Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138735 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esteria Guretty
"Remaja merupakan transisi perkembangan dari anak-anak menuju ke fase dewasa. Ketidakmatangan remaja seringkali menjebak mereka dalam kasus-kasus yang merugikan dirinya seperti seks bebas, penggunaan obat-obatan terlarang, kekerasan dan lain sebagainya. Kontrol diri merupakan kemampuan untuk menahan impuls untuk menghindari perilaku beresiko dan memperoleh kesenangan jangka panjang. Salah satu hal yang menentukan kontrol diri seseorang adalah keterlibatan ayah. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan kontrol diri pada remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk domain afektif dan Father Involvement Scale (FIS) untuk domain perilaku (Finley & Schwartz, 2004), sedangkan kontrol diri menggunakan Kontrol Diri Scale (SCS, Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). Sampel dalam penelitian ini berjumlah 170 orang remaja berusia 12-20 tahun di Jakarta, Depok, dan Bekasi. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kontrol diri pada domain afektif, sedangkan pada domain perilaku tidak ditemukan hubungan yang signifikan.

Adolescence development is the stage from children to adult. Adolescent immaturity often made them trapped in cases that adverse themselves, such as free sex, drug use, violence, and etc. Self-control is the ability to resist impulses of risky behaviors and gain long-term pleasure. One important thing that determines a person's self-control is father involvement. This study was conducted to examine the relationship between father involvement and self-control in adolescents. Measurements performed using Nurturant Fathering Scale (NFS) for the affective domain and the Father Involvement Scale (FIS) for the behavior domain (Finley & Schwartz, 2004). To measure self-control, this study used Self-Control Scale (SCS, Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). The sample participated in this research were 170 adolescents aged 12-20 years old in Jakarta, Depok, and Bekasi. The results showed a significant correlation between father involvement and self-control in the affective domain, while the behavior domain had no significant relationship.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55310
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sa`adah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier pada remaja. Pengukuran keterlibatan ayah menggunakan The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: Retrospectivemeasures for adolescent and adult yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz 2004. Sementara pengukuran efikasi diri pengambilan keputusan karier menggunakan Career Decision Self-Efficacy - Short Form yang dikembangkan Betz, Klein, dan Taylor 1996 . Partisipan penelitian berjumlah 120 orang remaja SMA yang berusia 15-17 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan efikasi diri pengambilan keputusan karier r = 0.206 untuk Nurturant Father Involvement dan r=0.229 untuk Reported Father Involvement; p<0.05; two-tailed).

