Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15538 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Mutu Manikam
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
TA3231
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Jaringan Telekomunikasi pada saat ini 80% masih didominasi oleh media transmisi yang menggunakan tembaga yang memanfaatkan jaringan yang sudah ada dengan meningkatkan kapasitas dan kualitas sesuai tuntutan masyarakat dan kemajuan teknologi. Teknologi ini digunakan untuk memanfaatkan media transmisi yang sudah ada tanpa menggantikannya dengan serat optik yang memerlukan biaya yang mahal. Sera optik mempunyai keuntungan seperti kapasitas besar dan redaman kecil, sehingga diperlukan telmologi yang memanfaatkan jaringan transmisi yang sudah ada tanpa menggantinya dengan serat optik. Untuk meningkatkan kemampuan kabel tembaga itulah maka menggunakan teknologi x-DSL yang meliputi : 1. HDSL : High bit rate Digital Subscriber Line. 2. IDSL : ISDN Digital Subscriber Line. 3. ADSL : Asymetrical Digital Subscriner Line. 4. VDSL : Very high bit rate Digital Subscriber Line. Pada tugas akhir digunakan teknologi ADSL yang berkemampuan menyalurkan lavanan downstream pada 6-8 Mbitls dan upstream pada 800 kbit/s dan kemampuan jarak maksimum pada 2,5 -5 Km. Teknologi ADSL merupakan teknologi yang relatif baru dan sangat sesuai digunakan untuk akses Internet yang sangat dibutuhkan oleh orang untuk kebutuhan informasi yang cepat tanpa menggantikan jaringan yang sudah ada dengan serat optik."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39201
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rima Reza Prima
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S39232
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1995
TA3008
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Mutu Manikam
"Bisnis telekomunikasi berbasis teknologi ADSL rnerupakan teknologi komunikasi data dan suara yang dapat dipakai bersamaan. Dalam kenyataannya ADSL belum banyakdirnanfaatkan oleh masyarakat luas terutama pelanggan perumahan.Hal ini dikarenakan ADSL belum banyak dlketahui oleh masyarakat luas, terbukti dari hasil survey terhadap masyarakat Jakarta bahwa sekitar 30% responden menyatakan telah mengetahui dan mengenal ADSL dan hanya 10% responden yang telah memanfaatkan dan menggunakan ADSL. Dengan menganalisa data yang ada ( IFAS, EFAS, SWOT, Grand Strategy) berada pada kuadran I dengan nilai intemal +1,778 dan ekstemal +1,82l sehingga diperoleh kesimpulan bahwa PT Telkom Jakarta Barat harus menerapkan Strategy Agresif . Dari analisa matrik profil kompetitif didiperoleh selisih sebesar 0,74 yang masing-rnasing PT Telkom diperoleh skor 3,60 lebih unggul dibandingkan dengan skor pesaingnya sebesar 2,86. Namun dari 7 faktor strategis yang dinilai terhadap pesaing terdapat 3 faktor strategi yang dianggap lemah diantaranya masalah layanan service center, bandwidth dan inovasi penjualan produk. Prioritas strategi pemasaran yang lebih dulu dilaksanakan adalah penyesuaian kebijakan tarif, diikuti dengan peningkatan jangkauan jaringan dan kualitas layanan serta melaKukan promosi yang agresif dan inovatif.

Teleeomunication business based on ADSL technology is an application of both data communication and voice. In the same telecommunication line. Currently ADSL has not been commonly used in the family household. ADSL is not commonly known by the customer. Based on the market survey in Jakarta, about 30% of the respondents have known and be are of ADSL and only 10% of respondents have used ADSL. By analyzing currently available data (IFAS, EFAS, SWOT, Grand Strategy). That is inside quadrant I with intemal value of + 1,778 and extemal value of +l,82 1, It can be concluded that PT Telkom Jakarta Barat must apply agresive strategy. From the analysis of matrix of competition profile the score of PT Telkom is 3,60 wich is better than its competitor. But from 7 strategy factors that are compared to the competitor there 3 strategic factors that are problematic weak service center, bandwith and inovation of product sales. Priority of marketing strategy that must be implemented first is the tariff policy, then followed by improvement of network coverage and quality of service, also agresive and innovation promotion."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16116
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Banjarnahor, Luhut
"Seiring dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat terutama. di bidang komputer dan telekomunikasi, sehingga perputaran informasi tidak lagi mengenal batas tempat dan batas waktu.
