Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 73738 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mochamad Ruslan Abdulmuni
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
TA3201
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Ruslan Abdulmuni
"Penerapan Jaringan Virtual Pribadi (VPN) dalam jaringan internet telah mendorong upaya untuk memperoleh manfaat lebih jauh lagi terutama dalam segi pengelolaannya, melalui konsep hose. Dengan teknik menggabungkan trafik dari sumber tunggal ke sejumlah titik tujuan atas dasar persamaan kualitas layanan (QoS), selain fleksibilitas pengelolaan saluran-saluran, manfaat utamanya adalah didapatnya keuntungan penggandaan (multiplexing gain) yang cukup signifikan[l]. Dalam implementasi VPN, terdapat aspek sekuriti dimana pada perkembangan terakhir, VPN dapat dibentuk oleh tunnel IP diatas IP (1P over IP tunnel) yang disertai arsitektur sekuriti IPsec[2]. IPsec memungkinkan layanan-layanan sekuriti dengan menerapkan konsep SA (security associatation) terhadap saluran-saluran yang berupa tunnel IP diatas IP, walaupun pada sisi lain terjadi penurunan kinerja akibat pemakaian sumberdaya komputasi dan pemakaian lebar pita saluran yang lebih besar.
Guna memenuhi dua kebutuhan pelanggan berupa kualitas layanan dan jaminan sekuriti, dalam tugas ini dipelajari kemungkinan penerapan konsep dan antarmuka hose pada VPN yang dibangun dengan arsitektur IPsec. Selanjutnya dengan hipothesa bahwa konsep hose dapat diterapkan pada VPN IPsec dengan tetap memperoleh keuntungan penggandaan, dilakukan suatu penelitian penerapan teknik antarmuka hose dan VPN IPsec pada satu implementasi VPN. Penelitian ini menggunakan model antrian dan simulasi jaringan pada beberapa asumsi. Pada batas lebar pita dan topologi tertentu terjadi penurunan keuntungan penggandaan, tetapi masih didapat harga yang cukup untuk hose dengan IPsec.

Virtual Private Network (VPN) on Internet network has motivated efforts to gain more benefit especially in term of its management, through a hose concept. By a traffic multiplication techniques, traffics originated from a source point to multiple destination to be united into a hose based on Quality of Service (QoS). Beside management flexibility, the main benefit is sigificant multiplexing gain [1]. In the recent VPN implementations there are security aspects can be built on IP over IP tunnels which are combined with IPSec architecture [2]. IPsec enables an operator to provide security services with Security Association concept (SA) over links obtained from IP over IP tunnels. However on the other hand the use of IPsec imposes performace cost on computational resources and more bandwidth utilization on links.
In order to provide customer needs of service quality and security guarantee, this thesis studies the possibility of hose interface concept implementation based on VPN with IPsec architecture. By the hipothese that the multiplexing gain still can be obtained when both concepts to be combined, the study and research were conducted. This research uses a combination of queueing model and network simulation on some asumptions. The IPsec hose gain still can be obtained from a certain bandwidth range and certain given topologies."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T123
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faizal Firmansyah
"Dengan menggunakan tunneling GRE, router yang ada pada ujung-ujung tunnel melakukan enkapsulasi paket-paket protokol lain di dalam header dari protokol IP. Dengan adanya kemampuan ini, maka protokol-protokol yang dibawa oleh paket IP tersebut dapat lebih bebas bergerak ke manapun lokasi yang dituju, asalkan terjangkau secara pengalamatan IP. GRE banyak digunakan untuk memperpanjang dan mengekspansi jaringan lokal yang dimiliki si penggunanya. Meski cukup banyak digunakan, GRE juga tidak menyediakan sistem enkripsi data. Sehingga perlu ditambahkan dengan IPSec dalam enkripsi datanya. Dengan menggunakan implementasi NetMeeting yang memiliki codec G.723.1 untuk audio dan H.232 untuk Video dapat ditunjukkan bahwa penambahan enkripsi pada GRE IPSec VPN mempengaruhi performa jaringan, namun demikian pengaruh tersebut sangat kecil sekali sehingga dapat ditoleransi dikarenakan perbedaan yang tidak signifikan. Jadi penambahan enkripsi pada suatu VPN adalah hal yang sudah merupakan kebutuhan bagi VPN dan tidak membebani performa dari suatu jaringan ataupun QoS di mana perbedaan antara yang terenkripsi dan yang tidak untuk audio rata-rata 0.05% untuk delay, 4.73% untuk jitter, dan 0.26% untuk throughput. Sementara pada video ratarata 4.94% untuk delay, 13.14% untuk jitter, dan 2.59% untuk throughput. Adapun untuk transfer file perbedaannya adalah 25.7%.