ABSTRACT
This study examined the relationship between father involvement with career decision making self efficacy in adolescent. This study used two instruments, The Father Involvement andNurturant Fathering Scales by Finley 2004 and college adjustment is using Career Decision Self Efficacy Short Form by Betz, Klein Taylor 1996 . Respondents of this study consists of 120 adolescent aged 15 17 years old. The results showed a significant relationship between father involvement with career decision making self efficacy in adolescent r 0.206 to Nurturant Father Involvement and r 0.229 for Reported Father Involvement; p<0.05; two-tailed."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66854
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shabrina Nur Amalina
"[ABSTRAKbr
Fenomena remaja melakukan perilaku agresif semakin banyak ditayangkan di media massa. Salah satu faktor penyebab remaja melakukan perilaku agresif yaitu kurangnya stabilitas emosi, yang terbentuk dari keterlibatan ayah dalam kehidupan sang anak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif remaja madya. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan menggunakan alat ukur Father Involvement Reported Scale yang disusun oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan perilaku agresif remaja diukur menggunakan Aggression Questionnaire yang disusun oleh Buss dan Perry (1992). Partisipan penelitian ini berjumlah 436 orang siswa-siswi SMA yang berusia 15-18 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dan perilaku agresif remaja madya (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). Ditemukan pula adanya beberapa korelasi signifikan antara keterlibatan ayah dan dimensi-dimensi perilaku agresif. Terdapat hubungan signifikan negatif antara keterlibatan ayah dengan agresi fisik (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) dan sikap permusuhan (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); serta hasil signifikan positif antara keterlibatan ayah dengan agresi verbal (r=0,130; p<0,01; two-tailed).;Many adolescent aggressive behaviors appeared in media. One of the factors influencing those aggressive behavior is lack of emotional stability, which formed from father involvement in adolescent’s life. The purpose of this research is to examine the correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas adolescent aggressive behavior was measured by Aggression Questionnaire (Buss & Perry, 1992). Research participants were 436 high school students aged 15-18 years old. The result of this study indicate that there is significant correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). There are another findings that father involvement has significant correlation with aggressive behavior dimensions, namely physical aggression, hostility, and verbal aggression. There is negative significant correlation between father involvement and both physical aggression (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) and hostility (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); positive significant correlation between father involvement and verbal aggression (r=0,130; p<0,01; two-tailed)., Many adolescent aggressive behaviors appeared in media. One of the factors influencing those aggressive behavior is lack of emotional stability, which formed from father involvement in adolescent’s life. The purpose of this research is to examine the correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas adolescent aggressive behavior was measured by Aggression Questionnaire (Buss & Perry, 1992). Research participants were 436 high school students aged 15-18 years old. The result of this study indicate that there is significant correlation between father involvement and middle adolescent aggressive behavior (r=-0,117; p<0,05; two-tailed). There are another findings that father involvement has significant correlation with aggressive behavior dimensions, namely physical aggression, hostility, and verbal aggression. There is negative significant correlation between father involvement and both physical aggression (r=-0,134; p<0,01; two-tailed) and hostility (r=-0,181; p<0,01; two-tailed); positive significant correlation between father involvement and verbal aggression (r=0,130; p<0,01; two-tailed).]"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Azizah
"Keterlibatan orang tua diketahui memiliki peranan penting dalam perkembangan konsep
diri anak dan remaja. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara keterlibatan ayah dengan konsep diri pada remaja. Responden yang berpartisipasi
dalam penelitian ini merupakan remaja akhir dengan rentang usia 18-21 tahun sebanyak
415 orang mahasiswa. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai partisipasi ayah dalam
berbagai aspek kehidupan anaknya. Konsep diri didefinisikan sebagai persepsi individu
mengenai dirinya sendiri yang dibentuk oleh interaksi individu dengan lingkungan.
Keterlibatan ayah terdiri dari dua domain yang diukur menggunakan skala dari Finley
dan Schwartz (2004), yaitu Nurturant Fathering Scale (NFS) untuk mengukur
keterlibatan ayah dalam domain afektif, dan Reported Father Involvement Scale (RFIS)
untuk mengukur keterlibatan ayah dalam domain perilaku. Konsep diri diukur
menggunakan Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) dari Veiga dan Leite
(2016). Hasil pengukuran menggunakan teknik statistik Pearson Correlation
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah, baik
dalam domain afektif maupun domain perilaku, dengan konsep diri pada remaja.
Parental involvement is known to play an important role in the development of
childrens and adolescents self-concepts. This research is specifically aimed to
examine the relationship between father involvement and self-concept in adolescents.
Respondents who participated in this study were late adolescents with age range of
18-21 years, as many as 415 college students. Father involvement is defined as
fathers participation in various aspects of his child's life. Self-concept is defined as
an individuals perception of itself formed by individual interactions with the
environment. Father involvement consisted of two domains measured by the scale of
Finley and Schwartz (2004), is Nurturant Fathering Scale (NFS) to measure the
involvement of fathers in affective domain, and Reported Father Involvement Scale
(RFIS) to measure father's involvement in behavioural domain. Self-concept is
measured using the Adolescents Self-Concept Short Scale (ASCSS) of Veiga and
Leite (2016). The measurement results using the Pearson Correlation statistical
technique shows that there is a significant link between father involvement, both in
the affective domain and the behavioural domain, and the self-concept in adolescents"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kunthi Kumalasari Hardi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan perilaku kenakalan remaja. Pengukuran keterlibatan ayah dilakukan dengan alat ukur Father Involvement Reported Scale yang dibuat oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan perilaku kenakalan remaja diukur melalui Self-Reported Delinquency yang dibuat oleh Elliot dan Agetton (1980). Responden pada penelitian ini berjumlah 245 orang remaja SMK yang berusia 15-19 tahun, dan memiliki ayah dalam kehidupannya. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan perilaku kenakalan remaja (r = 0,085; n = 245; p > 0,05, two-tail). Selanjutnya, ditemukan hasil yang signifikan pada korelasi antara keterlibatan ayah dengan subskala perilaku kenakalan remaja, yaitu perilaku kejahatan terhadap benda. Hasil diskusi dari penelitian ini menyatakan kemungkinan ada faktor-faktor lain, di luar keterlibatan ayah yang lebih berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja, yaitu ketergabungan remaja dengan geng, status sosial ekonomi, serta faktor budaya.