Setelah penggunaan Internet sebagai media pertukaran informasi yang sangat pesat diberbagai penjuru dunia, maka kebutuhan akan kecepatan akses dan besarnya informasi yang ingin dipertukarkan menjadi sesuatu yang sangat penting. Hal ini memacu penyelenggara infrastruktur telekominikasi untuk menyediakan kanal yang dapat menyalurkan informasi sesuai dengan permintaan pengguna.
Pada awal komunikasi data, informasi yang dipertukarkan tidak begitu besar dari segi kapasitas, biasanya hanya dalam bentuk talcs. Jangkuannya juga tidak begitu luas hanya beberapa pengguna saja yang membentuk kelompok sendiri. Misalnya satu perusahaan membentuk jaringan komunikasi data sendiri atau satu organisasi membetuk jaringan sendiri. Setelah berjalannya waktu dan disertai pula dengan perkembangan teknologi informasi seperti perkembangan komputer, perkembangan telekomunikasi dan transportasi, maka dari beberapa kelompok jaringan tersebut berkeinginan untuk dapat saling berkomunikasi tanpa batas waktu tempat dan kapasitas. Sehingga diperlukan sarana dan prasarana untuk mewujudkan hal tersebut.
Saluran telepon dengan Bandwidth frekwensi dari 300 Hz sampai dengan 3400 Hz pada saat awalnya hanya digunakan untuk komunikasi suara. Saiuran telepon tersebut juga digunakan untuk mentransmisikan data dengan kecepatan rendah, yaitu kecepatan maksimum yang di dapat adalah 9600 bit per second. Untuk komunikasi data dengan kecepatan diatas 9600 bit persecond, diperlukan teknik transmisi maupun peralatan komunikasi yang lebih baik Sehingga para ahli-ahli yang bergerak dibidang tersebut mencari terobosan-terobosan barn, diantaranya teknik ADSL. Dengan teknologi ADSL, data yang ditransmisikan bisa mencapai 8 Megabit per second.
ADSL yang merupakan singkatan dari Asymmetic Digital Subscriber Line adalah teknik transmisi dengan menggunakan saluran telepon sebagai media transmisinya dengan kecepatan tinggi dan waktu tunda yang kecil.
Selama ini aplikasi-aplikasi dengan bandwidth besar hanya bisa dilewatkan melalui saluran phisik berupa fiber optik. Misalnya SONET (Synchronous Optical Network, FDDI (Fiber Distributed Data Interface) dan FTTH (Fiber to the home). Pada tugas akhir ini dibahas traffic dari data yang ditransfer dengan aplikasi yang dipertukarkan adalah yang membutuhkan bandwidth yang besar, dan ditransmisikan melalui kabel telepon (copper) dengan metoda transmisi ADSL. Beberapa aplikasi yang digunakan dapat dilihat pada akhir dari tulisan ini, yang diukur dengan ADSL capture traffic."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S39082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akmaluddin
"Outsourcing teknologi informasi adalah suatu perjanjian kontraktual dimana organisasi eksternal memegang tanggung-jawab untuk melaksanakan . semua atau sebagian dari fungsi teknologi informasi. Outsourcing mungkin melibatkan pengalihan sebagian atau seluruh sumber daya yang dimiliki perusahaan seperti pegawai, hardware, software, dan lain-lain. Tesis ini berisi penelitian kelayakan (feasibility study) dari berbagai macam model pelaksanan outsourcing Departemen Teknologi lnformasi Jakarta General Services (TI-JGS) di PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI) pada kantor pusat Jakarta. Tinjauan kelayakan outsourcing TI-JGS akan dilihat dari berbagai aspek, baik dari aspek finansial maupun non-finansial. Penelitian ini juga mengkaji keputusan outsourcing, insourcing atau keputusan manajerial lainnya. Metodologi yang digunakan adalah "Tujuh Tahapan Outsourcing yang Berhasil" atau "The Seven Steps to Successful Outsourcing". Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah berupa skenario atau model yang paling cocok untuk outsourcing TI-JGS dan capital budgeting untuk mendukung kelayakan dari model tersebut. Selain dari pada itu, hasil lain yang juga akan diperoleh adalah berupa besar pengurangan biaya yang bisa didapatkan CPI, resiko yang akan dihadapi, pengaruh outsourcing TI-JGS terhadap operasi perusahaan, dan pemilihan provider yang cocok. Kesimpulan utama yang akan diajukan adalah berupa pernyataan bahwa outsourcing TI-JGS akan menguntungkan CPI sebesar satuan unit moneter tertentu sehingga outsourcing TI-JGS layak untuk diteruskan.

