rekam medis pasien. Kejadian batuk kering akibat ACEi dievaluasi dengan menggunakan Algoritma Naranjo dan analisis data menggunakan uji Chi Square. Kejadian batuk kering terjadi pada 19,44% sampel. Faktor usia, jenis kelamin, suku bangsa, komorbiditas, body mass index (BMI), dosis obat, dan lama penggunaan tidak berhubungan bermakna dengan kejadian batuk kering akibat penggunaan ACEi. Tidak ada perbedaan risiko penggunaan ACEi kelompok kaptopril dibanding bukan kaptopril terhadap kejadian batuk kering.

Use of angiotensin converting enzyme inhibitors (ACEi) as an antihypertensive agent can cause side effects such as dry cough. This study aimed to evaluate the risk of ACEi administration with captopril as the standard against another ACEi on dry cough incidence in hypertensive patients from various tribes at RSUD Cengkareng West Jakarta and RSUD Tarakan Central Jakarta. The design of this study is prospective cohort. The inclusion criteria were patients who received ACEi as hypertension therapy for ≤ 3 months gathered from outpatient polyclinics and those willing to participate as sample in this study at RSUD Cengkareng West Jakarta and RSUD Tarakan Central Jakarta.
Sample consist of 54 patients who received captopril and 54 patients received non captopril ACEi, taken by consecutive sampling from January-July 2014. The data was collected using structured interviews and from medical record. Dry cough incidence due to ACEi was evaluated using Naranjo Algorithm and the data was analyzed using Chi Square test. Dry cough incidence was found in 19,44% of sample. No significant relationship of age, gender, tribe, comorbidity, body mass index (BMI), dosage, and duration of use with dry cough incidence due to the use of ACEi. Furthermore there is no difference in risk between the use of captopril group and non captopril ACEi group on dry cough incidence.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
T42975
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Kurnia Salma S.
"Golongan obat antikonvulsan memerlukan perhatian khusus untuk dipantau karena tingkat konsekuensi kegagalan terapi yang tinggi dan beberapa obat memiliki indeks terapi sempit. Obat indeks terapi sempit dapat menimbulkan masalah terkait obat yang terdiri dari efektivitas pengobatan, efek samping obat, dan biaya pengobatan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan monitoring efek samping pada pasien epilepsi yang mendapatkan karbamazepin, fenitoin, asam valproat, atau kombinasi obat-obat tersebut di Instalasi Rawat Jalan RSUP Fatmawati periode Maret-Mei 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik yang dilakukan secara prospektif pada pasien dewasa yang memenuhi kriteria inklusi secara total sampling. Data didapatkan dari data primer yang berasal dari hasil wawancara dan data sekunder yang berasal dari rekam medis. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Algoritma Naranjo. Subjek penelitian yang didapatkan sebanyak 54 pasien dengan 38 pasien 70,37 mengalami efek samping dan 16 pasien 29,63 tidak mengalami efek samping. Kategori efek samping yang paling banyak ditemukan adalah probable dengan persentase 48,15. Tidak ada hubungan antara usia p=0,903 dan jenis kelamin p=1,000 dengan efek samping yang terjadi.

Anticonvulsant drugs must get special attention to be monitored due to the concequence's rate that they have. This group comprises of some drugs which have narrow therapeutic index. Thus, the group causes drug related problem, such as therapeutic efficiency, drug side effect, and cost of the treatment. The purpose of this research was to monitor drug side effects that were severed by adult patients of epilepsy who got carbamazepine, or phenytoin, or valproic acid, or combination of the drugs at Outpatient Department, Fatmawati Central General Hospital from March to May 2017. The research was running prospectively and the data were collected from patients who fit to inclusion criteria with total sampling. There were 54 patients selected as samples, 38 patients 70.37 experienced drugs side effects and 16 patients 26.93 didn't experience drugs side effects. The data of patients were from primer data's source that is the answer of interview and secondary data's source that is medical record that were analyzed with Naranjo Algorithm. The most drug side effect category that found is probable with percentage 53.70 . Age p 0.903 and gender p 1.000 didn't have correlation with the rising of side effects.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68666
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pohan, M. Yusuf Hanafiah
"Saat ini kasus kanker paru meningkat jumlahnya dan menjadi salah satu masalah kesehatan di dunia juga di Indonesia. Data yang dikemukakan World Health Organization (WHO) menunjukkan kanker pare adalah penyebab utama pada kelompok kematian akibat keganasan, bukan hanya pada laki-laki tetapi juga pada perempuan. Di Indonesia kanker paru menduduki peringkat ke-3 atau ke-4 di antara tumor ganas yang paling sering ditemukan di beberapa rumah sakit. Jumlah penderita kanker paru di RS Persahabatan 239 kasus pada tahun 1996, 311 kasus tahun 1997 dan 251 kasus di tahun 1998. Lebih dari 90% penderita kanker paru datang berobat pada keadaan penyakit yang sudah lanjut, hanya 6% penderita masih dapat dibedah.