The purpose of this research is to examine the relationship between father involvement and adolescent delinquency. Father involvement was measured by Father Involvement Reported Scale (Finley & Schwartz, 2004), whereas the adolescent delinquency was measured by Self-Reported Delinquency (Elliot & Agetton, 1980). The respondents of this study were 245 vocational students in DKI Jakarta who has a father and with the age of 15-19 years old. The result of this study shows that there is no significant relationship between father involvement and adolescent delinquency (r = 0,085; n = 245; p > 0,05, two-tail) and a significant result between father involvement and subscale predatory crimes against property from self-reported delinquency. Discussion from this result shows the possibilities of other factor that could be more related to adolescent delinquency, such as involvement with peer, social economic status, and cultural factor.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56630
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfita Virgiana
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya. Alat ukur yang digunakan adalah Nurturant Fathering Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain afektif dan Father Invlovement Scale untuk mengukur keterlibatan ayah domain perilaku oleh Finley dan Schwartz 2004 , sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kesepian adalah Revised-UCLA Loneliness Scale oleh Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Sampel pada penelitian ini berjumlah 429 remaja madya berusia 14 hingga 18 tahun yang tinggal di daerah Jabodetabek. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara keterlibatan ayah dan kesepian pada remaja madya.

The main purpose of this study is to find out the correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence. Nurturant Fathering Scale is used to measure father involvement in affective domain dan Father Involvement Scale is used to measure father involvement in behavior domain by Finley and Schwartz 2004 . Loneliness is measured using Revised UCLA Loneliness Scale by Rusell, Peplau, dan Cutrona 1980 . Total sample in this study is 429 middle adolescents who lived in Jabodetabek. The result of this study using Pearson Product Moment showed that there was correlation between father involvement and loneliness in middle adolescence."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S67371
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatima Zahra
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara keterlibatan ayah dan self-esteem remaja, dilihat dari persepsi ayah dan anak. Responden pada penelitian ini adalah 133 siswa kelas X SMA dan ayah mereka. Keterlibatan ayah diukur dengan alat ukur Seven-Item Father Involvement Scale yang disusun oleh Carlson (2006), sedangkan self-esteem diukur dengan alat ukur Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCS-R) yang disusun oleh Tafarodi dan Swann (2001). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh remaja dengan kedua dimensi self-esteem remaja, yaitu self-liking (r = .295; n = 133; p < 0,01 twotailed) dan self-competence (r = .262; n = 133; p < 0,01 two-tailed). Namun, tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh ayah dengan kedua dimensi self-esteem remaja, yaitu self-liking (r = .143; n= 133; p > 0,01 two-tailed) dan self-competence (r = .151; n = 133; p > 0,01 twotailed). Hasil tersebut mengimplikasikan bahwa keterlibatan ayah yang dipersepsi oleh remaja berhubungan dengan self-esteem remaja. Maka, semakin tinggi keterlibatan ayah berdasarkan persepsi remaja, tingkat self-esteem remaja pun semakin tinggi.

The goal of this study was to examine the relationship between father involvement and adolescent self-esteem, with regards to father and adolescent perception. Respondents were 133 10th grade students and their father. Father involvement was measured by Seven-Item Father Involvement Scale (Carlson, 2006), whereas self-esteem was measured by Self-Liking/Self-Competence Scale-Revised (SLCSR) (Tafarodi & Swann, 2001). The result of this study shows that father involvement perceived by adolescent related with both dimensions of adolescent self-esteem, there are self-liking (r = .295; n = 133; p < 0,01 two-tailed) and selfcompetence (r = .262; n = 133; p < 0,01 two-tailed). But, father involvement perceived by father did not related with both dimensions of adolescent selfesteem, there are self-liking (r = .143; n = 133; p > 0,01 two-tailed) and selfcompetence (r = .151; n = 133; p > 0,01 two-tailed). The result implied that father involvement perceived by adolescent related with adolescent self-esteem. Therefore, the higher father involvement perceived by adolescent, the higher adolescent self-esteem will be.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57078
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isna Nur Hayatinnisa
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam domain afektif dan domain perilaku dengan penerapan self-regulated learning pada mahasiswa. Variabel keterlibatan ayah diukur dengan menggunakan The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: Retrospective Measures for Adolescent and Adult Children yang dikembangkan oleh Finley dan Schwartz (2004), sedangkan variabel self-regulated learning diukur menggunakan alat ukur Self-Regulated Learning yang disusun oleh Hariseno (2012). Penelitian melibatkan 283 mahasiswa tahun pertama berusia 18 hingga 21 tahun yang berasal dari berbagai perguruan tinggi.
Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang positif dan signifikan antara persepsi terhadap keterlibatan ayah dalam domain afektif dan domain perilaku dengan penerapan SRL pada mahasiswa (r = 0.193, p<0.01, two-tailed; r = 0.247, p<0.01, two-tailed). Hasil tersebut menunjukkan bahwa peran ayah dalam pengasuhan perlu diperhatikan karena berhubungan dengan perkembangan anak dalam aspek akademik.