Information technology outsourcing implies commissioning an external IT supplier to performa whole or in part of information technology functions. Outsourcing may include transfering a whole or in part of company's resources such as IT staff, hardware, software, and other assets. This thesis contains feasibility study of various model in outsourcing Information Technology Department - Jakarta General Services (TI-JGS) at PT. Caltex Pacific Indonesia (CPI), Jakarta Office. Measurement of the oursourcing feasibility used is measurement in the financial and non-finansial aspects. This research will also explore about decision to choose among the outsourcing, insourcing or other management tools. Methodology we apply is "The Seven Steps to Successful Outsourcing". The results of this research are the best model or scenario that is considered fit to TI-JGS outsourcing and capital budgeting technique to support those models. In addition, the other output of this thesis are cost reduction and risk of outsourcing TI-JGS, implications of outsourcing to company operations, and selection of the best provider. The main conclution we will propose is the statement about whether or not TI-JGS oursourcing will provide benefit to company in a monetary unit, so that it is feasible to continue.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2002
T40339
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Onang Prihadi
"ABSTRACT
Developing of telecommunication technology with support by information
technology produce new technology called Voice Over lntemet
Protocols (\/oIP). The technology could reduce call cost, especially for
long distance call and intemational call. Present, the quality of voice is not
good as wire line telephone, but at the future that voice will similar as good
as wire line telephone. That phenomena must be accept to all
telecommunication operator in Indonesia to prevent VoIP technology,
that?s way the operator could be survive on telecommunication business.
TELKOIVI, especially DIVRE ll Jakarta, as one of the biggest telecommu-
nication service provider in Indonesia, must be adaptive to the technology.
This thesis is describe to solve the problem on "Implementation Strategy
of Voice Over Internet Protocols (VoIP) at DIVRE ll Jakarta", that
contains of how to implemented this technology at DIVRE ll. The tools
analysis are used lntemal extemal matrix, space matrix, SWOT analysis
and economic analysis such as net present value, profitability index,
average rate return, intemal rate return and feasibility study.
From the lntemal Extemal Matrix, SPACE Matrix and SWOT analysis,
DIVRE ll should conduct active (offensive) or aggressive strategy, that
means DIVRE ll must be good manage all resources (human, equipment
and Finance) and also developing the new business such as multimedia,
internet and VoIP to sun/ive in competitive market. From feasibility study,
VoIP business is feasible to be implemented by DIVRE ll. Business plan
that contains financial plan, human resources plan and marketing plan,
management DIVRE ll could bring the companies to be one of the biggest
service providers in Indonesia in competitive market environment.
V

Abstract
ABSTRAKSI
Perkembangn teknologi telekomunikasi yang didukung oleh teknologi
infomwasi yang sangat pesat akhit-akhir ini menghasilkan suatu teknologi
Voice Over Internet Protocol (\/o|P). Teknologi ini akan membawa
dampak terhadap biaya pemakaian telepon terutama untuk hubungan
interlokal (SLJJ) dan internasional (SLI), walaupun dengan kualitas suara
yang reIatif masih belum bagus. Fenomena ini haruslah segera disikapi
oleh para operator telekomunikasi di Indonesia untuk bersiap diri dalam
menghadapi teknologi VoIP, sehingga perusahaan mampu menghadapi
gempuran teknologi ini dan dapat bertahan dalam bisnis telekomunikasi.
PT. TELKOM khususnya DIVRE II Jakarta sebagai Salah satu operator
telekomunikasi di Indonesia harusiah bersikp adaptif terhadap
perkembangan teknologi VoIP ini. Maka dari itu dalam tesis ini dilakukan
kajian terhadap penerapan teknologi VoIP tersebut di DIVRE II Jakarta
dengan melakukan analisa dalam berbagai aspek antara lain aspek
ekonomi dan aspek teknis, yang bertujuan untuk memberi masukan
kepada manajemen DIVRE il Jakarta dalam menetapkan strategi
penerapannya.