By using GRE tunneling, the router is on the tip-end of the tunnel do encapsulation packets in the protocol's header in the IP protocol. With this capability, then the protocols carried by IP packets can be more free to move to any location destination, provided that the affordable IP addressing. GRE widely used to extend and expand network owned by the local users. Although quite a lot of use, the GRE does not provide data encryption system. So that should be added to the IPSec encryption in the data. Using implementing NetMeeting which has G.723.1 for audio codec and H.232 for video codec, in this simulations indicate that the addition of encryption in a VPN tunneling affect network performance. However, the different can be tolerated because of the differences are not significant. So the addition of encryption in a VPN is a need for VPN nowadays and not burdened network performance and QoS, where the difference between encrypted and not encrypted for audio which average 0.05% for delay, 4.73% for jitter, and 0.26% for throughput, where the difference between encrypted and not encrypted for video which average 4.94% for delay, 13.14% for jitter, and 2.59% for throughput. While for file transfer, the difference is 25.7%"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51469
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Taufik Saputra
"Seiring dengan perkembangan teknologi, banyak layanan multimedia telah dikembangkan di internet. Salah satu dari layanan itu adalah VoIP. Teknologi VoIP sangat menguntungkan karena menggunakan jaringan berbasis IP, sehingga biaya untuk melakukan panggilan jauh lebih efisien daripada menggunakan telepon analog. Masalah keamanan menjadi kebutuhan yang mendasar karena VoIP dikirimkan melewati jaringan publik yang tidak aman, dimana banyak kemungkinan terjadi penyalahgunaan seperti hacking dan data-sniffing. Salah satu cara untuk membangun keamanan dalam jaringan internet adalah dengan menggunakan jaringan Virtual Private Network (VPN). VPN merupakan sebuah jaringan private yang menghubungkan satu node jaringan ke node jaringan lainnya dengan menggunakan jaringan publik. Data akan dienkapsulasi dan dienkripsi agar terjamin kerahasiaannya.
Pada tugas akhir ini, data VoIP akan dilewatkan pada jaringan MPLS dengan tunnel IPSec untuk meningkatkan unjuk kerja dan keamanan. Pengujian sistem melibatkan penggunaan 3 jenis codec G.711 , G.729 dan GSM dengan berbagai variasi pengujian untuk mengukur dan menganalisa unjuk kerjanya. Dari hasil pengujian, diketahui codec G.711 memiliki kualitas suara yang paling bagus (MOS = 4.4) tetapi membutuhkan bandwidth yang paling besar (128 Kbps). Codec G.729, membutuhkan bandwidth yang lebih kecil (64 Kbps), dengan nilai MOS 4.1 menghasilkan kualitas suara yang hampir sama bagusnya dengan G.711. Sedangkan codec GSM mempunyai nilai MOS 3.4 kualitas suara tidak terlalu bagus, tetapi membutuhkan bandwidth yang relatif kecil sama seperti G.729 dan codec ini bersifat open source.
Untuk keamanan data VoIP, VPN dapat mengamankan data dari ancaman penyalahgunaan. Sebelum menggunakan VPN data VoIP dapat direkam dan di- playback, data payload-nya juga dapat di-capture dan dilihat. Tetapi setelah menggunakan VPN, data VoIP tidak dapat direkam dan payload-nya pun tidak dapat dilihat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada bandwidth yang terbatas (dibawah 128 Kbps) G.729 adalah codec yang paling bagus dan efisien daripada G.711 dan GSM untuk diimplementasikan pada jaringan MPLS dengan tunneling IPSec.

Along with development of technology, many multimedia services have been developed on the Internet. One of these services is VoIP. VoIP technology is very advantageous because it uses IP-based network, so that the cost to make calls much more efficient than using an analog phone. But security problem becomes a fundamental need, because it is transmitted through the Internet as public network that not secure, there're a lot of possibilities of abuses such as hacking and data-sniffing occurred. One of ways to build security over the Internet is by using a Virtual Private Network (VPN). It is a private network that connects one network node to other network nodes using a public network. The data will be encapsulated and encrypted to assure confidentiality.