Prognosis buruk penyakit ini mungkin berkaitan erat dengan penderita yang jarang datang ke dokter ketika penyakitnya masih berada dalam tahap awal. Hasil penelitian pada penderita kanker pare pascabedah menunjukkan bahwa rerata angka tahan hidup 5 tahun stage 1 jauh berbeda dengan mereka yang dibedah setelah stage II, apalagi jika dibandingkan dengan penderita kanker pare stadium lanjut. Masa tengah hidup penderita kanker part stage lanjut yang diobati adalah 9 bulan.
Kanker pare adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis ini membutuhkan keterampilan dan sarana yang tidak sederhana serta memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerjasama yang erat dan terpadu antara ahli pare dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radioterapi, ahli bedah toraks dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksanaan penyakit ini sangat tergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker part pada stage dini akan sangat membantu penderita dan penemuan diagnosis dalam waktu lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualiti hidup yang lebih baik.
Diagnosis pasti penyakit kanker ditentukan oleh basil pemeriksaan patologi anatomi. Dasar pemeriksaan patologi anatomi adalah pemeriksaan mikroskopik terhadap perubahan sel atau jaringan organ akibat penyakit. Terdapat dua jenis pemeriksaan patologi anatomi yaitu pemeriksaan histopatologi dan sitologi. Pemeriksaan histopatologi bertujuan memeriksa jaringan tubuh, sedangkan pemeriksaan sitologi memeriksa kelompok sel penyusun jaringan tersebut. Pemeriksaan histopatologi merupakan diagnosis pasti (baku emas). Pemeriksaan sitologi mampu memeriksa sel kanker sebelum tindakan bedah sehingga bermanfaat untuk deteksi pertumbuhan kanker, bahkan sebelum timbul manifestasi klinis penyakit kanker.
Diagnostik kanker paru memang tidak mudah khususnya pada lesi dini. Pemeriksaan sitologi sputum merupakan satu-satunya pemeriksaan noninvasif yang dapat mendeteksi kanker pare tetapi nilai ketajamannya rendah. Pengambilan bahan pemeriksaan sel/jaringan pare banyak dilakukan dengan cara invasif seperti biopsi pare tembus dada (transthoracic biopsy/TTB), bronkoskopi atau torakoskopi. Teknik ini jauh lebih noninvasif dibandingkan biopsi pare terbuka dengan cara pembedahan yang sudah banyak ditinggalkan. Di RS Persahabatan jumlah penderita kanker paru yang dapat dibedah masih dibawah 10%, angka ini masih sangat kecil dibandingkan negara lain yang dapat mencapai angka sekitar 30%. Data yang belum dipublikasi dari bagian bedah toraks RS Persahabatan dari tahun 2000-2004 mencatat 33 kasus kanker paru yang dibedah, rata-rata hanya sekitar 6-7 pasien pertahun, itupun bukan untuk tujuan diagnostik tetapi untuk penatalaksanaan. Hal ini menjadikan pemeriksaan sitologi masih akan tetap menjadi alat utama untuk diagnostik kanker paru.
Berbagai teknik pemeriksaan sitologi dan histopatologi memberikan akurasi basil yang berbeda-beda dan umumnya tidak membandingkan akurasi berbagai teknik pemeriksaan sitologi tersebut dengan baku emas pemeriksaan histopatologi. Perbandingan akurasi basil berbagai teknik pemeriksaan tersebut akan berguna untuk menentukan pilihan pemeriksaan yang paling efektif dan efisien."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18032
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Efriadi
"ABSTRAK
Latar belakang : Penelitian ini merupakan studi awal untuk mengukur kapasitas
difusi paru DLCO-SB ipada pasien PPOK di RSUP Persahabatan Jakarta untuk
mengetahui prevalens penurunan nilai DLCO pada pasien PPOK.
Metode : Penelitian ini menggunakan desain studi potong lintang (cross sectional
study) pada pasien PPOK yang berkunjung di Poliklinik Asma-PPOK RSUP
Persahabatan Jakarta. Dilakukan uji spirometri dan DLCO pada pasien PPOK
yang diambil secara konsekutif antara bulan Mei-Juli 2015. Komorbiditas juga
dicatat.
Hasil : Uji Spirometri and DLCO dilakukan pada 65 subjek didapatkan 7 subjek
(10,8%) termasuk kedalam PPOK Grup A, 19 subjek (29,2%) PPOK Grup B, 21
subjek (32,3%) PPOK grup C dan 18 subjek (27,7%) PPOK grup D. rerata usia
64,15 (45-89) tahun;rerata VEP
1
% 46,05%, rerata nilai DLCO 19,42
ml/menit/mmHg dan rerata DLCO % adalah 72.00%. prevalens penurunan
DLCO pasien PPOK adalah 56,92% (37/65 subjek) sedangkan 28 subjek dengan
nilai DLCO normal. Ditemukan 15 subjek (23,07%) dengan penurunan ringan, 18
subjek (27.69%) penurunan sedang dan 4 subjek (6,15%) dengan penurunan berat.