Dengan menganalisa data yang ada (dengan IE Matrik, Matrik SPACE
dan analisa SWOT), diperoleh kesimpulan DIVRE II harus menerapkan
strategi OffensiWAgresif dengan cara mengoptimalkan potensi yang ada
(SDM, Keuangan dan Alat produksi) serta mengembangkan bisnis baru
seperti multimedia. intemet dan VoIP. Sedangkan berdasarkan analisa
kelayakan investasi, bisnis VoIP sangat layak untuk diterjuni oleh
TELKOM khususnya DIVRE ll Jakarta. Dan untuk memberi arah kepada
para manajemen disusun suatu business plan perusahaan yang terdiri
dari : Financial plan, SDM pian, dan Marketing plan.
V"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T5802
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurina Aini Herminindian
"Menurunnya kualitas lingkungan yang disebabkan oleh sampah harus ditangani secara serius. Ibarat sebuah "bom waktu? masalah sampah dapat menjadi bencana besar bagi umat manusia, karena dapat meledak kapan saja. Pada tanggal 8 September 2006 pukul 00.00 WIB, telah terjadi tragedi yang menelan korban jiwa di TPA Bantar Gebang milik Pemerintah Daerah DKI Jakarta. Keadaan ini semata-mata bukanlah sekedar persoalan kelemahan teknologi, melainkan sistem pengelolaan persampahan yang tidak terpadu.
Jumlah penduduk di DKI Jakarta, berdasarkan Jakarta Dalam Angka 2003 (tidak termasuk wilayah Kepulauan Seribu) tercatat sebanyak 7.438.008 jiwa dengan tingkat kepadatan 11.244 jiwa/km2. Berdasarkan data Dinas Kebersihan DKI Jakarta diperkirakan telah menghasilkan sampah padat kurang lebih 22.265 m3 per hari atau sekitar 6.000 ton per hari. Pola pengelolaan sampah di Kota Jakarta umumnya masih menganut pola sistem kumpul-angkut-buang dari sumber hingga ke TPA. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan DKI Jakarta pada tahun 2001, estimasi sampah padat yang terkumpul dan diangkut kurang lebih 70% ke TPA Bantargebang, 16,5% ke lokasi-lokasi informal, dan 13% tidak terkelola (seperti dibuang ke sungai dan sepanjang pinggir jalan), TPA Bantar gebang semula direncanakan untuk ditutup pada tahun 2003. Sementara mencari altematif pengganti TPA Bantar Gebang yang lain, Pemda DKI Jakarta berusaha mencari jalan keluar, .yaitu memperpanjang usia lahan tersebut dengan melakukan pengolahan sampah 3R (reduce, reuse, recycle) sebelum sampah masuk ke TPA. Salah satu bentuk usaha lain untuk pengurangan sampah pra TPA yaitu dengan membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) I Intermediate Treatment Facilities (1TF) di 4 wilayah Kota Jakarta berdasarkan hasil kajian review master plan DKI Jakarta 2005 - 2015.
Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mendapatkan informasi mengenai kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di DKI Jakarta khususnya proses pengambilan keputusan tentang pemilihan teknologi pengolahan sampah terpadu 1 intermediate Treatment Facilities (ITF) dan prosedur kerjasama antara pihak Pemda dengan swasta yang telah berjalan saat ini, (2) Menentukan prioritas pilihan teknologi ITF yang dibutuhkan untuk kota Jakarta, (3) Merumuskan Strategi untuk mendukung kelancaran penerapan ITF di dalam sistem pengelolaan sampah DKI Jakarta.
Konsep pengelolaan sampah paradigma baru yaitu dengan melakukan intervensi pengolahan sampah dengan cara 3R (reduce, reuse,recycle) dari sumber hingga ke TPA. Untuk mengubah pola kebijakan pengelolaan sampah setidaknya meliputi 5 (lima) aspek yaitu: (1) aspek hukum, (2) aspek kelembagaan, (3) aspek pembiayaan, (4) aspek sosial budaya, dan (5) aspek teknis operasional/ teknologi.