In this final project, VoIP data will be run over MPLS network with IPSec tunneling to increase performance and security. System testing involves the use of three types of codec G.711, G.729 and GSM, with a variety of tests to measure and analyze their performances. From the test results, known that G.711 codec has the best voice quality (MOS = 4.4), but it takes the most bandwidth 128 Kbps. G.729 codec requires a smaller bandwidth 64 Kbps, it has MOS value 4.1 but voice quality almost as good as G.711. Whereas, GSM codec has the smallest MOS value (MOS = 3.4), voice quality is not too good but required bandwidth relatively small as G.729, and it's open source.
VPN can secure the VoIP data from the threat of data misuse. Before using VPN, VoIP data can be recorded and played back, it can also be captured its payload and views. But after using VPN, VoIP data cannot be recorded and the payload cannot be seen. Then, it can be concluded that in limited bandwidth (under 128 Kbps) G.729 is the best codec and most efficient than G.711 and GSM to implement in MPLS network with IPSec tunneling.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51300
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"The problem of telecomunication service facility is the availability of server/operator and buffer that can sustain every customer calling for service...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ekawidiyani
"Dalam rangka menghadapi persaingan yang ketat, maka SDM yang dimiliki oleh Rumah Sakit ABC harus mampu bekerja dengan optimal agar dapat memenangkan persaingan tersebut. Untuk itu penulis mencoba membantu RS. ABC mengidentifikasi permasalahan-permasalahan SDM yang dihadapinya dalam rangka meningkatkan unjuk kerja mereka.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan Wile's Synthesized Human Performance Technology Model, model ini merupakan salah satu Human Performance Technology Model yang lebih sederhana dan mudah dimengerti untuk dipakai dalam menganalisis dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh RS. ABC.
Hasil analisis yang didapat adalah terdapat berbagai permasalahan SDM yang dihadapi RS. ABC tetapi yang penting untuk segera ditangani, menurut penulis, adalah masalah insentif karena hal tersebut telah menyebabkan suasana kerja yang kurang nyaman sebagai akibat dari timbulnya perasaan ketidakadilan di antara karyawan. Selain itu, masalah insentif juga menyebabkan karyawan kurang termotivasi untuk bekerja dengan optimal.
Sebagai altematif pemecahan masalah tersebut maka penulis merekomendasikan penerapan skema quota di RS. ABC sebagai metode pembayaran insentif karena skema ini berkaitan dengan pencapaian goals yang telah ditetapkan. Sehingga diharapkan akan memenuhi rasa keadilan dan meningkatkan motivasi karyawan karena mereka mendapatkan insentif sesuai dengan hasil kerjanya. Untuk menunjang hal tersebut perlu dibarengi dengan perbaikan sistem penilaian unjuk kerja karyawan yang berdasarkan pada hasil kerja mereka guna memudahkan perhitungan insentif."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2006
T17669
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosyidina Safitri
"Berkembangnya konvergensi internet dan telekomunikasi memberikan dukungan penuh terhadap keamanan data dan peningkatan kinerja jaringan. IETF menstandarkan MPLS sebagai pengembangan dari teknologi VPN. MPLS dapat menyederhanakan proses routing yang menjadi beban router, mengoptimalkan pemilihan jalur melalui kemampuan manajemen class of service dan traffic engineering. Untuk mendukung optimasi pemilihan jalur, routing protokol mempunyai peran yang fundamental didalam jaringan. Pemilihan routing protokol yang tepat diperlukan agar jaringan optimal dan efisien, serta dapat mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan akurat.
IPSec diimplementasikan pada end-to-end router untuk memberikan proteksi pada lapisan jaringan dengan merancang mekanisme keamanan kriptografi. Implementasi tunnel IPSec pada jaringan MPLS yang dijalankan pada tiga routing protokol yang berbeda yaitu RIPv2, EIGRP dan OSPF dengan aplikasi video conference sebagai data pengujian menunjukkan bahwa perubahan kualitas pada trafik video lebih besar daripada suara, dimana untuk trafik video RIPv2 memiliki delay terbesar, sedangkan delay EIGRP dan OSPF relatif sama.
Setelah IPSec di implementasikan, terjadi kenaikan delay secara signifikan pada OSPF sebesar 101%, sedangkan pada RIPv2 dan EIGRP hanya sekitar 8%. Parameter pengujian lainnya seperti jitter, throughput dan packet loss lebih banyak dipengaruhi oleh delay yang terukur, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa EIGRP adalah routing protokol yang memiliki kinerja paling bagus dilihat dari parameter jaringan yang terukur, didukung dengan nilai MOS dari responden dan paling efektif untuk diimplementasikan pada jaringan MPLS dengan tunnel IPSec dalam skala network yang kecil dan bandwidth yang terbatas.