Ditemukan 47 subjek (72,3%) memiliki komorbid. Terdapat hubungan bermakna
antara grup PPOK, derajat spirometri, VEP
1
, IMT dan komorbiditas dengan nilai
hasil uji DLCO. Tidak terdapat hubungan bermakna antara nilai DLCO dengan
jenis kelamin, umur, riwayat merokok, Indeks Brinkmann, obstruksi-restriksi dan
lama terdiagnosis PPOK.
Kesimpulan : Proporsi penurunan nilai DLCO pada pasien PPOK adalah
56,92%. Terdapat hubungan bermakna antara grup PPOK, derajat spirometri,
VEP
1
, IMT dan riwayat TB dengan nilai hasil uji DLCO. Tidak terdapat
hubungan bermakna antara nilai DLCO dengan jenis kelamin, umur, riwayat
merokok, Indeks Brinkmann, obstruksi-restriksi, komorbid dan lama terdiagnosis
PPOK.ABSTRACT
Background and the aim of study : This is a preliminary study to measure
DLCO-SB in COPD patients in Persahabatan Hospital. The aim of the study is to
know the magnitude of disturbance in diffusing capacity of the lung in COPD
patients.
Methods : This was a cross sectional study in which COPD patients attending
COPD-Asthma clinic in Persahabatan Hospital Jakarta were performed spirometry
and DLCO-SB consecutively between May 2015?July 2015. Comorbidities
conditions were also recorded.
Results : Spirometry and DLCO-SB measurement were conducted on 65 COPD
subjects of which 7 subjects (10.8%) were COPD Group A, 19 subjects (29.2%)
were Group B, 21 subjects (32.3%) were COPD group C and 18 subjects (27.7%)
were COPD group D. The mean age was 64.15 (45-89); mean FEV
1
% was
46.05%, mean DLCO measured was 19.42 ml/min/mmHg and the mean DLCO%
was 72.00%. The prevalence of decreasing in diffusing capacity of the lung in
COPD patients was 56.92% (37 subjects) While 28 subjects were normal. There
were 15 subjects (23.07%) with mild decrease in DLCO, 18 subjects (27.69%)
were moderate decrease and 4 subjects (6.15%) with severe decrease. 47 subjects
(72.3%) had comorbid conditions. There was significant correlation between grup
COPD, GOLD COPD grade, VEP
1
, BMI and comorbidities with magnitude of
decreasing DLCO value. There was no correlation between DLCO value with sex,
smoking history, Brinkmann index, age, obstruction-mix criteria, length of COPD
period.
Conclusion : The proportion of decreasing in DLCO in COPD patients are
56.92%. There is significant correlation among the group of COPD, GOLD
COPD grade, VEP
1
, BMI and previous TB history with magnitude of decreasing
DLCO value. There is no correlation between DLCO value with sex, smoking
history, brinkmann index, age, obstruction-mix criteria, comorbidities and length
of COPD period. ;Background and the aim of study : This is a preliminary study to measure
DLCO-SB in COPD patients in Persahabatan Hospital. The aim of the study is to
know the magnitude of disturbance in diffusing capacity of the lung in COPD
patients.
Methods : This was a cross sectional study in which COPD patients attending
COPD-Asthma clinic in Persahabatan Hospital Jakarta were performed spirometry
and DLCO-SB consecutively between May 2015?July 2015. Comorbidities
conditions were also recorded.
Results : Spirometry and DLCO-SB measurement were conducted on 65 COPD
subjects of which 7 subjects (10.8%) were COPD Group A, 19 subjects (29.2%)
were Group B, 21 subjects (32.3%) were COPD group C and 18 subjects (27.7%)
were COPD group D. The mean age was 64.15 (45-89); mean FEV
1
% was
46.05%, mean DLCO measured was 19.42 ml/min/mmHg and the mean DLCO%
was 72.00%. The prevalence of decreasing in diffusing capacity of the lung in
COPD patients was 56.92% (37 subjects) While 28 subjects were normal. There
were 15 subjects (23.07%) with mild decrease in DLCO, 18 subjects (27.69%)
were moderate decrease and 4 subjects (6.15%) with severe decrease. 47 subjects
(72.3%) had comorbid conditions. There was significant correlation between grup
COPD, GOLD COPD grade, VEP
1
, BMI and comorbidities with magnitude of
decreasing DLCO value. There was no correlation between DLCO value with sex,
smoking history, Brinkmann index, age, obstruction-mix criteria, length of COPD
period.