This study examined the relationship between perception of father involvement, consists of father nurturance and reported father involvement, and implementation of self-regulated learning on university students. Father involvement was measured using The Father Involvement and Nurturant Fathering Scales: Retrospective Measures for Adolescent and Adult Children by Finley and Schwartz (2004) and self-regulated learning was measured using Self-Regulated Learning scale by Hariseno (2012). This study involved 283 first-year students aged 18 to 21 years old from various universities.
The result indicated that there is a positively significant relationship between both domains of father involvement (father nurturance and reported father involvement) with implementation of self-regulated learning on university students (r=0.193, p<0.01, two-tailed; r=0.247, p<0.01, two-tailed). This result showed that father involvement should get more attention because it has a correlation with children?s development on academic aspect.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S59135
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Ayu Pradnyasari
"This study examined the relationship between father involvement and moral reasoning in middle adolescent. Father involvement is defined as the extent to which father participate or involved in various aspects of the child’s life, and father’s warmth and acceptance that felt by the child. Moral reasoning is defined as a judgment process about specific action, whether that action is considered as right or wrong. In this study, father involvement is measured by Nurturant Fathering and Father Involvement Scale from Finley and Schwartz (2004), and moral reasoning is measured by The Defining Issues Test which has been developed by Rest (1979). This study is conducted to high school students, age from 15 to 18 years old, in Jabodetabek (N=308). The result of this study showed that there is a significant relationship between father involvement and moral reasoning in middle adolescent (r=+0,154, p<0,01, two-tailed; r=+0,13, p<0,05, two-tailed.

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara keterlibatan ayah dan penalaran moral pada remaja madya. Keterlibatan ayah didefinisikan sebagai seberapa jauh ayah turut berpartisipasi atau terlibat dalam berbagai aspek-aspek kehidupan anak, serta kehangatan dan penerimaan yang diperoleh oleh anak dari ayahnya. Sedangkan penalaran moral didefinisikan sebagai sebuah proses pembuatan penilaian mengenai tindakan spesifik, apakah tindakan tersebut benar atau salah. Keterlibatan ayah diukur menggunakan alat ukur Nurturant Fathering and Father Involvement Scales dari Finley dan Schwartz (2004), sedangkan penalaran moral diukur menggunakan alat ukur The Defining Issues Test yang dikembangkan oleh Rest (1979). Penelitian ini dilakukan terhadap siswa SMA yang berusia 15 hingga 18 tahun di Jabodetabek (N=308). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keterlibatan ayah memiliki hubungan yang signifikan dengan penalaran moral pada remaja madya (r=+0,154, p<0.01, two-tailed; r = +0,13, p < 0.05, two-tailed)."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S60221
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitanggang, Beatric Rosiana
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah ada hubungan antara keterlibatan ayah dengan autonomy pada remaja akhir. Instrumen yang digunakan untuk mengukur keterlibatan ayah adalah Nurturant Fathering Scale (NFS) dan Father Involvement Scale (FIS) dari Finley dan Schwartz (2004). Sementara instrumen untuk mengukur autonomy adalah Adolescent Autonomy Questionnaire (AAQ) dari Noom, Dekovic dan Meeus (2001). Sampel penelitian ini berjumlah 109 orang yang berusia 17 - 21 tahun dan tinggal bersama dengan orangtua. Hasil dari penelitian ini adalah tidak adanya hubungan yang signifikan antara keterlibatan ayah dengan autonomy pada remaja akhir (r = 0.036, p>0.05; r = 0.025, p>0.05; r = 0.038, p>0.05).

The purpose of this study is to examine and find out whether there is a relationship between father involvement and autonomy in late adolescent. This study used two measurement tools which are Nurturant Fathering Scale (NFS) and Father Involvement Scale (FIS) by Finley and Schwartz (2004) to measure father involvement and Adolescent Autonomy Questionnaire (AAQ) by Noom, Dekovic and Meeus (2001) to measure autonomy. The subject of this research consisted of 109 student with age 17 - 21 years old and live together with their parents. The results of this study showed no significance relationship between father involvement and autonomy in late adolescent (r = 0.036, p>0.05; r = 0.025, p>0.05; r = 0.038, p>0.05)."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55997
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>