The growth of Internet convergence and telecommunication provide full support for data security and improvement in network performance. IETF standardize MPLS as part of VPN techology development. MPLS can simplify routing process which became a load in router, optimizing route selection through the capability of class of service and traffic engineering management. To support optimization in route selection, routing protocols have fundamental role in the network. Routing protocol selection is required for network become optimum and efficient, also can handle complex routing situation more fast and accurate.
IPSec is implemented to end-to-end router to provide protection at the network layer by designing cryptography mechanism. IPSec tunnel implementation over MPLS network that running at three different routing protocols RIPv2, EIGRP and OSPF using video conference application as testing data, shows that the change of quality in video traffic is bigger than voice. Video traffic RIPv2 has the largest delay, while EIGRP and OSPF delay relatively the same.
But after IPSec is implemented, delay significantly increase in OSPF by 101% while RIPv2 and EIGRP increase about 8%. Other testing parameters such as jitter, throughput dan packet loss are more influenced by measured delay, thus concluded that EIGRP is the best routing protocol in performance from measured parameters, supported with MOS value from respondents and the most effective to be implemented in MPLS network with IPSec tunnel in small scale network and limited bandwidth.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51055
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian tindakan kelas ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model Jigsaw dalam pembelajaran Permainan Bolavoli. Penelitian terdiri dari dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIIc SMPN 4 Nusa Penida yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 14 perempuan. Objek penelitian adalah: (1) unjuk kerja keterampilan teknik passing dalam permainan bolavoli, (2) prilaku bermain, dan (3) pemahaman konsep gerak dasar passing dan permainan bolavoli. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penerapan model pembelajaran kooperatif Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII SMPN 4 Nusa Penida, baik pada aspek keterampilan teknik dasar passing, prilaku passing dan bermain bolavoli, maupun pemahaman tentang teknik dasar passing dan aturan permainan bolavoli. Ketiga aspek prestasi belajar di atas mengalami peningkatan dari pembelajaran siklus I ke siklus II."
370 JPP 44 (1-3) 2011
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Milhatul Hikmah
"Partisipasi siswa pada proses pembelajaran Pemrograman Dasar kelas X TKJ 2 SMK Negeri 1 Cerme, Kabupaten Gresik sangat kurang. Hal ini karena mereka merasa kesulitan dalam memahami bahasa pemrograman yang belum pernah mereka dapatkan pada pendidikan sebelumnya. Dari hasil pre test yang dilakukan, tidak ada seorang siswa pun yang menguasai secara tuntas. Alasan lain dari kesulitan mereka adalah bahwa metode pembelajaran yang dilakukan selama ini adalah dengan metode ceramah, bukan berpusat pada siswa. Hasil akhir dari mata pelajaran ini adalah bahwa siswa dapat menghasilkan sebuah proyek berupa program. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan partisipasi dan hasil belajar siswa dengan menerapkan model Project Based Learning. Penelitian ini menggunakan prosedur penelitian tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus. Satu siklus berisi tahapan sebagai berikut: (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; dan (3) pengamatan dan refleksi. Menurut hasil wawancara, observasi siswa, dan refleksi siswa, ditemukan bahwa akar masalahnya adalah proses pembelajaran yang hanya menggunakan ceramah. Ada tindakan dalam upaya pemecahan masalah yaitu: (1) peningkatan partisipasi siswa dengan menghubungkan langsung materi pembelajaran dengan kehidupan nyata; dan (2) peningkatan hasil belajar siswa dengan pemahaman melalui praktik. Melalui penerapan model Project Based Learning, pembelajaran dapat berlangsung kondusif. Siswa menunjukkan respons positif dan hasil belajarnya meningkat. Berdasarkan analisis data selama siklus I, kemampuan siswa dalam memahami algoritma dan pemrograman adalah 19,3% tuntas; 32,2% cukup; dan 48,4% belum tuntas. Oleh karena itu, dilakukan refleksi untuk menuju ke siklus II, di mana pada siklus II ini didapatkan hasil belajar siswa sebesar 51,6% tuntas; 48,4% cukup; dan 0% belum tuntas. Pembelajaran melalui model Project Based Learning ini sangat membantu peningkatan partisipasi belajar siswa, yang kemudian meningkatkan hasil belajar mereka."
Jakarta: Pusat Data dan Teknologi Informasi, 2020
371 TEKNODIK 24:1 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>