Conclusion : The proportion of decreasing in DLCO in COPD patients are
56.92%. There is significant correlation among the group of COPD, GOLD
COPD grade, VEP
1
, BMI and previous TB history with magnitude of decreasing
DLCO value. There is no correlation between DLCO value with sex, smoking
history, brinkmann index, age, obstruction-mix criteria, comorbidities and length
of COPD period. ;Background and the aim of study : This is a preliminary study to measure
DLCO-SB in COPD patients in Persahabatan Hospital. The aim of the study is to
know the magnitude of disturbance in diffusing capacity of the lung in COPD
patients.
Methods : This was a cross sectional study in which COPD patients attending
COPD-Asthma clinic in Persahabatan Hospital Jakarta were performed spirometry
and DLCO-SB consecutively between May 2015?July 2015. Comorbidities
conditions were also recorded.
Results : Spirometry and DLCO-SB measurement were conducted on 65 COPD
subjects of which 7 subjects (10.8%) were COPD Group A, 19 subjects (29.2%)
were Group B, 21 subjects (32.3%) were COPD group C and 18 subjects (27.7%)
were COPD group D. The mean age was 64.15 (45-89); mean FEV
1
% was
46.05%, mean DLCO measured was 19.42 ml/min/mmHg and the mean DLCO%
was 72.00%. The prevalence of decreasing in diffusing capacity of the lung in
COPD patients was 56.92% (37 subjects) While 28 subjects were normal. There
were 15 subjects (23.07%) with mild decrease in DLCO, 18 subjects (27.69%)
were moderate decrease and 4 subjects (6.15%) with severe decrease. 47 subjects
(72.3%) had comorbid conditions. There was significant correlation between grup
COPD, GOLD COPD grade, VEP
1
, BMI and comorbidities with magnitude of
decreasing DLCO value. There was no correlation between DLCO value with sex,
smoking history, Brinkmann index, age, obstruction-mix criteria, length of COPD
period.
Conclusion : The proportion of decreasing in DLCO in COPD patients are
56.92%. There is significant correlation among the group of COPD, GOLD
COPD grade, VEP
1
, BMI and previous TB history with magnitude of decreasing
DLCO value. There is no correlation between DLCO value with sex, smoking
history, brinkmann index, age, obstruction-mix criteria, comorbidities and length
of COPD period. "
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rizky Isnaini
"ABSTRAK
Efek samping yang ditimbulkan oleh pengobatan antiretroviral menjadi salah satu penyebab berkurangnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan dan menjadi alasan utama kegagalan terapi. Kejadian efek samping obat sebenarnya dapat dicegah apabila diiringi pemantauan dari tenaga kesehatan. Kegiatan monitoring efek samping obat antiretroviral sangat penting untuk dilakukan guna mencegah kemungkinan terjadi efek samping obat yang serius dan jarang terjadi, baik yang sudah diketahui hubungan kausalnya maupun yang belum diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan monitoring efek samping pada pasien yang mendapatkan antiretroviral di Puskesmas Kecamatan Kembangan Jakarta Barat tahun 2017. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara prospektif pada pasien yang memenuhi kriteria inklusi secara total sampling. Data didapatkan dari data primer yaitu data yang berasal dari hasil wawancara dan data sekunder berupa rekam medis dan resep. Analisis klasifikasi efek samping menggunakan algoritma naranjo. Efek samping yang ditemukan pada pasien HIV/AIDS yang menjadi subjek penelitian terdiri dari dua kategori yaitu mungkin probable dengan presentase 45,45 dan cukup mungkin possible dengan presentase 36,36 . Usia p=0,379 , jenis kelamin p=1 , dan lama waktu penggunaan obat p=0,07 tidak terbukti memberikan pengaruh yang bermakna terhadap terjadinya efek samping.

ABSTRAK
The side effect occurred by antiretroviral medication is one of many causes in decreasing of obedient patients and the main reason of the therapy failure. The occurrence of side effect could be prevented if monitored by the medical labors. Monitoring the side effect of antiretroviral medicine is necessary, as it allows to prevent the probability of serious and rare occasions of side effect occurrence, whether with known causal relation or not. This study aimed to monitor the side effect on patient who received antiretroviral medication at Puskesmas Kecamatan Kembangan West Jakarta in 2017. This study is an analysis descriptive research. The data retrieved in prospective method from patient who met the inclusion criteria of total sampling. The data acquired from primary data which was originated from interviews and secondary data originated from medical records and prescription. Naranjo algorithm was used to analyze the classification of side effects. The side effect found from HIV AIDS patient as subjects for this study consisted of two categories, which are probable with 45,45 and possible with 36,36 in percentage. Age p 0,379 , gender p 1 , and usage time p 0,07 were proven, that they dd not have significant effect on side effect."
2017
S69140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>