Pada tahap penentuan prioritas pemilihan teknologi ITF menggunakan model Analytical Hierarchy Process (AHP) dan perumusan strategi pengelolaan sampah dipergunakan model analisis SWOT (Strengths, Weakness, Opportunities, Threaths).
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa: (1) hingga akhir tahun 2006 rencana pembangunan intermediate Treament Facilities (ITF) belum ada yang terealisasi, baru sampai dengan tahap perjanjian kerjasama antara pihak Pemda dan Swasta. Proposal penawaran teknologi ITF yang diterima belum disertai panduan hasil kajian jenis teknologi pengolahan sampah yang sesuai dengan kondisi kota Jakarta; (2) berdasarkan kaidah kriteria pembangunan berkelanjutan, kecenderungan pemilihan teknologi pengolahan sampah berdasarkan hasil analisis AHP adalah teknologi composting & recycling 68% dibandingkan dengan incinerator 32%, dengan overall inconsistency index 0.05. Teknologi tersebut akan dapat memperpanjang usia pemakaian TPA yang telah ada, serta produk akhir berupa kompos lebih aman diserap lingkungan dan dapat digunakan sebagai tanah penutup sanitary landfill; (3) untuk mendukung penerapan ITF agar terkelola dengan baik dan mendukung fungsi pembangunan berkelanjutan, maka hasil rumusan dari analisis SWOT menjelaskan posisi daya saing Pemda DKI Jakarta berada pada posisi yang memiliki kekuatan dan menghadapi ancaman. Istilah lain pada kuadran ini adalah mobilization strategy yaitu strategi memobilisasi kekuatan yang dimiliki lembaga untuk mengatasi hambatan /ancaman. Pada posisi tersebut telah dirumuskan beberapa strategi yaitu: (i) perlu dibuat desain socio-engineering untuk mengantisipasi protes/penolakan masyarakat dengan keinginan Pemda DKI Jakarta untuk mewujudkan pengelolaan sampah terpadu, (ii) pengalokasian dana APBD untuk penanganan sampah dan socio¬engineering, dan (iii) melibatkan peran serta stakeholder sejak awal desain perencanaan pengelolaan sampah.
Disarankan untuk mendukung rencana pembangunan ITF perlu diketahui jenis dan teknologi yang benar-benar dibutuhkan bagi Kota Jakarta. Sesuai dengan rencana hasil kajian persampahan dari Bank Dunia, residu dari ITF dapat diteruskan untuk dikelola ke TPA Regional melalui Jabodetabek Waste Management Corporation, maupun ke TPA Bantar Gebang milik Pemda DKI Jakarta. Untuk penerapan ITF di salah satu wilayah Kota Jakarta, maka perlu disertakan konsep desain socio¬engineering-nya. Target socio-engineering tersebut yaitu merubah pola pikir masyarakat NIMBY (Not in My Back Yard) Syndrome menjadi "Sampahku Tanggung Jawabku". Untuk melakukan proses tender pun, kecenderungan pilihan teknologi komposting pada penelitian ini dapat memudahkan pihak Pemda-DKI Jakarta jika tertarik untuk menseleksi tawaran-tawaran proposal teknologi dari pihak swasta yang masuk untuk pengolahan sampah.
Seleksi bukan lagi antara teknologi yang tidak sejenis, tapi seleksi antara teknologi yang sejenis dari pihak yang berbeda-beda. Pemda dapat fokus untuk memilih swasta yang profesional dan berpengalaman menangani masalah sampah. Proses seleksi ini sudah diatur oleh Pemerintah Pusat di dalam Perpres No. 67 Tahun 2005 tentang Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha dalam upaya Penyediaan Infrastruktur. Selain itu upaya 3R juga sudah dilakukan dari sumber, sarana dan prasarana persampahan sudah mulai dipilah-pilah sesual komposisi sampahnya. Tidak hanya dimulai dari sistem pewadahan yang terpilah namun hingga transportasi pengangkutan sampahnya pun mulai tidak bercampur lagi. Truk-truk pengangkut sampah diharapkan dalam kondisi yang layak, sehingga tidak lagi menyebabkan tetesan air lindi yang menetes disepanjang perjalanan menuju lokasi pengolahan seperti sekarang ini.

Degrading quality of the environment caused by waste should be taken seriously. Like a "time bomb" that may go off any time, the problem of waste may turn into a great disaster for people unexpectedly. On September 8, 2006, at 00.00 hours, a tragedy at Bantar Gebang garbage dump (TPA Bantar Gebang) owned by the city administration of Jakarta took place and cost many lives. The cause was not a lack of technology; rather, it was the waste management system that was not implemented in an integrated manner.
According to '2003 Jakarta in Figures' data, the capital city (Kepulauan Seribu not included) had a population of 7,438,008 with population density of 11,2441sq.km. The city's sanitary service estimates that these people produce solid waste of around 22,265 cu.m. per day or 6,000 tons daily. Garbage in Jakarta is still handled using the conservative collect-transport-dump system, from collection sites to dump sites. The sanitary service's 2001 data show that of all solid waste collected, about 70% was transported to Bantar Gebang landfill site and 16.5% was taken to unofficial locations while 13% was not properly handled (dumped to rivers and on roadsides). The city originally planned to close down TPA Bantar Gebang in 2003. While looking for alternative landfills sites, the city administration tried to find solutions to the problem - one of them was to extend the life of landfill use by handling waste using 3R (reduce, reuse, recycle) method before taking it for final processing at garbage dump sites. Another attempt made by city officials was to reduce the amount of waste going to these sites by constructing intermediate treatment facilities (ITF) in 4 areas prescribed according to the results of Jakarta's 2005-2015 master plan review.
This research aims at: (1) describing existing conditions of Jakarta's waste management system, with respect to the plan to install intermediate treatment facilities (ITFs); (2) giving recommendations as to one single technology for use in the ITF installation plan using Analytical Hierarchy Process (AHP) method; and (3) analyzing strategies devised by the city administration in connection with ITF installation plan using SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis.
The new concept of waste management is to handle waste using the 3R (reduce, reuse, recycle) method. In order for the city to be able to change its current waste management policy, the following five aspects should be considered: (1) legal; (2) institutional; (3) financial; (4) socio-cultural; and (5) operational/technological.
Problems were assessed using AHP (Analytical Hierarchy Process) and SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) analysis. The AHP model was used at the technical stage in which ITF technologies were selected while the SWOT analysis method was used at the waste management strategy identification stage.
With regard to Jakarta's waste management system, research results showed the following: (1) until the end of 2006 year, the city's plan to install ITFs in support of the overall waste management system is not realization. The city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements; (2) Base on sustainable development principle, the AHP results with regard to appropriate waste management technologies give composting & recycling model than incineration model (with overall inconsistency index of 0.05) as the best approach for Jakarta's waste problem; (3) in order to support technologically manageable for the ITF, SWOT analysis results positioned the city administration in the strengths and threats quadrants in terms of competitive advantages. It is regarding with the mobilization strategy. It has sufficient and favorable internal strengths to mobilize these threats. The strategy are: (i) need a socio-engineering design to anticipate such threats from the society, regarding local government program of integrated solid waste management, (ii) allocate local government fund (APDB) for solid waste management and socio- engineering design, (iii) involve the stakeholder from the first design of solid waste management plan.
A suggestion to support ITF program, the Jakarta city needs to identify a technology appropriate for its waste management requirements. Based on World Bank study/examination, ITF system can be integrated with Regional Sanitary Landfill, on behalf of Jabodetabek Waste Management Corporation or TPA Banter Gebang. In order to implement of 1TF technology in Jakarta's city, it needs a socio-engineering design. Targets of socio - engineering design are changing a society mindset from "Not in My Backyard Syndrome" into "responsibility of my own waste". Concepts of waste management offered by external parties should go through strict selection procedures. A tender should be held by the administration to select offers made by private technology providers. Bidding should not be concerned with the selection of different technologies but with the selection of different providers of one type of technology. The city administration can focus on appointing a professional private company that has extensive experiences in handling waste.
The selection process itself is governed by the National Government Regulation No. 67. of 2005 on the Cooperation between the Government and Business Entities in the Provision of Infrastructures. An ideal waste management is an integrated system of collecting, sorting and processing garbage starting from the collection all through the garbage dump sites. In order to support such integrated system, waste infrastructures and facilities should be arranged differently according to types of waste. Different containers and means of transportation should be used. Garbage trucks should be properly serviceable to prevent waste water (leachate) dripping all the way to .the dump sites, a problem the city is currently struggling to deal with.
"
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20690
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>